Anda di halaman 1dari 22

Nama: Meika Amsi Munte

NIM: G1A218104
Pembimbing CRS: dr. Alfindra Tamin, Sp.S, M.Si Med

1. Apa dasar menegakkan diagnosis diatas?


Berdasarkan anamnesis, diperoleh data bahwa pasien merasa sakit di
daerah punggung bawah yang menjalar hingga kedua kaki yang memberat sejak ±
1 minggu SMRS. Nyeri petama kali dirasakan lebih kurang 1 tahun yang lalu.
Pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk terutama saat pasien menapakkan
kakinya ke lantai. Keluhan ini dirasakan terus – menerus dan menjalar dimana
awalnya ke bokong, pangkal paha, betis hingga sampai ke kedua kaki/ tungkai
bawah. Keluhan disertai dengan rasa kesemutan seperti rasa kesetrum pada
telapak kaki yang dirasakan terus-menerus. Pasien juga merasakan semakin nyeri
jika pasien membungkuk dan mengangkat beban. Nyeri juga dirasakan semakin
berat saat pasien melakukan perubahan posisi (duduk ke berdiri ataupun tidur ke
duduk) dan saat pasien batuk atau bersin. Nyeri sedikit berkurang jika pasien
berbaring telentang. Skala nyeri menurut pasien adalah 6. ± 2 hari SMRS keluhan
tersebut membuat pasien tidak bisa duduk, berdiri dan berjalan sehingga harus
dipasang kateter.
Keluhan lain: Pasien tidak mengalami keluhan buang air kecil dan buang
air besar. Riwayat demam (-), batuk lama (-), penurunan berat badan (-), mual (-),
muntah (-). Riwayat trauma (-). Gejala tidak didahului dengan keluhan kelemahan
pada anggota gerak bawah serta baal (-), riwayat hipertensi (+), riwayat DM (-).
Awalnya keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu yang dirasakan hilang
timbul. Menurut pengkauan pasien, keluhan ini sudah pernah diobati dengan
membeli obat penghilang nyeri di warung namun tidak kunjung ada perbaikan
hingga os pernah dirawat di RS Theresia selama 4 hari dan didiagnosis mengalami
saraf kejepit. Lalu keluhan sempat membaik namun kembali memberat sejak 1
minggu SMRS hingga os dibawa ke IGD RSUD Raden Mattaher. Riwayat
keluhan serupa sebelumnya nyeri pinggang (+) 1 tahun yang lalu; riwayat rawat
inap dengan keluhan serupa (+) 1 tahun yang lalu selama 4 hari, riwayat jatuh
pada daerah pinggang (+) 3 tahun yang lalu; riwayat stroke disangkal; riwayat
penyakit ginjal disangkal; riwayat batuk lama disangkal; riwayat penyakit kencing
manis disangkal; riwayat hipertensi (+) sejak 5 tahun yang lalu, tidak rutin
kontrol; riwayat keganasan atau tumor disangkal, riwayat operasi disangkal.
Berdasarkan keterangan ini disimpulkan bahwa pasien menderita Low
Back Pain (Nyeri Punggung Bawah). LBP adalah perasaan nyeri yang di rasakan
di daerah antara iga terbawah dan lipat bokong bawah (lumbal/lumbosacral), nyeri
ini dapat berupa nyeri local, nyeri radikuler, atau campuran. Untuk low back pain
penyebabnya dapat berasal dari otot, saraf, atau tulang belakang sendiri.
Pada pasien juga ditemukan faktor resiko untuk terjadinya LBP,
diantaranya usia, dimana os berusia 60 tahun. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan
pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada
dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin
meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
Selain faktor resiko usia, os juga berjenis kelamin perempuan dimana
sudah terjadi menopouse. Proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan
tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan
terjadinya nyeri pinggang.
Diketahui pasien memiliki IMT: 28 dimana dikategorikan kedalam
obesitas. Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan
berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot
punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang.
Faktor risiko lain yang ada pada pasien adalah riwayat kebiasaan
mengangkat benda berat seperti galon. Mengingat riwayat kebiasaan pasien sering
mengangkat dan melakukan pekerjaan berat seperti mengangkat beban dapat
memberi tekanan abnormal pada nukleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai
bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini berujung pada herniasi. Dan
ditemukan riwayat episode NPB sebelumnya yang dialami pasien ± 1 tahun yang
lalu dimana individu dengan riwayat episode NPB, memiliki kecenderungan dan
risiko untuk berulangnya kembali gangguan tersebut.
Pada pasien ini, LBP yang terjadi mungkin akibat neurogenik atau
spondilogenik. Viscerogenik dapat disingkirkan karena dari pemeriksaan fisik
abdomen tidak ditemeukan kelainan organ intraabdominal. Status pshychicus dan
neurologis pasien tidak ditemukan kelainan sehingga dapat menyingkirkan
keluhan NPB akibat psikogenik. Riwayat penyakit dahulu juga mendukung untuk
menyingkirkan kemungkinan etiologi penyebab NPB.
Melihat keluhan pasien nyerinya bersifat local dan disertai penjalaran ke
kedua kaki dapat diduga bahwa masalahnya adalah pada saraf (ganguan pada saraf
penjalaran nyeri atau masalah sensorik sesuai dengan daerah yang dipersarafinya).
Selain itu os mengeluh mengalami kesemutan, ini menandakan kemungkinan pada
pasien saraf sensoris terkena sehingga memberikan gejala kesemutan atau rasa
baal. Diduga bahwa terdapat keterlibatan tulang belakang mengingat nyeri terasa
berat jika pinggang digerakkan pada semua posisi. Pada pasien ditemukan gejala
klinis ischialgia (nyeri radikuler). Nyeri bersifat tajam, berdenyut menjalar sampai
bawah lutut. Gejala yang dialami pasien kemungkinan dari nyeri akibat HNP.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus) yaitu keluarnya nukleus pulposus dari
discus melalui robekan annulus fibrosus hingga keluar ke belakang atau dorsal
menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis
sehingga menimbulkan gangguan. Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus
pulposus menurun dan diganti oleh fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut,
diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan dari anulus.
Faktor risiko HNP yang ditemukan pada pasien yang tidak dapat dirubah:
1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
2. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena.
HNP dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2
arah, yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang,
sciatica, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang
terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan
sindroma kauda equina. Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri
radikuler sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam
seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik
yang besar (A beta) terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai
dengan dermatomnya.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah
 Nyeri punggung bawah.
 Nyeri daerah bokong.
 Rasa kaku atau tertarik pada punggung bawah.
 Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal, yang
dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki,
tergantung bagian saraf mana yang terjepit.
 Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan,
terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan.
 Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,
batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.
 Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya
otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella (KPR) dan achilles
(APR).
 Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis
yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi
permanen.

Pada pemeriksaan fisik, kesadaran pasien Compos Mentis dan vital sign
dalam batas normal kecuali tekanan darah os yakni 180/100 mmHg menandakan
os mengalami hipertensi stage II, Pada pemeriksaan reflek fisiologis didapatkan
penurunan refleks patella dan achilles dan terdapat penurunan sensasi raba pada
L4,L5,S1. Sehingga mendukung bahwa os kemungkinan mengalami HNP.
Pada pemeriksaan tambahan didapatkan hasil positif pada tes provokasi n.
ischiadicus, yaitu Laseque, kontralaseque, Sicard, Bragard, Valsava, dan
Naffziger. Hasil positif ini menunjukkan adanya perangsangan pada n.
ischiadicus, atau disebut ischialgia. Sebelum dilakukan tes provokasi n.
ischiadicus, perlu dilakukan tes penilaian kelainan sendi sakro-iliaka yaitu tes
Patrick dan Contra-Patrick. Karena didapatkan hasil negatif maka kelainan sendi
sakro-iliaka disangkal. Pada pasien ini tidak didapatkan keterlibatan gangguan
motorik maupun gangguan sensorik. Kekuatan anggota gerak masing-masing
dinilai 5.
Pasien yang datang dengan NPB harus dieksplorasi etiologinya, karena
sebenarnya NPB adalah suatu gejala, bukan penyakit sehingga harus ditentukan
etiologi yang mendasari kondisi patologisnya untuk tata laksana dan
prognosisnya. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah: X-Ray. X-ray merupakan
tes yang sederhana dan sangat membantu untuk menunjukkan keabnormalan pada
tulang. Pemeriksaan rontgen pada vertebra lumbo-sakral dapat digunakan untuk
menentukan penyebab LBP, dimana dapat menyingkirkan penyebab-penyebab
lain selain HNP, namun tidak dapat mendiagnosis HNP itu sendiri. Foto X-ray
dilakukan pada posisi anteroposterior (AP), lateral dan bila perlu oblique kanan
dan kiri. X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat.
Nucleus pulposus tidak dapat ditangkap di X-Ray dan tidak dapat
mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray
dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran penyempitan celah
atau perubahan alignment dari vertebra. MRI merupakan gold standard diagnosis
HNP karena dapat melihat struktur columna vertebra dengan jelas dan
mengidentifikasi letak herniasi.

2. Dalam klasifikasi nyeri, pada kasus ini tergolong nyeri apa, dan dari mana
menilainya?
Klasifikasi nyeri LBP:
1. Viserogenik, merupakan LBP yang terjadi akibat adanya proses patologis
di ginjal atau organ di daerah pelvis serta tumor retroperitoneal. Nyeri tidak
bertambah berat dengan aktivitas tubuh dan tidak berkurang dengan
istirahat.
2. Neurogenik, merupakan LBP yang bersumber dari adanya penekanan pada
saraf pinggang bawah, misalnya pada neoplasma, arakhnoiditis, dan
stenosis kanalis spinalis.
3. Vaskulogenik, merupakan LBP yang bersumber dari adanya gangguan
vaskular di sekitar punggung bawah, contohnya adalah pada aneurisma atau
penyakit vaskuler perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri
menyerupai iskialgia. Insufisiensi arteri glutealis superior menimbulkan
nyeri di daerah bokong yang memberat saat berjalan dan mereda pada saat
diam berdiri.
4. Spondilogenik, merupakan LBP yang bersumber dari adanya proses
patologis di kolumna vertebralis, baik unsur tulang (osteogenik), diskus
intervertebralis (diskogenik), miofasial (miogenik), dan proses patologis di
artikulatio sakroiliaka.
5. Psikogenik, merupakan LBP yang disebabkan faktor psikogenik seperti
ketegangan jiwa, cemas, dan depresi serta ditegakkan setelah
menyingkirkan sebab organik dengan pemeriksaan penunjang lengkap.

Pada pasien ini, LBP yang terjadi mungkin akibat neurogenik atau
spondilogenik. Viscerogenik dapat disingkirkan karena dari pemeriksaan fisik
abdomen tidak ditemukan kelainan organ intraabdominal dan pada saat dilakukan
anamnesis, pasien mengaku nyeri berkurang saat istirahat hal ini dapat
menyingkirkan nyeri viscerogenk. Status psikis dan neurologis pasien tidak
ditemukan kelainan atau dalam batas normal sehingga dapat menyingkirkan
keluhan NPB akibat psikogenik. Riwayat penyakit dahulu juga mendukung untuk
menyingkirkan kemungkinan etiologi penyebab NPB.

3. Apakah ada yang memperberat dan memperingan pada kasus ini?


Ada, yakni:
- Faktor yang memperberat:
1. IMT/obesitas
Diketahui pasien memiliki IMT: 28 dimana dikategorikan kedalam
obesitas. Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan
meningkat. Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan
berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot
punggung bawah. Dan bila ini berlanjut terus menerus, akan meyebabkan
penekanan pada bantalan saraf tulang belakang.
2. Peningkatan aktivitas dan gerak tubuh, postur tubuh
Nyeri semakin hebat saat pasien berjalan dan membungkuk. Diketahui
pasien memiliki riwayat kebiasaan mengangkat benda berat seperti galon.
Mengingat riwayat kebiasaan pasien sering mengangkat dan melakukan pekerjaan
berat seperti mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus.
Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini
berujung pada herniasi.
3.. Nyeri juga dirasakan semakin memberat pada saat pasien batuk atau
bersin.

- Faktor yang memperingan:


Apabila pasien istirahat dan berbaring telentang

4. Adakah tanda red flag ato yellow flag pada kasus ini?
Pada LBP perlu diwaspadai adanya red flag, yaitu tanda dan gejala yang
menandai adanya kelainan serius yang mendasari nyeri. Red flag dapat diketahui
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.Tanda adanya kondisi Red flag:
- Sindrom Cauda Equina (retensi urin, tanda gangguan neurologi bilateral, saddle
anesthesia)
- Anak-anak usia <18 tahun atau pada usia > 55 tahun
- Riwayat trauma
- Riwayat keganasan
- Riwayat pengobatan dengan steroid jangka panjang
- Drug abuse
- Infeksi HIV
- Penurunan berat badan (Weight loss)
- Demam yang tidak dapat dijelaskan
- Penyakit sistemik
- Lingkup gerak sendi terbatas dan persisten
- Nyeri yang intens dengan gerakan minimal
- Incontinansia
- Kelemahan motorik

Yellow flag merupakan faktor biopsikososial yang dapat menghambat


penyembuhan NPB atau keadaan yang memperlama LBP. Merupakan Faktor
psikologis yang memberi petunjuk bahwa nyeri pada penderita nyeri pinggang
sekunder cenderung berkembang menjadi kronis. Dimana nyeri pinggang kronis
adalah nyeri yang berlangsung >3 bulan.

Pada pasien ini, tidak ditemukan adanya tanda red flag namun ditemukan
1 tanda no urgent red flag yaitu usia yang melebihi 55 tahun, dimana pasien
berusia 60 tahun. Untuk tanda yellow flag, pada pasien tidak ada ditemukan.

5. Bagaimana mekanisme penyakit ini terjadi pada pasien jelaskan secara


patofisiologi dihubungkan dengan kondisi pasien nya?
Patofisiologi dari NPB sangatlah kompleks. Beragam struktur anatomi dan
elemen dari tulang lumbal (tulang, ligamen, tendon, otot, dan diskus) diyakini
sangat berperan dalam timbulnya gangguan. Sebagian besar dari elemen lumbal
memiliki inervasi sensorik, sehingga dapat memicu sinyal nosiseptif yang timbul
sebagai respons terhadap stimulus kerusakan jaringan. Sebab lainnya adalah
gangguan pada saraf, contohnya adalah skiatika. Pada kasus NPB kronis,
seringkali dijumpai penyebabnya adalah campuran antara nosiseptif dan
neurologis.

Komponen struktural vertebra sangat sensitive dan responsive terhadap


stimuli nociceptive dalam hal ini nyeri seperti pada peregangan ligamen, otot,
fascia atau kapsul sendi secara terus menerus yang dipengaruhi oleh beban
mekanik baik secara statis maupun dinamis. Nyeri terjadi jika saraf sensoris
perifer, yang disebut nociseptor terpicu oleh rangsang mekanik kimiawi maupun
thermal maka impuls nyeri akan dihantarkan ke serabut-serabut afferen cabang
spinal, dari medula spinalis impuls diteruskan ke otak melalui traktus
spinotalamikus kolateral. Selanjutnya akan memberikan respon terhadap impuls
saraf tersebut. Respon tersebut berupa upaya untuk menghambat atau mensupresi
nyeri dengan pengeluaran substansi peptide endogen yang mempunyai sifat
analgesik yaitu endorphin. Disamping itu impuls nyeri yang mencapai medulla
spinalis, akan memicu respon reflek spinal segmental yang menyebabkan spasme
otot dan vasokonstriksi. Spasme otot yang terjadi disini adalah merupakan suatu
mekanisme proteksi, karena adanya spasme otot akan membatasi gerakan
sehingga dapat mencegah kerusakan lebih berat, namun dengan adanya spasme
otot, juga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan ischemia dan
sekaligus menjadi titik picu terjadinya nyeri. Penyebab nyeri lainnya adalah
ischemia, dimana ischemia dapat menyebabkan akumulasi asam laktat dengan
jumlah yang besar di dalam jaringan, yang terbentuk sebagai konsekuensi dari
metabolisme anaerobik. Kemungkinan juga adalah keterlibatan unsur-unsur
kimiawi lainnya seperti bradykinin dan enzim proteolytic yang terbentuk di dalam
jaringan karena adanya kerusakan sel. Keterlibatan ke dua enzim dan akumulasi
asam laktat di dalam jaringan dapat merangsang ujung-ujung saraf nyeri (reseptor
nyeri). Di samping itu, muscle spasm juga penyebab umum dari nyeri. Nyeri
dapat berasal dari efek langsung dari muscle spasm yang merangsang reseptor
nyeri mechanosensitive, tetapi dapat juga berasal dari efek tidak langsung dari
muscle spasm yang mengompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan
ischemia. Hal ini akan menciptakan pelepasan substance kimiawi penyebab nyeri.
Adanya spasme otot menyebabkan ketidakseimbangan otot abdominal dan
paravertebrae, maka akan membatasi mobilitas lumbal terutama untuk gerakan
membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi). Nyeri dan spasme otot seringkali
membuat individu takut menggunakan otot-otot punggungnya untuk melakukan
gerakan lumbal, selanjutnya akan menyebabkan perubahan fisiologi pada otot
tersebut yaitu berkurangnya massa otot dan penurunan kekuatan otot, akhirnya
menimbulkan gangguan aktivitas fungsionalnya. Penyebab Spasme atau tightness
merupakan manifestasi dari reflex muscle guarding sebagai respon terhadap
adanya stimulus nyeri. Muscle spasm juga dapat terjadi sebagai respon terhadap
perubahan sirkulasi dan metabolik lokal yang terjadi ketika otot dalam keadaan
kontraksi yang terus menerus. Nyeri juga merupakan hasil dari adanya perubahan
lingkungan sirkulasi dan metabolik. Pada kondisi low back pain, jaringan lunak
yang sering mengalami muscle spasm adalah otot paravertebralis lumbal. Nyeri
yang berasal dari mechanical spine disebabkan oleh deformasi mekanikal dari
jaringan yang terganggu secara struktural, di mana sebagian besar disfungsi terjadi
pada komponen artikular tetapi keterlibatan struktur kontraktil tidak dapat
diabaikan. Keadaan ini akan menyebabkan muscle tension (spasme/tightness),
scarring, adherence (perlengketan), pemendekan adaptif atau kontraktur otot, atau
perbaikan yang tidak sempurna.

6. Kenapa diberikan Amitriptilin untuk apa, bila tak ada diberikan obat apa
lainnya uuntuk penggantinya?
Pada pasien ini perlu ditambahkan Amitriptilin sebagai analgetic adjuvan
yakni untuk memperkuat efek analgetik yang diberikan yakni tramadol dan
ketorolac. Apabila tidak ada, bisa diberikan lain seperti antikonvulsan (pregabalin,
gabapentin, carbamazepin, okskarbasepin, fenitoin, asam valproat), antidepresan
(amitriptilin, duloksetin, venlafaksin), penyekat alfa (klonidin, prasosin), muscle
relaxant (antispasmodic agent: carisaprodol) dll
Prinsip terapi pada pasien ini adalah hanya terapi simptomatis untuk
mengurangi nyeri. Dikarenakan pasien ini memiliki VAS score 6 dan termasuk
dalam kategori derajat nyeri sedang seingga menurut step ladder WHO diberikan
terapi sesuai protokol yaitu NSAID + Obat golongan weak opioid + adjuvant
analgetik.

7. Bila ini menyebabkan gangguan BAB - BAK di sebut lesi apa?


Bila ada gangguan BAB – BAK disebut disebut sindrom cauda equina,
yaitu kondisi ketika sekumpulan akar saraf (cauda equina) bawah tulang belakang
lumbosacral mengalami tekanan sehingga hilangnya fungsi di area dibawah conus
medullaris. Akar saraf berperan dalam mengirim dan menerima sinyal sensorik
dan motorik dari dan menuju tungkai, kaki serta organ panggul. Gejalanya adalah
gangguan defekasi atau miksi (inkontinensia uri dan alvi, retensi urin), paraparesis
dan deficit sensorik pada kedua tungkai dan gangguan fungsi seksual. Penyebab
paling sering adalah adanya Hernia Nukleus Pulposus (HNP). Sindrom cauda
equina ini merupakan kegawatan neurologis yang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mencegah kerusakan fungsi permanen.

8. Apakah ada rencana tindakan operatif pada kasus di atas, bila iya
dasarnya apa?
Pada penderita ini tindakan operasi/pembedahan tidak direncanakan untuk
dikerjakan karena diagnosis HNP belum dapat ditegakkan. Selain itu, tindakan
pembedahan pada kasus-kasus HNP juga hanya diindikasikan pada keadaan
berikut ini :
- Adanya salah satu kriteria red flags
- Kelainan saraf yang menonjol/ Iskhialgia yang berat sehingga pasien tidak
mampu menahan nyerinya
- Nyeri yang menetap dan berulang, tidak dapat disembuhkan dengan
tindakan konservatif selama 4-6 minggu
- Kelainan saraf iskhialgia/defisit neurologis yang semakin progresif dan
bertamabah berat
- Kelainan bentuk tulang belakang (skoliosis dan spondilolistesis)
- Tumor
9. Bagaimana edukasi pada pasien diatas secara komprehensif?
Edukasi:
- Beri penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya, faktor risiko,
mengatur pola makan yang sehat, penanganan stress dan istirahat yang
cukup, komplikasi serta prognosisnya.
- Edukasi mengenai Proper Body Mechanics
Pencegahan untuk yang sedang nyeri punggung.
- Jangan mengangkat, mendorong atau menarik.
- Jangan membungkuk atau jongkok terlalu lama.
- Usahakan supaya tidak batuk atau mengejan.
- Hindari naik turun tangga ataupun pekerjaan fisik yang mengeluarkan banyak
tenaga.
- Jangan menggunakan sepatu bertumit tinggi.

Pencegahan kambuhnya nyeri punggung


- Berusaha duduk dan berdiri dengan sikap yang benar.
- Berusaha melakukan latihan secara teratur.
- Tidur yang cukup.
- Hidup dalam batas ketegangan yang normal.
- Berusaha mengurangi berat badan jika kegemukan.
Jangan mengambil risiko jika aktivitas itu mengganggu pinggang
-

Anda mungkin juga menyukai