Peritonitis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada peritoneum. Peritoneum adalah lapisan tipis
dari jaringan yang melapisi organ-organ perut dan terletak di dalam dinding perut. Peradangan ini disebabkan oleh infeksi
bakteri atau jamur pada membran ini. Ada dua tipe peritonitis yaitu primer dan sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari pembuluh darah dan pembuluh limfe ke peritoneum. Penyebab peritonitis primer yang paling umum
adalah penyakit hati. Peritonitis sekunder adalah tipe peritonitis yang lebih umum. Hal ini terjadi ketika infeksi yang berasal
dari saluran pencernaan atau saluran empedu menyebar ke dalam peritoneum. Peritonitis juga dapat bersifat akut atau kronis.
Peritonitis akut adalah peradangan yang tiba-tiba pada peritoneum sedangkan peritonitis kronis adalah peradangan yang
berlangsung sejak lama pada peritoneum. Peritonitis adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa karena memerlukan
perawatan medis secepatnya. Infeksi menghentikan pergerakan usus yang normal (peristaltik). Tubuh segera mengalami
dehidrasi, dan zat-zat kimia penting yang disebut elektrolit dapat menjadi sangat terganggu. Seseorang yang menderita
peritonitis dan tidak dirawat dapat meninggal dalam beberapa hari.
Peritonitis dapat terjadi secara lokal maupun umum, melalui proses infeksi akibat perforasi usus, misalnya pada ruptur
appendiks atau divertikulum kolon, maupun non infeksi, misalnya akibat keluarnya asam lambung pada perforasi gaster,
keluarnya asam empedu pada perforasi kandung empedu. Pada wanita peritonitis sering disebabkan oleh infeksi tuba falopi
atau ruptur ovarium.
EPIDEMIOLOGI PERITONITIS
Epidemiologi peritonitis merupakan hal yang sulit untuk ditentukan karena bermacam proses yang mendasari penyakit ini. [2]
Global
Pada pasien dengan asites, prevalensi peritonitis dapat mencapai hingga 18%. Angka ini meningkat dibandingkan dua dekade
yang lalu di mana prevalensi peritonitis hanya 8% pada pasien asites. Dahulu peritonitis bakteri spontan dianggap hanya
dapat terbentuk pada pasien dengan sirosis alkoholik, namun sekarang diketahui bahwa peritonitis dapat ditemukan pada
pasien dengan semua jenis sirosis. [2,8]
Peritonitis bakterial spontan adalah infeksi bakteri yang paling sering pada pasien sirosis. Peritonitis bakterial spontan
dilaporkan ditemukan pada 10-30% pasien sirosis yang dirawat di rumah sakit. [9]
Sebuah penelitian oleh Ghosh et al di India menemukan bahwa selama tiga tahun, di satu rumah sakit besar terdapat 545
pasien dengan diagnosis peritonitis sekunder, dan 84,58% pasien tersebut adalah laki-laki. [10]
Indonesia
Belum terdapat data epidemiologi untuk peritonitis di Indonesia.
Mortalitas
Angka mortalitas peritonitis bakteri primer bervariasi antara 5% hingga 50%. Hal ini tergantung pada perkembangan
komplikasi dan komorbiditas pada pasien, misalnya perdarahan gastrointestinal, disfungsi renal, dan gagal ginjal. [2,8] Pada
peritonitis sekunder, kontrol sumber infeksi melalui tindakan pembedahan dan pemberian antibiotik dapat mengurangi
mortalitas menjadi 5-6%. Bila sumber infeksi tidak terkontrol, angka mortalitas pasien dapat mencapai 40%. [1]
Etiologi Peritonitis
Penyebab peritonitis adalah bakteri yang masuk ke ringga peritoneum dan terjadi peradangan. Bakteri Escheria coli,
klebsiella pneumoniae, streptococcus penumoniae, pseudomonas spesies, proteu spesies, dan gram negatif lainnya,
streptococcus lainnya, staphylococcus. Namun peritonitis juga dapat disebabkan oleh faktor dari luar seperti operasi yang
tidak steril, terkontaminasi talcum veltum, lypodium, sulfonamida, serta trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, dan
hati
Etiologi peritonitis juga tergantung pada jenis peritonitis.
A. Peritonitis primer pada pasien dewasa disebabkan oleh penyakit sirosis hepatis dan asites, sedangkan pada anak-anak
disebabkan oleh sindroma nefrotik dan Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Peritonitis primer juga dapat
disebabkan oleh karena penggunaan kateter peritoneum.
B. Peritonitis sekunder disebabkan oleh penyakit pada organ abdomen, trauma pada abdomen, dan operasi intra-
abdominal sebelumnya. Trauma pada abdomen dapat berupa trauma tajam, tumpul, atau iatrogenik.
C. Peritonitis tersier timbul akibat gagalnya terapi peritonitis atau karena imunitas pasien yang tidak adekuat. Gangguan
sistem imun yang signifikan pada pasien dengan peritonitis teriser menyebabkan mikroorganisme dengan patogenik
yang rendah untuk proliferasi dan menyebabkan penyakit ini.
FAKTOR RESIKO
penyakit hati dengan ascites
kerusakan ginjal
compromised immune system
pelvic inflammatory disease
appendisitis
ulkus gaster
infeksi kandung empedu
colitis ulseratif / chron’s disease
trauma
CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
pankreatitis
PENCEGAHAN
Pada umumnya, peritonitis seringkali terjadi ketika pasien menjalani proses dialisis peritoneal, terutama bersentuhan dengan
kateter dalam proses ini. Dokter dapat menyarankan tindakan berikut ini untuk mencegah peritonitis dalam proses dialisis
peritoneal:
1. Mencuci tangan, terutama di bagian bawah kuku dan di antara jari, sebelum menyentuh kateter
2. Membersihkan kulit di sekitar kateter setiap hari dengan menggunakan antiseptik
3. Menggunakan masker medis ketika menjalani proses pertukaran cairan dialisis.
PENANGANAN
1. Pemberian antibiotic
Dokter pada umumnya akan memberikan antibiotik untuk melawan infeksi dan mencegah penyebaran penyakit.
2. Operasi
Untuk kasus tertentu, dokter akan melakukan tindakan operasi, terutama jika peritonitis disebabkan oleh pecahnya usus
buntu, perut atau usus besar. Operasi ditujukan untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi serta mencegah penyakit
menyebar ke organ lainnya.
3. Perawatan lainnya
Tergantung kepada gejala yang muncul, dokter dapat melakukan tindakan lain seperti pemberian obat antinyeri, cairan infus,
suplai oksigen, serta transfusi darah (untuk kasus tertentu).Jika pasien menderita peritonitis dan tengah menjalani dialisis
peritoneal, dokter mungkin akan merekomendasikan dialisis dengan cara lain selama beberapa hari, sementara menunggu
kesembuhan tubuh dari infeksi.Jika peritonitis berlanjut atau berulang, pasien mungkin perlu berhenti menjalani dialisis
peritoneal sepenuhnya dan beralih ke bentuk dialisis yang berbeda.
Triyadi. (2014). Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Post Operasi Laparatomy Et Cause Peritonitis Hari Ke 6
– 7 Di Ruang Dahlia Rumah Sakit Dr. R Goeteng Taorenadibrata Purbalingga. http://repository.ump.ac.id/2677/.
25 januari 2021 (12:00).
Sulistyaningsih, Nunung, dkk. 2011. PERITONITIS. Surakarta : Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi.