FLEGMON
Oleh :
Preseptor:
dr. Eka Kurniawan Sp.PD
dr. Suarni H.M
dr. Florensia Wahyuni
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan YME karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Flegmon”. Case report
session ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti FOME3
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Eka Kurniawan Sp.Pd, dr. Suarni H.M, dr.
Florensia Wahyuni selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan
semua pihak yang telah membantu dalam penulisan case report session ini.
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga case
Penulis
2
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFENISI
mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka atau trauma, dengan penyebab
selulitis yang mengalami supurasi. Sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai
erisipelas.
Peradangan itu sendiri adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur-unsur pendukung
jaringan terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan eksudat. Eksudat itu sendiri
adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali
mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini
tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan
molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat
aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan
emigrasinya. Eksudat pada phlegmon bersifat purulen dimana konsentrasi sel neutrofil
1.2 ETIOLOGI
Peradangan pada phlegmon biasanya diakibatkan oleh bakteri streptoccus dan bakteri
anaerob lainnya. Streptococcus adalah bakteri gram positif ditemukan sebagai bagian flora
normal manusia pada saluran nafas, cerna, dan kemih-kelamin. Biasanya yang menyebabkan
infeksi adalah streptococcus yang bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini dapat menginfeksi
3
Pada saluran cerna, infeksi biasanya disebabkan oleh polimikroba, dimana mencakup
sekelompok bakteri anaerob atau mikroba lainnya. Bakteri atau sumber infeksi berasal dari
daerah perlukaan atau abrasi. Bakteri dapat masuk kedalam jaringan melalui trauma tersebut,
walaupun kadang trauma itu sendiri di abaikan. Pada kasus tertentu awal infeksi berasal dari
kulit kemudian menyebar pada jaringan di bawahnya hingga mengenai otot. Dengan kata lain
Phlegmon juga merupakan komplikasi atau hasil lanjutan dari suatu proses infeksi
sebelumnya.
tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek; diabetes dan alkoholisme sering
Faktor predisposisi yang bersifat lokal pada erisipelas umumnya edema baik yang
berasal dari renal maupun sistim limfatik. Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu
luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang
1.4 PATOGENESIS
Dalam keadaan normal, kulit memiliki berbagai jenis bakteri. Tetapi kulit yang utuh
merupakan penghalang yang efektif, yang mencegah masuk dan berkembangnya bakteri di
dalam tubuh. Jika kulit terluka, bakteri bisa masuk dan tumbuh di dalam tubuh, menyebabkan
infeksi dan peradangan. Jaringan kulit yang terinfeksi menjadi merah, panas dan nyeri.
Ketika bakteri masuk melalui trauma (perlukaan, abrasi), bakteri selanjutnya akan
menginvasi jaringan, dimana tubuh dalam hal ini akan memberi reaksi terhadap invasi
4
tersebut. Infeksi ini dapat memicu munculnya reaksi peradangan. Adanya benda asing dengan
segala produknya menyebabkan reaksi dari host yang melibatkan leukosit fagositik (neutrofil
atau PMN, makrofag, atau eosinofil), trombosit, limfosit dan system komplemen.
Adanya cairan dalam proses peradangan, atau yang yang disebut eksudat, tergantung
dari peradangan itu sediri. Mulai dari factor penyebab, organ yang terlibat, maupun lamanya
peradangan. Eksudat neutrofilik adalah eksudat yang terjadi akibat nekrosis dari jaringan
Apabila konsentrasi sel PMN lebih tinggi dibanding konsentrasi cairan maupun
proteinosa, maka eksudat neutrofilik macam ini disebut eksudat purulen. Apabila peradangan
purulen ini menyebar secara difus maka inilah yang dinamakan phlegmon. Terkadang
phlegmon dikaitkan dengan dengan abses yang merupakan peradangan neutronfilik supuratif
a. Erisipelas
- Gejala konstitusi :
1. Kulit yang terkena terlihat merah cerah, agak menonjol, batas jelas, nyeri tekan,
teraba panas
5
Gambar 1. Erisipelas
b. Selulitis
1. Demam, menggigil
3. Sakit kepala.
5. Malaise
muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala ini sama sekali tidak ada.
6
3. Tanda radang akut seperti merah, bengkak, nyeri tekan, mengkilat dan teraba
hangat.
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang
kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti
Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah. Karena infeksi menyebar ke
daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak dan
teraba lunak :
Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening
jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi d bawah kulit yang
nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke bagian tubuh
lainnya.
Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis
atau gangren) Lokalisasi lesi erisipelas dan selulitis paling sering pada anggota gerak
7
Gambar 2. Selulitis
1.6 DIAGNOSA
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
2. Selulitis :
3. Flegmon
c. Pemeriksaan laboratorium
1.7 PENGOBATAN
8
Tujuan utama dari pengobatan phlegmon adalah mengatasi penyebab, mencegah
perluasan penyebaran, dan mencegah kembalinya penyakit. Jika keadaan inflamasi ringan
sampai sedang dan keadaan umum dari pasien baik dapat diberikan kompres terbuka dengan
larutan PK 1/10.000 2-3x sehari selama 15-30 menit, efeknya sebagai mendinginkan,
Pada flegmon karena H. influenza diberikan ampisilin 200 mg/kgbb/hari selama 7-10
hari dan pada kasus berat dapat dikombinasi dengan kloramfenikol 100 mglkgbb/hari.
Flegmon karena streptokokus diberi penisilin prokain G (dosis = erisipelas) Pada flegmon
yang ternyata penyebabnya bukan Stafilokokus aureus penghasil penisilinase (non SAPP)
dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan
eritromisin atau klindamisin (dosis = erisipelas). Pada yang penyebabnya SAPP selain
eritromisin dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 12,525 mglkgbb/hari secara
oral selama 7-10 hari, atau sefalozelin IMIIV (dewasa 1 g/hari, kasus berat ditingkatkan 35
gram/hari; bayi dan anak-anak 2040 mg/kgbb/ hari, kasus berat sampai 100 mg/kgbb/hari;
Jika keadaan buruk dan inflamasi yang terjadi berat maka dilakukan tindakan
pembedahan yang meliputi drainase, disertai dengan pemberian antibiotik. Beberapa hal yang
3. Mencegah perlukaan yang tidak perlu, atau kerusakan saraf selama operasi.
1.8 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini adalah meluasnya daerah infeksi ke jaringan sekitar.
Oleh karena itu sangat tergantung pada lokasi dari phlegmon itu sendiri.
9
1.9 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada beberapa factor, antara lain keadaan umum pasien,
beratnya penyakit, penggunaan antibiotik yang sesuai, dan tindakan pembedahan yang baik.
Apabila keadaan umum pasien baik maka pemulihan dapat berjalan dengan baik pula.
Semakin berat penyakit maka semakin sulit penanganan dan semakin susah penyebuhannya.
Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan,
oleh karena itu diperlukan antibiotik yang sesuai dengan dandosis yang tepat untuk inflamasi
yang terjadi. Kultur diperlukan untuk hal ini. Tindakan pembedahan yang baik dapat
1.10 PENCEGAHAN
Untuk menghindari kerusakan kulit pada saat bekerja atau berolah raga, gunakanlah
Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi kerusakan kulit
pembengkakan.
Jaga kesehatan dan kendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat akan lebih mudah
melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak dan menyebabkan infeksi, sedangkan
10
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.N
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : Minang
KELUARGA
c. Status Ekonomi Keluarga : Keluarga pasien termasuk keluarga yang cukup mampu.
Pasien bekerja sebagai tukang ojek, dengan penghasilan yang tidak tetap setiap
harinya. Pasien memiliki 4 anak, 2 orang diantaranya masih sekolah ( SMP dan SMA
bebek, kelinci, kambing, dan ikan kolam. Istri pasien tidak bekerja.
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
11
- Rumah permanen, pekarangan cukup luas
- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara cukup.
- Listrik ada
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berusia 48 tahun datang ke Puskesmas Air Dingin dengan:
Keluhan Utama
Keluar nanah pada luka dipunggung kanan sejak 3 jam yang lalu.
- Keluar nanah pada luka dipunggung kanan sejak 3 jam yang lalu. Awalnya
bengkak pada punggung kanan sejak seminggu yang lalu, sebelumnya pasien
menggaruk punggung kanannya hingga terluka. Kemudian, pada hari ektiga
muncul bisul pada luka yang terasa nyeri dan panas. Pada hari ke-tujuh, bisul
pecah dan keluar nanah berwarna kuning dan kemerahan. Pasien tidak pernah
berobat atas keluhannya penyakitnya.
- Badan terasa lemas sejak satu minggu yang lalu
12
- Nafsu makan menurun sejak satu minggu yang lalu.
- Riwayat demam delapan hari yang lalu, demam tidak tinggi, tidak menggigil, dan
tidak berkeringat. Saat ini demam tidak ada.
- Riwayat digigit serangga tidak ada.
- Riwayat menderita penyakit kronik tidak ada
- Riwayat mengkonsumsi obat jangka lama tidak ada
- Riwayat kelainan kulit lain tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Napas : 16 x/menit
Suhu : 37 oC
BB : 70 kg
TORAKS
PARU
13
Inspeksi : simetris kiri=kanan
Perkusi : sonor
JANTUNG
Atas : RIC II
ABDOMEN
Perkusi : timpani
StatusDermatologikus
Gambaran Klinis :
14
Status Venereologikus :Diharapkan dalam batas normal
I. Diagnosis Kerja
Flegmon
Pemeriksaan Anjuran
Pewarnaan gram
15
kultur dan tes sensitifitas
IV. Penatalaksanaan
a. Preventif :
b. Promotif :
1. Sistemik
Amoksisilin tablet 500 mg 3 x sehari
Asam mefenamat tablet 500 mg 3 x sehari
2. Topikal
- Kompres rivanol
- Pro-debridement
d. Rehabilitatif :
16
Dinas Kesehatan Kodya Padang
S3 dd tab I
S3 dd tab I
S3 dd tab I
Pro : Tn N
Umur : 48 tahun
17
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 48 tahun , dengan diagnosis flegmon.
selulitis yang mengalami supurasi. Selulitis itu sendiri adalah Peradangan akut yang
mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka atau trauma, dengan penyebab
Streptococcus beta hemolitikus dan Staphilococcus aureus. Gejala yang sering timbul pada
flegmon adalah kulit tampak berwarna merah gelap, ada infiltrat difus yang telah pecah,
Pada kasus di atas, pasien mengalami gejala nyeri, bengkak berwarna merah
kehitaman pada punggung sejak tujuh hari yang lalu. Tiga hari setelah itu, muncul bisul yang
terasa nyeri dan panas, kemudian pada hari ke tujuh bisul pecah mengeluarkan cairan
berwarna kuning dan merah. Untuk menegakkan diagnosis flegmon lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dengan ditemukannya daerah yang bengkak, merah dan mengeluarkan
Penyebab yang mungkin sebagai pencetus selulitis pada pasien ini adalah adanya
mikrotrauma berupa garukan pada punggung kanan hingga terluka. disertai higienitas pasien
yang tidak bagus. Selulitis tidak sembuh setelah dibawa berobat ke puskesmas dan kemudian
berkembang menjadi flegmon bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan seperti pasien
yang tidak merawat selulitis dengan baik atau karena pasien tidak meminum obat dari
Puskesmas.
Manajemen pada pasien ini dilakukan debridement pada luka flegmon yang sudah
pecah. Kemudian kita berikan kompres rivanol. Untuk terapi farmakologinya, pasien
18
diberikan amkoxicilin untuk antibiotiknya dan untuk analgetiknya diberikan asam
mefenamat. Kemudian pasien diberikan edukasi agar merawat luka dalam keadaan kering,
serta menjaga higienitas. Kemudian pasien diminta kontrol dalam 1 minggu jika gejala tidak
hilang.
19
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo. Surabaya: LabIUPF Ilmu Penyakit Kulit
20