Anda di halaman 1dari 20

Case Report Session

FLEGMON

Oleh :

Putri Ramadhani 1210311001

Fikri Fulkiadli 1210312109

Preseptor:
dr. Eka Kurniawan Sp.PD
dr. Suarni H.M
dr. Florensia Wahyuni

KEPANITERAAN KLINIK FOME 3


PUSKESMAS AIR DINGIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan YME karena berkat rahmat dan hidayah-

Nya penulis dapat menyelesaikan case report session yang berjudul “Flegmon”. Case report

session ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti FOME3

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Eka Kurniawan Sp.Pd, dr. Suarni H.M, dr.

Florensia Wahyuni selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan

semua pihak yang telah membantu dalam penulisan case report session ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih memiliki banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga case

report session ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Padang, Februari 2018

Penulis

2
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFENISI

Flegmon (Yunani: phlegnionè = peradangan; pembengkakan). Peradangan akut yang

mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka atau trauma, dengan penyebab

Streptococcus betahemolitikus dan Staphilococcus aureus disebut selulitis. Flegmon adalah

selulitis yang mengalami supurasi. Sedangkan bentuk selulitis superfisial yang mengenai

pembuluh limfe yang disebabkan oleh Streptokokus betahemolitikus grup A disebut

erisipelas.

Peradangan itu sendiri adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur-unsur pendukung

jaringan terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan eksudat. Eksudat itu sendiri

adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali

mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini

tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan

molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat

aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan

emigrasinya. Eksudat pada phlegmon bersifat purulen dimana konsentrasi sel neutrofil

polimorfonuklear (PMN) lebih tinggi di banding bagian cairan dan proteinosa.

1.2 ETIOLOGI

Peradangan pada phlegmon biasanya diakibatkan oleh bakteri streptoccus dan bakteri

anaerob lainnya. Streptococcus adalah bakteri gram positif ditemukan sebagai bagian flora

normal manusia pada saluran nafas, cerna, dan kemih-kelamin. Biasanya yang menyebabkan

infeksi adalah streptococcus yang bersifat anaerob fakultatif. Bakteri ini dapat menginfeksi

kulit dan jaringan lunak.

3
Pada saluran cerna, infeksi biasanya disebabkan oleh polimikroba, dimana mencakup

sekelompok bakteri anaerob atau mikroba lainnya. Bakteri atau sumber infeksi berasal dari

daerah perlukaan atau abrasi. Bakteri dapat masuk kedalam jaringan melalui trauma tersebut,

walaupun kadang trauma itu sendiri di abaikan. Pada kasus tertentu awal infeksi berasal dari

kulit kemudian menyebar pada jaringan di bawahnya hingga mengenai otot. Dengan kata lain

Phlegmon juga merupakan komplikasi atau hasil lanjutan dari suatu proses infeksi

sebelumnya.

1.3 FAKTOR RISIKO

Faktor predisposisi erysipelas, selulitis, flegmon adalah : kakheksia, diabetes melitus,

malnutrisi, disgammaglobulinemia, alkoholisme dan keadaan yang dapat menurunkan daya

tahan tubuh terutama bila disertai higiene yang jelek; diabetes dan alkoholisme sering

diobservasi sebagai faktor predisposisi erysipelas.

Faktor predisposisi yang bersifat lokal pada erisipelas umumnya edema baik yang

berasal dari renal maupun sistim limfatik. Selulitis umumnya terjadi akibat komplikasi suatu

luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara mendadak pada kulit yang

normal terutama pada edema limfatik, renal atau hipostatik.

1.4 PATOGENESIS

Dalam keadaan normal, kulit memiliki berbagai jenis bakteri. Tetapi kulit yang utuh

merupakan penghalang yang efektif, yang mencegah masuk dan berkembangnya bakteri di

dalam tubuh. Jika kulit terluka, bakteri bisa masuk dan tumbuh di dalam tubuh, menyebabkan

infeksi dan peradangan. Jaringan kulit yang terinfeksi menjadi merah, panas dan nyeri.

Ketika bakteri masuk melalui trauma (perlukaan, abrasi), bakteri selanjutnya akan

menginvasi jaringan, dimana tubuh dalam hal ini akan memberi reaksi terhadap invasi

4
tersebut. Infeksi ini dapat memicu munculnya reaksi peradangan. Adanya benda asing dengan

segala produknya menyebabkan reaksi dari host yang melibatkan leukosit fagositik (neutrofil

atau PMN, makrofag, atau eosinofil), trombosit, limfosit dan system komplemen.

Adanya cairan dalam proses peradangan, atau yang yang disebut eksudat, tergantung

dari peradangan itu sediri. Mulai dari factor penyebab, organ yang terlibat, maupun lamanya

peradangan. Eksudat neutrofilik adalah eksudat yang terjadi akibat nekrosis dari jaringan

yang penyebabnya biasanya dari infeksi bakteri.

Apabila konsentrasi sel PMN lebih tinggi dibanding konsentrasi cairan maupun

proteinosa, maka eksudat neutrofilik macam ini disebut eksudat purulen. Apabila peradangan

purulen ini menyebar secara difus maka inilah yang dinamakan phlegmon. Terkadang

phlegmon dikaitkan dengan dengan abses yang merupakan peradangan neutronfilik supuratif

, walaupun tidak selama dapat dikaitkan.

1.5 GEJALA KLINIS

a. Erisipelas

- Masa inkubasi 2-5 hari

- Gejala konstitusi :

1. Demam tinggi (pada bayi sering diikuti konvulsi)

2. Sakit kepala, lesu, muntah-muntah.

- Pada daerah kulit:

1. Kulit yang terkena terlihat merah cerah, agak menonjol, batas jelas, nyeri tekan,

teraba panas

2. Kadang-kadang dijumpai vesikel vesikel kecil pada tepinya.

3. Dapat juga dijumpai bentuk bulosa.

5
Gambar 1. Erisipelas

b. Selulitis

- Gambaran kliniknya tergantung akut/tidaknya infeksi.

- Penderita bisa mengalami gejala konstitusi seperti

1. Demam, menggigil

2. Peningkatan denyut jantung

3. Sakit kepala.

4. Penurunan nafsu makan

5. Malaise

Kadang-kadang gejala-gejala ini timbul beberapa jam sebelum gejala lainnya

muncul di kulit. Tetapi pada beberapa kasus gejala-gejala ini sama sekali tidak ada.

- Kelainan kulit berupa:

1. Plak eritem yang berwarna lebih gelap

2. Infiltrat difus di subkutan

6
3. Tanda radang akut seperti merah, bengkak, nyeri tekan, mengkilat dan teraba

hangat.

Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah yang

kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti

kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange).

Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)

atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah. Karena infeksi menyebar ke

daerah yang lebih luas, maka kelenjar getah bening di dekatnya bisa membengkak dan

teraba lunak :

 Pembesaran KGB inguinal  infeksi di tungkai

 Pembesaran KGB axilla  infeksi di lengan

Jika selulitis kembali menyerang sisi yang sama, maka pembuluh getah bening

di dekatnya bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan jaringan

yang bersifat menetap.

Kadang-kadang bisa timbul abses sebagai akibat dari selulitis. Meskipun

jarang, bisa terjadi komplikasi serius berupa penyebaran infeksi d bawah kulit yang

menyebabkan kematian jaringan (seperti pada gangren streptokokus dan fasitis

nekrotisasi) dan penyebaran infeksi melalui aliran darah (bakteremia) ke bagian tubuh

lainnya.

Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon, nekrosis

atau gangren) Lokalisasi lesi erisipelas dan selulitis paling sering pada anggota gerak

bawah/atas, wajah, badan dan genitalia.

7
Gambar 2. Selulitis

1.6 DIAGNOSA

a. Anamnesis

Terutama mengenai riwayat mikrotrauma.

b. Pemeriksaan fisik

1. Erisipelas : kulit tampak berwarna merah cerah, batas jelas

2. Selulitis :

- Kulit tampak berwarna merah gelap

- Ada infiltrate difus

- Pembengkakan yang terlokalisir (edema)

3. Flegmon

- Kulit tampak berwarna merah gelap

- Ada infiltrat difus yang telah pecah

- Pembengkakan yang terlokalisir (edema)

c. Pemeriksaan laboratorium

- Menunjukkan peningkatan jumlah leukosit (leukositosis)

- Untuk menentukan penyebabnya, dilakukan pembiakan terhadap contoh darah atau

jaringan kulit yang terinfeksi, pus atau eksudat (kultur).

1.7 PENGOBATAN

8
Tujuan utama dari pengobatan phlegmon adalah mengatasi penyebab, mencegah

perluasan penyebaran, dan mencegah kembalinya penyakit. Jika keadaan inflamasi ringan

sampai sedang dan keadaan umum dari pasien baik dapat diberikan kompres terbuka dengan

larutan PK 1/10.000 2-3x sehari selama 15-30 menit, efeknya sebagai mendinginkan,

mengurangi inflamasi, antiseptic, dan antibiotik.

Pada flegmon karena H. influenza diberikan ampisilin 200 mg/kgbb/hari selama 7-10

hari dan pada kasus berat dapat dikombinasi dengan kloramfenikol 100 mglkgbb/hari.

Flegmon karena streptokokus diberi penisilin prokain G (dosis = erisipelas) Pada flegmon

yang ternyata penyebabnya bukan Stafilokokus aureus penghasil penisilinase (non SAPP)

dapat diberi penisilin. Pada yang alergi terhadap penisilin, sebagai alternatif digunakan

eritromisin atau klindamisin (dosis = erisipelas). Pada yang penyebabnya SAPP selain

eritromisin dan klindamisin, juga dapat diberikan dikloksasilin 12,525 mglkgbb/hari secara

oral selama 7-10 hari, atau sefalozelin IMIIV (dewasa 1 g/hari, kasus berat ditingkatkan 35

gram/hari; bayi dan anak-anak 2040 mg/kgbb/ hari, kasus berat sampai 100 mg/kgbb/hari;

neonati 1020 mg/ kgbb/hari diberikan 2 kali sehari)

Jika keadaan buruk dan inflamasi yang terjadi berat maka dilakukan tindakan

pembedahan yang meliputi drainase, disertai dengan pemberian antibiotik. Beberapa hal yang

harus di perhatikan dalam tindakan pembedahan yaitu :

1. Mencegah menyebarnya pus selama operasi berlangsung.

2. Mempertimbangkan faktor kosmetik untuk operasi di daerah wajah.

3. Mencegah perlukaan yang tidak perlu, atau kerusakan saraf selama operasi.

1.8 Komplikasi

Komplikasi dari penyakit ini adalah meluasnya daerah infeksi ke jaringan sekitar.

Oleh karena itu sangat tergantung pada lokasi dari phlegmon itu sendiri.

9
1.9 Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada beberapa factor, antara lain keadaan umum pasien,

beratnya penyakit, penggunaan antibiotik yang sesuai, dan tindakan pembedahan yang baik.

Apabila keadaan umum pasien baik maka pemulihan dapat berjalan dengan baik pula.

Semakin berat penyakit maka semakin sulit penanganan dan semakin susah penyebuhannya.

Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan,

oleh karena itu diperlukan antibiotik yang sesuai dengan dandosis yang tepat untuk inflamasi

yang terjadi. Kultur diperlukan untuk hal ini. Tindakan pembedahan yang baik dapat

mencegah perluasan penyakit dan mencegah kembalinya penyakit.

1.10 PENCEGAHAN

 Untuk menghindari kerusakan kulit pada saat bekerja atau berolah raga, gunakanlah

pelindung yang tepat.

 Bersihkan setiap luka di kulit secara seksama.

 Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi kerusakan kulit

berupa luka kecil maka segera dirawat/diobati

 Waspada terhadap terjadinya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, nyeri,

pembengkakan.

 Jaga kesehatan dan kendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat akan lebih mudah

melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak dan menyebabkan infeksi, sedangkan

tubuh yang lemah memiliki pertahanan infeksi yang jelek.

10
BAB 2

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.N

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Ikur Koto

Status Perkawinan : Menikah

Negeri Asal : Padang

Agama : Islam

Suku : Minang

Tgl. Pemeriksaan : 18 Februari 2018

LATAR BELAKANG SOSIAL-EKONOMI-DEMOGRAFI-LINGKUNGAN

KELUARGA

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah Anak : Anak pertama dari 2 bersaudara

c. Status Ekonomi Keluarga : Keluarga pasien termasuk keluarga yang cukup mampu.

Pasien bekerja sebagai tukang ojek, dengan penghasilan yang tidak tetap setiap

harinya. Pasien memiliki 4 anak, 2 orang diantaranya masih sekolah ( SMP dan SMA

). Pasien memiliki beberapa hewan ternak di sekitar rumahnya, diantaranya ayam,

bebek, kelinci, kambing, dan ikan kolam. Istri pasien tidak bekerja.

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

11
- Rumah permanen, pekarangan cukup luas

- Lantai rumah dari semen, ventilasi udara dan sirkulasi udara cukup.

- pencahayaan cukup, kamar pasien cukup lapang

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah

- Sampah dikumpulkan kemudia dibuang ke TPS

Kesan : higiene dan sanitasi baik

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk

- Lingkungan sekitar cukup bersih dan tertata rapi

g. Aspek Psikologis di keluarga

- Hubungan dengan keluarga baik

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki berusia 48 tahun datang ke Puskesmas Air Dingin dengan:

Keluhan Utama

Keluar nanah pada luka dipunggung kanan sejak 3 jam yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluar nanah pada luka dipunggung kanan sejak 3 jam yang lalu. Awalnya
bengkak pada punggung kanan sejak seminggu yang lalu, sebelumnya pasien
menggaruk punggung kanannya hingga terluka. Kemudian, pada hari ektiga
muncul bisul pada luka yang terasa nyeri dan panas. Pada hari ke-tujuh, bisul
pecah dan keluar nanah berwarna kuning dan kemerahan. Pasien tidak pernah
berobat atas keluhannya penyakitnya.
- Badan terasa lemas sejak satu minggu yang lalu

12
- Nafsu makan menurun sejak satu minggu yang lalu.
- Riwayat demam delapan hari yang lalu, demam tidak tinggi, tidak menggigil, dan
tidak berkeringat. Saat ini demam tidak ada.
- Riwayat digigit serangga tidak ada.
- Riwayat menderita penyakit kronik tidak ada
- Riwayat mengkonsumsi obat jangka lama tidak ada
- Riwayat kelainan kulit lain tidak ada

Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.


- Riwayat DM, hipertensi tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 83 x/menit, teratur, kuat angkat

Napas : 16 x/menit

Suhu : 37 oC

BB : 70 kg

Tinggi Badan : 163 cm

IMT : 26.34 kg/m2

Status gizi : Baik

TORAKS

PARU

13
Inspeksi : simetris kiri=kanan

Palpasi : fremitus kanan=kiri

Perkusi : sonor

Auskultasi : vesikuler , ronkhi(-/-), wheezing(-/-)

JANTUNG

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : ictus teraba 1 jari medial LCMS RIC V

Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : linea sternalis dextra

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

ABDOMEN

Inspeksi : tidak tampak membuncit

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) Normal

StatusDermatologikus

 Lokasi : Punggung Kanan


 Distribusi : Terlokalisir
 Bentuk : tidak khas
 Susunan : Susunan tidak khas
 Batas : Tegas
 Ukuran : lentikular - plakat
 Efloresensi : edem ertitem dengan krusta kuning dan kemerahan.

Gambaran Klinis :

14
Status Venereologikus :Diharapkan dalam batas normal

Kelainan Selaput : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kuku : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Rambut :Tidak ditemukan kelainan

Kelainan Kelenjar Limfe :Tidak ditemukan kelainan.

I. Diagnosis Kerja

Flegmon

II. Diagnosis Banding

III. Pemeriksaan Rutin

Cek darah rutin

Pemeriksaan Anjuran

Pewarnaan gram

15
kultur dan tes sensitifitas

IV. Penatalaksanaan

a. Preventif :

 Bersihkan setiap luka di kulit secara seksama.


 Mengusahakan tidak terjadinya kerusakan kulit atau bila telah terjadi
kerusakan kulit berupa luka kecil maka segera dirawat/diobati
 Waspada terhadap terjadinya tanda-tanda infeksi, seperti kemerahan, nyeri,
pembengkakan.
 Jaga kesehatan dan kendalikan penyakit menahun. Tubuh yang sehat akan
lebih mudah melawan bakteri sebelum mereka berkembang biak dan
menyebabkan infeksi, sedangkan tubuh yang lemah memiliki pertahanan
infeksi yang jelek
 Luka dijaga dalam keadaan kering.

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien penyebab dari penyakit ini sehingga bisa


mencegah untuk berulangnya penyakit seperti ini
- Menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan sehingga tidak mudah terkena
berbagai penyakit kulit.
c. Kuratif :

1. Sistemik
 Amoksisilin tablet 500 mg 3 x sehari
 Asam mefenamat tablet 500 mg 3 x sehari

2. Topikal
- Kompres rivanol
- Pro-debridement
d. Rehabilitatif :

- Kontrol ke puskesmas, jika keluhan tidak berkurang

16
Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Air Dingin

Dokter : DM. Putri, Fikri

Tanggal : 19 Februari 2018

R/ Amoksisilin tab 500 mg No.XV

S3 dd tab I

R/ asam Mefenamat tab 500 mg No. X

S3 dd tab I

R/ Vitamin C tab No. X

S3 dd tab I

Pro : Tn N

Umur : 48 tahun

Alamat : Ikur Koto

17
BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 48 tahun , dengan diagnosis flegmon.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Flegmon merupakan

selulitis yang mengalami supurasi. Selulitis itu sendiri adalah Peradangan akut yang

mengenai jaringan subkutis, biasanya didahului oleh luka atau trauma, dengan penyebab

Streptococcus beta hemolitikus dan Staphilococcus aureus. Gejala yang sering timbul pada

flegmon adalah kulit tampak berwarna merah gelap, ada infiltrat difus yang telah pecah,

pembengkakan yang terlokalisir (edema). Munculnya flegmon diawali oleh erisipelas

kemudian selulitis. Dan penyebab tersering ialah miktotrauma.

Pada kasus di atas, pasien mengalami gejala nyeri, bengkak berwarna merah

kehitaman pada punggung sejak tujuh hari yang lalu. Tiga hari setelah itu, muncul bisul yang

terasa nyeri dan panas, kemudian pada hari ke tujuh bisul pecah mengeluarkan cairan

berwarna kuning dan merah. Untuk menegakkan diagnosis flegmon lakukan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dengan ditemukannya daerah yang bengkak, merah dan mengeluarkan

cairan, kemungkinan ini adalah selulitis yang telah mengalami supurasi.

Penyebab yang mungkin sebagai pencetus selulitis pada pasien ini adalah adanya

mikrotrauma berupa garukan pada punggung kanan hingga terluka. disertai higienitas pasien

yang tidak bagus. Selulitis tidak sembuh setelah dibawa berobat ke puskesmas dan kemudian

berkembang menjadi flegmon bisa disebabkan karena beberapa kemungkinan seperti pasien

yang tidak merawat selulitis dengan baik atau karena pasien tidak meminum obat dari

Puskesmas.

Manajemen pada pasien ini dilakukan debridement pada luka flegmon yang sudah

pecah. Kemudian kita berikan kompres rivanol. Untuk terapi farmakologinya, pasien

18
diberikan amkoxicilin untuk antibiotiknya dan untuk analgetiknya diberikan asam

mefenamat. Kemudian pasien diberikan edukasi agar merawat luka dalam keadaan kering,

serta menjaga higienitas. Kemudian pasien diminta kontrol dalam 1 minggu jika gejala tidak

hilang.

19
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Bernard P. Bonnetblanc JM, Denis F. Dermatology in Europe (ed) Emililiano

Panconesi. Blackweil Scien. Publ. 1991 : 102104.

2. Charter C. Grosshans E. Internat. J. Dermatol. 1985; 29(7): 459-66.

5. DiNubile Mark J. Septic Thrombosis of the Cavernosus Sinuses. Arch Neurol

1988; 45: 56772.

3. Harun ES, SUkanto H, Agusni 1, Soeparlan AG. Erisipelas. Dalam: Pedoman

Diagnosis dan Terapi RSUD Dr. Soetomo. Surabaya: LabIUPF Ilmu Penyakit Kulit

dan Kelanun FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, 1982: 29-31.

4. Hanger SB. Facial Cellulitis. Pediatrics 1981; 67: 37677.

20

Anda mungkin juga menyukai