Anda di halaman 1dari 4

Ilustrasi Kasus

Ny. R, usia 40 tahun datang ke pliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan utama ingin
menghilangkan benjolan yang ada di pip. Dari riwayat penyakit sekarang : pasien datang ke poli
kulit dan kelamin RSUD dengan keluhan ingin menghilangkan jendolan yang ada di pipi kirinya
dekat dengan janggut. Jendolan ini muncul kira-kira 2,5 tahun yang lalu post pasien jatuh dari
sepeda motor. Pasien sudah memeriksakan penyakitnya ini berulang kali dan sudah disarankan
untuk di cauter. Post tindakan cauter kurang lebih 1 tahun yang lalu, jendolan muncul lagi.
Pasien juga sudah mencoba mengobatinya dengan krim-krim yang rekomendasikan oleh dokter,
tetapi keluhan masih utuh dan bagian yang njendul itu belum kempes. Riwayat penyakit dahulu :
pasien mengaku sebelumnya tidak pernah merasakan hal yang sama. Riwayat alergi disangkal
dan riwayat penyakit dahulu yang lain juga disangkal. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
keluarga yang menderita sakit yang sama dengan pasien. Riwayat penyakit yang lain dalam
keluarga disangkal. Riwayat alergi dalam keluarga disangkal. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
waktu itu didapatkan keadaan umum cukup dengan kesadaran kompos mentis. Predileksi lesi :
di pipi kiri dekat dengan janggut dengan ujud kelainan kulit terdapat plakat soliter bentuk
pedunculated batas tegas dengan permukaan lesi mengkilat dengan diameter lesi kurang lebih 2
cm.

Diagnosis
Keloid

Diagnosis Banding
Skar hipertrofi

Terapi
Injeksi triamcinolone intralesi, diulang tiap 2-3 minggu

Pembahasan

Keloid adalah jaringan parut abnormal yang umum dijumpai dalam proses penyembuhan
kulit yang disebabkan oleh sintesis dan deposisi yang tidak terkontrol dari jaringan kolagen
pada dermis. Trauma dan proses peradangan pada dermis merupakan faktor
terpenting yang berperan pada proses timbulnya keloid, sedangkan beberapa faktor
lain yang telah diketahui berpengaruh pada timbulnya keloid adalah :
1. herediter dan ras. Pada ras kulit negro, keloid lebih sering terjadi
2. umur dan endokrinal. Hal ini perlu dipahami, karena keloid lebih sering tumbuh
pada mereka yang berusia muda dan berjenis kelamin wanita serta pada ibu-ibu
hamil.
3. jenis luka. keloid lebih sering terjadi setelah adanya luka trauma karena panas
atau bahan kimia.
4. lokasi trauma. Luka dan peradangan yang terjadi pada daerah parasternal,
kepala, leher, bahu, dan tungkai bawah lebih mudah terkena keloid. Hal ini
diperkirakan karena rangsangan atau tarikan.

Patogenesis terjadinya keloid belum diketahui secara pasti. Penyembuhan luka merupakan
kejadian yang luar biasa kompleks menunjukkan kemungkinan untuk kesalahan
proses penyembuhan. Pada keloid yang terganggu adalah pada produksi kolagennya.

Gambaran klinis dari keloid sendiri adalah keloid mempunyai penampilan


umum secara klinis berupa lesi yang timbul berupa nodul, awalnya berwarna pink sampai
ungu yang sering nyeri, gatal atau keduanya.Epidermis tampak halus. Kemungkinan kesulitan
terbesar membedakan keloid adalah dengan hypertropic scar. Hal yang dapat membedakan
keduanya adalah :

Gambaran klinis utama yang membedakannya adalah keloid merupakan jaringan parut yang
meluas secara progresif meliputi daerah kulit normal di sekitarnya, mengakibatkan jaringan
parut yang tampak tidak teratur dan menggantung. Keloid lebih sering dijumpai pada kulit
gelap dan sering terjadi setelah trauma kecil seperti luka akibat lubang anting-anting, gigitan
serangga, dan vaksinasi, sedangkan jaringan parut hipertrofi : sebaliknya, jaringan parut
hipertrofik hanya terbatas pada jaringan yang rusak akibat trauma sebelumnya. Jaringan parut
hipertrofik cenderung terjadi setelah pembedahan dan trauma termal seperti luka bakar berat.
Jaringan parut tersebut lebih sering pada kulit berwarna. Jaringan parut hipertrofik tidak
menginvasi kulit di sekitarnya dan biasanya berhenti tumbuh setelah 6 bulan mengalami
regresi sejalan dengan waktu.

Penatalaksanaan keloid meliputi :


1. Bedah eksisi, tindakan ini sering dilakukan oleh ahli bedah, tetapi hasilnya kurang
memuaskan. menurut penelitian, sekitar 45-50% penderita mengalami kekambuhan akan
lebih buruk dari
keloid asal
2. Injeksi steroid intralesi, cara ini didasarkan dengan kemampuan triamsinolon menekan
proliferasi, migraso aktifitas makrofag dan meningkatkan degradasi kolagen
3. Pemberian sinar X superficial dengan dosis 1500-2000 rad sebelum 24 jam setelah operasi
mempunyai efikasi 65-99% dan rekurensi kurang dari 20%
4. Pengobatan bebat tekan selama 6-12 minggu setelah operasi keloid
5. Bedah laser. Hasil yang lebih baik dengan menggunakan pulse dye laser. Kombinasi terapi
dengan pulse dye laser dan kortikosteroid intralesi secara aktual membuat skar lebih lembut
dan edema yang memfasilitasi penetrasi steroid

6. Cryoterapi, dapat digunakan untuk lesi yang kecil. Secara invitro, kioterapi ditemukan
memodifikasi sintesis kolagen dan diferensiasi KFsmenjadi fenotip normal
7. Gel silikon. Silikon gel
efektif bila digunakan setelah eksisi untuk mencegah rekurensi keloid 70%-
80% dari kasus. Efeknya berupa perlunakan skar, mengurangi ukuran skar, eritem,dan gejala
nyeri dan gatal
8. Immuniquimod. Immune respotse modfier untuk meregulasi proinflamatory sitokin
termasuk TM-a, jika diberikan secara topikal. TNF-a mengurangi produksi kolagen
fibroblas
9. 5-fluorourasil. 5-Fluorourasil merupakan analog pirimidin. Digunakan secara topikal
dengan menekan proliferasi KFs
10. Bleomisin. bleomisin 1,5 IU/ml dengan metode multiple-punc tur skar mendatar. Terapi
ini memerlukan penelitian lebih lanjut

Triamcinolone injeksi intralesi :


Kenacort A berisi glukokortikoid yaitu triamsinolone dengan 2 sediaan, yaitu 10mg/ml dan
40mg / ml. Dosis yang digunakan : 0,1 ml/cm2dapat diulang 3 – 4 minggu selama 6 bulan
atau lebih. Keefektivan bervariasi, dari 50-100%, dengan angka rekurensi 4-50%.
Triamcinolone acetonide menjadi plihan untuk keloid yang kecil dan yang terjadi pada usia
muda. Triamsinolon juga mempunyai efek meredakan simptomatik dari keloid, yaitu gata.
Kerja triamsinolon  efek dari supresi pada proses peradangan pada
luka  menghambat pertumbuhan fibroblast. Triamsinilon menekan proliferasi dan migrasi
fibroblast, aktifitas makrofag dan meningkatkan degradasi fibroblast dan kolagen. Efek
farmakologi juga akan muncul pada penggunaan triamsininolon ini, terutama efek
depigmentasi dan atrofi sebagai akibat keluarnya steroid pada jaringan sehat. Efek samping
yang lain berupa : dermal atrofi, telangeektasi dan nyeri pada tempat injeksi.

Kesimpulan
Keloid terjadi karena sintesis dan deposisi yang tidak terkontrol dari jaringan kolagen pada
dermis pada proses penyembuhan luka. Banyak terapi yang diusulkan untuk menangani
keloid, akan tetapi masing-masing mempunyai angka rekurensi masing-masing. Injeksi
triamcinolone, kortikosterois intralesi cukup banyak digunakan dan dapat menjadi pilihan
alternatif dalam menangani keloid

Alhamdulillah, akhirnya selesai juga, btw, nggak tau lah ini bisa dipahami apa nggak. Intinya
sih, kalo ada keloid, terapi yang diberikan untuk menghilangkan keloid ini bermacam-macam
tergantung dari pilihan pasien mau yang mana. Jika berkenan untuk dilakukan penyuntikan,
maka kortikosteroid intralesi ini bisa menjadi pilihan, namun, memang jika sudah memilih
untuk menjalani terapi ini, maka harus rajin-rajin untuk datang setiap 2-3 minggu dan
pengobatan ini cukup membutuhkan kesabaran. Jika pasien tidak mau untuk disuntik, dapat
diberikan gel yang seperti plaster yang ditempel setiap hari. Gel ini nanti akan habis dan di
ganti kurang lebih 1-3 bulan rutin sampai keloid nya kempe.

Nah, mungkin sekian pembahasan kita kali ini, setelah berperang melawan sinyal yang hilang
timbul sehingga sulit buat posting, akhirnya bisa postingin tulisan ini.
Sekian yaa.. semoga bermanfaat, mohon maaf jika banyak kekurangan dan kesalahan,
monggo jika mau dikoreksi.

Wassalamualaikum Wr W

REFLEKSI KASUS 3

Kasus
“KELOID”
1. Deskripsi Kasus
Anamnesa : ± 4 bulan sebelum berobat, pasien menjalani operasi pengangkatan tumor
payudara kanan dan penjahitan luka didaerah pipi kanan bawah akibat terjatuh. ± 2 bulan kemudian
pasien mengeluhkan garis bekas jahitan luka di daerah pipi kanan dan payudara kanan timbul
benjolan yang memanjang mengikuti hasil jahitan dan berwarna kecoklatan, tidak terasa nyeri, tapi
kadan – kadang pasien mengeluhkan ras gatal, tidak keluar cairan dari benjolan tersebut.
U.K.K : Nodul hiperpigmentasi bentuk lonjong dengan ukuran 0,75 x 4 cm, soliter, tidak
teratur, keras di regio mandibula dextra. Nodul hiperpigmentasi dengan ukuran 1 x 3 cm, bentuk
lonjong, soliter, keras, tidak teratur dipapila mamae dextra ,

2. Yang menarik untuk diketahui


Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit dan penatalaksanaan

3. Yang telah dipelajari


Keloid merupakan.
 Definisi : hasil pertumbuhan akhir jaringan ikat padat yang terjadi setelah proses
penyembuhan luka.
 Etiologi epidemilogi :
a. Penyebabnya masih belum jelas
b. Umur : jarang pada anak yang baru lahir dan orang tua, insidensi tertinggi biasa pada
usia 10 – 20 tahun
c. Jenis kelamin : wanita > pria
d. Genetik
e. ras
 Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit :
a. Tegangan
b. Adanya ketidakseimbangan anabolik dan katabolik pada proses penyembuhan luka
→ kolagen yang diproduksi akan dipecah atau dirusak → jaringan parut akan tumbuh
kesegala arah.

 Manifestasi klinik:
a. Keloid diawali dengan adanya lesi akibat trauma tajam, akne pustule atau chiken pox
diatas area kulit yang mengalami fibrosis, fibrosis akan berlanjut menjadi keloid.
- Pada fase awal biasanya eritematous dan sukar dibedakan dengan scar
hipertopi
- Nodul kecoklatan lama – kelamaaan akan pucat
- Nodul tidak terdapat folikel atau kelenjar adneksa
- Keloid di telinga, leher dan perut biasanya pedunculated
- Keloid ditengah dada dan ekstermitas biasanya menonjol dengan permukaan
datar tetapi dasarnya lebih lebar daripada di atasnya.
- Keloid bisanya berbentuk bulat, oval dan membujur dengan tepi teratur
b. Keloid dan scar hipertrofi dapat dibedakan dengan kulit yang sehat dari :
Vaskularisasi, Densitas sel, Tebalanya lapisan epidermis
c. Pada keloid, jaringan fibrosis tumbuh berlebihan melebihi ukuran nodul, sedangkan
pada scar hipertreofi tidak.
 Treatment:
a. Tidak ada satupun terapi yang memuaskan untuk keloid sampai sekarang, akan
tetapi lokasi, besar, kedalaman lesi, umur pasien dan respon terapi sebelumnya akan
mempengaruhi hasil terapi
b. Terapi yang digunakan meliputi occlusive dressings, compression therapy,
intralesional corticosteroid injections, cryosurgery, excision, radiation therapy, laser
therapy, interferon therapy, antineoplastic terapi,
c. Pencegahan dan edukasi pasien merupakan kunci utama pada pasien dengan
riwayat keloid ( menghindari perlukaan pada kulit, meminimalkan inflamasi akibat
akne atau pembedahan) .

Anda mungkin juga menyukai