A. NARROWBAND ULTRAVIOLET B
Protokol NB-UVB meliputi pemberian dosis awal tetap sebesar 0,21 J/cm2 dua kali
seminggu dengan penambahan dosis sebesar 20% setiap sesi hingga dosis yang menimbulkan
eritema (dosis paling rendah yang menyebabkan eritema yang terlihat pada kulit depigmentasi
pada 24 jam) telah dicapai. Terapi selama 9 bulan diperlukan untuk mencapai repigmentasi
maksimal. Tempat yang paling sensitif adalah wajah, badan, tungkai maupun lengan sedangkan
tempat yang paling tidak responsif adalah tangan dan kaki.
B. FOTOKEMOTERAPI (PUVA)
PUVA terdiri atas kombinasi 8-metoksi-psoralen topikal atau oral dengan penyinaran UVA
(320-400 nm). Psoralen pilihan yaitu metoksalen diberikan dengan dosis oral 0,4 mg/kg berat
badan, 1-2 jam sebelum terpapar UVA. Metoksalen 0,1% diberikan pada area vitiligo 30-60 menit
sebelum terpapar terhadap radiasi UV sebagai PUVA topikal. PUVA topikal diindikasikan untuk
pasien dengan luas vitiligo kurang dari 20% area permukaan tubuh namun efek sampingnya berupa
luka bakar yang menyakitkan (reaksi fototoksisitas) sulit dihindari.
C. KORTIKOSTEROID
1. KORTIKOSTEROID TOPIKAL
PUVA meningkatkan pola repigmentasi perifolikular sedangkan kortikosteroid topikal
menghasilkan lebih banyak repigmentasi yang lebih menyebar dan terjadi lebih cepat tetapi kurang
stabil. Lesi yang terlokalisasi dapat diobati dengan kortikosterioid berpotensi tinggi yang
terfluorinasi (contohnya salep klobetasol propionat 0,05%) yang diberikan selama 1-2 bulan.
Pengobatan dapat dikurangi secara bertahap dengan kortikosteroid potensi rendah (contohnya krim
hidrokortison butirat 0,1%).
2. KORTIKOSTEROID SISTEMIK
Kortikosteroid sistemik telah digunakan sebagai terapi denyut dan untuk jangka pendek
dengan tujuan menghentikan penyebaran depigmentasi yang cepat pada beberapa kasus VG.
D. PENGHAMBAT KALSINEURIN
Pengambat kalsineurin adalah terapi yang efektif pada vitiligo karena mempunyai
kemampuan untuk mengembalikan jaringan sitokin yang berubah. Takrolimus bekerja dengan
menghambat aktivasi sel T dan mengurangi transkripsi gen yang mengkode sitokin proinflamasi
IL-2, IL-3, IL-4, IL-5, interferon- (IFN-), tumor necrosis factor (TNF-) dan granulocyte
macrophage colony stimulating factor (GM-CSF) pada sel-sel T. Penghambat kalsineurin
(contohnya, salep takrolimus 0,03%-0,1%, salep pimekrolimus 1%) secara umum lebih dipilih
untuk mengobati lesi vitiligo yang terlokalisasi pada wajah dan leher dan lebih efektif bila
diberikan bersama dengan radiasi UV yang dihantarkan oleh alat UVB energi tinggi.
F. PSEUDOKATALASE
Pseudokatalase digunakan untuk mengangkat kembali kekurangan aktivitas katalase pada
epidermis pasien vitiligo, mengurangi H2O2 yang berlebihan dan memungkinkan terjadinya
pemulihan aktivitas enzim pada kulit vitiligo. Terapi tunggal dengan pseudokatalase atau
kombinasi dengan NB-UVB telah menunjukkan perbaikan pada repigmentasi dan mencegah
perkembangan penyakit pada percobaan yang tak terkontrol.
G. TERAPI LASER
UV B narrowban excimer laser (XeCl) dan monochromatic excimer light (MEL) saat ini
digunakan untuk pengobatan vitiligo yang terlokalisasi. XeCl memiliki emisi sinar monokromatik
yang terkait dengan laser XeCl, sedangkan alat MEL dapat menghasilkan dan secara selektif
menghantarkan sinar UVB 308 nm.
H. BEDAH
Cangkok kulit autolog merupakan pilihan untuk pasien dengan vitiligo stabil yang sukar
disembuhkan atau hanya sebagian responsif terhadap pengobatan medis, dan secara umum terbatas
tingkatannya (kurang dari 3% dari area permukaan tubuh). Efek samping yang paling sering timbul
adalah infeksi, hiperpigmentasi pasca inflamasi, repigmentasi nonestetik, cobblestoning dan bekas
luka.
I. SUSPENSI EPIDERMAL NON-KULTUR
Teknik ini dilakukan dengan mencangkok suspensi nonkultur yang mengandung baik
keratinosit maupun melanosit. Suspensi terdiri dari pencernaan tripsin 0,25% pada kulit donor
yang tipis dan disuntikkan kedalam lepuhan, kemudian yang diangkat dengan pembekuan nitrogen
cair atau menempatkannya pada penerima secara dermabrasi superfisial. Manfaat dari metode ini
adalah bekas luka yang lebih sedikit jika penerima dan pendonornya dimanipulasi secara hati-hati.
K. MINIGRAFTING
Beberapa lubang dibuat pada tempat penerima dengan menggunakan punch (mesin
pembuat lubang) berukuran 1,0-1,2 mm dengan jarak antara lubang 3-4 mm. Pencangkokan mini
diambil dari tempat pendonor dengan menggunakan punch yang serupa dan dipindahkan ke tempat
penerima dengan gunting tang kecil atau jarum hipodermik. Repigmentasi terjadi disekitar masing-
masing pencangkokan mini hingga 2-5 mm dengan penggabungan pigmen yang menyebar.
L. PENCANGKOKAN EPIDERMAL
Cangkok dilakukan pada tekanan negatif dengan menggunakan alat penghisap yang dibuat
sesuai kebutuhan. Tempat donor yang lebih dipilih adalah bagian dalam paha dan bagian dalam
lengan bawah. Tempat penerima dibuat dengan melepaskan epidermis dengan menggunakan
pembekuan nitrogen cair beku, dermabrasi superfisial atau laser ablasi.
2. SUSPENSI MELANOSIT.
Sel-sel pigmen meningkat jumlahnya dan dapat dicangkok pada area yang telah kosong
dengan kepadatan hingga 100.000 melanosit/cm2. Suspensi tersebut menyebar ke area penerima
dan ditutup selama satu minggu sehingga yang menghasilkan penyerapan selular yang baik pada
saat subkulturisasi.
N. MIKROPIGMENTASI
Mikropigmentasi bermanfaat untuk lesi vitiligo pada area mukosa dan mukokutaneus. Hal
ini dilakukan dengan membuat tanda dengan butiran-butiran pigmen yang lembab pada dermis
didalam berkas kolagen dan secara ekstraseluler pada kedalaman 1-2 mm, yang dimasukkan
dengan berbagai jarum listrik. Kombinasi pigmen putih, kuning, hitam, merah dan cokelat
digunakan.
O. DEPIGMENTASI
Depigmentasi diperoleh dengan menggunakan 20% monobenzil eter hidroquinon (MBEH;
monobenzone), yang merangsang hilangnya melanosit melalui kematian nekrosis tanpa
mengaktivasi pancaran caspase cascade atau fragmentasi DNA. MBEH pertama kali diterapkan
sebagai uji patch selama 48 jam guna mendeteksi hipersensitivitas. Selanjutnya, pengaplikasian
dua kali sehari selama setidaknya setahun diikuti dengan depigmentasi yang menetap (tak dapat
diubah).