Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 27 TAHUN DENGAN KELOID

Ni Ketut Putri Angga Dewi


03012189

Pembimbing:
dr. Abdul Gayum, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK DERMATO-VENEREOLOGI


RUMAH SAKIT TNI-AL Dr. MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 24 JULI 25 AGUSTUS 2016

0
SEORANG WANITA 27 TAHUN DENGAN KELOID

Ni Ketut Putri Angga Dewi1, Abdul Gayum2


1
Dokter Muda Fakultas Kedokteran Trisakti di
SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo
2
SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo

Abstrak
Keloid adalah pertumbuhan jaringan ikat padat akibat respon penyembuhan luka
abnormal. Keloid berbeda dengan skar hipertrofi karena keloid menyebar melewati
garis batas luka awal, menginvasi kulit normal di sekitarnya, tumbuh mirip
pseudotumor dan cenderung rekuren setelah eksisi. Penanganan keloid merupakan
tantangan bagi dermatolog, terutama karena respon terhadap pengobatan yang
bervariasi. Keloid sering timbul kembali walaupun telah diterapi dengan berbagai
teknik. Pada kasus ini seorang wanita berusia 27 tahun datang ke Poliklinik Kulit
Kelamin RSAL Dr. Mintohardjo dengan keluhan adanya banyak benjolan pada
punggung dan dada sejak 2 tahun lalu. Awalnya di punggung timbul jerawat,
kemudian saat penyembuhan jerawat tersebut menjadi benjolan yang bertambah luas
melewati tepi luka. Benjolan berwarna merah kecoklatan, kadang terasa gatal. Terapi
yang diberikan adalah injeksi kortikosteroid intralesi. Keloid merupakan
pertumbuhan jaringan ikat berlebihan pada fase penyembuhan luka yang melebihi
ukuran luka. Keloid sering terjadi pada kelompok umur usia muda dan jarang terjadi
pada usia tua. Diagnosis keloid dibuat berdasarkan gambaran klinis berupa lesi
padat kemerahan dan menimbul dengan permukaan licin dan berkilat. Keloid lebih
banyak tumbuh di daerah dada, punggung, dan deltoid. Penatalaksanaan pada keloid
adalah menghindari trauma, radang atau infeksi di daerah predileksi.
Medikamentosa yang diberikan dapat berupa kortikosteroid intralesi, 5-flourourasil
intralesi, tekanan dengan bebat tekan atau gel silicon, eksisi pada keloid. Hasil
paling baik umumnya dicapai dengan melakukan kombinasi beberapa tatalaksana
medikamentosa.

Keyword: keloid, skar hipertrofi

1
Pendahuluan
Keloid adalah pertumbuhan jaringan ikat padat hiperproliferatif jinak akibat
respon penyembuhan luka abnormal. Keloid terjadi karena sintesis dan penumpukan
kolagen yang berlebihan dan tidak terkontrol pada kulit yang sebelumnya terjadi
trauma dan mengalami penyembuhan luka. Keloid berbeda dengan skar hipertrofi
karena keloid menyebar melewati garis batas luka awal, menginvasi kulit normal di
sekitarnya, tumbuh mirip pseudotumor dan cenderung rekuren setelah eksisi.
Penanganan keloid merupakan tantangan bagi dermatolog, terutama karena
respon terhadap pengobatan yang bervariasi. Berbagai metoda terapi telah dilakukan
untuk mengobati keloid. Metoda terapi keloid yang banyak digunakan saat ini adalah
kortikosteroid, pembedahan, radiasi, laser.
Keloid sering timbul kembali walaupun telah diterapi dengan berbagai teknik.
Oleh karena itu, pemahaman mendasar tentang patogenesis, berbagai metoda
penanganan dan pencegahan kekambuhan keloid penting untuk dimiliki oleh dokter
yang akan menangani kondisi ini.

Kasus
Seorang wanita berusia 27 tahun datang ke Poliklinik Kulit Kelamin RSAL Dr.
Mintohardjo dengan keluhan adanya banyak benjolan pada punggung dan dada sejak
2 tahun lalu. Awalnya di punggung timbul jerawat, kemudian saat jerawat sudah
sembuh bekas jerawat tersebut menjadi benjolan yang bertambah luas melewati tepi
luka. Benjolan berwarna merah kecoklatan, kadang terasa gatal.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
dan pada tanda vital didapatkan TD 120/70 mmHg, HR 88x/menit serta RR
18x/menit. Status dermatologi menunjukan pada regio trunkus posterior: didapatkan
nodul multiple, ukuran bervariasi sebagian besar berukuran numular, konsistensi
keras, permukaan licin, sirkumkripta, bentuk tidak teratur. Pada regio trunkus anterior:
didapatkan nodul dengan konsistensi keras, permukaan licin, sirkumkripta, bentuk
memanjang.
Diagnosis pada pasien ini adalah keloid dan terapi yang diberikan adalah
injeksi kortikosteroid intralesi yaitu triamsinolon asetonid 10mg/ml. Edukasi kepada
pasien yaitu jangan menggaruk lesi, usahakan proteksi tubuh agar tidak terjadi luka,

2
hindari prosedur-prosedur medis invasif yang bersifat elektif yang dapat menimbulkan
luka.

Gambar 1. Multipel keloid pada punggung

Gambar 2. Keloid pada dada

3
Gambar 3. Injeksi triamsinolon asetonid intralesi
Diskusi
Keloid merupakan pertumbuhan jaringan ikat berlebihan pada fase
penyembuhan luka yang melebihi ukuran luka, sedangkan parut hipertrofik adalah
pertumbuhan jaringan ikat sesuai dengan ukuran luka dan akan mengalami resolusi.
Harus dibedakan antara keloid dan parut hipertrofik. Pada parut hipertrofik, dapat
sembuh secara spontan dalam 12-18 bulan meskipun tidak komplit. Sedangkan pada
keloid, parut melampaui batas tepi luka tetapi jarang meluas sampai ke jaringan
subkutan, aktif dan menunjukkan tanda-tanda radang seperti kemerahan, gatal dan
nyeri ringan.1,2
Kebanyakan orang tidak pernah memiliki keloid. Untuk alasan yang tidak
diketahui, keloid terjadi lebih sering di antara kulit hitam, Hispanik dan Asia dan
jarang di Kaukasia. Keloid juga dilaporkan lebih banyak pada wanita muda
dibandingkan pria muda. Berdasarkan usia, keloid sering terjadi pada kelompok usia
dewasa muda yaitu sekitar 10-30 tahun dan jarang terjadi pada usia tua.3
Keloid dapat disebabkan oleh insisi bedah, luka, penyuntikan vaksinasi
(BCG), luka bakar, bekas jerawat, setelah cacar, gigitan serangga, pemakaian anting.
Diagnosis keloid dibuat berdasarkan gambaran klinis berupa lesi padat kemerahan dan
menimbul dengan permukaan licin dan berkilat. Kelainan ini dapat tumbuh terus,
tetapi jika terjadi resolusi pertumbuhan akan berkurang dan warna akan lebih pucat.
Setelah dua sampai tiga bulan, bila pertumbuhan masih terjadi dan melebihi ukuran
luka, kemungkinan besar akan menjadi keloid. Keloid lebih banyak tumbuh di daerah
dada, punggung, dan deltoid.1,4
Keloid dapat dijelaskan sebagai suatu variasi dari penyembuhan luka. Pada
suatu luka, proses anabolik dan katabolik mencapai keseimbangan selama kurang
lebih 6-8 minggu setelah suatu trauma. Pada stadium ini, kekuatan luka kurang lebih
30-40% dibandingkan kulit sehat. Seiring dengan maturnya jaringan parut (skar),
kekuatan meregang dari skar juga bertambah sebagai akibat pertautan yang progresif
dari serat kolagen. Pada saat itu, skar akan nampak hiperemis dan mungkin menebal,
tepi penebalan ini akan berkurang secara bertahap selama beberapa bulan sampai
menjadi datar, putih, lemas, dapat diregangkan sebagai suatu skar yang matur. Jika
terjadi ketidakseimbangan antara fase anabolik dan katabolik dari proses
penyembuhan, lebih banyak kolagen yang diproduksi dari yang dikeluarkan, dan skar

4
bertumbuh dari segala arah. Skar sampai diatas permukaan kulit dan menjadi
hiperemis. Skar yang meluas ini akan timbul sebagai keloid dengan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: semua rangsang fibroplasia yang berkelanjutan (infeksi
kronik, benda asing dalam luka, tidak ada regangan setempat waktu penyembuhan,
regangan berlebihan pada pertautan luka), usia pertumbuhan, bakat, ras dan lokasi.5
Keloid memberikan gambaran klinik yang bervariasi. Kebanyakan lesi tumbuh
selama beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi ada pula yang tumbuh dalam
beberapa tahun. Pertumbuhan biasanya lambat, tetapi kadang-kadang melebar secara
cepat, menjadi 3 kali lebih lebar dalam beberapa bulan. Ada pula keloid yang berhenti
tumbuh, keloid tidak selalu memberikan gejala dan menjadi stabil. Keloid tumbuh
berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung
kambuh bila dilakukan intervensi bedah.2,6
Kebanyakan keloid berbentuk bulat, oval, atau persegi panjang dengan tepi
reguler, tetapi ada pula yang berbentuk seperti bekas cakaran dengan tepi yang
irreguler. Kebanyakan pasien datang dengan 1-2 keloid, tetapi ada juga dengan
banyak keloid seperti pada pasien dalam kasus ini yang keloid muncul akibat jerawat.
Keloid tidak pernah berubah menjadi keganasan dan hanya menimbulkan masalah
kosmetik saja. Pada pemeriksaan histologis keloid, ditemukan kolagen dengan jumlah
yang meningkat dan deposisi glikosaminoglikan, kedua komponen utama matriks
ekstraselular.2,7
Penatalaksanaan pada keloid adalah menghindari trauma, radang atau infeksi
di daerah predileksi. Medikamentosa yang diberikan dapat berupa kortikosteroid
intralesi, misalnya triamnisolon asetonid 10mg/ml, disuntikkan kira-kira 0,1 ml dalam
setiap 1 ml jaringan keloid. Maksimal 2 ml setiap minggu. 5-flourourasil intralesi
50mg/ml setiap minggu. Tekanan dengan bebat tekan atau gel silicon. Eksisi pada
keloid kecil atau keloid yang dapat dieksisi dengan penutupan kulit yang mudah dan
tanpa tegangan, kemudian diberikan kortikosteroid intralesi atau bebat tekan untuk
mengurangi rekurensi. Dapat pula diberikan krim imiquimod 5% sesudah eksisi.
Topikal krim Cantella asiatica atau ekstraks cephae dapat diberikan namun hasil
belum memuaskan. Bisa juga dilakukan PDL (Pulsed Dye Laser). Hasil paling baik
umumnya dicapai dengan melakukan kombinasi beberapa tatalaksana
medikamentosa.1,8
Diagnosis banding dari kasus ini adalah dermatofibroma. Dermatofibroma
merupakan nodul jinak yang dibentuk oleh proliferasi fokal fibrolas atau histiosit.

5
Lebih tampak sebagai proses reaktif daripada neoplasma yang sebenarnya. Biasanya
berhubungan dengan proliferasi ringan dari epidermis diatasnya. Sering dijumpai pada
orang dewasa usia pertengahan, tetapi dapat terjadi pada semua usia dan wanita lebih
banyak dari pada pria. Penyebab tidak diketahui, diduga dari proses reaktif terhadap
trauma seperti tusukan jarum, garukan, atau gigitan nyamuk. Secara klinis ditandai
adanya nodul intrakutan yang lonjong sampai bulat, soliter, dapat pula multipel,
konsistensi keras, berwarna coklat tua kemerahan atau kadang-kadang kekuningan,
dengan dengan diameter biasanya kurang dari 1 cm. Permukaannya agak menonjol,
berbentuk kubah, tetapi kadang-kadang tumor akan melekuk kebawah permukaan
kulit dan melekat erat pada kulit di atasnya, tetapi mudah digerakan dari jaringan di
permukaan lesi dapat halus atau sedikit kasar dan sedikit berkuama.8

Kesimpulan
Dilaporkan seorang pasien dengan keloid pada punggung dan dada yang
muncul awalnya karena terdapat jerawat pada tempat tersebut. Keloid merupakan
pertumbuhan jaringan ikat berlebihan pada fase penyembuhan luka yang melebihi
ukuran luka. Berdasarkan usia, keloid sering terjadi pada kelompok usia dewasa muda
yaitu sekitar 10-30 tahun dan jarang terjadi pada usia tua.
Kebanyakan pasien datang dengan 1-2 keloid, tetapi ada juga dengan banyak
keloid seperti pada pasien yang keloid muncul akibat jerawat atau bekas cacar. Keloid
tidak pernah berubah menjadi keganasan dan hanya menimbulkan masalah kosmetik
saja.
Diagnosis keloid dibuat berdasarkan gambaran klinis berupa lesi padat
kemerahan dan menimbul dengan permukaan licin dan berkilat. Keloid lebih banyak
tumbuh di daerah dada, punggung, dan deltoid. Pada pemeriksaan histologis keloid,
ditemukan kolagen dengan jumlah yang meningkat dan deposisi glikosaminoglikan,
kedua komponen utama matriks ekstraselular. Penatalaksanaan pada keloid adalah
menghindari trauma, radang atau infeksi di daerah predileksi. Medikamentosa yang
diberikan dapat berupa kortikosteroid intralesi, misalnya triamnisolon asetonid
10mg/ml, 5-flourourasil intralesi 50mg/ml setiap minggu, tekanan dengan bebat tekan
atau gel silicon, eksisi pada keloid kecil atau keloid yang dapat dieksisi dengan
penutupan kulit yang mudah dan tanpa tegangan, dapat pula diberikan krim
imiquimod 5% sesudah eksisi. Bisa juga dilakukan PDL (Pulsed Dye Laser). Hasil
paling baik umumnya dicapai dengan melakukan kombinasi beberapa tatalaksana

6
medikamentosa.

Daftar Pustaka
1. Buku pink
2. Hunasgi S, Koneru A, Vanishree M, Shamala R. Keloid: A case report and
review of pathophysiology and differences between keloid and hypertrophic
scars. J Oral Maxillofac Pathol 2013;17:116-20
3. Seo SH, Sung HW. Teatment of keloids and hypertrophic scars using topical
and intralesional mitomycin C. J Eur Acad Dermatol Venereol.2012;26:634-8
4. fitz pat
5. Abeer S, Jamal K, Fadi K. Risk factors of keloids in Syrians. BMC
Dermatology 2016;16:13
6. Bukmer
7. Butler P, Longaker M, Yang G. Current Progress in Keloid Research and
Treatment. J of the American College of Surgeon 2008; 206:73141
8. Ogawa R. Keloid and Hypertrophic Scars Are the Result of Chronic
Inflammation in the Reticular Dermis. Department of Plastic, Reconstructive
and Aesthetic Surgery, Nippon Medical School Hospital;Tokyo 2017

Anda mungkin juga menyukai