Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

Eritroderma ialah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema


universalis (90%-100%), biasanya disertai skuama. Bila eritemanya antara
50%-90% dapat disebut pre-eritroderma. Pada definisitersebut yang mutlak
harus ada ialah eritema, sedangkan skuama tidak selalu terdapat, misalnya
eritroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya tidak disertai
skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan timbul skuama. Pada
eritroderrma yang kronik, eritema tidak begitu jelas, karena bercampur dengan
hiperpigmentasi.
Insidens eritroderma kian meningkat. Salah satu kausanya yang paling
seirng ialah psoriasis. Eritroderma yang kronis dapat menyebabkan gangguan
dalam. Pada penatalaksanaanya terdapat kesulitan karena sebagian kasus tidak
diketahui penyebabnya.
Pada eritroderma akibat alergi obat diperlukan anamnesis yang teliti
untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu
10 hari dan ujud kelainan kulitnya berupa eritema saja setelah fase
penyembuhan barulah timbul skuama.
Pada eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali disebabkan
oleh psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi. Faktor penyebab psoriasis
menjadi eritrodera ada 2 hal yaitu penyakitnya sendiri atau karena pengobatan
yang terlalu kuat.

BAB II
STATUS PASIEN

2.1 Identitas Pasien


2

Nama : Tn. S
Umur : 85 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan terakhir : SMP
Suku : Jawa
Alamat : Jalan Sri Rejeki 5 RT/RW 002/002 Kalibanteng
Tanggal Pemeriksaan : 6 Juli 2017
2.2 Anamnesis
Anamnesis terhadap pasien dilakukan pada hari Kamis , tanggal 6
Juli 2017 jam 11.00 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dr Adhyatma
Semarang.
 Keluhan Utama
Gatal
 Riwayat penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli kulit RS Tugurejo Semarang bersama
cucunya.
±3 tahun yang lalu SMRS, pasien mengeluhkan gatal pada bagian
dada. Pasien mengatakan pada saat itu terdapat bintik kemerahan hanya
pada bagian dada. Dan terasa gatal saat pasien kelelahan atau
berkeringat.
±1 tahun yang lalu SMRS, pasien mengatakan gatal tidak hanya
dirasaka1 pada bagian dada, gatal juga dirasa mulai menyebar kebagian
tubuh yang lain. Pasien juga mengatakan bintik-bintik merah mulai
bertambah banyak dan menyebar kebagian tubuh lainnya..
±1 minggu yang lalu SMRS, pasien datang memeriksakan diri ke
poli rumah sakit tugu, dengan keluhan gatal dan bintik kemerahan pada
seluruh tubuh.
±MRS, pasien datang untuk kontrol. Pasien datang dengan keluhan
gatal pada seluruh tubuh. Pasien mengatakan gatalnya berkurang jika
meminum obat yang telah diberikan oleh dokter pada 1 minggu yang
lalu, pasien lupa nama obatnya. Pasien sebelumnya berobat di Poli
Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Keluhan disertai bintik-bintik merah
pada seluruh tubuh.
3

 Riwayat Penyakit Dahulu


- ±20 tahun yang lalu SMRS, pasien didiagnosis dengan penyakit
hipertensi, dan sejak saat itu mulai mengkonsumsi rutin obat-obat
anti hipertensi atau penurun tekanan darah. Pasien tidak pernah
mengeluhkan ada gangguan pada kulitnya sebelumnya,
- Pasien pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya ±3 tahun
yang lalu, keluhan dirasakan awal hanya pada bagian dada. Lalu
seiring bertambahnya waktu, keluahan mulai menyebar ke seluruh
tubuh.
- Riwayat alergi makanan disangkal
- Riwayat alergi obat disangkal
- Riwayat keluhan penyakit kulit disangkal
- Riwayat Asma disangkal
- Riwayat Hipertensi diakui pasien sejak ±20 tahun yang lalu

 Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluhan yang sama di disangkal
- Riwayat gula disangkal
- Riwayat bersin-bersin di keluaga disangkal
- Rriwayat asma disangkal
- Riwayat alergi makanan di keluarga disangkal
 Riwayat Pengobatan
Pasien berobat rutin ke poliklinik kulit dan kelamin RS Dr
Adhyatma Semarang 1 tahun yang lalu.

 Riwayat Pribadi dan sosial


- Riwayat Merokok : diakui pasien sejak remaja
- Riwayat alkohol : disangkal
- Riwayat lingkungan dan sosial ekonomi
1. Biaya Pengobata : BPJS
2. Kesan : sosial ekonomi cukup baik

2.3 Pemeriksaan Fisik


Status Generalis
 Keadaan umum : tampak sakit sedang
 Kesadaran : composmentis
 Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 170/90mmHg
 Nadi : 74 x/menit, reguler
4

 Respirasi : 20 x/menit, reguler


 Suhu : afebris
 Kepala :
 Rambut : warna rambut hitam putih bercacmpur hitam ,
distribusi merata, tidak ada kelainan kulit kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
 Hidung : deviasi septum (-/-), secret (-/-)
 Telinga: normotia, tidak ada kelainan kulit
 Mulut : tidak kering, lidah tidak kotor
 Leher : tidak teraba pembesaran KGB
 Thoraks : inspeksi simetris,vesikuler +/+, tidak terdapat
kelainan kulit.
 Abdomen : BU (+) normal, tidak terdapat kelainan kulit
 Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, terdapat kelainan kulit
pada ekstremitas superior (lihat status dermatologikus)
 Kulit : Lihat status dermatologikus
 Status Dermatologis :

Inspeksi :
1. morfologi
UKK : Eritema, Skuama
2. lokasi : Generalisata
3. Distribusi : Generalisata

Palpasi :
a.Suhu : sama dengan kulit sekitar
b. Permukaan : teraba kasar, tidak rata
c.Nyeri (-)
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini.

2.5 Resume
5

Seorang laki-laki berusia 85 tahun datang ke poliklik Kulit dan


Kelamin RS Dr Adhyatma pada tanggal 6 Juli 2017 pukul 11.00 WIB
RSUD. Pasien datang dengan keluhan gatal di seluruh tubuh.. Pasien
mengatakan gatalnya berkurang jika meminum obat yang telah diberikan
oleh dokter pada 1 minggu yang lalu, pasien lupa nama obatnya. Pasien
sebelumnya berobat di Poli Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Keluhan
disertai bintik-bintik merah pada seluruh tubuh. Pasien mengaku keluhan
ini dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, tetapi keluhan dirasa gatal dan
terdapat bintik kemerahan hanya pada bagian dada saja, kemudian
semakin bertambahnya waktu rasa gatal dan bintik kemerahan menyebar
kebagian tubuh lainnya.
Pasien mengaku sejak 20 tahun yang lalu pasien didiagnosis
hipertensi dan sejak saat itu mulai mengonsum rutin obat penurun darah
tinggi. Pada riwayat keluarga pasien, pasien menyangkal keluhan yang
sama.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hipertensi, status
generalis dalam batas normal. Pada status dermatologis generalisata
terdapat eritema dan skuama.
2.6 Diagnosis Banding
1. Psoriasis vulgaris
Pada psoriasis vulgaris terjadi berupa makula erima dengan batas
jelas, tertutup skuama tebal dan transparan yang lepas pada bagian
tepid an melekat dibagian tengah. Skuama ini selalu menunjukkan
gambaran menebal yang konstan dan perlekatannya yang kendor.
Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk makula yaitu
berupa bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu
sampai beberapa sentimeter
2. Dermatitis atopik/kontak
Kelainan terjadi dapat berupa dermatitis akut, sub akut, dan kronis.
Lesi yang akut, berupa lesi yang polimorf yaitu tampak makula
yang erimatesus, batas tidak jelas dan di atas makula yang
erimatesus terdapat papul, vesikel. Bentuk yang kronis
6

gambarannya lebih sederhana berupa makula hiperpigmentasi


disertai likenifikasi dan ekskoriasi
3. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai
dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang
banyak mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis,
lipatan nasolabial, belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada,
antara skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur,
dan meningkat pada usia 40 tahun.

2.7 Diagnosis Kerja


Eritroderma

2.8 Penatalaksanaan
1. Non Medikamentosa
 Menjelaskan pasien mengenai penyakitnya
 Mengedukasi pasien untuk tidak menggaruk daerah yang gatal
 Menjelaskan pasien tentang cara penggunaan obat yang diberikan
 Memotivasi pasien untuk berobat secara rutin

2. Medikamentosa
 Kortikosteroid : Prednison 10 mg 4 kali sehari
 Anti histamin : Cetirizine 10 mg 2x1 sehari

2.9 Prognosis
Quo ad vitam : Ad bonam
Quo ad fungtionam : Ad bonam
Quo ad sanationam : Ad bonam
Quo ad kosmetikum : Ad bonam

BAB III
PEMBAHASAN
7

I. Definisi

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah eritroderma.1

Dahulu, eritroderma dibagi menjadi eritroderma primer dan sekunder;


primer adalah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), dan sekunder
adalah yang disebabkan oleh penyakit kulit lain atau penyakit sistemik.
Pendapat sekarang, semua eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma
selalu sekunder.2,3

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya


kemerahan atau eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90%
permukaan tubuh yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu. Bila eritemanya antara 50-90% dinamakan pre-eritroderma.3
Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma. 2,4
Bagaimanapun, kedua istilah ini adalah berbeda, karena pada gambaran klinik
dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak kasus, eritroderma
umumnya disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya psoriasis
atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau reaksi obat.
Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari sekian banyak
kelainan kulit.5

II. Epidemiologi

Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70


dari 100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita
namun paling sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset
usia rata-rata > 40 tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.
8

Insiden eritroderma makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis.


Hal tersebut seiring dengan meningkatnya insidens psoriasis.3,6

Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih


dari setengah kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit
kulit lebih dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari
160 kasus adalah psoriasis berat.6

Abraham et al. menyatakan bahwa dari 101 kasus eritroderma


didapatkan 75% adalah pria dengan usia rata-rata 50 tahun, dengan durasi
penyakit adalah 5 tahun.

Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap


obat. Alergi terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri
ataupun penggunaan obat secara tradisional.2

III. Etiologi

Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik,


perluasan penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.6 Penyakit
kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%,
dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.7

Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa


kelainan kulit dan penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan
tertentu (Tabel 1).

1. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik

Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang


dapat menyebabkan eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri
(jarang), penisilin, barbiturat. Insiden ini dapat lebih tinggi karena
kebiasaan masyarakat orang sering melakukan pengobatan sendiri dan
pengobatan secara tradisional.2 Waktu mulainya obat ke dalam tubuh
hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera sampai 2 minggu.
9

Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat yang masuk
lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai penyebabnya
ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.3,13

2. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit


Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling
banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun
akibat pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.3
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan
eritroderma yang juga dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum
diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20 minggu. Ptyriasis rubra pilaris
yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah
pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken planus.2,3

3. Eritroderma akibat penyakit sistemik


Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal
dapat memberi kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus
eritroderma yang tidak termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan
penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan
menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan sinar X toraks),
untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal.
Ada kalanya terdapat leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya,
jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult infection) yang
perlu diobati.3

Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma

Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan


Dermatitis atopik Mikosis fungoides Sulfonamid
Dermatitis kontak Penyakit Hodgkin Antimalaria
Dermatofitosis Limfoma Penisilin
Penyakit Leiner Leukemia akut dan kronis Sefalosporin
Liken planus Multipel mieloma Arsen
10

Mikosis fungoides Karsinoma paru Merkuri


Pemfigus foliaceus Karsinoma rektum Barbiturat
Pitiriasis rubra Karsinoma tuba falopii Aspirin
Psoriasis Dermatitis Kodein
Sindrom Reiter papuloskuamosa pada Difenilhidantoin
Dermatitis seboroik AIDS Yodium
Dermatitis statis Isoniazid
Kuinidin
Kaptopril
Sumber: Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.

IV. Patofisiologi

Dalam mempelajari patogenis dari eritroderma membutuhkan


pengetahuan biologi normal dari epidermis. Seperti pada jaringan lainnya,
epidermis melakukan regenerasi secara rutin yang terjadi pada membrana
basalis, dan sel-sel ini berubah menjadi struktur keratin yang utuh melalui
proses selama 10-12 hari. Pada umumnya, sel-sel ini membutuhkan tambahan
sekitar 12-14 hari lagi di stratum korneum sebelum sel ini dilepaskan.6

Berdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia


normal antara 500-1000 mg/hari. Pengelupasan keratin paling banyak terjadi
pada telapak tangan, kulit kepala, dan dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m 2 per 24
jam) dan paling sedikit pada dada, lengan bawah dan tungkai bawah (0,1 gr/m2
per 24 jam). Karena Tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari,
pengelupasan kulit yang fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme
protein secara keseluruhan.6

Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis.


Meskipun beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang
setiap harinya, tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30
gr yang hilang. Pada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan
11

jumlah asam nukleat dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam


amino, dan peningkatan jumlah protein bebas.6

Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan,
perluasan penyakit kulit dan penyakit sistemik) adalah berupa pelebaran
pembuluh darah kapiler (eritema) yang generalisata. Eritema berarti terjadi
pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat
sehingga kehilangan panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan
menggigil. Pada eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat
terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang
makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat,
kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan
panas menyebabkan hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju
metabolisme basal. Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding
laju metabolisme basal.1,6

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m 2 permukaan kulit atau


lebih sehari sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia
dengan berkurangnya albumin dan peningkatan relatif globulin terutama
gammaglobulin merupakan kelainan yang khas. Edema sering terjadi,
kemungkinan disebabkan oleh pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.1

Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan


kuku berupa kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan
kehilangan kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan
dapat terjadi perburukan keadaan umum yang progresif. 2
V. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap


individu. Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema, yang
disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada area
genetalia, ekstremitas, atau kepala. Eritema ini akan meluas sehingga dalam
12

beberapa hari atau minggu seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan
menunjukan gambaran yang disebut “red man syndrome”.6

Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari. Skuama


adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama
berkonsistensi mulai dari halus sampai kasar.6 Ukuran skuama bervariasi; pada
proses akut akan berukuran besar, sedangkan pada proses kronis akan
berukuran kecil. Warna skuama juga bervariasi, dari putih hingga kekuningan.
Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh.
Dapat juga mengenai membran mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat.
Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan
kuku dapat lepas. Pada eritroderma, skuama tidak selalu terdapat, misalnya
eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya tidak disertai skuama,
skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan timbul.6,10

Gambar 1. Eritema disertai Skuama


Sumber: www.your-doctor.net/dermatology_atlas

Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan
matriks kuku. Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada
banyak kasus, kuku akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya.
Telapak tangan dan kaki biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenai
membran mukosa. Sering terjadi pula bercak hiper dan hipopigmentasi. Pada
13

eritroderma kronis, eritema tidak begitu jelas karena bercampur dengan


hiperpigmentasi.2,6

Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat
dan terasa tebal pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta
berwarna kekuningan yang disebabkan serum yang mengering dan
kemungkinan karena infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, manifestasi klinis
yang muncul pada eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis epidermal
toksik, walaupun secara patofisiologi sangat berbeda.6

Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-


obatan, sering dijumpai kelainan-kelainan yang mendasarinya, yang
membantu dalam menegakan diagnosis. Sering ditemukan plak psioriasis yang
masih tersisa; papul atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau yang khas dari
pitiriasis rubra; dan lesi papular dari drug eruption. 6 Gejala dari penyakit yang
mendasari ini sering sulit ditemukan dan harus diperiksa dengan cermat.3

Pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian regulasi suhu tubuh


menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan panas
tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas
metabolik. Eritroderma akibat alergi obat secara sistemik diperlukan
anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya. Umumnya alergi
timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja,
setelah penyembuhan barulah timbul skuama.2,3 Pada eritroderma akibat alergi
obat, dapat disertai edema pada wajah dan leher.12,13
14

Gambar 2. Eritroderma karena alergi obat (gambar kiri); Red Man Syndrome
(gambar kanan)
Sumber: www.your-doctor.net/dermatology_atlas

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis


dan dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua
hal yaitu: karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu
kuat. Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang.
Pada eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang disebabkan
oleh penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid
topikal, komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu
misalnya infeksi.2,3,11

VI. Diagnosis

Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala
yang sudah ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis
dan kuning-kemerahan di pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas
psoriasis; likenifikasi, erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema
menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pityriasis rubra; ditandai
15

bercak kulit dalam eritroderma. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat


menegakkan diagnosis.2,6,9

mencari tanda dari etiologi dari


+
riwayat dan pemeriksaan fisik

terlihat multiple pada biopsy + +


punch; diulangi biopsy 3-6 bulan
untuk menentukan diagnosis pasti
diagnosis pasti dan
pengobatan yang
- tepat --

dilakukan pemeriksaan tambahan :


biopsy untuk immunofluorescence,
CBC, CD4: ratio CD8, CXR, biopsy +
kelenjar limfa

pikirkan DD lain
+
Diagram 1. Diagnosis pasien yang dicurigai
(CBC = pemeriksaan sel darah, CXR = x-ray thoraks)
Sumber: Champion RH ed. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed
VII. Diagnosis Banding

Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :


1. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di
lapisan epidermis dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik
pada keluarga asma bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi
diantara 15-25% populasi, berkembang dari satu menjadi banyak kelainan
16

dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena
alergi inhalasi. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkin
terjadi pada usia berapapun, tetapi biasanya timbul sebelum usia 5 tahun.
Biasanya, ada tiga tahap: balita, anak-anak dan dewasa.5,8
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada
orang dewasa dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-
existing, pruritus yang parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan
pada gambaran histologi terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel,
dermal eosinofil dan parakeratosis.3,8
2. Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan
topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.
Ketika psoriasis menjadi eritroderma biasanya lesi yang khas untuk
psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat menghilang dimana plak-plak
psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal. Psoriasis mungkin
menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak
dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik berperan. Bila orang
tuanya tidak menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis 12%,
sedangkan jika salah seseorang orang tuanya menderita psoriasis
resikonya mencapai 34 – 39%.2,9
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.3
3. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai
dengan plak eritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak
mengandung kelenjar sebasea seperti kulit kepala, alis, lipatan nasolabial,
belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis
seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40
tahun. Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki daripada wanita
17

dan lebih sering pada orang-orang yang banyak memakan lemak dan
minum alkohol. 2,10
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman
Pityrosporum ovale yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur.
Pada kepala tampak eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe).
Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih yang berminyak
pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.(3) DS dapat
diakibatkan oleh ploriferasi epidermis yang meningkat seperti pada
psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik
dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai faktor
predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan oleh faktor kelelahan sterss
emosional infeksi, atau defisiensi imun.10
VIII. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin, didapatkan penurunan


hemoglobin, peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi
sekunder). Kadar imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE.
Albumin serum menurun dan gamma globulin meningkat relatif.
Didapatkan pula ketidakseimbangan elektrolit karena dehidrasi.6

Pasien dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda


dari ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya
masa otot. Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan
keseimbangan nitrogen dan potasium ketika laju pembentukan skuama
mencapai 17 gr/m2 per 24 jam.

2. Histopatologi

Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat


membantu mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan
50% kasus, biopsi kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi,
tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis
18

dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosis


dan perpanjangan rete ridge lebih dominan.2
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin
pleomorfik, dan mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik,
seperti bandlike limfoid infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel
cerebriform mononuklear atipikal dan Pautrier's microabscesses. Pasien
dengan sindrom Sezary sering menunjukkan beberapa fitur dari dermatitis
kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-kadang menunjukkan
beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.2

Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit


menyelesaikan permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya
memperlihatkan gambaran sel T matang pada eritroderma jinak maupun
ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing lapisan papiler
dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superficial juga
ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi
diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat
memperlihatkan gambaran khasnya. 2

IX. Penatalaksanaan

Terapi yang optimal untuk eritroderma tergantung pada penegakan


2
penyebab penyakit. Pada eritroderma karena alergi obat, penghentian dari
obat-obat yang menyebabkan alergi atau berpotensi menyebabkan alergi
memberikan hasil yang baik. Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit
yang mendasari harus diatasi. Pemberian salep ter pada psoriasis sebaiknya
secara hati-hati karena mampu mencetuskan eksaserbasi eritroderma.3

Karena terdapat peningkatan kehilangan cairan transepidermal,


dehidrasi sering ditemukan sebagai komplikasi. Input dan output cairan harus
dipantau secara hati-hati.Pemberian kortikosteroid topikal efektif dalam
19

mengatasi inflamasi pada kulit. Pemberian antihistamin ditujukan untuk


mengatasi pruritus.2

Pada eritroderma idiopatik, pemberian steroid diindikasikan apabila


pengunaan terapi konservatis tidak menunjukan perbaikan. Rata-rata 100-300
mg kortison diberikan perhari dan biasanya digunakan sebagai terapi awal,
walaupun dosis rumatan harian hanya 50 mg kortison. Pemberian
kortikosteroid harus dipantau secara ketat dalam hal efek samping, terutama
pada pasien usia lanjut.2

Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misal:


dehidrasi, gagal jantung, dan infeksi).

X. Komplikasi

Banyak sistem organ selain epidermis dan dermis juga terlibat pada
eritroderma. Limpadenopati terjadi pada 60% dari sebagian besar kasus.
Hepatomegali ditemukan pada 20% kasus (Abrahams et al.). spenomegali
ditemukan pada 3% kasus (kesemuanya mengalami limpoma) baik pada
stadium awal dan pada hampir 20% stadium akhir.

Rusaknya barier kulit pada eritroderma menyebabkan peningkatan


extrarenal water lost (karena penguapan air berlebihan melalui barrier kulit
yang rusak). Peningkatan extrarenal water lost ini menyebabkan kehilangan
panas tubuh yang menyebabkan hipotermia dan kehilangan cairan yang
menyebabkan dehidrasi.2,6 Respon tubuh terhadap dehidrasi dengan
meningkatkan cardiac output, yang bila terus berlanjut akan menyebabkan
gagal jantung, dengan manifestasi klinis seperti takikardia, sesak, dan edema.
Oleh karena itu evaluasi terhadap balans cairan sangatlah penting pada pasien
eritroderma.6

Pasien dengan eritroderma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari


ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa
20

otot. Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakeksia, alopesia,


palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku and ektropion.2

XI. Prognosis

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang


mendasarinya. Prognosis pada kasus alergi obat adalah baik setelah obat
dihentikan. Penyembuhan golongan ini adalah yang tercepat dibandingkan
dengan golongan lain. Prognosis kasus akibat gangguan sistemik seperti
limfoma akan tergantung pada keberhasilan pengobatan penyakitnya itu
sendiri. Kasus idiopatik adalah kasus yang sulit diramalkan, dapat bertahan
dalam waktu yang lama, dan seringkali disertai dengan keadaan umum yang
lemah.

Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan


kortikosteroid hanya mengurangi gejalanya, danpasien akan mengalami
ketergantungan kortikosteroid.

XII. Kesimpulan

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di


seluruh/ hampir seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini
lebih banyak didapatkan pada pria, terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun.
Penyebab tersering eritroderma adalah akibat perluasan penyakit kulit
sebelumnya, reaksi obat, alergi obat, dan akibat penyakit sistemik termasuk
keganasan.
Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat
generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu dengan pemberian
kortikosteroid dan pengobatan topikal dengan pemberian emolien serta
pemberian cairan dan perawatan di ruangan yang hangat.
Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-obatan relatif lebih baik,
sedangkan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idiopatik, dermatitis
dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun dan cenderung
untuk kambuh.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Wasitaatmadja SM. Anatomi kulit. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan


kelamin. 5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2007.p;3-5.
2. Champion RH. Eczema, Lichenification, prurigo, and erythroderma. In:
Champion RH eds. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed. Washington;
Blackwell Scientific Publications. 1992.p;17.48-17.52.
3. Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.
5th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.p;197-
200.
4. Sanusi UH. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis). Emedicine
(updated 24 Januari 2012; cited 10 Februari 2012). Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1106906-overview
5. Shimizu H. Shimizu’s textbook of dermatology. 1st ed. Hokkaido:
Nakayama Shoten Publishers; 2007.p; 122-25, 98-101.
6. Freederg IM. Exfoliative dermatitis. Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s
dermatology in general medicine. 4th ed. Newyork: Mcgraw-Hill. 1996.
Chapter-41.p; 527-531.
7. Siregar RS. Dermatosis eritroskuamosa. Saripati penyakit kulit. 2nd ed.
Jakarta: EGC. 2005.p; 94-106,236-238.
8. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2005.p; 138.
9. Imtikhananik. Dermatitis Exfoliativa. Cermin Dunia Kedokt 1992;74:16-
18.
10. Utama HW, Kurniawan D. Erupsi alergi obat. Tesis. Palembang: Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.2007.p; 11.
11. Schön MP, Boehncke WH. Psoriasis. N Engl J Med 2005;352:1899-912.
12. Tyrrell JD. Severe exfoliating dermatitis from sodium sulphocyanate
therapy. Can Med Assoc J. 1930 January; 22(1): 80–81.
13. Gupta S et al. Allergic contact dermatitis with exfoliation secondary to
calamine/diphenhydramine lotion in a 9 year old girl. Journal of clinical
and diagnostic research [serial online] 2007 june [cited: 10 Feb 2012];
1:147-150. Available from: URL: http://www.jcdr.net/back_issues.asp?
22

issn=0973-
709x&year=2007&month=june&volume=1&issue=3&page=147-
150&id=72
14. Akhyani M et al. Erythroderma: a clinical study of 97 cases. BMC
Dermatology. 2005; 5:5
15. Bruno TF, Grewal P. Erythroderma: a dermatologic emergency.
CJEM 2009;11(3):244-246

Anda mungkin juga menyukai