Anda di halaman 1dari 18

HIPERPLASIA SEBASEA

Muhammad Fauzan
17360243
PEMBIMBING:
dr. HJ. Hervina, Sp. KK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RM . DJOELHAM BINJAI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS
MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2019
HIPERPLASIA SEBASEA

TEORI
1. DEFINISI

Proses poliferasi yang


bersifat jinak & umum
terjadi pada kelenjar
sebasea.
2. ETIOLOGI

• Menurunnya sirkulasi androgen yang


berhubungan dengan proses penuaan.
• Berkurangnya hormon androgen
pada usia tua menyebabkan menurun
nya pergantian sel sehingga terjadilah
hiperplasia sebasea.
• Radiasi ultraviolet dan terapi
imunosupresi dilaporkan sebagai
kofaktor penyebab hiperplasia sebasea.
3. EPIDEMIOLOGI

• Usia: orang tua (pada dekade ke-5 atau 6


kehidupan, juga sering terjadi pada bayi
yang baru lahir
• Jenis kelamin: Tidak ada perbedaan
angka kejadian hiperplasia sebasea yang
berarti pada wanita dan pria.
• Prevalensi hiperplasia sebasea cukup tinggi
pada pasien yang menerima terapi
imunosupresi jangka panjang dengan cyclo
sporine A.
4. FAKTOR RESIKO

• kebiasaan mengonsumsi
makanan berminyak
• Radiasi ultraviolet
• terapi imunosupresi
5. DIAGNOSIS
5.1 anamnesa
Pasien mengeluh dengan alasan estetika
atau khawatir terhadap keganasan yang
mungkin terjadi. hiperplasia sebasea
sebagai bintil kecil, menyebar, berwarna
kekuningan, dengan permukaan yang
halus sampai sedikit kasar, ditemukan 5.2 pemeriksaan dermatologi
soliter atau multipel pada berbagai lokasi Lokalisasi : pada daerah yang memiliki banyak kelenjar
pada wajah. Bintil bisa menjadi merah dan sebasea misalnya wajah (hidung, pipi dan dahi) dan leher.
meradang bahkan berdarah setelah Hiperplasia sebasea bisa juga terjadi pada dada, areola,
digaruk, dicukur, atau terkena trauma. mulut, skrotum, dan vulva.
Efloresensi :
ditemukan papul berdiameter tidak lebih dari 3 mm, papul
bewarna kekuningan di wajah terutama pada dahi. Hiperplasia
sebasea biasanya memberikan gambaran soliter atau
multipel. Lesi hiperplasia sebasea mempunyai telangiektasis
dan umbilikasi di tengah. Pada inspeksi dekat terlihat central
hair follicle dikelilingi lobulus bewarna kekuningan.
Pembuluh darah yang melebar dapat dilihat dengan
dermoskopi.
5. DIAGNOSIS
5.3 pemeriksaan penunjang
Gambaran histopatologik :menunjukkan kelenjar
yang membesar. Pada setiap kelenjar, lobulus
sebasea dewasa atau asinus mengelilingi dan
berhubungan dengan duktus sebasea sentral yang
melebar. Lobulus tersebut memiliki satu atau lebi
h lapisan sel basal pada bagian perifernya dengan
sebosit yang tidak terdiferensiasi dan mengandung
nukleus yang besar serta sedikit lipid sitoplasmi
k, berlawanan dengan sebosit normal yang
memiliki banyak lipid.
6. PATOGENESIS
Seiring dengan diferensiasi dan
maturisasi sebosit, terjadi
peningkatan lipid dan migrasi ke Androgen poten ini akan berikatan
saluran ekskresi sentral. Siklus hidup dengan reseptor pada sebosit
sebosit matur berakhir saat mencapai menyebabkan peningkatan ukuran
saluran sentral dan melepaskan dan tingkat metabolisme pada
kandungan lipid sebagai sebum. kelenjar sebasea. Aktifitas 5-alfa-
Enzim yang ditemukan pada sebosit reduktase lebih tinggi pada kulit
yang berhubungan dengan kepala dan kulit wajah daripada
metabolisme androgen antara lain daerah lain, sehingga testosteron
adalah 5-alfa-reduktase tipe I, 3- dan dihidrotestosteron
beta-hidroksisteroid dehidrogenase, menstimulasi lebih banyak
dan 17-beta-hidroksisteroid proliferasi kelenjar sebasea.
dehidrogenasi tipe II. Enzim tersebut Estrogen dapat menurunkan sekresi
memetabolisme androgen lemah kelenjar sebasea.
seperti dehidroepiandrosteron-sulfat
menjadi androgen yang lebih poten
misalnya dihidrotestoterone.
7. PATOFISIOLOGI
Pada masa perinatal, kelenjar
sebasea membesar dan Penurunan pergantian sel menyeb
menghasilkan vernix caseosa . abkan akumulasi sebosit primitif d
Kelenjar sebasea mengecil saat alam kelenjar sebasea, sehingga te
bayi karena tidak menerima hormon rjadi pembesaran kelenjar sebasea
dari ibu lagi,. Saat pubertas, , atau hiperplasia sebasea. Pembe
kelenjar sebasea membesar dan saran kelenjar terjadi terutama pada
aktivitasnya meningkat akibat area yang paling banyak kelenjar
peningkatan produksi androgen. sebasea seperti wajah. Hiperplasia
Kelenjar sebasea mencapai fungsi sebasea juga berhubungan dengan
maksimum pada dekade ketiga terapi imunosupresi jangka panjan
kehidupan. Seiring bertambahnya g cyclosporine A setelah
umur, hormon androgen transplantasi.
berkurang, dan pergantian sel
sebosit mulai melambat.
8. DIAGNOSA BANDING
Adenoma
Diagnosis Banding Hiperplasia Sebasea Trikoepitelioma
sebasea
Terutama pada usia 50 – 60 tahun, jarang
Usia Pada usia lebih dari 50 tahun Masa kanak dan remaja
pada remaja

Umumnya terjadi di wajah, terutama pada lipatan


Dapat terjadi di seluruh tubuh (wajah, leher, Dapat terjadi pada wajah , kulit kepala, nasolabia, kelopak mata dan bibir atas. Trikoepi
Predileksi
dada, areola, mulut, skrotum, dan vulva) leher telioma dapat juga ditemukan pada kulit kepala
Dan leher

Papul atau nodul berwarna kekuningan, Papul atau nodul, berwarna kekuningan atau
Papul kekuningan atau sama dengan warn
Gejala klinis merah jambu, atau sewarna kulit. Soliter merah jambu, seringkali multipel terkadang solit
a kulit. Biasanya soliter, dapat multipel
atau multipel er

Pulau epitel solid dengan palisade di perifer


Terdiri dari lobulus sebasea berbatas
dan stroma fibrosa matur berbatas tegas, kista
Gambaran Pembesaran (hipertrofi) kelenjar sebasea tegas yang multipel. Setiap lobulus
keratin serta pulau basaloid yang bagian
Mikroskopis dengan duktus sebasea yang melebar memiliki lapisan basal sel germinativ ya
tengahnya mengalami keratinisasi yang kasar, di
ng bewarna lebih gelap
kelilingi epitel teruntai seperti renda
8. DIAGNOSA BANDING

Adenoma sebasea
Trikoepiteloma

Hiperplasia Sebasea
9. PENATALAKSANAAN

• Isotretinoin oral 10 – 40 mg/hari, efektif


menghilangkan lesi setelah 2 – 6 minggu
pemakaian
• Bedah elektrik
• Ablasi laser, menghilangkan lesi hiperplasia
sebasea tanpa depresi atau bekas luka.
• dan shave excision dengan kuretase.
10. KOMUNIKASI DAN EDUKASI

Mencegah trauma dan


infeksi pada
hiperplasia sebasea
11. KOMPLIKASI
• Iritasi dan pendarahan akan terjadi jika lesi tersebut
terletak pada daerah yang mudah terjadi trauma
• Komplikasi dari terapi bedah elektrik meliputi
bekas luka atau dispigmentasi ringan.
• Penggunaan isotretinoin oral pada ibu hamil
dapat menyebabkan keguguran dan kecacatan
janin.
12. PROGNOSIS

Prognosisnya baik, tidak ada gangguan fungsi


dan tidak mengancam jiwa. Residivitas atau
rekurensi timbulnya lesi setelah terapi laser
jarang terjadi.
13. PROFESIONALISME
• Membantu mengontrol kesembuhan pasien dengan
mengobati pasien sesuai dosis yang tepat
• Kontrol ulang, bila keadaan tidak membaik bisa dirujuk ke
dokter spesialis .
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai