Muhammad Fauzan
17360243
PEMBIMBING:
dr. HJ. Hervina, Sp. KK
TEORI
1. DEFINISI
• kebiasaan mengonsumsi
makanan berminyak
• Radiasi ultraviolet
• terapi imunosupresi
5. DIAGNOSIS
5.1 anamnesa
Pasien mengeluh dengan alasan estetika
atau khawatir terhadap keganasan yang
mungkin terjadi. hiperplasia sebasea
sebagai bintil kecil, menyebar, berwarna
kekuningan, dengan permukaan yang
halus sampai sedikit kasar, ditemukan 5.2 pemeriksaan dermatologi
soliter atau multipel pada berbagai lokasi Lokalisasi : pada daerah yang memiliki banyak kelenjar
pada wajah. Bintil bisa menjadi merah dan sebasea misalnya wajah (hidung, pipi dan dahi) dan leher.
meradang bahkan berdarah setelah Hiperplasia sebasea bisa juga terjadi pada dada, areola,
digaruk, dicukur, atau terkena trauma. mulut, skrotum, dan vulva.
Efloresensi :
ditemukan papul berdiameter tidak lebih dari 3 mm, papul
bewarna kekuningan di wajah terutama pada dahi. Hiperplasia
sebasea biasanya memberikan gambaran soliter atau
multipel. Lesi hiperplasia sebasea mempunyai telangiektasis
dan umbilikasi di tengah. Pada inspeksi dekat terlihat central
hair follicle dikelilingi lobulus bewarna kekuningan.
Pembuluh darah yang melebar dapat dilihat dengan
dermoskopi.
5. DIAGNOSIS
5.3 pemeriksaan penunjang
Gambaran histopatologik :menunjukkan kelenjar
yang membesar. Pada setiap kelenjar, lobulus
sebasea dewasa atau asinus mengelilingi dan
berhubungan dengan duktus sebasea sentral yang
melebar. Lobulus tersebut memiliki satu atau lebi
h lapisan sel basal pada bagian perifernya dengan
sebosit yang tidak terdiferensiasi dan mengandung
nukleus yang besar serta sedikit lipid sitoplasmi
k, berlawanan dengan sebosit normal yang
memiliki banyak lipid.
6. PATOGENESIS
Seiring dengan diferensiasi dan
maturisasi sebosit, terjadi
peningkatan lipid dan migrasi ke Androgen poten ini akan berikatan
saluran ekskresi sentral. Siklus hidup dengan reseptor pada sebosit
sebosit matur berakhir saat mencapai menyebabkan peningkatan ukuran
saluran sentral dan melepaskan dan tingkat metabolisme pada
kandungan lipid sebagai sebum. kelenjar sebasea. Aktifitas 5-alfa-
Enzim yang ditemukan pada sebosit reduktase lebih tinggi pada kulit
yang berhubungan dengan kepala dan kulit wajah daripada
metabolisme androgen antara lain daerah lain, sehingga testosteron
adalah 5-alfa-reduktase tipe I, 3- dan dihidrotestosteron
beta-hidroksisteroid dehidrogenase, menstimulasi lebih banyak
dan 17-beta-hidroksisteroid proliferasi kelenjar sebasea.
dehidrogenasi tipe II. Enzim tersebut Estrogen dapat menurunkan sekresi
memetabolisme androgen lemah kelenjar sebasea.
seperti dehidroepiandrosteron-sulfat
menjadi androgen yang lebih poten
misalnya dihidrotestoterone.
7. PATOFISIOLOGI
Pada masa perinatal, kelenjar
sebasea membesar dan Penurunan pergantian sel menyeb
menghasilkan vernix caseosa . abkan akumulasi sebosit primitif d
Kelenjar sebasea mengecil saat alam kelenjar sebasea, sehingga te
bayi karena tidak menerima hormon rjadi pembesaran kelenjar sebasea
dari ibu lagi,. Saat pubertas, , atau hiperplasia sebasea. Pembe
kelenjar sebasea membesar dan saran kelenjar terjadi terutama pada
aktivitasnya meningkat akibat area yang paling banyak kelenjar
peningkatan produksi androgen. sebasea seperti wajah. Hiperplasia
Kelenjar sebasea mencapai fungsi sebasea juga berhubungan dengan
maksimum pada dekade ketiga terapi imunosupresi jangka panjan
kehidupan. Seiring bertambahnya g cyclosporine A setelah
umur, hormon androgen transplantasi.
berkurang, dan pergantian sel
sebosit mulai melambat.
8. DIAGNOSA BANDING
Adenoma
Diagnosis Banding Hiperplasia Sebasea Trikoepitelioma
sebasea
Terutama pada usia 50 – 60 tahun, jarang
Usia Pada usia lebih dari 50 tahun Masa kanak dan remaja
pada remaja
Papul atau nodul berwarna kekuningan, Papul atau nodul, berwarna kekuningan atau
Papul kekuningan atau sama dengan warn
Gejala klinis merah jambu, atau sewarna kulit. Soliter merah jambu, seringkali multipel terkadang solit
a kulit. Biasanya soliter, dapat multipel
atau multipel er
Adenoma sebasea
Trikoepiteloma
Hiperplasia Sebasea
9. PENATALAKSANAAN