Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

GRANULOMA PIOGENIK

Disusun oleh:

M Rizqi Hasani
119810036

Pembimbing:
dr. Frista Martha Rahayu, Sp.DV

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
2021
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
LAPORAN KASUS
GRANULOMA PIOGENIK

Laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Waled Cirebon

Disusun Oleh:
M Rizqi Hasani
119810036

Cirebon, April 2021


Pembimbing,

dr. Frista Martha Rahayu.Sp.DV

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikankan laporan kasus yang berjudul
“Granuloma Piogenik”. Penulisan referat ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu tugas Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin di Rumah Sakit Umum Daerah Waled Cirebon. Kami menyadari
sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas ini tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan sampai dengan terselesaikannya
laporan kasus ini. Bersama ini kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-
besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
2. dr. Frista Martha Rahayu Sp.DV selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam
penyusunan laporan kasus ini.
3. Orang tua beserta keluarga kami yang senantiasa memberikan do’a,
dukungan moral maupun material.
4. Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Cirebon, April 2021

M Rizqi Hasani

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Pengesahan............................................................................ I
Kata Pengantar...................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Identitas Pasien..................................……................................... 1
B. Anamnesis................................................................................... 1
C. Status Generalis........................................................................... 2
D. Status Dermatologi...................................................................... 3
E. Pemeriksaan Penunjang............................................................... 3
F. Resume............……..………………………………………...... 3
G. Diagnosis Kerja...…...………..……………………………....... 4
H. Diagnosis Banding...................................................................... 4
I. Pemeriksaan Anjuran..………..……………………………....... 5
J. Penatalaksanaan........................................................................... 5
K. Prognosis..................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6

III. KESIMPUAN................................……………………………….. 19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 20

iii
I. STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 10 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Karang wangun
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 31 Maret 2021

B. ANAMNESIS
Diambil dari alloanamnesis pada tanggal 31 Maret 2021, pukul 11.00 WIB

Keluhan Utama :
Benjolan di dagu kiri bawah.
Riwayat Penyakit Sekarang:
An . T datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Waled diantar oleh
ibunya dengan keluhan terdapat benjolan pada dagu kiri bawah sejak ± 2
bulan yang lalu,tidak terasa gatal ataupun nyeri. Benjolan awalnya
berukuran kecil,namun pasien sering menggaruk dan benjolan bertambah
besar serta kemerahan dan mudah berdarah. Keluhan demam
disangkal,riwayat alergi maupun riwayat penyakit serupa di keluarga
disangkal. Sebelumnya Pasien mengeluhkan gigi berlubang bagian
bawah sejak 2 bulan yang lalu dan terasa nyeri,namun sudah berobat ke
puskesmas dan sudah membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat sakit gigi dan berlubang
Tidak ada keluahan serupa sebelumnya

1
Tidak ada Riwayat Alergi

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak terdapat keluarga yang mengalami hal serupa
Tidak ada yang menderita Alergi

Riwayat Atopi :
Tidak ada Riwayat Alergi

Riwayat Pengobatan :
Berobat ke poli gigi di puskesmas.

C. STATUS GENERALIS
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan gizi : Baik, BB: 26 kg, TB: 120 cm
Vital Sign : Tekanan Darah :-
Nadi : 90 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,5oC
Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis
(-),Tambalan gigi di M1 kiri bawah.
Tenggorokan : T1 – T1 tenang , tidak hiperemis
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : BJ I – II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal

2
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema (- / -), sianosis (- / -)

D. STATUS DERMATOLOGI
Lokasi : at regio submandibula sinistra
Effloresensi : Tampak Nodul lentikular eritema sirkumskrip, soliter,
krusta (-), erosi (-)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

F. RESUME
An. T datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Waled diantar oleh
ibunya dengan keluhan terdapat benjolan pada dagu kiri bawah sejak ± 2
bulan yang lalu,tidak terasa gatal ataupun nyeri. Benjolan awalnya
berukuran kecil,namun pasien sering menggaruk dan benjolan bertambah
besar serta kemerahan dan mudah berdarah. Keluhan demam
disangkal,riwayat alergi maupun riwayat penyakit serupa di keluarga
disangkal. Sebelumnya Pasien mengeluhkan gigi berlubang bagian
bawah sejak 2 bulan yang lalu dan terasa nyeri,namun sudah berobat ke
puskesmas dan sudah membaik.

3
Pada pemeriksaan status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan status dermatologi, Tampak Nodul lentikular eritema
sirkumskrip, soliter, krusta (-), erosi (-) at regio submandibula sinitra.

G. DIAGNOSA KERJA
Granuloma Piogenikum
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Bacillary Angiomatosis
Penyakit BA biasanya terjadi pada pasien yang mengalami
mengalami penurunan sistem imun. BA timbul akibat infeksi dari
Bartonella sp yang didapat dari kucing.
UKK : papul hingga nodul vaskular, berwarna merah agak pucat,
dikelilingi skuama dan terdapat lesi satelit disekitarnya. Lesi berbatas
tegas, mudah berdarah, dan biasanya tidak keras
2. Cherry Hemangioma
Cherry hemangioma adalah tumor jinak yang terbentuk akibat
pembentukkan pembuluh darah vena kecil yang berlebih.
UKK : Nodulus-Nodus eritema, sirkumskrip, ukuran miliar hingga
lentikular, diskret.
3. Basal Cell Carcinoma
BCC merupakan keganasan kulit yang sering pada manusia, biasanya
mengenai usia muda. BCC disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet
yang menyebabkan terjadinya mutasi tumor suppressor gen.
UKK : Nodul lentikular hingga numular, sirkumskrip, eritema dan
mudah berdarah
I. PEMERIKSAAN ANJURAN
Histopatologi

J. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
Hindari faktor pencetus

4
Pembedahan : kauterisasi dan Cryoteraphy
2. Medikamentosa
Sistemik:
Antibiotik  Amoxicillin syr 4x1 cth
Topikal:
Mupirosin cr 10 gr + mometasone cr 5 gr, inf cr da in pot, 2 dd ue.

K. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungsionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi1,2
Granuloma piogenik (GP) atau sering disebut sebagai hemangioma
kapiler lobular (lobular capillary hemangioma) merupakan suatu
hemangioma tipe kapiler yang penyebabnya sering dihubungkan dengan
trauma.
Penggunaan istilah granuloma piogenik ini kurang tepat digunakan
karena tidak terdapat gambaran suatu granuloma (peradangan) maupun
adanya proses piogenik.
Granuloma piogenik adalah merupakan tumor kapiler jinak pada
kulit dan mukosa akibat gangguan proliferasi kapiler. Lesi tampak sebagai
papul atau nodul eritem dengan pembesaran cepat dan mudah terjadi
perdarahan atau ulserasi.

2.2. Epidemiologi3,4
Granuloma piogenik dapat terjadi pada segala usia namun lebih
sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. GP juga dapat muncul
pada kehamilan atau penggunaan obat kontrasepsi oral sering disebut
dengan pregnancy tumor.
Angka kejadian GP secara international tercatat cukup sering,
prevalensi GP mencakup 0,5% dari semua nodul kulit pada anak. Pada
granuloma piogenik yang terjadi pada kehamilan tercatat prevalensinya
mencapai 5%.
GP lebih banyak menyerang ras kulit putih namun hal ini belum
sepenuhnya dapat dibuktikan, sehingga angka kejadian GP masih
dianggap sama pada semua ras.
Rasio kejadian GP pada wanita lebih tinngi daripada pria
dikarenakan adanya granuloma piogenik pada kehamilan dan penggunaan
obat kontrasepsi oral.
Walaupun GP merupakan tumor jinak tapi sering menyebabkan
perdarahan hebat, bila parah dapat mengakibatkan anemia.

6
2.3. Etiologi3
Penyebab granuloma piogenik masih belum diketahui secara pasti,
namun beberapa yang memiliki berhubungan bermakna dengan timbulnya
GP, antara lain :
- Trauma
- Pengaruh hormonal (kehamilan dan penggunaan obat kontrasepsi oral)
- Infeksi bakteri (Bartonella sp.) dan virus
- Pembentukan anastomosis arteriovenous mikroskopik
- Adanya pembentukkan angiogenic growth factor
- Delesi cytogenetic clonal yang abnormal
- Pengaruh pengobatan (retinoid, protease inhibitor, dan kemoterapi)
namun tidak ada bukti yang cukup mendukung untuk membuktikannya
sebagai faktor penyebab yang utama.
Pada 7% kasus perkembangan lesi berasal akibat adanya trauma
sebelumnya, sehingga adanya riwayat trauma diduga sebagai faktor
predisposisi utama dalam pembentukkan GP.
Adanya infeksi Bartonella sp. hanya terdapat pada satu penelitian yang
menyatakan ditemukannya hubungan antara pembentukkan GP dengan
infeksi tersebut.
Beberapa pengobatan seperti penggunaan sistemik atau topikal
retinoid, indinavir protease inhibitor, 5-fluorouracil, capeciabine
(flouropyrimidine), mitoxantrone, docetaxel, faktor pertumbuhan reseptor
inhibitor epidermal, dan erythropoietin dilaporkan dapat menyebabkan
terbentuknya GP namun mekanisme terjadinya belum dapat dijelaskan.
Pada beberapa kasus adanya nevus flammeus atau spider angioma
dilaporkan dapat menjadi faktor pencetus timbulnya GP. Granuloma
piogenik juga dilaporkan dapat berkembang pada tempat cherry angioma
yang mengalami terapi dengan pulsed-dye laser.
2.4. Patofisiologi1,2,3,4
Mekanisme pembentukkan granuloma piogenik adalah kelainan
angiogenesis yang etiologi dasarnya masih berlum diketahui secara pasti.

7
Granuloma piogenik umumnya berkembang dengan cepat dalam
kurun waktu beberapa minggu, bisa terjadi di semua bagian tubuh tapi
yang menjadi tempat tersering adalah tempat-tempat yang sering tekena
trauma seperti kepala, leher, ekstrimitas dan batang tubuh bagian atas.
Trauma, pengaruh hormonal, onkogen virus, malformasi
mikroskopik dari arteriovenous yang mendasari, produksi faktor
pertumbuhan angiogenik, dan kelainan cytogenetic semuanya telah
dilaporkan memiliki peranan. Adanya ekspresi berlebih dari faktor
transkrips P-ATF2 dan STAT3 juga berperan dalam pembentukkan tumor.

2.5. Diagnosis
2.5.1. Anamnesa3,4
Pada pasien dengan GP biasanya muncul sebuah lesi
berbentuk papul atau nodul soliter berwarna merah mengkilat yang
mudah mengalami perdarahan dan ulserasi. Ada atau tidaknya
perdarahan atau ulserasi perlu dicatat karena GP merupakan salah
satu lesi yang sangat mudah perdarahan dan ulserasi hanya dengan
trauma ringan.
Lesi GP berkembang dengan cepat dalam kurun waktu
beberapa minggu oleh karena itu onset timbulnya lesi perlu
ditanyakan untuk mengetahui perkembangan lesi.
Usia pasien penting untuk ditanya karena GP biasanya
terjadi pada anak-anak atau dewasa muda. Walaupun bisa terjadi
pada semua umur namun angka kejadian GP pada usia tersebut
cukup tinggi. Pada remaja dan dewasa muda juga lebih rentan
terjadi lesi berulang setelah proses pengangkatan terutama dibagian
tubuh atas.
GP yang terjadi pada kehamilan biasanya ditemukan pada
trimester ke dua atau ke tiga maka usia kehamilan pasien perlu
ditanyakan.
Pada anamnesa perlu ditanyakan adanya riwayat trauma
pada pasien terutama di daerah sebelum timbulnya lesi. Lesi terjadi

8
di semua bagian tubuh, tapi yang menjadi tempat tersering adalah
tempat-tempat yang sering tekena trauma seperti kepala, leher,
ekstrimitas dan batang tubuh bagian atas.
Tanyakan pada pasien atau orangtua riwayat penyakit
seperti adanya infeksi virus atau bakteri, ataupun adanya infeksi
HIV. Lakukan pencatatan pengobatan yang didapat sebelumnya
oleh pasien seperti adanya penggunaan retinoid, indinavir ataupun
pernah mengalami kemoterapi.
Penggunaan indinavir sebuah protease inhibitor
berhubungan dengan perkembangan granuloma piogenik terutama
di daerah jari-jari kaki. Selain itu GP tipe varian juga berkembang
pada pengobatan dengan erytropoietin, sistemik kemoterapi dengan
5-fluorouracil, capecitabine (fluoropyrimidine), mitoxantone,
docetaxel, dan faktor pertumbuhan reseptor inhibitor epidermal.
Penggunaan retinoid seperti yang telah dikatakan
sebelumnya perlu ditanyakan, karena penggunaan retinoid sistemik
maupun topikal kadang dapat memicu lesi serupa dengan
granuloma piogenik. Angka kejadiannya meningkat terutama
setelah adanya isotretinoin. Pada prakteknya lesi ini jarang terjadi
pada pemberian dosis awal yang rendah.
2.5.2 Gambaran Klinis3,4
Status Dermatologi
Efloresensi primer : papula atau nodule dengan permukaan
yang licin
Efloresensi sekunder : ada atau tidaknya krusta, ada atau
tidaknya erosi
Warna : merah terang, merah pucat, coklat kehitaman
Ukuran : 1cm. Berbentuk kubah atau bertangkai
Penyebarannya : lesi soliter
Tempat : seluruh bagian tubuh, terutama kepala, leher,
ekstrimitas dan batang tubuh bagian atas.

9
Dari pemeriksaan fisik harus difokuskan pada lokasi dan
ukuran lesi dari papul/nodul kapiler yang muncul pada kulit atau
membran mukosa. Gambaran lesi biasanya biasanya berupa papul
atau nodul eritem soliter dengan pembesaran cepat. Ukuran lesi
beragam dari milimeter sampe beberapa sentimeter (rata-rata
ukuran lesi 6,5 mm). Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm
dan dapat bertangkai.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya lesi dapat muncul
di seluruh bagian tubuh, namun tersering terdapat pada kepala dan
leher (gingiva, bibir, mukosa hidung, dan wajah), ekstrimitas
bagian distal seperti jari-jari, serta batang tubuh bagian atas,.
Pada bayi atau anak-anak biasa terjadi pada bagian distal
tubuh yang sering mengalami trauma. Pada remaja dan dewasa
muda sering terjadi pda bagian tubuh atas akibat lesi berulang
setelah proses pengangkatan.
GP yang muncul saat kehamilan biasanya ditemukan
sepanjang mukosa intraoral bagian maxilla, namun dapat
berhubungan dengan jaringan intraoral, perioral dan non-oral
lainnya.
Lesi GP intraoral yang diakibatkan oleh kehamilan atau
penggunaan obat kontrasepsi oral memiliki gambaran yang
menyerupai Kaposi sarkoma. Lesi ini mudah mengalami
perdarahan hebat bila dibiopsi, test HIV dapat diindikasikan bila
terdapat pasien dengan intraoral lesi dengan gambar granuloma
piogenik. GP yang besar sekitar 25 cm pernah dilaporkan pada
penderita HIV positif.
GP dengen lesi satelit varian disseminated dan
subcutaneous biasa muncul pada batang tubuh bagian atas terutama
sekitar skapula. GP varian subcutaneous sering ditemukan di
ekstrimitas atas. Pada GP intravenous ditemukan adanya polip
kapiler pada leher atau ekstrimitas atas. Lesi GP pada penggunaan
indinavir berkembang terutama di daerah jari-jari kaki.

10
Granuloma piogenik terdiri dari kapiler-kapiler darah
membuat lesi rentan mengalami perdarahan. Pada lesi GP sering
terjadi perdarahan, erosi, ulserasi dan berkrusta, adanya hal-hal
tersebut perlu dicatat untuk menggambarkan keadaan lesi. Pada
lesi yang regresi akan terbentuk fibroma lunak.

Gambar 13
Granuloma piogenik pada leher

Gambar 23
Multipel rekuren granuloma piogenik pada leher

11
Gambar 33
Granuloma piogenik pada jari

Gambar 4
Granuloma piogenik pada pungung kaki di poli RSUD
Waled Cirebon

2.5.3. Komplikasi1,3

12
a. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi tersering dibandingkan
komplikasi lainya. Penyebab utamanya adalah traumadari luar
maupun ruptur spontan pembuluh darah akibat tipisnya kulit di
atas permukaan, sedangkan pembuluh darah di dalamnya terus
menerus tumbuh.
b. Ulkus
Ulkus terjadi lanjutan akibat adanya ruptur yang menimbulkan
ulserasi.
c. Anemia
Anemia biasanya terjadi akibat komplikasi dari perdarahan
yang masif.

2.5.4. Gambaran Histologi3


Gambaran histopatologi pada semua subtipe granuloma
pyogenic serupa.
Ditemukan adanya papul dengan erosi dan ulserasi di
permukaan atas lesi. Lesi mirip jaringan granulasi, terdiri dari
banyak kapiler dan venula. Terjadi penipisan secara pada lapisan
epidermis dan tersususun radial disekitar proliferasi pembuluh
darah.
Pada bagian dermis terdapat adanya kapiler-kapiler kecil
yang berisi eritrosit yang tersusun dalam lobulus dan terdapat
campuran limfosit,histiosit, dan neutrofil.

13
Gambar 5
Gambaran Histologi terdapat ektravasasi pembuluh darah
Diunduh http://www.medscape.com/viewarticle/717964

2.5.5. Differential Diagnosis


 Bacillary Angiomatosis5
BA biasanya terjadi pada pasien yang mengalami mengalami
penurunan sistem imun. BA timbul akibat infeksi dari
Bartonella sp yang didapat dari kucing. Lesinya mirip dengan
GP yaitu papul vaskular berukuran 1mm-1cm, berwarna merah
agak pucat, dikelilingi skuama dan terdapat lesi satelit
disekitarnya. Lesi berbatas tegas, mudah berdarah, dan
biasanya tidak keras.

Gambar 65
Bacillary Angimatosis
Lesi multipel, berkelompok, berwarna merah pucat

 Basal Cell Carcinoma6


BCC merupakan keganasan kulit yang sering pada manusia,
biasanya mengenai usia muda. BCC disebabkan oleh paparan
sinar ultraviolet yang menyebabkan terjadinya mutasi tumor
suppressor gen. Pasien dengan BCC datang dengan keluhan
adanya lesi kulit yang mudah berdarah lalu sembuh secara
berulang.

14
Gambar 76
Basal Cell Carcinoma

 Cherry Hemangioma7
Cherry hemangioma adalah tumor jinak yang terbentuk akibat
pembentukkan pembuluh darah vena kecil yang berlebih. Lesi
cherry hemangioma ditandai dengan timbulnya bintik kecil
kemerahan seperti petechie biasanya muncul di bagian badan.

Gambar 8
Cherry Hemangioma
Diunduh : http://www.skinsight.com/adult/cherryHemangioma-
whosAtRisk.htm
 Melanoma Maligna8

15
Melanoma Maligna adalah keganasan yang cukup jarang
ditemui, namun sering menjadi penyebab kematian oleh karena
itu diteksi dini perlu dilakukan. Melanoma malignan adalah
keganasan sel melanosit yang tidak hanya terdapat di kulit, tapi
di mata, telinga, saluran penceranaan, mukosa oral dan genital.
Gambarannya nodul asimetri dengan batas tidak jelas dan
warnanya bervariasi

Gambar 98
Melanoma Maligna

 Metastatic Carcinoma of the Skin9


Umumnya metastasis secara cutaneous terdapat dekat dengan
tumor utamanya. Lesi yang biasanya muncul berupa nodul
yang tidak sakit, bulat/oval, batas tegas, mobile, berwarna
seperti daging walaupun kadang ada yang berwarna coklat
sampai hitam kebiruan. Ukurannya biasanya beragam.

 Squamous Cell Carcinoma10


SCC merupakan tumor ganas tersering kedua setelah BCC
yang berasal dari sel keratinosit epidermis suprabasal. Lesi
awal SCC biasanya adanya riwayat ulcer yang tidak sembuh

16
sembuh atau tumbuh secara abnormal di daerah yang terpapar
sinar matahari.

Gambar 10
Squamous Cell Carcinoma

2.6. Terapi3,11
Bila faktor pencetus terbentuknya granuloma piogenik jelas maka
faktor-faktor tersebut harus dihilangkan. Pada kejadian GP akibat
penggunaan obat-obatan dihentikan, lesi akan mengalami regresi seiring
dengan dihilangkanya agen penyebab tersebut.
Krim Imiquimod topikal dan gel alitretinoin dapat digunakan untuk
pengobatan granuloma piogenik. Imiquimod topikal fungsinya sebagai
immune response modifier, obat ini menginduksi sitokin namun
mekanisme kerja obat itu masi belum jelas diketahui tapi obat ini bagus
digunakan untuk anak. Sebuah laporan dari Turki adanya perbaikan pasien
GP dengan menggnakan pengobatan eritromisin oral.
Lesi tidak bisa hilang dengan sendirinya, eksisi kuratif dapat
menjadi salah satu cara untuk benar-benar menghilangkan lesi GP. Bila
digunakan shaved biopsy dilakukan juga kuretase dengan eletrokuretase
untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan.
Kuretase dan kauterisasi menghilangkan lesi dengan cara
menangkat lesi dengan kuret dan mengkauter pembuluh darah agar tidak
terjadi pertumbuhan kembali. Laser sugery (carbondioxide atau pulse dye)
juga dikenal baik untuk menghilangkan lesi GP, dengan laser surgery lesi
di hilangkan dan dibakar bagian dasarnya, pulse dye laser biasanya
digunakan untuk menghilangkan lesi-lesi kecil. Cryoteraphy cocok
digunakan pada lesi kecil.

17
Granuloma piogenik dengan lesi satelit yang berulang setelah
eksisi diberikan steroid intralesi dan sistemik. Sebuah GP besar yang
berulang di telapak dilaporkan berhasil diobati dengan bleomycin intralesi.
Pada lesi yang terjadi saat kehamilan, angka lesi mengalami
kekambuhan masih tinggi sehingga banyak ahli merekomendasikan untuk
menunda penghapusan sampai setelah melahirkan karena lesi pada
umumnya akan hilang setelah partus.

2.7. Prognosis3,4
Kejadian rekuren pada GP cukup tinggi yaitu 40-50%. Eksisi kulit
yang cukup tebal dimungkinkan dapat mencegah rekurensi terkecil.
Bila terdapat trauma yang jelas sebagai penyebab terjadinya GP,
maka sebaiknya trauma tersebut dihindari. Edukasi pasien untuk
menghindari konsumsi dari kontrasepsi oral dan retinoid bila kasusnya
behubungan dengan agen-agen tersebut.

18
BAB III
KESIMPULAN

Granuloma piogenik atau hemangioma kapiler lobular merupakan


subtipe dari hemangioma kapiler yang sering terjadi pada bayi, anak, dan
dewasa muda terutama wanita hamil. Lesi muncul dapat bentuk papul atau
nodul soliter berwarna merah terang yang mudah mengalami perdarahan
dan ulserasi. Granuloma piogenik umumnya berkembang dengan cepat
dalam kurun waktu beberapa minggu, bisa terjadi di semua bagian tubuh
tetapi yang menjadi tempat tersering adalah tempat-tempat yang sering
tekena trauma seperti kepala, leher, ekstrimitas dan badan bagian atas.
Penyebab terjadinya granuloma piogenik masih belum dapat
dipastikan namun biasanya dikaitkan dengan adanya trauma sebelum
terbentuknya lesi. Granuloma piogenik juga dapat muncul pada kehamilan
atau penggunaan obat kontrasepsi oral, umumnya mengenai gingiva atau
mukosa oral lainnya, karena itu sering disebut juga “Pregnancy Tumor”.
Varian lain dari granuloma piogenik antara lain disseminated,
subcutaneous, intravenous, dan systemic medication (retinoid, protease
inhibitor, dan kemoterapi).
Penanganan pada Granuloma Piogenik diindikasikan untuk
mencegah perdarahan, kurang nyaman, kepentingan kosmetika dan
ketidakpastian diagnosis. Beberapa keganasan muncul dengan gambaran
granuloma piogenik, untuk memastikan gambaran yang atipikal diperlukan
pengecekan secara histopatologi.
Bila tidak ditangani, granuloma piogenik cenderung menetap.
Terapi dilakukan dengan kuret sederhana dengan elektrokuretase, selain
itu bisa dilakukan eksisi, bedah laser (carbondioxide atau pulse dye) atau
cryotheraphy.

19
Daftar Pustaka

1. Mochtar Hamzah. Hemangioma. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi


Kelima.ed 5 Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2010. Hal 242-4.
2. Jennifer Z.Cooper, dan Marc D.Brown. Tumor And Hyperplasias Of The
Dermis And Subcutaneoys Fat. Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine.ed 7. Michigan : McGraw-Hill, 2008. Hal 1171-2.
3. Joseph C Pierson. Dermatlogic Manifestations of Pyogenic Granuloma
(Lobular Capillary Hemangioma). Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1084701-overview. Tanggal 27 Maret
2011.
4. Richard Lichenstein. Annulare and Pyogenic Granuloma Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/763200-overview. Tanggal 27 Maret
2011.
5. Timothy G. Berger, dan Francisco G. Bravo. Bartonellosis. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine.ed 7. Michigan : McGraw-Hill, 2008.
Hal 1752-3.
6. John A. Carucci, dan David J. Leffell. Basal Cell Carcinoma Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine.ed 7. Michigan : McGraw-Hill, 2008.
Hal 1036-9.
7. Clarence William Brown Jr. Cherry Hemangioma Clinical Presentation.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1101058-overview .
Tanggal 5 April 2011
8. Susan M Swetter. Dermatologic Manifestation of Malignant Melanoma.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1100753-overview.
Tanggal 5 April 2011.
9. Thomas N Helm. Dermatologic Manifestation of Metastatic Carcinoma of
the Skin. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1101058-
overview. Tanggal 5 April 2011
10. 10.Arlen D Meyers. Head and Neck Squamous Cell Carcinoma Clinical
Presentation. Diunduh dari
11. http://emedicine.medscape.com/article/1965430-clinical. Tanggal 5 April 2011.

20
12. Vanessa Ngan. Pyogenic Granuloma. Diunduh dari
http://www.dermnet.org.nz/vascular/pyogenic-granuloma.html. Tanggal 6 April
2011.

21

Anda mungkin juga menyukai