Disusun oleh:
Pembimbing :
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
1. Identitas Pasien.....................................................................................1
2. Anamnesis............................................................................................1
3. Pemeriksaan Fisik................................................................................3
4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................5
5. Resume.................................................................................................8
6. Diskusi.................................................................................................9
6. Diagnosa Kerja..................................................................................13
7. Penatalaksanaan..................................................................................13
8. Prognosis.............................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................33
i
KATA PENGANTAR
Cirebon,November 2020
Penulis
10
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Pendahuluan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
2.1.1 External Genitalia
2.1.1 .1 Vulva
Vulva mencakup semua struktur yang terlihat secara eksternal dari pubis
ke perineum. Yang terdiri dari mons pubis, labium mayor dan minor, klitoris,
himen, vestibulum, muara uretra, dan kelenjar vestibular mayor atau bartholin,
kelenjar vestibular minor dan kelenjar parauretra.1
Mons pubis yang disebut juga mons veneris merupakan bantalan berisi
lemak di simfisis pubis. Setelah pubertas kulit mons pubis ini akan di tumbuhi
rambut keriting yang membentuk perisai, yang mana pada wanita berbentuk
segitiga dan dasarnya dibentk oleh batas atas simfisis. Secara embriologi, labium
mayus homolog dengan skrotum pada pria. Bentuk strukturnya bervariasi sesuai
dengan jumlah kandungan lemaknya. Panjangnya 7-8 cm, kedalaman 2-3 cm,
ketebalan 1-1,5 cm. Di superior menyatu secara langsung dengan mons pubis dan
ligamen berakhir di batas atasnya. Di posterior labium mayus meruncing dan
menyatu di daerah perineum membentuk komisura posterior. Labium minus
masing masing merupakan lipatan tipis jaringan, yang terletak di medial dari tiap
labium mayus. Kedua bagian yang dibawah menyatu membentuk frenulum
klitoridis dan kedua bagian yang diatas menyatu membentuk prepusium klitoridis.
Klitoris merupakan organ sensitif wanita utama yang homolog dengan erektil
penis dan letaknya terdapat dibawah prepusium klitoridis dan diatas uretra.
Klitoris memanjang ke bawah diantara lipatan lipatan labium minus, dan ujung
bebasnya masuk kebawah dan kedalam menuju ostium vaginae. Panjang klitoris
jarang melebihi 2 cm.1
12
wanita dewasa merupakan daerah yang berbentuk almond yang dibatasi oleh garis
Hart disebelah lateral, permukaan himen disebelah medial, frenulum klitoridis di
anterior, dan fourchettre di posterior. Pada vestibulum vagina biasanya terdapat
enam ostium : uretra, vagina, dua duktus kelenjar bartholin, dan dua duktus
kelenjar parauretral terbesar yaitu skene glands.1
Kelenjar bartholin juga disebut sebagai glandula vestibularis mayor yang
merupakan kelenjar yang terbesar. Diameternya 0,5 - 1 cm dan terletak di inferior
dari bulbus vestibula dan di dalam ujung inferior muskulus bulbokavernosus di
kedua sisi ostium vaginae. Terdapat juga kelenjar parauretral yang secara kolektif
merupakan percabangan kelenjar yang duktusnya membuka terutama disepanjang
keseluruhan aspek inferior uretra. Dua yang paling besar disebut kelenjar skene,
dan duktusnya biasanya terletak distal di dekat meatus uretra. Dua pertiga bawah
ostium uretra terletak tepat diatas dinding anterior vagina. Ostium atau meatus
uretra terletak di garis tengah vestibulum, 1 - 1,5 cm dibwah arkus pubikus, dan
terletak sedikit diatas ostium vagina. Pada wanita dewasa, himen merupakan
membrane dengan berbagai ketebalan yang mengelilingi ostium vagina secara
lengkap atau sebagian. Himen terutama terdiri dari jaringan ikat kolagen dan
elastik, serta baik permukaan luar maupun dalamnya dilapisi oleh epitel pipih
berlapis. Lubang himen berdiameter antara pinpoint sampai seukuran satu atau
dua ujung jari.1
2.1.1.3 Vagina
Vagina merupakan struktur muskulomembranosa yang memanjang dari
vulva ke uterus dan terletak diantara kandung kemih dan rektum di anterior dan
posterior. Dianterior, vagina dipisahkan dari uretra dan kandung kemih oleh
jaringan ikat yaitu septum vesikovaginal. Diposterior, diantara bagian bawah
vagina dan rectum terdapat jaringan serupa yang membentuk septum rektovaginal.
Seperempat atas vagina dipisahkan dari rectum oleh kantong rekto-uterus, juga
disebut cul-de-sac Douglas.1
13
Gambar 2.1 genitalia eksternal1
Uterus yang tidak hamil terdapat di rongga pelvis diantara kandung kemih
di anterior dan rektum di posterior. Hampir seluruh dinding posterior uterus
ditutupi oleh serosa, yang merupakan peritoneum viserale. Bagian bawah
peritoneum ini membentuk batas anterior cul-de-sac rektouterina atau kavum
douglasi. Uterus digambarkan berbentuk piriformis atau seperti buah pir. Terdiri
dari dua bagian utama, tetapi tidak seimbang, yakni bagian segitiga atas yaitu
corpus dan bagian silindris bawah yaitu serviks, yang masuk kedalam vagina.
Isthmus adalah bagian uterus ostium uteri internum dan kavitas uteri. Ini
membentuk segmen bawah uterus selama kehamilan. Tuba fallopi yang juga
disebut sebagai tuba uterina, muncul dari kornu uterus pada persimpangan antara
batas superior dan lateral. Fundus adalah segmen atas yang cembung diantara
tempat insersi tuba uterina. Uterus wanita nullipara berukuran panjang 6 sampai 8
cm sedangkan multipara berukuran panjang 9 sampai 10 cm. pada wanita nonpara
14
berat uterus rata-rata 50-70 gram, sedangkan wanita para sekitar 80 gram atau
lebih.1
15
bervariasi dalam ketebalan. Rancangan vaskular uterus dan endometrium
merupakan tanda penting dalam kehamilan. Arteri uterina dan ovarika bercabang
dan menembus dinding uterus secara oblik kedalam dan mencapai sepertiga
tengahnya. Arteri-arteri ini kemudian bercabang-cabang dalam bidang yang
paralel terhadap permukaan sehingga dinamakan arteri arkuata. Cabang-cabang
radial muncul dari arteri arkuata dalam sudut yang tepat dan memasuki
endometrium menjadi arteri spiralis. Arteri radialis juga bercabang menjadi sudut
yang tajam kemudian menjadi arteri basalis. Arteri spiralis mendarahi sebagian
besar bagian tengah dan seluruh sepertiga superfisial endometrium. Pembuluh
darah tersebut berespons terhadap sejumlah hormon sehingga berperan penting
dalam mekanisme menstruasi.1
16
2.1.2.2 Tuba uterina
Gambar 2.4 tuba fallopi wanita dewasa dengan ilustrasi potongan melintang,
dalambeberapa bagian (A) isthmus, (B) ampula, dan (C) infundibulum1
2.1.2.3 Ovarium
Ukuran ovarium pada setiap wanita berbeda secara signifikan. Selama usia
reproduksi, panjangnya 2,5-5 cm, lebar 1,5- 3 cm, dan ketebalannya 0,6-1,5 cm.
Posisinya juga bervariasi, namun biasanya terletak dibagian atas rongga pelvis dan
bersandar di cekungan dangkal di dinding lateral pelvis. Ovarium dipersarafi oleh
saraf simpatik dan parasimpatik, saraf simpatik terutama berasal dari pleksus
ovarikus yang mendampingi pembuluh darah ovarium. Yang lainnya berasal dari
pleksus yang mengelilingi cabang ovarium arteri uterina. Ovarium banyak disarafi
oleh serat-serat saraf non-mielin, yang sebagian besar mendampingi pembuluh
darah1.
17
Gambar 4 Genitalia Internal1
Darah ibu masuk melalui lempeng basal dan terdorong ke atas ke lempeng
korion oleh puncak tekanan arteri ibu sebelum terjadi dispersi ke lateral. Setelah
membasahi permukaan mikrovilus eksterna vilus korion, darah ibu mengalir
kembali melalui lubang-lubang vena di lempeng basal dan masuk ke vena-vena
18
uterus. Dengan demikian, darah ibu melintasi plasenta secara acak tanpa melalui
saluran yang sudah ada, didorong oleh arteri ibu. Arteri spiralis berjalan tegak
lurus, vena berjalan sejajar, terhadap dinding uterus, membentuk suatu tatanan
yang mempermudah vena menutup saat uterus berkontraksi dan mencegah
terperasnya darah ibu dari ruang antarvilus.2
Figure 5. Developing embryo–fetus, placenta, and amniotic fluid. (a) The uterus progressively
enlarges to accommodate the growing embryo–fetus during pregnancy. (b) During placentation,
fingerlike projections of chorionic (fetal) tissue form the placental villi, which protrude into a pool
of maternal blood. Decidual (maternal) capillary walls are broken down by the expanding chorion
so that maternal blood oozes through the spaces between the placental villi. Fetal placental
capillaries branch off the umbilical arteries and project into the placental villi. Fetal blood
flowing through these vessels is separated from the maternal blood by only the capillary wall and
thin chorionic layer that forms the placental villi. Maternal blood enters through the maternal
arterioles, then percolates through the pool of blood in the intervillus spaces. Here, exchanges are
made between the fetal and maternal blood before the fetal blood leaves through the umbilical
vein and maternal blood exits through the maternal venules. (c) The embryo–fetus floats in a sac
that forms during development and is filled with cushioning amniotic fluid. 2
2.2.2 Plasenta
19
Plasenta adalah paru-paru janin. Di dalam plasenta terdapat penjuluran vili
dari bagian janin yang mengandung cabang-cabang halus arteri dan vena
umbikalis janin. O2 diserap oleh darah janin dan CO2 dikeluarkan ke dalam
sirkulasi ibu melalui dinding vili. Lapisan-lapisan sel yang membungkus vili lebih
tebal dan kurang permeabel dibandingkan dengan membran alveolus paru, dan
pertukaran yang terjadi jauh kurang efisien. Plasenta juga merupakan rute tempat
masuknya semua zat makanan ke janin dan keluarnya zat sisa dari janin ke dalam
darah ibu.2
20
dapat mengalami hipoksia. Sel darah merah janin mengandung hemoglobin janin
(hemoglobin F), sedangkan sel darah merah orang dewasa mengandung
hemoglobin dewasa (hemoglobin A). Afinitasi sel darah merah janin lebih tinggi
daripada sel darah merah orang dewasa. Penyebab perbedaan afinitas tersebut
karena hemoglobin F kurang mengikat 2,3-BPG dibanding hemoglobin A. Pada
masa kehidupan janin terdapat sejumlah hemoglobin A dalam darah. Setelah lahir,
pembentukan hemoglobin F tidak terjadi lagi, pada usia 4 bulan 90% hemoglobin
dalam darah merupakan hemoglobin A.2
21
Figure 6. Secretion of estrogen and progesterone by the placenta. The placenta secretes
increasing quantities of progesterone and estrogen into the maternal blood after the first
trimester. The placenta can convert cholesterol into progesterone (orange pathway) but lacks
some of the enzymes necessary to convert cholesterol into estrogen. However, the placenta can
convert DHEA derived from cholesterol in the fetal adrenal cortex into estrogen when DHEA
reaches the placenta by means of the fetal blood (blue pathway) 2.
22
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu
setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram
dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi
suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata
pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20
liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram.3
23
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
b. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel
darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih
meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan
dapat mencapi 4 kali dari angka normal.3
c. Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat
memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma
karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil 32 minggu.
Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
24
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari
biasanya.3
c. Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI. Diperkirakan
selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg. Sebgaian besar
penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan
isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.
Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia postprandial
dan hiperinsulinemia.3
Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan zat ini dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat.3
25
2.4 HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
2.4.1 Definisi
1. Hipertensi kronik :
26
Tekanan darah sistolik >140 atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mm/Hg
sebelum hamil atau didiagnosa sebelum usia gestasi 20 minggu, atau
bila terdapat hipertensi didiagnosa setelah usia gestasi 20 minggu dan
persisten 12 minggu setelah melahirkan.
Tidak terdapat proteinuria
2. Hipertensi gestasional :
Tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90
mmHg ditemukan pertama kali sewaktu hamil
Tidak terdapat proteinuria
27
4. Eklamsia
2.5.2 Etiologi
2.5.3 Diagnosis
28
Risiko rendah : hipertensi ringan tanpa disertai kerusakan
organ
Risiko tinggi : hipertensi berat atau hipertensi ringan
disertai dengan perubahan patologis, klinis maupun
biologis, sebagai tanda kerusakan organ.
b Kriteria risiko tinggi pada hipertensi kronik dalam kehamilan :
Hipertensi berat :5
desakan sistolik ≥ 160 mmHg dan / atau
desakan diastolic ≥ 110 mmHg, sebelum 20 minggu
kehamilan
Hipertensi ringan < 20 minggu kehamilan dengan :
pernah preeklamsi
umur ibu > 40 tahun
hipertensi ≥ 4 tahun
adanya kelainan ginjal
adanya diabetes mellitus (klas B – klas F)
kardiomiopati
meminumi obat anti hipertensi sebelum hamil
29
- Fungsi hepar
- Hematologik : Hb, hematokrit, trombosit
30
dan sakit perut dan tes laboratorium abnormal, termasuk jumlah trombosit rendah
dan tes fungsi hati abnormal.5
2.6 PREEKLAMPSI
2.6.1 Definisi
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada
kehamilan diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ. Jika
hanya didapatkan hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan
peeklampsia, harus didapatkan gangguan organ spesifik akibat preeklampsia
tersebut.4
2. Protein urin : Protein urin melebihi 300mg dalam 24 jam atau tes urin
dipstick > positif 1 (+1)
31
4. Edema Paru
5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : Fetal Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya
absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).4,5
2.6.2 Epidemiologi
Angka kejadian preeklampsia – eklampsia berkisar antara 2% dan 10%
dari kehamilan di seluruh dunia. Kejadian preeklampsia merupakan penanda awal
dari kejadian eklampsia, dan diperkirakan kejadian preeklampsia menjadi lebih
tinggi di negara berkembang. Angka kejadian preeklampsia di negara
berkembang, seperti di negara Amerika Utara dan Eropa adalah sama dan
diperkirakan sekitar 5-7 kasus per 10.000 kelahiran. Disisi lain kejadian eklampsia
di negara berkembang bervariasi secara luas. Mulai dari satu kasus per 100
kehamilan untuk 1 kasus per 1700 kehamilan. Rentang angka kejadian
preeklampsia-eklampsia di negara berkembang seperti negara Afrika seperti
Afrika selatan, Mesir, Tanzania, dan Ethiopia bervariasi dari 1,8% sampai 7,1%.
Di Nigeria angka kejadiannya berkisar antara 2% sampai 16,7% dan juga
preeklampsia ini juga dipengaruhi oleh ibu nullipara, karena ibu nullipara
memiliki resiko 4-5 kali lebih tinggi dari pada ibu multipara.5
2.6.3 Etiologi
Setiap teori yang memuaskan mengenai etiologi dan pathogenesis
preeklampsia harus dapat menjelaskan hasil pengamatan bahwa penyakit
hipertensi dalam kehamilan lebih mungkin timbul pada perempuan yang :4
32
2. Terpajan vili korionik dalam jumlah yang berlebihan, seperti pada
kehamilan ganda atau mola hidatidosa
3. Telah memiliki penyakit ginjal atau kardiovaskular
4. Secara genetis beresiko untuk mengalami hipertensi dalam kehamilan.
33
lumen arteriola sprilaris terlalu sempit sehingga akan mengganggu aliran
darah plasenta, aktivasi mikrovaskular, yang bermanifestasi sebagai
trombositopenia dan peningkatan permeabilitas kapiler yang ditandai
dengan edema dan proteinuria.5
34
lingkungan dan epigenetik juga sangat berpengaruh terhadap ekspresi
genotype dan fenotipe sindrom preeklampsia.6
2.6.4 Patogenesis
35
kerusakan atau jejas endotel, yang kemudian akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara vasokonstriktor (endotelin, tromboksan, dan
angiotensin) dan vasodilator (nitrit oksida dan protaksiklin) serta gangguan sistem
pembekuan darah.4,6
Ness dan Roberts (1996) serta Redman dkk (2008) memperkenalkan teori
2 tahap untuk menjelaskan etiopatogenesis preeklampsia
Tahap 1 disebut juga tahap preklinik, tahap ini disebabkan oleh kegagalan
invasi trofolas sehingga terjadi gangguan remodelling arteri spiralis atau
arteri uterina yang menyebabkan vasospasme dan hipoksia
Tahap 2 disebut juga tahap klinik, tahap ini disebabkan oleh stres oksidatif
dan pelepasan faktor plasenta kedalam sirkulasi darah ibu yang
mencetuskan respons inflamasi sistemik dan aktivasi endotel.
1) Kardiovaskular :
a. Hipertensi
b. Penurunan curah jantung
c. Trombositopenia
d. Gangguan pembekuan darah
e. Perdarahan
f. DIC (Disseminated intravascular coagulation)
g. Pengurangan volume plasma
36
h. Peningkatan permeabilitas pemuluh darah
i. Edema
j. Nekrosis.
2) Plasenta :
a. Hambatan pertumbuhan janin
b. Gawat janin
c. Solusio plasenta.
3) Ginjal
a. Endoteliosis kapiler ginjal
b. Penurunan bersihan asam urat
c. Penurunan laju filtrasi glomerulus.
d. Oliguria
e. Proteinuria
f. Gagal ginjal
4) Otak
a. Hipoksia
b. Kejang
c. Gangguan pembuluh darah otak.
5) Hepar :
a. Gangguan fungsi hati
b. Peningkatan kadar enzim hepar
c. Edema
d. Regangan kapsula di hepar
e. Perdarahan.
6) Mata
a. Edema papil
b. Iskemia
c. Perdarahan
d. Ablasio retina.
7) Paru-paru :
37
a. Edema
b. Iskemia
c. Nekrosis
d. Gangguan pernapasan hingga apneu.
38
c. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2
kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik atau regio
kanan atas abdomen
d. Edema Paru
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
f. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan
sirkulasi uteroplasenta : Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan adanya
Absent or reversed end diastolic velocity (ARDV).
e. Edema Paru
39
masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria pemberatan preeklampsia
(preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi mengkategorikan lagi
preeklampsia ringan, dikarenakan setiap preeklampsia merupakan kondisi yang
berbahaya dan dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara
signifikan dalam waktu singkat.5,7
2.6.6 Penatalaksanaan
1) Medikamentosa1,8
A MgSO4
a. Dosis awal: 4 gram MgSO4 (10cc MgSO4 40%) dilarutkan
kedalam 100cc ringer laktat, diberikan selama 15-20 menit.
40
c. Dalam 6 jam pascasalin sudah terjadi perbaikan tekanan
darah.
B Antihipertensi :
Antihipertensi direkomendasikan pada preeklampsia
dengan hipertensi berat, atau tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
atau diastolik ≥ 110 mmHg
a. Nifedipin
Nifedipin merupakan salah satu calcium channel
blocker yang sudah digunakan sejak dekade terakhir untuk
mencegah persalinan preterm (tokolisis) dan sebagai
antihipertensi.
b. Metildopa
c. Nikardipine
41
dalam larutan 50cc per jam atau 2 ampul 10 mg dalam
larutan 100cc tetes per menit mikro drip.
2) Manajemen Konservatif1,3
1. Indikasi manajemen konservatif
Kehamilan preterm (<34 minggu) tanpa disertai tanda-tanda
impending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal
Sama dengan perawatan medisinal pengelolaan secara aktif. Hanya
dosis awal MgSO4 diberikan i.m saja yaitu MgSO4 40% 8gram i.m.
Atau bila menggunakan cara intravena secara kontinyu diberikan dosis
pemeliharaan yaitu, 10gram dalam 500cc cairan RL diberikan dengan
kecepatan 1-2gram/jam (20-30 tetes per menit). Pemberian MgSO4
dihentikan apabila sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia,
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
3. Pengelolaan obstetric
Selama perawatan konservatif, tindakan observasi dan evaluasi
sama seperti perawatan aktif, termasuk pemeriksaan NST dan USG
untuk memantau kesejahteraan janin.
42
CARA PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT
IM IV
43
ALUR PENGELOLAAN PENDERITA
PREEKLAMPSIA BERAT / EKLAMPSIA
44
Antihipertensi diberikan bila :
Tekanan darah sistole: 160 mmHg
PENGATURAN Tekanan darah diastole : 110 mmHg
TEKANAN
DARAH NIFEDIPIN 10 mg oral
METILDOPA 250 mg
3) Pengelolaan Aktif1
A Belum Inpartu
Indikasi
Apabila didapatkan satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a. Ibu :
Kehamilan > 34 minggu (dengan kortikosteroid selama 2
hari telah diberikan, dan memberi tahu bagian perinatogi
sebelum pengakhiran kehamilan)
Adanya gejala impending eklampsia
Gagal perawatan konservatif.
b. Janin :
45
4) Pengelolaan Obstetri
1. Belum inpartu
Dilakukan induksi persalinan apabila bishop score ≥ 6. Bila
perlu dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi
persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila
tidak, induksi persalinan dianggap gagal, dan harus disusul dengan
seksio sesarea.
Indikasi dilakukan seksio sesarea yaitu :
yarat persalinan pervaginam tidak terpenuhi
Terdapat kontraindikasi persalinan pervaginam
Induksi persalinan gagal
Kelainan letak
Apabila umur kehamilan <34 minggu.
2. Sudah inpartu
Perjalanan persalinan normal diikuti dengan partograph WHO
Kala II diselesaikan dengan partus buatan. Amniotomy dan
tetes oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 15 menit setelah
pengobatan medisinal.
Seksio sesarea dilakukan apabila terdapat kegawatan ibu dan
gawat janin
Bila bishop score ≤6 direkomendasikan tindakan seksio
sesarea.
3. Konsultasi :
46
2.7 KOMPLIKASI
2.7.1 Eklampsia
Definisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada preeklamsi atau peb dalam
kehamilan, persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang
dengan atau tanpa penurunan kesadaran.6
Anamnesis
Umur kehamilan > 20 minggu
Hipertensi
Kejang
Penurunan kesadaran
Penglihatan kabur
Nyeri kepala hebat
Nyeri ulu hati.6
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran somnolen sampai koma
Tekanan darah >140/90 mmHg
Proteinuria minimal +1
Penurunan kesadaran tanpa disertai kejang
Tetanus
Kriteria Diagnosis
PEB disertai kejang
Pemeriksaan penunjang
Cek darah rutin, fungsi ginjal, urin lengkap, fungsi hati
Rontgen thoraks
Pemeriksaan CT scan bila ada dugaan perdarahan otak
Pemeriksaan elektrolit, analisis gas darah, untuk mencari penyebab
kejang lain.
47
Pemeriksaan USG.
48
2.7.2 HELLP Syndrom
2.7.2.1 Definisi
2.7.2.2 Diagnosis
a Didahului tanda dan gejala yang tidak khas; malaise, lemah, nyeri
kepala, mual, muntah (mirip tanda dan gejala infeksi virus)
b Adanya tanda dan gejala preeklampsia
c Tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya peningkatan LDH,
AST dan bilirubin indirek
d Tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosit; peningkatan ALT,
AST, LDH
e Trombositopenia
48
LDH ≥ 600 u/l
AST dan/ atau ALT ≥ 40 U/l
49
d Pemberian “Dexamethasone rescue”
Antepartum : diberikan “double strength dexamethasone” (double
dose) Jika didapatkan :
Trombosit < 100.000/cc atau
Trombosit 100.000 – 150.000/cc dan denganEklamsi
Hipertensi berat. Nyeri epigastrium “Gejala Fulminant”,
maka diberikan dexametasone 10 mg IV tiap 12 jam
50
BAB III
KESIMPULAN
1) Hipertensi adalah suatu keadaan dengan tekanan darah sistolik > 140
mmHg atau diastolik ≥ 90 mmHg.1
51
DAFTAR PUSTAKA
52
9) Baha M. Sibai JRB. Expectant management of severe preeclampsia remote
from term: patient selection, treatment, and delivery indications. Am J
Obstet Gynecol. 2007;196:514e.-.e9
53