Anda di halaman 1dari 11

2

Kemudian Ki Witanah memohon kepada Sang Prabu sehubungan


pedukuhan ini belum mempunyai nama agar Sang Prabu Siliwangi sudi
memberikan nama.
Sambil manggut-manggut dan diam sejenak Sang Prabu menanyakan balai
besar yang indah ini. Oleh Ki Witanah dijawab bahwa balai ini dibuat olehnya,
lalu Sang Prabu Siliwangi berkata, kalau begitu pedukuhan ini diberi nama
GALAGAMBA. Galag artinya Balai, sedangkan Amba artinya besar/luas/gede.
Jadi Galagamba diambil sebagai bukti adanya balai besar / balai gede yang dibuat
oleh Ki Witanah.
Nama Galagamba yang diberikan oleh Prabu Siliwangi ini diterima Ki
Witanah dengan sangat gembira. Selanjutnya Prabu Siliwangi meminta kepada Ki
Witanah hendaknya Bale Gede ini dipelihara dengan baik sehingga apabila pada
suatu saat Prabu Siliwangi mengadakan perundingan atau musyawarah dapat
memanfaatkannya.
Di samping itu Sang Prabu akan menempatkan balatentara dari bangsa
binatang harimau (macan) karena daerah pedukuhan ini terlihat angker banyak
bangsa jin dan makhluk halus untuk menjaga keamanan Galagamba.
Setelah Ki Witanah meninggal, beliau dikuburkan di makam raga sawangan.
Di tempat tersebut konon ada sebuah pohon jati yang sangat tinggi besar dan
sangat angker. Suatu hari pohon itu di tebang, namun pada esok harinya pohon
jati yang sudah roboh itu tegak kembali dengan tanpa bekas tebangan. Demikian
penebangan ini dilakukan berulang-ulang namun hasilnya tetap sama, pohon jati
tersebut tegak kembali. Akhirnya tidak seorang pun yang berani mencoba
menebangnya.
Ki Gede Tanah selaku sesepuh pedukuhan merasa bertanggung jawab untuk
mengatasi hal tersebut. Untuk itu beliau berangkat ke Cirebon menghadap Sunan
Jati Purba memohon petunjuk bagaimana cara menebang pohon jati itu. Akhirnya
Sunan Jati Purba mangajak Ki Gede Tanah untuk bersama-sama menuju
pedukuhan Galagamba.
Sesampainya di Galagamba mereka menuju pohon jati itu, dan Sunan
Gunung Jati bersama Ki Gede Tanah menghadap ke pohon jati sambil berdo’a
dengan khusyu memohon kepada Yang Maha Kuasa. Dan tampak terlihat olehnya
3

pada pohon jati itu ada seorang yang sedang bersandar. Kemudian dengan
kesaktiannya, diusirlah raga yang bersandar di pohon jati itu, dengan seketika
lenyaplah makhluk halus itu. Setelah itu Sunan Gunung Jati mempersilahkan Ki
Gede Tanah bersama penduduk menebang pohon jati itu hingga roboh.
Sejak itu tempat tersebut disebut RAGA SAWANGAN, yang diambil dari
kata Raga = Tubuh, Sawangan = Terlihat / Kesawang. Dan satria tersebut yang
gagah berani menebang kayu jati tersebut dijuluki KI RAGA SAWANGAN (Ki
Gede Raga Sawangan).
Di Galagamba masih banyak benda-benda pusaka peninggalan para leluhur
yang disimpan dan dirawat seperti: tombak, kendi, centong, dan lain-lain. Benda-
benda ini secara rutin tiap tahun pada puncak acara sedekahan bumi di arak
mengelilingi pemukiman desa Galagamba yang menurut kepercayaan dapat
menolak bahaya, dan hasil panen yang melimpah. Pada acara sedekah bumi
tersebut diadakan tradisi pagelaran wayang golek cepak / wayang kulit. Masih
banyak lagi peninggalan leluhur masyarakat Galagamba seperti Sumur Wasiat
yang konon bila untuk minum atau mandi dapat menyembuhkan penyakit. Ada
juga sumur di Blok Dukumire dipercaya jika mandi di sumur tersebut akan kebal
dari peluru dan parang. Kemudian ada Sumur Gayam yang airnya tidak pernah
habis walaupun musim kemarau panjang airnya dapat untuk menambah kekuatan /
keteguhan.
Adapun tempat Bale Gede waktu Ki Witanah masih hidup berada di Blok
Tengah, yang sekarang tempat tersebut untuk Kantor Pemerintah Desa. Pada masa
penjajahan Belanda dipindahkan ke sebelah ujung utara Desa Galagamba sampai
sekarang. Bale Gede sejak dahulu dirawat oleh seorang petugas yang dinamakan
Kunci (Kuncen). Kuncen yang pernah merawat dan menjaga Bale Gede yaitu :
a. Buyut Murti
b. Buyut Nadi
c. Buyut Kesimpen
d. Buyut Tasina
e. Buyut Wasad
f. Buyut Sene
g. Buyut Kadim
4

h. Buyut Warsi
Desa Galagamba dibagi menjadi 4 blok, yaitu Blok Galagamba I, Blok
Galagamba II, Blok Nagrog dan Blok Dukumire. Desa Galagamba dikepalai oleh
seorang kepala desa yang disebut Kuwu.
Kuwu yang pernah menjabat di Desa Galagamba yang tercatat sampai
sekarang ialah :
a. Kuwu Rd. JUNGEB, memerintah dari tahun 1880 s.d 1895.
b. Kuwu ASIM, memerintah dari tahun 1896 s.d 1900.
c. Kuwu BANJAR, memerintah dari tahun 1901 s.d 1907.
d. Kuwu BARKAWI, memerintah dari tahun 1908 s.d 1916.
e. Kuwu KARMITEM / KALIS, memerintah dari tahun 1917 s.d 1926.
f. Kuwu WAHID, memerintah dari tahun 1927 s.d 1943.
g. Kuwu SANGID, memerintah dari tahun 1944 s.d 1946.
h. Kuwu TASMA, memerintah dari tahun 1947 s.d 1960.
i. Kuwu YAKOEB, memerintah dari tahun 1961 s.d 1984.
j. Kuwu BRATA SUPARMAN, memerintah dari tahun 1985 s.d 1994.
k. Kuwu DIDI SUHARDI ANWAR, memerintah dari tahun 1995 s.d
2000.
l. Kuwu JAENUDIN, memerintah dari tahun 2001 s.d 2010.
m. Kuwu RASDIRA, memerintah dari tahun 2011 s.d 2017
n. Kuwu MUSA, memerintah dari tahun 2018 s.d Sekarang

B. Demografi
 Letak Geografis
Desa Galagamba yang berpenduduk ± 5.517,- jiwa dan luas ± 280,383 ha,
yang terdiri dari 8 Rukun Warga (RW) dan 16 Rukun Tetangga (RT). Desa
Galagamba memiliki perbatasan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Gintung Kidul dan Desa Bringin
Sebelah Barat : Desa Gintung Ranjeng
Sebelah Selatan : Desa Ciwaringin
Sebalah Timur : Desa Winong
5

 Topologi
Desa Galagamba merupakan desa yang berada dilingkup Kecamatan
Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Ditengah Desa dibelah oleh sungai Desa yang
merupakan anak dari sungai Cimanis.
Desa Galagamba termasuk desa dengan penghasil beras untuk kebutuhan
masyarakat sekitar. Penduduk Desa Galagamba hampir 65% berpenghasilan dari
penggarapan hasil pertanian.

 Pengairan
Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan untuk pengendalian dan
penataan air suatu wilayah. Berdasarkan hidrologinya aliran air diwilayah Desa
Galagamba membentuk dan membutuhkan saluran-saluran irigasi baik untuk
kebutuhan pertanian.
 Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan
Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Galagamba bisa digunakan
secara produktif, hanya sedikit saja wilayah pertanian yang tidak dipergunakan
untuk produksi pertanian.

Sawah Darat
(ha) (ha)
Non Tadah
Teknis Pemukima Kuburan Perkantora Lainnya
Teknis Hujan n n
112,627 45,803 59,911 56,450 0,909 0,236 4,447
Tabel 1 Lahan Menurut Jenis Penggunaan

C. Keadaan Sosial
 Kependudukan
Berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk tahun 2010, tercatat
sebanyak 5.517 jiwa. Dengan jumlak Kepala keluarga 1.752 KK. Sebagai mana
bisa dilihat dari table berikut :
6

Jumlah Penduduk Laki-laki 2.935 Orang


Jumlah Penduduk Perempuan 3.172 Orang
Jumlah Kepala Keluarga 1.983 Kepala Keluarga
Tabel 2 Jumlah Kependudukan

 Kesehatan
Tenaga kesehatan yang terdapat di Desa Galagamba terdiri dari 1 orang bidan
Desa, 1 orang dukun lahiran terlatih, dan partisipasi dari ibu-ibu PKK dengan
kegiatan Posyandu.

No Tenaga Kesehatan Jumlah Ket


1 Medis Bidan Desa 1 Orang
Praktek Kesehatan - Orang
2 Tenaga Terlatih Dukun Bayi 3 Orang
Tukang Pijat 10 Orang
3 Partisipasi Masyarakat Kader Posyandu 25 Orang
Desa Siaga 18 Orang
Jumlah 56 Orang
Tabel 3 Tenaga Kesehatan Desa Galagamba

 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sehingga
pendidikan adalah sebuah investasi (modal) dimasa yang akan datang, untuk
pembangunan Desa.

Jml
No Nama Sekolah Jenjang Lokasi Status
Lokal
1 TPA TK 2 Blok 4 Swasta
2 TPA TK 1 Blok 2 swasta
2 SDN Galagamba 1 SD 6 Blok 1 Negeri
3 SDN Galagamba 2 SD 6 Blok 3 Negeri
Madrasah diniyah Nurul
4 SD 5 Blok 1 Swasta
islam
5 DTA Latifah SD 2 Blok 4 Swasta
Madrasah diniyah SD Swasta
6 6 Blok 4
Islamiyah
7

7 Madrasah Juhariah SD 1 Blok 2 Swasta


Tabel 4 Pendidikan/ Formal dan Non Formal yang terdapat di Desa Galagamba

 Kesejahteraan Sosial
Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan Sosial meliputi
dari proses globalisasi serta industri dari akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan, pasar global. Dampak yang dirasakan diantaranya semakin
banyaknya jumlah tenaga pengangguran, tingkat kemiskinan, serta kompleknya
permasalahan sosial lainnya.

 Ketenaga Kerjaan
Dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, keterbatasan lapangan
kerja dan pemutusan hubungan kerja (PHK) dapat dirasakan dengan semakin
banyaknya tingkat pengangguran di Desa. Keadaan ini makin dipersulit dengan
melonjaknya harga BBM dan harga kebutuhan pokok.

Tenaga Kerja Laki – laki Perempuan


Penduduk usia 18-56 th 253 orang 295 Orang
Penduduk usia 18-56 th yang bekerja 142 orang 147 Orang
Penduduk usia 18-56 th tidak bekerja 226 orang 192 Orang
Penduduk usia 0-6 th 108 orang 85 Orang
Penduduk yang masih sekolah 353 orang 305 Orang
Penduduk usia 56 th ke atas 251 orang 211 Orang
Angkatan kerja 240 orang 229 Orang
Jumlah 1.573 orang 1464 Orang
Total Jumlah 3037 Orang
Tabel 5 Ketenaga Kerjaan

 Sosial Budaya
Kebudayaan tradisional merupakan modal dasar pembangunan yang
melandasi pembangunan yang akan dilaksanakan, warisan budaya yang bernilai
luhur merupakan asset untuk menarik pengusaha-pengusaha bermodal besar untuk
menanamkan modal usaha di wilayah Desa Galagamba dalam rangka
pengembangan pariwisata budaya.
8

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan pemerintahan desa dengan


pelestarian secara berkelanjutan adalah pembinaan di berbagai kelompok
kesenian, juga pembinaan pelaku seni sendiri.
Banyak budaya yang terdapat di Desa Galagamba yang dulu sempat ada
sekarang sudah tenggelam, dan ini perlu dikembalikan pada beberapa tahun
mendatang, agar anak cucu akan teringat kembali akan semua peninggalan budaya
masa lalu.
Pembinaan dan pelestarian budaya agar dapat dirawat dan dijaga agar budaya
dan kelompok kesenian dapat eksis kembali, diantara kelompok kesenian/budaya
yang masih eksis di Desa Galagamba sebagai berikut :
No Kelompok
Jml Status Ket
. Kesenian/Jenis budaya
A. Kelompok Kesenian 1
1. Lais 1 Aktif
2. Genjringan 2 Aktif
3. Rebana 2 Aktif
B. Jenis Budaya
Rutin dilakukan
setiap tahun oleh
1. Ngider Buyut - Rutin
lembaga adat beserta
masyarakat
Setiap warga berhak
merencanakan
2. Hajatan Masyarakat - Rutin hajatan khitanan,
atau merasul anak,
pesta perikahan dll
Dilakukan oleh
3. Ngidung - Pasif pemuka adat pada
saat tertentu
Tabel 6 Kelompok Kesenian/Jenis Budaya Desa Galagamba

 Sarana Agama

No
Jenis Jumlah Lokasi
.
9

1 Masjid 2 Rt 03 dan Rt 15
2 Mushola/Langgar 14 Tersebar
3 Madrasah 4 Blok 4 & Blok 2
Tabel 7 Sarana Ke Agamaan Desa Galagamba

 Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi


Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi yang menjadi tulang pungung
ekonomi masyarakat Desa Galagamba adala sector pertanian. Pada sektor ini
semua lapisan masyarakat mempergunakan lahan yang ada dengan berbagai
macam tanaman pertanian, baik dilahan persawahan maupun lahan perkebunan.
Rata-rata lahan pertanian di Desa Galagamba biasa ditanami tanaman padi
sebanyak 2 kali musim tanam, dan setelah itu bisa dipergunakan dengan tanaman
palawija seperti : semangka, sawi, cabe, terong dll.
Disamping itu sebagian masyarakat menjadikan perdagangan sebagai sumber
mata pencaharian, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

 Transportasi
Letak desa Galagamba yang terbelah oleh jalan Desa memudahkan
masyarakat dalam bepergian. Wilayah yang strategis ini bisa dilalui oleh
kendaraan roda empat baik yang berukuran sedang maupun ukuran kecil,
ditambah lagi dengan lintas angkot dari jalur utama Cirebon Bandung kejalur
Arjawinangun.

 Informasi dan Teknologi


Penggunaan jaringan komunikasi di Desa Galagamba khususnya sambungan
telepon sudah lama tersedia, bahkan rata-rata warga Galagamba sudah
menggunakan handphone untuk mempermudah berkomunikasi dengan sesama
warga hal ini ditujang dengan banyaknya menara-menara jaringan sambungan
seluler.
10

Disamping itu sarana teknologi yang tersedia, jasa percetakan, rental


Komputer dsb sedang menjamur walaupun pelaku bisnisnya atau kepemilikannya
kebanyakan dari warga.

 Pengairan dan Keirigasian


Penanganan keirigasian/pengairan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
para petani penggarap tanaman padi, petani penggarap tanaman palawija maupun
untuk kebutuhan sehari-hari. Kondisi pengairan di Desa Galagamba pada saat ini
sangat memprihatinkan mengingat tingkat kerusakan akibat dari terjadinya
pendangkalan(sedimentasi) saluran air. Hal ini diperparah oleh keterbatasan
jumlah saluran pengambilan air dari hulu sungai dan dalam skala kecil (solokan).
Dari kondisi diatas pemerintahan desa Galagamba merasa perlu melakukan
terobosan dalam upaya pelestarian saluran irigasi, dan berusaha menampung air
sebanyak-banyaknya dengan cara membuat bendungan-bendungan dari sungai
pembuang untuk persiapan saat musim kemarau. Hal ini merupakan program
unggulan yang menjadi prioritas utama program pembangunan desa pada periode
kepemimpinan sekarang ini.
Namun upaya ini menjadi terhambat karena kurang perhatian yang optimal
dari pemerintahan daerah maupun pemerintahan pusat untuk menanggulangi
masalah kerusakan jaringan saluran irigasi, padahal sebagaimana diketahui 85%
penduduk Galagamba bermata pencaharian sebagai petani.

 Energi
Sejak tahun 1986 penduduk Desa Galagamba menjadikan listrik sebagai
sumber penerangan utama. Hampir 90% pemukiman warga sudah tersambung
jaringan listrik, hanya saja masih terdapat beberapa perumahan warga desa belum
tersambung instalasi listrik sendiri, karena sutu kendala yakni paktor ekonomi.
Mereka umumnya mengambil aliran listrik ke tetangga terdekatnya.

 Musim
Di desa Galagamba ada 2 musim yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Pada musim kemarau yang biasanya jatuh mulai akhir Juli petani
memanfaatkan lahan pertanian dengan tanaman palawija, sedangkan pada musi
11

penghujan yang biasanya dimulai pada bulan Desember sampai dengan bulan Juni
petani bisa memanfatkan lahan pertaniannya dengan 2 kali tanaman padi.

D. Kondisi Pemerintahan Desa


 Pembagian Wilayah
Desa Galagamba terdiri dari 4 Blok, 8 RW dan 16 RT yaitu :
- Blok I (RT 001, RT 002, RT 003 dan RT 004, RW 001 dan RW 002
yang terletak disebelah barat)
- Blok II (RT 005, RT 006, RT 007 dan RT 008, RW 003 dan RW 004
yang terletak di tengah-tengah Desa Galagamba)
- Blok III (RT 009, RT 010, RT 011 dan RT 012, RW 005 dan RW 006
yang terletak disebelah selatan Desa Galagamba
- Blok IV (RT 013, RT 017, RT 018 dan RW 08 terletak di sebelah utara
Blok Dukumire Desa Galagamba)
- Blok V (RT 014, RT 015 dan RT 016, dan RW 09 terletak di sebelah
selatan perbatasan dengan Desa Ciwaringin)

Luas Wilayah Desa Galagamba


- Pemukiman : 56,450 ha
- Persawahan : 281,341 ha
- Kuburan : 0,909 ha
- Perkantoran : 0,236 ha
- Lain-lain : 4,447 ha

1.2 Tokoh-Tokoh Masyarakat yang Berpengaruh


Suatu daerah tidak mungkin terlepas dari tokoh-tokoh yang berpengaruh,
begitu pula pada Desa Galagamba. Tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh di
Desa Galagamba Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon, antara lain
A. Tokoh Masyarakat
Adapun tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh antara lain:
a. Musa AS, selaku Kepala Desa Galagamba dan H. Cari , selaku sekretaris
desa.
12

Keberadaan kepala desa sangat penting dan berpengaruh terutama dalam


mengatur jalannya pemerintahan desa, sehingga kepala desa dengan beberapa
perangkatnya, termasuk di dalamnya sekretaris desa, berupaya dengan sekuat
tenaga untuk meningkatkan SDA dan SDM di Desa Galagamba.
b. Jaenudin ( Dusun Bale Gede), Jahar ( Dusun Tumaritis), Jofri ( Dusun
Nagrog), Tono (Dukumireh).
Keberadaan kepala dusun juga sangat dibutuhkan oleh kepala desa, yaitu
untuk membantu kelancaran seluruh program desa. Sebagai contoh adalah dalam
penyaluran beras sembako dari pemerintah.
c. Ketua RT/RW Desa Galagamba.
Ketua RW merupakan perangkat desa yang memiliki kedudukan di atas
Ketua RT, yang bertugas mengepalai beberapa RT. Sedangkan Ketua RT adalah
struktur perangkat desa yang paling rendah dan paling kecil cakupan tugasnya,
ketua RT mengepalai beberapa Kepala Keluarga (KK). Walaupun demikian ketua
RT lah yang sangat berat tugasnya serta paling dekat dengan masyarakat karena
yang lebih mengetahui keadaan masyarakat.

B. Tokoh agama
Di Desa Galagamba terdapat dua masjid dan empat belas mushola, tiap
masjid dan mushola di pimpin oleh takmirnya masing-masing. Peran dari seluruh
ta’mir masjid dan mushola sangat penting khususnya dalam masalah
memakmurkan masjid dan mushola.
C. Tokoh Pemuda
Pemuda yang memilih tinggal di Desa Galagamba relatif sedikit karena
banyak dari mereka yang memilih untuk berurbanisasi ke kota besar untuk
mengadu nasib dan peruntungan dalam mencukupi perekonomiannya. Wal hasil
pemuda yang tersisa di dusun ini tidak terorganisir dan lebih memfokuskan untuk
bekerja.

Anda mungkin juga menyukai