Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAULUAN

1.1 Gambaran Umum Desa

Sejarah Desa
Disalah satu tempat yang disebut hutan Rajagaluh ada seorang satria berbadan tegap
berkulit sawo matang, berkumis tipis, jika berbicara seperluanya, penuh sopan santun, berbudi
luhur dan berwibawa, satria tersebut bernama Ki Witanah yang sehari-harinya bekerja sebagai
petani atau berladang dan membabat semak belukar dan menebang pohon-pohon besar, sehingga
lama kemudian tempat yang telah dikerjakannya menjadi bersih.
Kemudian Ki Witanah membuat gubug dijadikan tempat istirahat dan tidur, kemudian ia
membuat balai dari bahan kayu jati yang dibuatnya dengan sangat hati-hati dan rapih dan diatas
balai itu diberi atap. Daerah tebangan Ki Witanah semakin hari semakin luas, kemudian
berdatangan orang dari daerah lain ke tempat itu, mereka diterima Ki Witanah dengan senang
hati dan diizinkan membuat gubug tempat tinggal, akhirnya daerah itu semakin ramai dan
banyak penghuninya sehingga merupakan pedesaan dan akhirnya terdengar keberadaannya oleh
Prabu Siliwangi dari Pajajaran,sehingga Prabu Siliwangi menyempatkan berkunjung ke
pedukuhan Ki Witanah.
Kedatangan Prabu Siliwangi diterima dengan segala hormat. Sang Prabu dipersilahkan
memasuki pendopo, kemudian Sang Prabu duduk di atas balai besar yang dibuat sederhana tetapi
sangat kokoh dengan alat seadanya sedemikian rupa sehingga tampak menarik. Dalam
perbincangan dengan Prabu Siliwangi Ki Witanah menyampaikan selamat datang dan perasaan
sangat berbahagia karena dikunjungi Sang Prabu dan merupakan kehormatan bagi diri dan
rakyatnya. Disamping itu Ki Witanah juga memohon do’a restu Sang Prabu supaya penduduk
pedukuhannya senantiasa mendapat kesejahteraan.
Dengan tersentum Sang Prabu berkata bahwa beliau sangat bersyukur atas prakarsa Ki
Witanah dapat membangun sebuah pedukuhan yang ramai yang kelak pedukuhan ini akan
menjadi tempat anak cucu Ki Witanah yang subur makmur sejahtera.
Kemudian Ki Witanah memohon kepada Sang Prabu sehubungan pedukuhan ini belum
mempunyai nama agar Sang Prabu Siliwangi sudi memberikan nama.
Sambil manggut-manggut dan diam sejenak Sang Prabu menanyakan balai besar yang
indah ini. Oleh Ki Witanah dijawab bahwa balai ini dibuat olehnya, lalu Sang Prabu Siliwangi
berkata, kalau begitu pedukuhan ini diberi nama GALAGAMBA. Galag artinya Balai,
sedangkan Amba artinya besar/luas/gede. Jadi Galagamba diambil sebagai bukti adanya balai
besar / balai gede yang dibuat oleh Ki Witanah.
Nama Galagamba yang diberikan oleh Prabu Siliwangi ini diterima Ki Witanah dengan
sangat gembira. Selanjutnya Prabu Siliwangi meminta kepada Ki Witanah hendaknya Bale Gede
ini dipelihara dengan baik sehingga apabila pada suatu saat Prabu Siliwangi mengadakan
perundingan atau musyawarah dapat memanfaatkannya.
Di samping itu Sang Prabu akan menempatkan balatentara dari bangsa binatang harimau
(macan) karena daerah pedukuhan ini terlihat angker banyak bangsa jin dan makhluk halus untuk
menjaga keamanan Galagamba.
Setelah Ki Witanah meninggal, beliau dikuburkan di makam raga sawangan. Di tempat
tersebut konon ada sebuah pohon jati yang sangat tinggi besar dan sangat angker. Suatu hari
pohon itu di tebang, namun pada esok harinya pohon jati yang sudah roboh itu tegak kembali
dengan tanpa bekas tebangan. Demikian penebangan ini dilakukan berulang-ulang namun
hasilnya tetap sama, pohon jati tersebut tegak kembali. Akhirnya tidak seorang pun yang berani
mencoba menebangnya.
Ki Gede Tanah selaku sesepuh pedukuhan merasa bertanggung jawab untuk mengatasi hal
tersebut. Untuk itu beliau berangkat ke Cirebon menghadap Sunan Jati Purba memohon petunjuk
bagaimana cara menebang pohon jati itu. Akhirnya Sunan Jati Purba mangajak Ki Gede Tanah
untuk bersama-sama menuju pedukuhan Galagamba.
Sesampainya di Galagamba mereka menuju pohon jati itu, dan Sunan Gunung Jati bersama
Ki Gede Tanah menghadap ke pohon jati sambil berdo’a dengan khusyu memohon kepada Yang
Maha Kuasa. Dan tampak terlihat olehnya pada pohon jati itu ada seorang yang sedang
bersandar. Kemudian dengan kesaktiannya, diusirlah raga yang bersandar di pohon jati itu,
dengan seketika lenyaplah makhluk halus itu. Setelah itu Sunan Gunung Jati mempersilahkan Ki
Gede Tanah bersama penduduk menebang pohon jati itu hingga roboh.
Sejak itu tempat tersebut disebut RAGA SAWANGAN, yang diambil dari kata Raga =
Tubuh, Sawangan = Terlihat / Kesawang. Dan satria tersebut yang gagah berani menebang kayu
jati tersebut dijuluki KI RAGA SAWANGAN (Ki Gede Raga Sawangan).
Di Galagamba masih banyak benda-benda pusaka peninggalan para leluhur yang disimpan
dan dirawat seperti: tombak, kendi, centong, dan lain-lain. Benda-benda ini secara rutin tiap
tahun pada puncak acara sedekahan bumi di arak mengelilingi pemukiman desa Galagamba yang
menurut kepercayaan dapat menolak bahaya, dan hasil panen yang melimpah. Pada acara
sedekah bumi tersebut diadakan tradisi pagelaran wayang golek cepak / wayang kulit. Masih
banyak lagi peninggalan leluhur masyarakat Galagamba seperti Sumur Wasiat yang konon bila
untuk minum atau mandi dapat menyembuhkan penyakit. Ada juga sumur di Blok Dukumire
dipercaya jika mandi di sumur tersebut akan kebal dari peluru dan parang. Kemudian ada Sumur
Gayam yang airnya tidak pernah habis walaupun musim kemarau panjang airnya dapat untuk
menambah kekuatan / keteguhan.
Adapun tempat Bale Gede waktu Ki Witanah masih hidup berada di Blok Tengah, yang
sekarang tempat tersebut untuk Kantor Pemerintah Desa. Pada masa penjajahan Belanda
dipindahkan ke sebelah ujung utara Desa Galagamba sampai sekarang.
Bale Gede sejak dahulu dirawat oleh seorang petugas yang dinamakan Kunci (Kuncen).
Kuncen yang pernah merawat dan menjaga Bale Gede yaitu :
1. Buyut Murti
2. Buyut Nadi
3. Buyut Kesimpen
4. Buyut Tasina
5. Buyut Wasad
6. Buyut Sene
7. Buyut Kadim
8. Buyut Warsi
Desa Galagamba dibagi menjadi 4 blok, yaitu Blok Galagamba I, Blok Galagamba II,
Blok Nagrog dan Blok Dukumire. Desa Galagamba dikepalai oleh seorang kepala desa yang
disebut Kuwu.
Kuwu yang pernah menjabat di Desa Galagamba yang tercatat sampai sekarang
ialah :
1. Kuwu Rd. JUNGEB, memerintah dari tahun 1880 s.d 1895.
2. Kuwu ASIM, memerintah dari tahun 1896 s.d 1900.
3. Kuwu BANJAR, memerintah dari tahun 1901 s.d 1907.
4. Kuwu BARKAWI, memerintah dari tahun 1908 s.d 1916.
5. Kuwu KARMITEM / KALIS, memerintah dari tahun 1917 s.d 1926.
6. Kuwu WAHID, memerintah dari tahun 1927 s.d 1943.
7. Kuwu SANGID, memerintah dari tahun 1944 s.d 1946.
8. Kuwu TASMA, memerintah dari tahun 1947 s.d 1960.
9. Kuwu YAKOEB, memerintah dari tahun 1961 s.d 1984.
10. Kuwu BRATA SUPARMAN, memerintah dari tahun 1985 s.d 1994.
11. Kuwu DIDI SUHARDI ANWAR, memerintah dari tahun 1995 s.d 2000.
12. Kuwu JAENUDIN, memerintah dari tahun 2001 s.d 2010.
13. Kuwu RASDIRA, memerintah dari tahun 2011 s.d 2017
Kuwu MUSA, memerintah dari tahun 2018 s.d Sekarang

Letak Geografis
Desa Galagamba yang berpenduduk ± 5.517,- jiwa dan luas ± 280,383 ha, yang terdiri dari 8
Rukun Warga (RW) dan 16 Rukun Tetangga (RT). Desa Galagamba memiliki perbatasan
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Gintung kidul dan Desa Bringin
Sebelah Barat : Desa Gintung Ranjeng
Sebelah Selatan : Desa Ciwaringin
Sebalah Timur : Desa Winong

Topologi
Desa Galagamba merupakan desa yang berada dilingkup Kecamatan Ciwaringin Kabupaten
Cirebon. Ditengah Desa dibelah oleh sungai Desa yang merupakan anak dari sungai Cimanis.
Desa Galagamba termasuk desa dengan penghasil beras untuk kebutuhan masyarakat sekitar.
Penduduk Desa Galagamba hampir 65% berpenghasilan dari penggarapan hasil pertanian.

Luas dan Sebaran Penggunaan Lahan


Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Galagamba bisa digunakan secara produktif, hanya
sedikit saja wilayah pertanian yang tidak dipergunakan untuk produksi pertanian.
1.1 Tabel Lahan Menurut Jenis Penggunaan

Sawah (ha) Darat (ha)


Non Tadah
Teknis Pemukiman Kuburan Perkantoran Lainnya
Teknis Hujan
112,627 45,803 59,911 56,450 0,909 0,236 4,447

Kependudukan
Berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk tahun 2010, tercatat sebanyak 5.517 jiwa.
Dengan jumlak Kepala keluarga 1.752 KK. Sebagai mana bisa dilihat dari table berikut :
Tabel 1.2 kependudukan di desa.
Jumlah Penduduk Laki-laki 2.935 Orang
Jumlah Penduduk Perempuan 3.172 Orang
Jumlah Kepala Keluarga 1.983 Kepala Keluarga

Kesehatan
Tenaga kesehatan yang terdapat di Desa Galagamba terdiri dari 1 orang bidan Desa, 1 orang
dukun lahiran terlatih, dan partisipasi dari ibu-ibu PKK dengan kegiatan Posyandu
Tabel 1.3 Tenaga Kesehatan Desa Galagamba

No Tenaga Kesehatan Jumlah Ket


1 Medis Bidan Desa 1 Orang
Praktek Kesehatan - Orang
2 Tenaga Terlatih Dukun Bayi 3 Orang
Tukang Pijat 10 Orang
3 Partisipasi Masyarakat Kader Posyandu 25 Orang
Desa Siaga 18 Orang
Jumlah 56 Orang

Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Sehingga pendidikan adalah
sebuah investasi (modal) dimasa yang akan datang, untuk pembangunan Desa
Tabel 1.4 Pendidikan/ Formal dan Non Formal yang terdapat di Desa Galagamba
Jml
No Nama Sekolah Jenjang Lokasi Status
Lokal
1 TPA TK 2 Blok 4 Swasta
2 TPA TK 1 Blok 2 swasta
2 SDN Galagamba 1 SD 6 Blok 1 Negeri
3 SDN Galagamba 2 SD 6 Blok 3 Negeri
Madrasah diniyah Nurul
4 SD 5 Blok 1 Swasta
islam
5 DTA Latifah SD 2 Blok 4 Swasta
Madrasah diniyah SD Swasta
6 6 Blok 4
Islamiyah
7 Madrasah Juhariah SD 1 Blok 2 Swasta

Pembagian Wilayah
Desa Galagamba terdiri dari 4 Blok, 8 RW dan 16 RT yaitu :
- Blok I (RT 001, RT 002, RT 003 dan RT 004, RW 001 dan RW 002 yang terletak
disebelah barat)
- Blok II (RT 005, RT 006, RT 007 dan RT 008, RW 003 dan RW 004 yang terletak di
tengah-tengah Desa Galagamba)
- Blok III (RT 009, RT 010, RT 011 dan RT 012, RW 005 dan RW 006 yang terletak
disebelah selatan Desa Galagamba
- Blok IV (RT 013, RT 017, RT 018 dan RW 08 terletak di sebelah utara Blok Dukumire
Desa Galagamba)
- Blok V (RT 014, RT 015 dan RT 016, dan RW 09 terletak di sebelah selatan perbatasan
dengan Desa Ciwaringin)

1.2 Tokoh Masyarakat yang Berpengaruh

Anda mungkin juga menyukai