Pembimbing:
dr. Intan Dwi, Sp. M
Disusun Oleh:
Nurul Amaliah Lestari
119810041
1. Anamnesis ....................................................................................................14
2. Pemeriksaan Fisik Oftamologis ...................................................................15
3. Pemeriksaan Penunjang ...............................................................................16
A. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata ...........................................................16
B. Gonioskopi .............................................................................................17
C. Oftalmoskopi ..........................................................................................19
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.1 Kelainan ini
ditandai oleh meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh pencekungan
diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Pada glaukoma akan terdapat
melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan
anatomi berupa ekstravasasi (penggaungan/ cupping) serta degenerasi papil saraf
optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan.1,2,3
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1. Anatomi
Struktur dasar mata yang berhubungan dengan aqueous humour adalah korpus
siliriaris, sudut kamera okuli anterior dan sistem aliran aqueous humour.
A. Korpus siliaris
Korpus siliaris atau badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan
cairan bilik mata (aqueous humour), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.. Korpus siliaris memiliki
panjang 6 mm, berbentuk segitiga pada potongan melintang, membentang ke
depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris
B. Kamera okuli anterior
2
Melibatkan jalinan trabekulum, kanal Schlemm, saluran kolektor. Vena
aqueous dan vena episklera.
1) Jalinan trabekulum
Jalinan yang menyerupai saringan ini ada di sudut kamera okuli anterior,
dilewati 90% aqueous humour saat keluar dari mata. Jalinan trabekulum
ini terdiri dari 3 bagian. Ketiga bagian ini terlibat dalam proses outflow
aqueous humour, yaitu:
a. Aliran keluar konvensional menyediakan mayoritas drainase akuous
menuju Trabecullar meshwork. Kontraksi otot siliaris melalui
insersinya ke dalam jalinan trabekula memperbesar ukuran pori-pori di
jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase cairan aquos juga
meningkat. Aliran cairan aquos ke dalam kanalis Schelmm tergantung
pada permukaan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel.
Saluran eferan dari kanalis Schelmm (sekitar 30 saluran pengumpul
dan 12 vena aqueus).
b. Aliran keluar non konvensional atau aliran keluar uveoskleral,
menyediakan sisa drainase aliran keluar akuous dari mata antara
berkas otot siliaris dan lewat sela-sela sklera. Drainase aquos melawan
tahanan jadi tekanan intraokular dijaga agar tetap lebih tinggi
dibanding tekanan udara namun lebih rendah dibanding tekanan darah.
2) Kanal Schlemm
Dinding bagian dalam kanal Schlemm dibatasi oleh sel endotel yang
ireguler yang memiliki vakuola yang besar. Dinding terluar dari kanal
dibatasi oleh sel rata yang halus dan mencakup pembukaan saluran
pengumpul yang meninggalkan kanal Schlemm pada sudut miring dan
berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan vena episklera.
3) Saluran kolektor
3
direk) dan beberapa saluran kolektor membentuk pleksus intrasklera
sebelum memasuki vena episklera (sistem indirek).
2.1.2. Fisiologi Humor Aqueous
4
protein. Hal ini disebut humor aqueous plasmoid dan sangat mirip dengan
serum darah. 10
Trabekula meshwork terdiri dari berkas-berkas jaringan kolagen dan
elastic yang dibungkus oleh sel-sel trabekula yang membentuk suatu saringan
dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis
Schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula
memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase
humor aqueous juga meningkat. Aliran humor aqueous ke dalam kanalis
Schlemm bergantung pada pembentukan saluran-saluran transelular siklik di
lapisan endotel. Saluran eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran
pengumpul dan 12 vena aqueous) menyalurkan airan ke dalam sistem vena.
Sejumlah kecil humpr aqueous keluar dari mata antara berkas otot siliaris dan
lewat sela-sela sclera (aliran uveoskleral).1
2.2.Glaukoma
2.2.1. Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapang pandang. Biasanya
ditandai peningkatan tekanan intraokular. Tekanan intraokular ditentukan oleh
keceptan pembentukan humour aqueos dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari
mata. Tekanan intraocular dianggap normal bila <20mmHg pada pemeriksaan
dengan tonometer.6
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,
atrofi papil saraf optik, dan defek lapang pandang.6
5
2.2.2. Epidemiologi
6
2. Fenomena autoimun
2.2.5. Patofisiologi
Sudut bilik mata dibentuk dari jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada keadaan fisiologis bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik
mata. Berdekatan dengan sudut ini didapatkan trabecular meshwork, kanal
Schlemm, biji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris. Pada sudut filtrasi
terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membrane
desement, kanal Schlemm yang menampung cairan mata kesalurannya.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar iris berhubungan dengan sclera kornea
dan disini ditemukan scleral spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Trabekular meshwork mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.
7
Tekanan intraocular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan (aqueous
humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada trabecular
meshwork. Aqueous humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata
belakang, kemudian melalui pupil menuju bilik mata depan dan terus ke
bilik mata depan, tepatnya ke trabecular meshwork, mencapai kanal Schlemm
dan melalui saluran ini keluar dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut
terbuka, hambatannya terletak pada trabecular meshwork maka akan terjadi
penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata
meninggi. Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer menutup
sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh sarkus.
2.2.6. Klasifikasi
8
2.2.6.1. Glaukoma Sudut Tertutup Primer
Glaukoma primer sudut tertutup terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan pada bilik mata depan oleh iris perifer. Hal ini
menyumbat aliran humor aqueuos dan tekanan intraokuler meningkat dengan
cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan penglihatan kabur. Penutuan
sudut pada mata hipermetrop yang sudah mengalami penyempitan anatomik bilik
mata depan biasanya dieksaserbasi oleh pembesaran lensa kristalina yang
berkaitan dengan penuaan. Serangan akut tersebut dipresipitasi oleh dilatasi pupil,
9
yang terjadi secara spontan dimalam hari, saat pencahayaan berkurang. Dapat juga
disebabkan oleh obat-obatan dengan efek antikolinergik atau simpatomimetik
(mis., atropine sebagai obat praoperasi, antidepresan, bronkodilator inhalasi,
dekongestan hidung atau tokolitik) . Serangan dapat juga terjadi pada dilatasi pupil
sewaktu oftalmoskoi, tetapi jarang. Apabila perlu dilakukan dilatasi pupil pada
pasien dengan bilik mata depan yang dangkal, sebaiknya diberikan midriatik kerja
singkat, hindari menimbulkan konstriksi pupil dengan pilocarpine, dan minta
pasien untuk segera mencari pertolongan bila terdapat nyeri atau kemerahan di
mata atau penglihatan yang semakin kabur
Glaukoma primer sudut tertutup akut ditandai:
c. Pusing
d. Mual muntah
a. Injeksi silier yang lebih hebat di dekat limbus kornea-sklera dan berkurang
kearah forniks
f. TIO meningkat
10
Terapi
d. Mata merah
Gejala Objektif
a. Injeksi silier ringan
11
c. TIO meningkat
Glaukoma jenis ini dengan prediposisi anatomi penutupan bilik mata depan
mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokular akut,
tetai mengalami sinekia anterior perifer yang semakin meluas bertahap. Pada
pasien ini bermanifestasi seperti glaukoma sudut terbuka primer, sering dengan
penyempitan lapang pandang yang ekstensif di kedua mata
Pemeriksaan fisik :
a. Peningkatan TIO
Penatalaksanaan :
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai. Pada iris plateau,
kedalaman bilik mata depan sentral normal, tetapi sudut bilik mata depannya
sangat sempit karena posisi processus ciliares terlalu anterior. Mata dengan
kelainan ini jarang mengalami blokade pupil, tetapi dilatasi akan menyebabkan
merapatnya iris perifer, sehingga menutup sudut (pendesakan sudut), sekalipun
telah dilakukan iridektomi atau iridotomi perifer. Ada pasien ini mengalami
glaukoma sudut tertutup akut pada usia muda, dan sering mengalami kekambuhan
setelah tindakan iridotomi laser perifer atau iridektomi bedah. Diperlukan terapi
miotik jangka panjang atau iridoplasti dengan laser.
12
2.2.6.2. Glaukoma Sudut Tertutup Sekunder
Lensa kristalina saat mengalami dislokasi akibat trauma atau secara sontan,
misalnya ada sindrom Marfan dislokasi anterior dapat menimbulkan
sumbatan pada apertura pupil yang menyebabkan iris bombe dan penutupan
sudut. Dislokasi posterior juga bisa menimbulkan glaukoma disebabkan oleh
kerusakan sudut pada waktu dislokasi traumatik.Terapi pada dislokasi
anterior dilakukan ekstraksi lensa segera setelah tekanan intraokular
terkontrol secara medis. Terapi pada dislokasi posterior yaitu lensa dibiarkan
dan glaukoma diobati sebagai glaukoma sudut terbuka primer.
b. Glaukoma Fakomorfik (Intumesensi Lensa)
13
Melanoma traktus uvealis menimbulkan glaukoma akibat pergeseran
corpus ciliaris ke anterior yang menyebabkan penutupan sudut sekunder,
meluas ke sudut bilik mata depan memblok sudut filtrasi dengan disperse
pigmen dan neovaskularisasi sudut.
2) Pembengkakan korpus siliaris
Kelainan idiopatik pada dewasa muda yang jarang ini biasanya unilateral
dan bermanifestasi sebagai dekompensasi kornea, glaukoma dan kelainan
iris (corectopia dan polycoria).
4) Glaukoma Neovaskular
Neovaskularisasi iris (rubeosis iridis) dan sudut bilik mata depan paling
sering disebabkan oleh iskemia retina yang luas seperti yang terjadi pada
retinopati diabetik stadiium lanjut dan oklusi vena central retinae
iskemik. Glaukoma mula-mula timbul sumbatan sudut oleh membran
fibrovaskular, tetapi kontraksi membran selanjutnya menyebabkan
penutupan sudut. Glaukoma neovaskular yang telah terbentuk sulit
diatasi dan terapi sering tidak memuaskan, baik rangsangan
neovaskularisasi maupun peningkatan tekanan intraokular perlu
ditangani. Pada banyak kasus terjadi kehilangan penglihatan dan
diperlukan prosedur siklodestruktif untuk mengontrol tekanan
intraokular.
2.2.7. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis pada pasien ditanyakan spesifik pada14
a. Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan
14
1) Glaukoma primer sudut tertutup : penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, nyeri hebat periorbita, pusing, mual muntah, mata merah, bengkak,
berair, halo/pelangi disekitar lampu.1,12
2) Glaukoma sekunder : keluhan mengarah pada penyakit/keadaan lain yang
dapat menjadi penyebab peningkatan TIO.12
3) Glaukoma kongenital : mata berair berlebihan, bola mata membesar, silau,
bayi tidak tahan sinar matahari dan menjauhi sinar dengan menyembunyikan
mata.1,13
4) Glaukoma absolut : kebutaan total, mata lelah, mata keras seperti batu, nyeri
periorbita.6
15
d. Pupil
Reflex cahaya pupil dapat positif atau negative.
e. Lensa
Bisa keruh dan adanya iris shadow
3. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Tekanan Bola Mata
Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang dinamakan
tonometer. Pemeriksaan tekanan yang dilakukan dengan tonometer pada bola
mata dinamakan tonometri. Tindakan ini dapat dilakukan oleh dokter umum dan
dokter spesialis lainnya. Pengukuran tekanan bola mata sebaiknya dilakukan pada
setiap orang berusia di atas 20 tahun pada saat pemeriksaan fisik medic
secara umum. Dikenal beberapa alat tonometer seperti alat tonometer Schiotz dan
tonometer aplanasi Goldman. 6,13,15
1) Tonometri Palpasi
16
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat
menyatakan tekanan mata N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang
menyatakan lebih tinggi atau lebih rendah daripada normal. Cara ini sangat
baik pada kelainan mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau dinilai
seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi kornea. Cara
pemeriksaan ini memerlukan pengalaman pemeriksaan karena terdapat faktor
subyektif.
2) Tonometri Schiotz
17
Tonometer Schiotz kemudian diletakkan di atas permukaan kornea,
sedangkan mata yang lainnya berfiksasi pada satu titik. Jarum tonometer
akan menunjuk pada suatu angka di atas skala. Iap angka pada skalai
disediakan pada tiap tonometer. Apabila dengan beban 5,5gr (standar) terbaca
angka 3 atau kurang, perlu diambil beban 7,5 atau 10 gr. Untuk tiap beban
memiliki kolom tabel tersendiri
3) Tonometer aplanasi
18
bahwa di semua bagian kornea yang bersinggungan dengan alat ini sudah
teraplanasi. Dengan melihat melalui mikroskop slit lamp dan dengan
memutar tombol, ujung dalam kedua setengah lingkaran berpendar
tersebut diatur agar bertemu yang menunjukkan besarnya tekanan
intraocular. Hasil pemeriksaan dapat dibaca langsung dari skala micrometer
dalam mmHg.
B. Gonioskopi
19
2) Derajat 1, bila tidakterlihat ½ bagian trabekulum sebelah belakang, dan garis
Schwalbe terlihat disebut sudut sangat sempit. Sudut sangat smpit sangat
mungkin menjadi sudut tertutup
3) Derajat 2, bila sebagian kanal Schlemm terlihat disebut sudut sempit sedang
kelainan ini mempunyai kemampuan untuk tertutup
4) Derajat 3, bila bagian belakang kanal Schlemm masih terlihat termasuk scleral
spur, disebut sudut terbuka. Pada keadaan ini tidak akan terjadi sudut tertutup
5) Derajat 4, bila badan siliar terlihat, disebut sudut terbuka
C. Oftalmoskopi
2. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atrofi akan berwarna
hijau.Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar.
20
Gambar 2.11 Nervus optikus normal dan lesi glaukoma nervus
optikus
21
Gambar 2.12 Kelainan Lapangan Pandang pada Glaukoma
E. Tes Provokasi
22
Setengah jam setelah tes minum air dilakukan pressure congestive test.
Kenaikan 11mmHg dianggap mencurigakan, sedangkan kenaikan 39mmHg
atau lebih pasti patologis.
4) Tes steroid
5) Pachymetry
Pachymetry adalah suatu tes untuk mengukur ketebalan dari kornea. Setelah
mata diberikan anestesi, ujung dari pachymeter disentuhkan dengan ringan
pada permukaan depan mata (kornea). Ketebalan kornea pusat dapat
mempengaruhi pengukuran tekanan intraocular. Kornea yang lebih tebal dapat
memberikan pembacaan tekanan mata yang tinggi secara salah dan kornea
yang lebih tipis dapat memberikan pembacaan tekanan yang rendah secara
salah. Lebih jauh, kornea-kornea tipis mungkin adalah suatu faktor risiko
tambahan untuk glaucoma
2.2.8. Diagnosa Banding
Glaukoma akut :
- Uveitis anterior
- Keratitis
- Ulkus Kornea
Glaukoma kronis:
- Katarak
- Kelainan refraksi
- Retinitis pigmentosa
23
2.2.9. Penatalaksanaan
1. Terapi Medikamentosa1,3,6,7
A. Beta blockers
24
1) Timolol larutan 0,25% dan 0,5%; gel 0,25% dan 0,5%; 1-2x/hari, 12-24 jam
2) Betaksolol larutan 0,5%; suspensi 0,25%; 2x/hari, 12-18 jam
4) Metipranolol 0,3%
Efek Samping :
Contoh obat:
Topikal :
Farmakodinamik:
25
Efek Samping : Injeksi konjungtiva, reaksi alergi, kelelahan, somnolen, nyeri
kepala .
Contoh obat :
25%
Efek Samping : Peningkatan myopia, nyeri pada mata atau dahi, penurunan
tajam penglihatan, katarak, dermatitis kontak periokuler, toksisitas kornea,
penutupan sudut paradoksal
Kontraindikasi : Glaukoma neovskular, uveitis, atau keganasan Contoh obat:
a) Pilocarpine larutan 0,5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%; 2-4x/hari, 4-12jam
E. Analog prostaglandin
26
Dipivefrine, larutan 0,1%, 2/hari, 12-18 jam; adrenergic; meningkatkan
keluarnya aquos humor melalui saluran uveo- sklera
G. Gabungan tetap
H. Neuroprotektor
3. Anti apoptosis
5. Faktor neurotrofik
8. Terapi gen
2. Terapi Bedah
27
Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan luka bakar
pada trabecular meshwork dan kanal Schlemm sehingga mempermudah aliran
keluar humor aqueous. Rediksi tekanan yang terjadi membuat berkurangnya
terapi obat-obatan serta penundaan operasi glaukoma. Teknik ini biasanya
digunakan sebagai terapi awal glaukoma sudut terbuka primer. 1
Indikasi :
a. Glaukoma sudut terbuka dengan TIO yang masih belum terkontrol setelah
pemberian terapi medikamentosa yang maksimal
b. Terapi primer pada pasien dengan kepatuhan terhadap pengobatan
medikamentosa rendah
c. Untuk glaukoma sudut terbuka bersamaan dengan dilakukannya bedah
drainase dimana diperlukan penurunan TIO lebih lanjut.
d. Sebelum ekstrasi katarak pada pasien glaukoma sudut terbuka dengan
control yang buruk
Kontraindikasi :
b. Edema kornea yang menutupi pandangan sehingga sudut tidak dapat dinilai
28
a. Glaukoma sudut tertutup
b. Mata yang lain dimana mata yang satu telah terserang glaukoma akut
c. Sudut sempit
C. Bedah drainase
TIO diturunkan dengan cara merusak epitel sekretorik dari badan siliar.
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi pertimbangan untuk
dilakukannya destruksi korpus siliaris dengan laser atau bedah untuk
mengontrol tekanan intraocular. Metode yang digunakan adalah : krioterapi,
29
diatermik, utrasonografi frekuensi tinggi, terapi laser neodinium : YAG termal
mode atau laser diode. 1,6
2.2.10. Edukasi
a. Glaukoma absolut
b. Kebutaan total
c. Neovaskularisasi iris
A. Kegawatdaruratan Glaukoma
Faktor risiko: bilik mata depan dangkal akibat bulbus okuli yang pendek,
pertumbuhan lensa, kornea yang kecil, tebalnya iris. 12
30
Terjadi karena iritasi pada N. Vagus dan dapat menstimulasi gangguan
pada abdomen. Gejala ini dapat mendominasi sehingga pasien tidak
menyadari adanya gejala local.
c. Penurunan visus mendadak
a. Visus menurun
b. TIO meningkat
Penatalaksanaan
a. Pasien tidak boleh minum sekaligus banyak, karena dapat menaikkan tekanan
5. Terapi simptomatik
31
b. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat glaukoma pada
keluarga untuk memeriksakan matanya secara teratur.
32
BAB III
KESIMPULAN
Glaukoma adalah suatu neuropati optic kronik didapat yang ditandai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang; biasanya disertai
peningkatan tekanan intraocular.
Menurut buku vaugan, glaukoma di bagi menjadi berbagai macam:
glaukoma primer, glaucoma kongenital, glaucoma sekunder dan glaukoma
absolut.
Glaukoma primer dibagi menjadi 2 ada glaukoma primer sudut terbuka dan
glaucoma primer sudut tertutup. Glaukoma primer sudut tertutup terbagi menjadi
akut, subakut dan kronis. Galukoma primer sudut tertutup diakibatkan karena
adanya kelainan anatomi yang menutup aliran aqueous humor. Dan glaukoma
sekunder sudut tertutup terbagi menjadi 2 yaitu glaukoma sekunder sudut tertutup
dengan blok pupil dan glaukoma sekunder sudut tertutup tanpa blok pupil.
Penatalaksaan dari glaukoma dibagi menjadi 2 ada medikamentosa dan bedah.
Obat glaukoma dapat diberikan bergantung mekanismenya, ada mekanisme untuk
mensupresi pembentukan aqueous humor, fasilitas aliran keluar aqueous humor,
penurunan volume vitreous dan miotik. Untuk pembedahan dapat dilakukan
operasi: iridoplasti, trabekuloplasti laser, dan bedah drainase glaukoma.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, EVA RP, Asbury T., Oftalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika.
Jakarta. 2000.
http://www.ahaf.org/glaucoma/about/understanding/build-up-of-aqueous.html,
2000.
3. Kanski J J. Atlas Bantu Oftalmologi. Hipokrates. Jakarta. 1992.
5. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001.
6. Epstein, DL. Chandler and Grant’s Glaucoma 3 ed. Philadelphia : Lea & Febiger,
1986. 7. Ilyas S, Tanzil M, Salamun, Azhar Z. Sari Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit FKUI.
Jakarta. 2000.
8. Ilyas, Sidarta. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Sagung Seto. Jakarta. 2001.
9. Ilyas, Sidarta. Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. 2000.
10. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes Oftalmologi ed 9. Jakarta. EMS. 2005.
Indonesia No. 5 tahun 2014 tentang Panduang Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Depkes RI. 2014.
12. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal. Jakarta. 1993.
13. Gleadle, Jonathan. At A Glance : Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta EGC
Medical Series. 2005.
14. Ilyas, Sidarta. Glaukoma ed 3. Jakarta. Sagung Seto. 2007.
34