CVD NON-HEMORAGIK
Disusun Oleh:
dr. Monica Trifitriana
Pendamping:
dr. Rahmat Wijaya
Pembimbing:
dr. Beni Kurniawan, SpN
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
CVD NON-HEMORAGIK
Oleh:
Telah diterima sebagai salah satu kegiatan ilmiah dalam menjalani Program
Dokter Internsip di Rumah Sakit AR-Bunda Prabumulih Sumatera Selatan Periode 8
Oktober 2019 - 8 Oktober 2020.
Pendamping, Pembimbing,
KATA PENGANTAR
ii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya laporan
kasus yang berjudul “CVD NON-HEMORAGIK” ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kegiatan ilmiah dalam
menjalani Program Dokter Internsip di Rumah Sakit AR-Bunda Prabumulih Sumatera
Selatan.
Terima kasih kepada dr. Beni Kurniawan, Sp.N selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus ini, serta semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya laporan kasus ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
DAFTAR PUSTAKA 60
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah istilah umum yang digunakan untuk satu atau sekelompok
gangguan cerebrovascular, termasuk infark cerebral, perdarahan intracerebral,
dan perdarahan subarahnoid. WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi
klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang
berlangsung cepat, dan berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan
kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler.1
Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia, dengan dua
pertiga stroke saat ini terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Di
Amerika Serikat, stroke menempati urutan ketiga penyebab kematian setelah
penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan sebesar 7,0 per mil dan berdasarkan diagnosis gejala sebesar
12,1 per mil. Angka kematian stroke mencapai 20% pada 3 hari pertama dan 25%
pada tahun pertama.2
Stroke menurut patologi anatomi dan penyebab dibagi menjadi stroke non
hemoragik (iskemik) dan stroke hemoragik. Stroke non hemoragik didefinisikan
sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang oleh sebab vaskular. Stroke
non hemoragik sekitar 85% terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih
arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan
(trombus) yang terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ
distal. Trombus yang terlepas dapat menjadi embolus.1 Kasus stroke iskemik
menempati 87% dari keseluruhan kasus stroke.2
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk lebih mengetahui dasar
diagnosis dan pemberian terapi yang adekuat bagi penderita yang didiagnosis
dengan CVD non Hemoragik.
1
BAB II
STATUS PASIEN
2.1. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. S
Umur : 51 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Gunung Ibul, Prabumulih
Agama : Islam
Tanggal MRS : 24 Oktober 2019 (pukul 17.40 WIB)
No. RM : 19.02.14.86
2
(-), Riwayat sakit jantung (-), Riwayat sakit ginjal (-), Riwayat stroke
sebelumnya (-), Riwayat trauma kepala disangkal.
Penyakit ini dialami penderita untuk pertama kalinya.
Siriraj Score: 2,5 (0) + 2 (0) + 2 (0) + 0,1 (100) – 3(0) -12 = -2 (Susp. CVD Non-
Hemoragik
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada Kontak Psikis : ada
3
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk : normocephali Deformitas : tidak ada
Ukuran : normal Fraktur : tidak ada
Simetris : wajah simetris Nyeri fraktur : tidak ada
Hematom : tidak ada Pembuluh darah : tidak ada pelebaran
Tumor : tidak ada Pulsasi : tidak ada kelainan
LEHER
Sikap : lurus Deformitas : tidak ada
Torticolis : tidak ada Tumor : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada Pembuluh darah : tidak ada kelainan
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Anosmia tidak ada tidak ada
Hyposmia tidak ada tidak ada
Parosmia tidak ada tidak ada
4
- Perdarahan retina tidak ada tidak ada
N.Trigeminus
Motorik Kanan Kiri
Menggigit baik baik
Trismus tidak ada tidak ada
Refleks kornea ada ada
Sensorik
5
Dahi baik baik
Pipi baik baik
Dagu baik baik
Bentuk Muka
Istirahat asimetris
Berbicara/bersiul tidak bisa
Sensorik
2/3 depan lidah tidak ada kelainan
Otonom
Salivasi tidak ada kelainan
Lakrimasi tidak ada kelainan
Chovstek’s sign tidak ditemukan
N. Statoacusticus
N. Cochlearis Kanan Kiri
Suara bisikan tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Detik arloji tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Tes Weber tidak ada kelainan tidak ada kelainan
Tes Rinne tidak ada kelainan tidak ada kelainan
6
N. Vestibularis
Nistagmus tidak ada
Vertigo tidak ada
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Tidak ada kelainan
7
MOTORIK
LENGAN Kiri Kanan
Gerakan Kurang Cukup
Kekuatan 3 5
Tonus menurun normal
Refleks fisiologis
- Biceps menurun normal
- Triceps menurun normal
- Radius menurun normal
- Ulna menurun normal
Refleks patologis
- Hoffman Tromner tidak ada
- Leri tidak ada
8
- Rossolimo tidak ada tidak ada
- Mendel Bechterew tidak ada tidak ada
Refleks kulit perut
- Atas normal
- Tengah normal
- Bawah normal
Refleks cremaster tidak dilakukan
SENSORIK
Tidak ada kelainan
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : normal
Defekasi : normal
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : tidak ada
Lordosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
9
Deformitas : tidak ada
Tumor : tidak ada
Meningocele : tidak ada
Hematoma : tidak ada
Nyeri ketok : tidak ada
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : tidak ada
Chorea : tidak ada
Athetosis : tidak ada
Ballismus : tidak ada
Dystoni : tidak ada
Myocloni : tidak ada
10
FUNGSI LUHUR
Afasia motoric : tidak ada
Afasia sensorik : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Agrafia : tidak ada
Alexia : tidak ada
Afasia nominal : tidak ada
11
Kolesterol total 361 mg/dL <200 mg/dL
Trigliserida 243 mg/dL <150 mg/dL
CT Scan Kepala
2.5. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Hemiparese sinistra tipe flaksid
Parese N VII sinistra tipe sentral
Parese N XII sinistra tipe sentral
Diagnosis Topik : LACI
Diagnosis Etiologi : CVD Non Hemoragik
12
Diagnosis Tambahan : HT Stage 2 + Dislipidemia
2.6. PENGOBATAN
Non Farmakologis
- Bed rest
- Head up 300
- Diet BB 1800 kCal
- Follow up tanda-tanda vital
Farmakologis
- IVFD NaCl 0,9% gtt XX/m
- Pantoprazole 1 x 40 mg (IV)
- Citicolin 2 x 500 mg (IV)
- Aspilet 1 x 80 mg (PO)
- Neurodex 1x1 tab (PO)
- Atorvastatin 1 x 20 mg (PO)
- Amlodipine 1 x 10 mg (PO)
- Candesartan 1 x 16 mg (PO)
2.7 FOLLOW UP
Tgl. S O A P
26/11/201 Bicara pelo dan TD: 130/80 mmHg SNH hari - IVFD NaCl 0,9% gtt
9 kelemahan ke 3 XX/m
N : 80x/menit
ekstremitas kiri - Pantoprazole 1 x 40
(+) GCS E4V5M6 mg (IV)
- Citicolin 2 x 500 mg
Pupil bulat isokor
(IV)
3mm/3mm, RC +/+
- Aspilet 1 x 80 mg
13
Kaku kuduk (-) (PO)
Meningeal (-) - Neurodex 1x1 tab
Refleks fisiologis (PO)
- Atorvastatin 1 x 20
Refleks patologis
mg (PO)
(- /-)
NN Meningka
Menuru - Amlodipine 1 x 10
tn mg (PO)
NN Meningkat
Menurun
- Candesartan 1 x 16
Motorik mg (PO)
5 3
Sensorik: dbn
5 3
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
N.kranialis:
Lesi N.VII sinistra
tipe sentral
28/11/201 Bicara pelo dan TD: 130/80 mmHg SNH hari - IVFD NaCl 0,9% gtt
9 kelemahan sisi ke 5 XX/m
N : 85x/menit
kiri (+) - pantoprazole 1 x 40
GCS E4V5M6 mg (IV)
- Citicolin 2 x 500 mg
Pupil bulat isokor
(IV)
3mm/3mm, RC +/+
- Aspilet 1 x 80 mg
Kaku kuduk (-) (PO)
Meningeal (-) - Neurodex 1x1 tab
14
Refleks fisiologis (PO)
- Atorvastatin 1 x 20
Refleks patologis
mg (PO)
(- /-)
- Amlodipine 1 x 10
Motorik mg (PO)
- Candesartan 1 x 16
mg (PO)
Sensorik: dbn
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
5 3
5 3
2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
16
Gambar Anatomi Otak Normal
3.1.2 FUNGSI
Otak memiliki kurang lebih 15 miliar neuron yang membangun
substansia alba dan substansia grisea. Otak merupakan organ yang sangat
kompleks dan sensitif. Fungsinya sebagai pengendali dan pengatur seluruh
aktivitas, seperti : gerakan motorik, sensasi, berpikir, dan emosi. Sel-sel
otak bekerja bersama- sama dan berkomunikasi melalui signal-signal listrik.
Kadang- kadang dapat terjadi cetusan listrik yang berlebihan dan tidak
teratur dari sekelompok sel yang menghasilkan serangan.3
Darah merupakan sarana transportasi oksigen, nutrisi, dan bahan-bahan
lain yang sangat diperlukan untuk mempertahankan fungsi penting jaringan
otak dan mengangkat sisa metabolit. Kehilangan kesadaran terjadi bila
aliran darah ke otak berhenti 10 detik atau kurang. Kerusakan jaringan otak
yang permanen terjadi bila aliran darah ke otak berhenti dalam waktu 5
menit.3
3.2 DEFINISI
Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak. WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan
fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab
lain selain gangguan vaskuler. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
17
gejala dan tanda yang sesuai daerah fokal otak yang terganggu. Oleh karena itu
manifestasi klinis stroke dapat berupa hemiparesis, hemiplegi, kebutaan mendadak
pada satu mata, afasia atau gejala lain sesuai daerah otak yang terganggu.1
Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah otak,
stroke dibedakan menjadi dua kategori yaitu:4,5,6
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik.
Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel
yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya
terjadi kematian neuron. 4,6
Stroke non hemoragik dibagi lagi berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu:
18
Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan
pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang
berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah
jantung berkurang dan serangan biasanya muncul disaat penderita tengah
beraktivitas fisik seperti berolahraga.
Emboli Serebri
Stroke emboli adalah stroke yang terjadi oleh karena adanya gumpalan
darah/bekuan darah yang berasal dari jantung, dan kemudian terbawa arus
darah sampai keotak, kemudian menyumbat darah diotak. 5
Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab
utama stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan dengan
penderita trombosis. Umumnya emboli serebri berasal dari suatu trombus
dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan
perwujudan penyakit jantung. Emboli dapat muncul dari arteri intra- dan
ekstra- karnial dan 20% nya muncul dari jantung.5
Penyumbatan yang terjadi secara tiba-tiba, hampir selalu disebabkan
oleh embolus. Apabila embolus itu kecil dan dapat menerobos kapilar, maka
lesi yang telah dihasilkan oleh gangguan tersebut adalah iskemia serebri
regional yang reversibel. Tetapi apabila embolus menyumbat arteri yang cukup
besar secara total, maka iskemia serebri regional yang mencakup daerah yang
besar itu, dapat cepat berkembang menjadi infark.3
Manifestasi kliniknya terdiri dari hemiparalisis yang terjadi secara tiba-
tiba dan langsung menjadi komplit. Efek dari embolus yang menyumbat salah
satu arteria karotis interna atau serebri media, tergantung pada beberapa
faktor:5
Kemampuan sirkulasi kolateral kompensatorik
Kemampuan fibrinolitik yang dimiliki susunan darah
Kualitas arterial serebral.
19
2. Stroke Non Hemoragik Trombus5
Trombosis merujuk pada penurunan aliran darah akibat proses oklusi lokal
pada pembuluh darah. Oklusi aliran darah terjadi oleh karena superimpos
perubahan karakteristik dinding pembuluh darah dan pembentukan bekuan.
Patologi vaskular yang menyebabkan trombosis antara lain atherosklerosis,
displasia fibromuskular, arteritis, diseksi pembuluh darah, dan perdarahan
pada plak atherosklerosis. Patologi vaskular tersering adalah atherosklerosis,
dimana terjadi deposisi material lipid, pertumbuhan jaringan fibrosa dan
muskular, dan adesi trombosit yang mempersempit lumen pembuluh darah.
Atherosklerosis dapat terjadi pada pembuluh darah besar maupun kecil,
baik ekstra maupun intrakranial. Atherosklerosis pembuluh darah besar
dapat mejadi sumber tromboemboli yang dapat menyebabkan infark luas
saat menyumbat cabang utama pembuluh darah kranial. Dapat dibagi menjadi
stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis) merupakan 70%
kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh darah kecil
(termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Trombosis pembuluh darah
kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait dengan
hipertensi dan merupakan indikator penyakit atherosklerosis.
20
Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah arteri ke dalam ruang
interstitial otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut dan
mengganggu vaskularisasi jaringan sekitarnya. Stroke hemoragik terjadi apabila
susunan pembuluh darah otak mengalami ruptur sehingga timbul perdarahan di
dalam jaringan otak atau di dalam ruang subarakhnoid.1,4
25
Emboli serebri paling sering berasal dari jantung, aorta, dan arteri
kraniofasial. Faktor risiko dari kelainan jantung dan pembuluh darah
tersebut memainkan peran penting dalam terjadinya stroke akibat emboli.
Selain berasal dari arteri besar, emboli juga dapat berasal dari pembuluh
vena yang kemudian melintasi arteri atau yang disebut dengan emboli
paradoksikal. Berbagai kelainan jantung yang dapat menimbulkan
emboli serebri dan beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan
kejadian emboli paradoksikal ditampilkan pada tabel berikut.
26
27
3.4. ETIOLOGI5,8
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
disebabkan oleh emboli ekstrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu,
stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada
tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak
menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya
kematian neuron dan infark serebri4. Secara umum penyebab terjadinya stroke
non hemorhagik dibagi atas tiga penyebab yaitu:
a. Trombosis6
Trombosis adalah pembentukan suatu massa abnormal di
dalam sistem peredaran darah yang berasal dari komponen darah,
disebut trombus dan bila terlepas dari dinding pembuluh darah
disebut embolus. Trombosis terjadi karena kumpulan kelainan tiga
faktor yaitu meliputi perubahan dinding pembuluh darah (disfungsi
endotel), perubahan aliran darah dan perubahan daya beku darah.
Trombosis arteri banyak terjadi di daerah percabangan karena ada
perubahan aliran darah sehingga mudah terjadi kerusakan endotel.
Hilangnya sifat non-trombogenik menyebabkan aktivasi trombosit dan
sistem pembekuan darah yang menghasilkan trombus.5
Sebagian besar gejala sindroma koroner akut dan stroke terjadi
karena trombus yang terbentuk pada plak yang robek atau mengalami
erosi. Pecahnya plak aterosklerosis menyebabkan aktivasi trombosit,
selanjutnya mengaktifkan kaskade koagulasi. Faktor-faktor koagulasi
dalam bentuk prekursor tidak aktif (zymogen) akan diubah menjadi
faktor koagulasi aktif yang secara berurutan mengaktifkan zymogen
berikut dalam kaskade koagulasi. Proses ini mencapai puncaknya pada
pembentukan generasi trombin yang akan mengubah fibrinogen menjadi
fibrin dan membentuk bekuan darah.6
28
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh
darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil
(termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya
trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral
utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya
stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah
sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak) dan perlengketan platelet.6
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisitemia, anemia
sickle sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri
serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan
migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga
dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma,
diseksi aorta thorasik, arteritis).6
b. Embolus
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau
vertebralis akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis,
dapat berasal dari plaque athersclerotique yang berulserasi atau dari
trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada
daerah leher. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: penyakit
jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan
bagian kiri atrium atau ventrikel; penyakit jantung rheumatoid akut atau
menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis; fibralisi
atrium; infarksio kordis akut; embolus yang berasal dari vena
pulmonalis; kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial,
jantung miksomatosus sistemik. Sedangkan, embolisasi akibat gangguan
sistemik dapat terjadi sebagai emboli septik, misalnya dari abses paru
atau metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru bronkiektasis4.
29
Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan, trombi
mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal
jantung kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli
diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen diantaranya terjadi pada
bulan pertama setelah terjadinya infark miokard6.
Plak aterotrombotik yang terjadi pada pembuluh darah
ekstrakranial dapat lisis menyebabkan terbentuknya emboli yang akan
menyumbat arteri yang lebih kecil di sebelah distal pembuluh darah
tersebut. Trombus dalam pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh
kerusakan atau ulserasi endotel sehingga plak menjadi tidak stabil dan
mudah lepas membentuk emboli dan dapat menyebabkan penyumbatan
pada satu atau lebih pembuluh darah. Emboli tersebut terdiri dari
endapan kolesterol, agregasi trombosit, dan fibrin kemudian lisis atau
tetap utuh dan menyumbat pembuluh darah bagian distal tergantung
pada ukuran, komposisi, dan konsistensi plak serta pola dan kecepatan
aliran darah. Sumbatan pada pembuluh darah tersebut akan
menyebabkan matinya jaringan otak.7,8
Penyebab emboli terbanyak ialah atrium fibrilasi yang dapat
disebabkan oleh penyakit jantung rematik, protesis mekanik katup
jantung merupakan penyebab strok emboli pasca operasi. Penyebab lain
adalah trombosis arteri ke arteri yaitu terjadi pelepasan elemen
metabolik dari pembuluh darah ekstra atau intrakranial, aterosklerotik di
arteri karotis interna, bifurkasio karotis dan percabangan arteri
intrakranial.8
Protesis mekanik katup jantung merupakan penyebab tersering
dari stroke embolik pasca operatif. Sedangkan prolaps mitrai jarang
menyebabkan stroke emboli serebral, tetapi frekuensinya masih belum
jelas (kontroversial) terutama pada katup yang redunden dan menebal.
30
Pada endokarditis bakterial, 3% terjadi emboli serebral disebabkan oleh
lepasnya elemen vegetasi septic katup jantung.6
Penyebab lain dari emboli serebral adalah adanya trombosis
arteri ke arteri, yaitu terjadi pelepasan elemen embolik dari pembuluh-
pembuluh ekstra/intra kranial aterosklerotik yang lepas ke distal
menutupi pembuluh distal yang lebih kecil. Lepasnya elemen yang
berbentuk mural trombus dari dinding pembuluh darah arterio-sklerotik
di arteri karotis interna, bifurkasio karotis dan percabangan arteri
intrakranial.6,7
Stroke iskemik ditemukan pada 42,5% kasus berdasarkan
pemeriksaan CT scan otak. Untuk menentukan diagnosa secara pasti
suatu stroke iskemik disebabkan akibat emboli kardiak diperlukan
pemeriksaan khusus yang lebih mendalam, yaitu memastikan sumber
emboli di jantung dan emboli tersebut menjalar ke otak secara sistemik.7
3.5 PATOFISIOLOGI1,5,8
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan
jaringan otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak,
sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan
otak.5
Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60
ml/100 gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah
1300-1400 gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat
disimpulkan jumlah aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit
atau 20% dari seluruh curah jantung harus beredar ke otak setiap menitnya.
Pada keadaan demikian, kecepatan otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5
ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100
gram otak/menit akan terjadi kompensasi berupa peningkatan ekstraksi
31
oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat
dipertahankan.5,8
Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak,
oksidanya akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara
fisiologis 90% glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara lengkap.
Hanya 10% yang diubah menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui
metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob
melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenoain trifosfat (ATP)/mol glukosa
sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol Atp/mol glukosa.
Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-neuron otak ini digunakan
untuk keperluan:8
1. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport
dan pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
2. Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di
dalam/di luar sel serta membuang produk toksik siklus biokimiawi
molekuler.
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan
patofisiologi permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang
mengalami trauma, kegagalan energi, hilangnya homeostatis ion sel,
asidosis, peningkatan, kalsium intraseluler, eksitotositas dan toksisitas
radikal bebas), juga menyebabkan kerusakan neumoral yang mengakibatkan
akumulasi glutamat di ruang ekstraseluler, sehingga kadar kalsium
intraseluler akan meningkat melalui transpor glutamat, dan akan
menyebabkan ketidakseimbangan ion natrium yang menembus membran.8
Stroke atau CVD disebabkan karena adanya infark otak yang dapat
bersifat fokal atau global. Pada iskemik global seluruh aliran otak
mengalami penurunan akibat tekanan perfusi seperti henti jantung,
perdarahan sistmik yang masif, fibrilasi arterial yang berat, dan lain
sebagainya. Sedangkan iskemik otak fokal disebabkan karena menurunnya
32
perfusi regional. Hal ini dapat disebabkan oleh sumbatan atau pecahya salah
satu pembuluh darah otak di daerah sumbatan atau tertutupnya aliran darah
sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah otak.8
Pengurangan aliran darah akan menyebabkan iskemia di suatu daerah
otak. Terdapat kolateral disekitar area tersebut disertai mekanisme
kompensasi fokal berupa vasodilatasi, memungkinkan terjadi beberapa hal
berikut ini ꞉5,8
1) Pada sumbatan kecil, terjadi daerah iskemia yang dalam waktu singkat
dapat dikompensasi akibat mekanisme kolateral. Gambaran klinis
berupa TIA (Transient Ischemic Attack) yang timbul dapat berupa
hemiparesis yang menghilang sebelum 24 jam atau amnesia umum
sepintas.
2) Bila sumbatan lebih besar dan daerah iskemia lebih luas, terjadi
penurunan cerebral blood flow yang lebih besar, namun masih dapat
dikompensasi, sehingga fungsi neurologis dapat membaik dalam waktu
beberapa hari sampai dengan 2 minggu, hal ini dinamakan RIND
(Reversible Ischemic Neurologic Deficit).
3) Sumbatan yang cukup besar menyebabkan derah iskemia lebih luas dan
tidak dapat dikompensasi lagi oleh mekanisme kolateral sehingga akan
terjadi deficit neurologis yang berlanjut.
Wilayah paling dalam yang mengalami iskemia dinamakan inti atau
core, pada daerah tersebut sangat pusat karena CBF sangan rendah, terjadi
degenari neuron, pelebaran pembuluh darah tanpa aliran darah sehingga
daerah ini akan mengalami nekrosis. Di luar daerah inti dinamakan
penumbram pada daerah ini CBF lebih tinggi dibandingkan daerah inti,
fungsi neuron terhenti walaupun tidak mati. Terdapat kerusakan neuron,
edema jaringan akibat bendungan dengan dilatasi pembuluh darah dan
jaringan berwarna pucat. Daerah disekitar penumbra berwarna merah
berwarna kemerahan dan mengalami edema karena terjadi dilatasi maksimal,
33
PCO2 dan PO2 tinggi dan kolateral maksimal. Pada derah ini CBF sangat
tinggi sehingga disebut dengan daerah dengan perfusi berlebihan (luxury
perfusion). Penatalaksanaan stroke harus segera berfugsi untuk memperbaiki
daerah penumbra agar tidak terjadi kematian sel dan kerusakan yang lebih
luas. Waktu untuk memulihkan daerah penumbra disebut jendela terapeutik,
dan berlangsung dalam waktu singkat. Jika daerah penumbra tidak dapat lagi
dipertahankan akan terjadi iskemia berkepanjangan dan sel akan mati8.
34
Gangguan sensorik dapat terjadi berupa hemisensorik. Gangguan furgsi
luhur yang dapat terjadi berupa disfungsi oarietal baik sisi dominan
maupun non dominan. Kelainan yang tampak seperti disfasia yaitu
penserita tak mampu mengungkapkan atau mengerti kata-kata baik secara
lisan, tulisan, maupun isyarat.
35
Gejala lebih terbatas pada daerah yang lebih kecil dari sirkulasi
serebral pada sistem karotis. Penderita dapat mengalami 2 dari ketiga
gangguan ini gangguan fungsi luhur seperti afasia, terdapat difisit visual,
dan terdapat gangguan fungsi motorik dan/atau sensorik.5
Gambaran klinis PACI terbatas secara anatomik pada daerah
tertentu dan percabangan arteri serebri media bagian kortikal, atau pada
percabangan arteri serebri media pada penderita dengan kolateral
kompensasi yang baik atau pada arteri serebri anterior. Pada keadaan ini
kemungkinan embolisasi sistematik dari jantung menjadi penyebab stroke
terbesar dan pemeriksaan tambahan dilakukan seperti pada TACI.5
36
4. Disfungsi serebelar tanpa gangguan long-tract ipsilateral.
5. Isolated hemianopia atau buta kortikal.
Heterogenitas penyebab POCI menyebabkan pemeriksaan kasus
harus lebih teliti dan lebih mendalam. Salah satu jenis POCI yang sering
disebabkan emboli kardiak adalah gangguan batang otak yang timbulnya
serentak dengan hemianopia homonim.
3.7 DIAGNOSIS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik1,5,6,8
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami
defisit neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat
kesadaran. Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke non hemoragik
meliputi hemiparese, monoparese atau quadriparese, tidak ada penurunan
kesadaran, tidak ada nyeri kepala dan reflek babinski dapat positif maupun
37
negatif. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun
umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala
tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian terapi
trombolitik. Beberapa faktor dapat membuat anamnesis menjadi sedikit sulit
untuk mengetahui gejala atau onset stroke seperti: 3,4,5
1. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak
didapatkan hingga pasien bangun (wake up stroke).
2. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari
pertolongan.
3. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
4. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti
kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, perdarahan subdural, ensefalitis
dan hiponatremia.
38
Apabila skor yang didapatkan < 1 maka diagnosisnya stroke non perdarahan
dan apabila didapatkan skor ≥ 1 maka diagnosisnya stroke perdarahan.6
Apabila terdapat pasien stroke akut dengan atau tanpa penurunan kesadaran,
nyeri kepala dan terdapat refleks babinski atau dua dari ketiganya maka merupakan
stroke hemoragik. Jika ditemukan penurunan kesadaran atau nyeri kepala merupakan
stroke non hemoragik. Sedangkan bila hanya didapatkan refleks babinski positif atau
tidak didapatkan penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan refleks babinski maka
merupakan stroke non hemoragik.7
39
Penyebab trombosis atau emboli juga dapat diperkirakan dari tanda dan
gejala klinis berikut:
40
intrakranial akut dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi untuk
pemberian terapi trombolitik.4
Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering digunakan:
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pungsi lumbal terkadang diperlukan untuk menyingkirkan meningitis atau
perdarahan subarachnoid ketika CT Scan negatif tetapi kecurigaan klinis tetap
menjadi acuan.
3.8 TATALAKSANA
1. Tatalaksana di IGD
a. Stabilisasi jalan napas dan pernapasan. Oksigen diberikan
apabila saturasi < 95%. Intubasi endotrakela dilakukan
pada pasien yang mengalami hipoksia, syok, tidak
41
sadar, dan berisiko mengalami aspirasi.
b. Stabilisasi hemodinamik dengan cara:
- Cairan kristaloid dan koloid intravena
- Pemasangan kateter vena sentral, dengan target 5-12 cmH2O
- Optimalisasi tekanan darah dengan target sistol
sekitar 140 mmHg.
c. Pemeriksaan awal fisik umum
d. Pengendalian peningkatan tekanan intrakranial:
0
- Elevasi kepala 30
42
b. Jaga keseimbangan elektrolit. Koreksi asidosis atau alkalosis
yang mungkin terjadi.
c. Nutrisi enteral paling lambat diberikan dalam 48 jam. Apabila
terdapat gangguan menelan dan penurunan kesadaran, makanan
diberikan melalui NGT. Kebutuhan kalori 25-30
kkal/kgBB/hari.
d. Mobilisasi dan cegah komplikasi subakut.
e. Antibiotik diberikan atas indikasi dan sesuai pola kuman.
f. Analgetik, antiemetik, dan antagonis H2 dapat diberikan bila
perlu.
g. Hati-hati dalam menggerakkan pasien karena dapat
mempengaruhi TIK.
3. Tatalaksana khusus
a. Penatalaksanaan sumbatan otak
1. Trombolisis: recombinant Tissue Plasminogen Activator
(rTPA) 0,9 mg/kgBB (maks 90 mg) direkomendasikan
pada pasien dengan onset stroke antara 3-4,5 jam
Kontraindikasi usia > 80 tahun, konsumsi antikoagulan
oral, adanya bukti jejas iskemik lebih dari 1/3 area
arteri serebri media, dan pasien dengan riwayat stroke dan
diabetes melitus.
2. Antiplatelet:
lndikasi: Menurunkan resiko TIA atau stroke berulang
pada penderita yang pernah menderita iskemi otak yang
diakibatkan embolus. Menurunkan resiko menderita stroke
pada penderita resiko tinggi seperti pada penderita tibrilasi
atrium non valvular yang tidak bisa diberikan anti
koagulan.
43
Kontra indikasi: hipersensitif terhadap salisilat, asma
bronkial, hay fever, polip hidung, anemi berat, riwayat
gangguan pembekuan darah.
Dosis: FDA merekomendasikan dosis: oral 1300 mg/hari
dibagi 2 atau 4 kali pemberian. Sebagai anti trombosit
dosis 325 mg/hari cukup efektif diberikan dalam 24-48
jam setelah awitan stroke dan efek sampingnya lebih
sedikit. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
merekomendasikan dosis 80-320 mg/hari untuk
pencegahan sekunder stroke iskemik.
Efek samping: nyeri epigastrium, mual, muntah, perdarahan
lambung.
3. Antikoagulan:
secara umum, pemberian heparin, LMWH atau
heparinoid setelah stroke iskemik akut tidak bermanfaat.
Pemberian antikoagulan dengan tujuan mencegah
timbulnya stroke ulangan awal atau menghentikan
perburukan neurologis tidak direkomendasikan.
Indikasi: Untuk profilaksis dan pengobatan komplikasi
tromboembolik yang dihubungkan dengan fibrilasi atrium
dan penggantian katup jantung ; serta sebagai profilaksis
terjadinya emboli sistemik setelah infark miokard (FDA
approved). Profilaksis TIA atau stroke berulang yang
tidak jelas berasal dari problem jantung.
Kontraindikasi: Semua keadaan di mana resiko terjadinya
perdarahan lebih besar dari keuntungan yang diperoleh
dari efek anti koagulannya, termasuk pada kehamilan,
kecenderungan perdarahan atau blood dyscrasias dll.
44
Dosis: Dosis inisial dimulai dengan 2-5 mg/hari dan dosis
pemeliharaan 2-10 mg/hari. Obat diminum pada waktu
yang sama setiap hari. Dianjurkan diminum sebelum tidur
agar dapat dimonitor efek puncaknya di pagi hari
esoknya. Lamanya terapi sangat tergantung pada
kasusnya. Secara umum, terapi anti koagulan harus
dilanjutkan sampai bahaya terjadinya emboli dan
trombosis sudah tidak ada.
45
Pada penderita yang sebelumnya mendapatkan
pengobatan anti hipertensi, obat-obat tersebut dapat
dilanjutkan.
2. Penatalaksanan Hipotesi Stroke Akut
Hipotensi arterial pada stroke akut berhubungan dengan
buruknya keluaran neourologis terutama bila TDS <100
mmHg atau TDD <70 mmHg. Obat-obat vasopressor
yang dapat digunakan antara lain fenilephrin, dopamine,
dan norepinefrin, pemberian obat-obat tersebut diawasi
dengan dosis kecil dan dipertahankan pada tekanan darah
optimal, yaitu TDS berkisar 140 mmHg pada kondisi akut
stroke.
d. Penatalaksanaan kolesterol
Pemberian statin telah terbukti dapat menurunkan
kolesterol LDL dan trigliserid, serta meningkatkan kolesterol
HDL. Agen statin yang dapat diberikan antara lain
simvastatin, lovastatin, atorvastatin, pravastatin dengan 10-20
46
mg/hari. Penggunaan dosis maksimal (80 mg) dapat
menyebabkan miopati.
III. Prognosis
Secara umum, perbaikan stroke digambarkan sebagai berikut:
1. 10% penderita stroke mengalami pemulihan hampir sempurna
2. 25% pulih dengan kelemahan minimum
3. 40% mengalami pemulihan minimun namun tidak
membutuhkan perawatan khusus
4. 10% membutuhkan perawatan dan fasilitas khusus dalam jangka
panjang
5. 15% meninggal setelah serangan stroke.
47
serangan jantung iskemik, diabetes mellitus, riwayat stroke
sebelumnya.
3. Gambaran neurologis: adanya penurunan tingkat kesadaran,
gangguan motorik berat, gangguan proprioseptik, disfungsi
visuospatial, gangguan kognitif, total anterior circulation
syndrome, rendahnya skala ADL.
4. Gambaran pemeriksaan penunjang sederhana: adanya
hiperglikemia, tingginya hematokrit, dan abnormalitas EKG,
Pemeriksaan canggih (CT scan/ MRI): adanya lesi yang luas,
adanya efek massa, ada darah intraventrikular, dan hidrosefalus.
48
performasi pasien dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang dikelompokkan ke
dalam 2 kategori yaitu:
1. Kategori yang berhubungan dengan self care antara lain : makan,
membersihkan diri, berpakaian, perawatan buang air besar dan buang air
kecil, penggunaan toilet.
2. Kategori yang berhubungan dengan morbiditas antara lain: berjalan,
berpindah dan menaiki tangga.
Skor maksimum dari Indeks Barthel ini adalah 100 yang menunjukkan
bahwa kemampuan fungsional penderita sangat mandiri dan dapat melakukan
aktifitas sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain, sedangkan skor terendah
adalah 0 yang menunjukkan bahwa penderita mengalami ketergantungan total
untuk dapat melakukan aktifitas sehari-hari.8
BAB IV
ANALISIS KASUS
49
Pada anamnesis didapatkan penderita mengalami kelemahan sisi sebelah
kiri yang terjadi secara tiba-tiba saat beristirahat tanpa disertai penurunan
kesadaran yang terjadi sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Sesaat
sebelumnya keluhan sakit kepala, muntah, kejang, dan penurunan kesadaran
disangkal, mulut mengot ke kanan ada, deviasi lidah ke kiri ada, dan bicara pelo
ada. Penderita masih dapat memahami isi pikiran orang lain dan mengungkapkan
isi pikirannya dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat. Gangguan sensibilitas
berupa rasa baal dan kesemutan tidak ada. Penderita memiliki riwayat hipertensi
sejak 5 tahun dan tidak rutin meminum obat. Riwayat kencing manis, riwayat sakit
jantung, riwayat sakit ginjal, riwayat stroke sebelumnya dan riwayat trauma
disangkal. Penyakit ini dialami untuk pertama kalinya.
Berdasarkan anamnesis, penderita mengalami defisit neurologis yang
mendadak secara tiba-tiba dengan dugaan vaskular sehingga memunculkan
kecurigaan terjadinya suatu cerebrovascular disease (stroke) dengan diagnosis
topik pada LACI. Diagnosis CVD dapat ditegakkan dengan menggunakan skor
siriraj. Dari gejala yang dialami dapat dilakukan penghitungan skor siriraj dimana
didapatkan skor -2 yang mendukung kecurigaan stroke non hemoragik pada
penderita ini. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan parese nervus VII dan XII
tipe sentral. Untuk menunjang diagnosis dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala
dan di dapatkan adanya lesi hipodens di hemisfer kanan sehingga dapat ditetapkan
diagnosis penderita adalah CVD Non-Hemoragik.
Penatalaksaan pada penderita ini adalah pemasangan IV line dengan NaCl
0,9% gtt XX/m, Pantoprazole 1 x 40 mg (IV), Citicolin 2 x 500 mg (IV), Aspilet
1 x 80 mg (PO), Neurodex 1x1 tab (PO), Atorvastatin 1 x 20 mg (PO), Amlodipine
1 x 10 mg (PO), dan Candesartan 1 x 16 mg (PO). Pumpisel diberikan untuk
mengurangi stress ulcer yang terjadi akibat peningkatan produksi HCl lambung
yang diinduksi oleh stroke dan sebagai penanganan efek samping pemberian
aspilet. Pemberian antiplatelet untuk mengurangi resiko terjadinya sumbatan
50
ulang. Pemberian vitamin B kompleks karena sifatnya yang neurotropik sehingga
dapat menutrisi dan membantu regenerasi neuron pada penderita stroke. Pasien
direncanakan konsul rehabilitasi medis untuk fisioterapi hingga tekanan darah
stabil. Prognosis vitam dan functionam pada penderita ini adalah dubia ad bonam.
Diagnosis klinis pada kasus ialah hemiparese sinistra tipe flaksid, parese
nervus VII sinistra tipe sentral, parese nervus XII sinistra tipe sentral. Diagnosis
topik pada Lacunar Infarct (LACI). Diagnosis etiologi trombosis cerebri dan
diagnosis tambahan hipertensi stage II dan dislipidemia.
2 Gejala iritatif berupa kejang pada sisi yang Tidak ada kejang
lemah atau lumpuh
3 Gejala fokal berupa kelumpuhan lengan dan Kelemahan pada lengan dan
tungkai yang tidak sama berat tungkai sama berat
51
.
3. Lesi di Mesencephalon
No Gejala pada lesi di mesensefalon Gejala pada penderita
.
52
ipsilateral lesi
4. Lesi di Pons
No Gejala pada lesi di pons Gejala pada penderita
.
53
1. Total Anterior Circulation Infarct (TACI)
No Gejala pada lesi TACI Gejala pada penderita
.
- Disfasia
- Gangguan visuospatial
- Hemineglect
- Agnosia
- Apraxia
54
3. Lacunar Infarct (LACI)
No Gejala pada lesi LACI Gejala pada penderita
.
1 Paresis saraf kranial dengan defisit Paresis N. VII & XII dan
motorik/sensorik kontralateral lesi defisit motorik kontralateral
Sadar : 0 (+) : 1
55
B. MUNTAH (-) : 0
(+) : 1 2. Claudicatio Intermitten
(-) : 0 (+) : 1
C. SAKIT KEPALA (-) : 0
(+) : 1 3. DM
(-) : 0 (+) : 1
(-) : 0
SSS = (2,5 × KESADARAN) + (2 × MUNTAH ) + (2 × SAKIT
KEPALA) + (0,1 × TD. DIASTOLE) – (3 × ATEROMA) – 12
JIKA HASILNYA :
= -2
56
Algoritma Gajah Mada
Pada penderita penurunan kesadaran (-), nyeri kepala (-), refleks Babinski (-)
Kesimpulan: Infark
Diagnosis Banding Etiologi Berdasarkan Anamnesis
1. Hemoragik cerebri
Hemoragik cerebri Gejala pada penderita
Didahului sakit kepala, mual, dan Tidak ada sakit kepala, mual,
muntah muntah
57
2. Emboli cerebri
Emboli cerebri Gejala pada penderita
3. Trombosis cerebri
Trombosis cerebri Gejala pada penderita
58
DAFTAR PUSTAKA
59
60