Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

ILMU PENYAKIT BEDAH

OSTEOKONDROMA

Oleh :

Linda Sekar Arum

1320110101061

Pembimbing:

dr. Duriyanto Oesman, Sp.B

Disusun untuk melaksanakan tugas Kepaniteraan Klinik Madya

SMF Ilmu Bedah di RSD dr.Soebandi Jember

FAKULTAS KEDOKTERAN
0
UNIVERSITAS JEMBER

2017

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................2
2.1. DEFINISI..............................................................................................................2
2.2. INSIDENSI...........................................................................................................2
2.3. ETIOLOGI............................................................................................................3
2.4. KLASIFIKASI......................................................................................................5
2.5. DIAGNOSIS.........................................................................................................6
2.6. TATALAKSANA..................................................................................................6
BAB III. LAPORAN KASUS.............................................................................................8
BAB IV. KESIMPULAN...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................17

1
BAB 1. PENDAHULUAN

Osteokondroma adalah tumor jinak tulang, terdiri dari jaringan osseus yang

ditutupi cap kartilago. Osteokondroma dikenal juga sebagai exostosis, osteocartilaginous

exostosis. Osteokondroma lebih cenderung berkembang menjadi malformasi daripada

neoplasma sejati dan diperkirakan berasal dari periosteum berupa nodul kartilago yang

kecil.. Lesi tersebut terdiri dari massa tulang , sering dalam bentuk seperti batang (stalk),

yang dihasilkan oleh osifikasi endokondral yang progresif dari jaringan kartilago yang

bertumbuh. (1,2)

Osteokondroma terdapat pada pria dan wanita dengan perbandingan yang sama

dan terutama ditemukan pada usia remaja, yaitu selama periode pertumbuhan skeletal.

Ujung metafisis tulang panjang merupakan bagian yang paling sering terkena, dimana

sekitar 50 % terjadi pada bagian distal femur. Meskipun demikian semua tulang dapat

terkena termasuk kosta, pelvis dan vertebra.(3,4,5)

Ukuran lesi pada osteokondroma bervariasi antara 1-15 cm, tiap lesi pada

osteokondroma multipel ukurannya tidak lebih besar dibanding lesi osteokondroma

soliter. Banyak diantara lesi osteokondroma yang tidak menimbulkan gejala dan

ditemukan secara kebetulan. (1,4)

Bila tumor memberikan keluhan karena menekan struktur disekitarnya, seperti


tendon, saraf, maka diperlukan tindakan operasi secepatnya, terutama bila hal ini terjadi
pada orang dewasa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1
2.1 Definisi
Osteokondroma berasal dari kata osteon yang berarti tulang dan chondroma yang
berarti tumor jinak atau pertumbuhan menyerupai tumor yang terdiri dari tulang rawan
hialin matur, sehingga osteokondroma dapat didefinisikan sebagai tumor jinak pada
tulang yang terdiri dari penonjolan tulang dewasa yang dilapisi tulang rawan yang
menonjol dari kontur lateral tulang endokondral. Osteokondroma dapat disebut juga
sebagai kondrosteoma atau osteokartilagenous eksotosis. Osteokondroma merupakan
tumor jinak tersering kedua (32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama
ditemukan pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda. Sebagian
besar dari penderita tumor ini biasanya tanpa gejala (asimptomatik) , gangguan yang
sering muncul biasanya menyebabkan gejala mekanik tergantung lokasi dan ukuran dari
tumor tersebut.

Gambar 1. Perkembangan dari osteokondroma, dimulai dari kartilago epifisial


Sebagai lesi jinak, osteochondromas tidak memiliki kecenderungan untuk
metastasis. Dalam kurang dari 1% dari osteochondromas soliter, degenerasi ganas dari
tutup tulang rawan ke chondrosarcoma sekunder telah dijelaskan dan biasanya digembar-
gemborkan oleh onset baru pertumbuhan awal, lesi baru rasa sakit, atau pertumbuhan
yang cepat dari lesi.

2
1.2 Insiden

Osteokondroma merupakan tumor jinak tersering kedua (32,5 %) dari seluruh


tumor jinak tulang. Tumor tersebut terutama menyerang remaja dan dewasa muda (sekitar
umur 20 tahunan). Tetapi dapat terjadi pada usia yang lebih tua yang menunda mencari
penanganan medis. Insiden kelainan ini dapat mengenai pria dan wanita dengan
perbandingan 1,6 : 1.(1,6,7)

Pada beberapa penelitian, osteokondroma soliter ditemukan pada 7,9 % tumor


tulang yang direseksi atau melalui analisis dengan pemeriksaan biopsi. Osteokondroma
multipel ditemukan sekitar 5-10 % dari kasus osteokondroma. Lebih dari 50 % penderita
berumur kurang dari 20 tahun, yang mana sekitar 80 % penderita dioperasi pada usia
kurang dari 21 tahun.(7,8)

1.3 Etiologi Dan Patogenesis

Pada tahun 1891 Virchow merupakan ahli yang pertama kali menunjukkan bahwa
osteokondroma berkaitan dengan kartilago lempeng epifisis yang oleh sesuatu sebab
terpisah dari jaringan asalnya. Sedangkan Muller (dikutip dari Mirra JM), menyatakan
bahwa osteokondroma dibentuk oleh adanya metaplasia kartilagineus periosteum. Saat ini
berdasarkan penelitian terbaru pendapat virchow cenderung lebih diterima. Belum jelas
apa yang menjadi penyebab terjadinya kelainan tersebut.(5)
Pada tahun 1920, keith (dikutip dari Mirra JM) menyatakan bahwa
osteokondroma merupakan akibat dari terjadi defek pada bagian periosteal tulang yang
dalam keadaan normal dikelilingi oleh zona vakualisasi kartilago lempeng epifisis selama
kehidupan fetal dan anak-anak. Herniasi kartilago lempeng epifisis melalui defek ini
diperkirakan merupakan penyebab terjadinya evolusi osteokondroma. Makin besar defek
makin besar pula osteokondroma yang dihasilkan. Pada defek tunggal akan terjadi
osteokondroma soliter, sementara pada defek multiple akan terjadi osteokondroma
multiple. Belum dapat dibuktikan bahwa faktor herediter menyebabkan terjadinya defek
tersebut.(1,5)

3
Karena osteokondroma merupakan anomali yang bertumbuh secara perlahan,
tidak sulit untuk mengerti mengapa kelainan ini pertama kali ditemukan pada usia anak-
anak atau remaja dan kebanyakan pertumbuhan lesi osteokondroma akan berhenti pada
saat epifise menutup. Sebagaimana halnya dengan enkondroma, maka osteokondroma
berasal dari kartilago lempeng epifise dan merupakan kemungkinan untuk berkembang
menjadi kondrosarkoma pada usia dewasa.(2,5)

1.4 Klasifikasi
Osteokondroma dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk berdasarkan jumlah
lesi yaitu bentuk soliter dan multipel.
1. Bentuk Soliter
Osteokondroma soliter merupakan bentuk yang paling sering ditemukan. Bentuk ini
jarang mengalami perubahan menjadi bentuk keganasan. Jumlah kasus yang menjadi
ganas 1-4 %. Harus dicurigai terjadi perubahan keganasan apabila osteokondroma
soliter ditemukan pada orang dewasa dan dengan pertumbuhan yang cepat.(2,9)
2. Bentuk Multipel
Osteokondroma multipel merupakan bentuk yang ditemukan sekitar 5-10 % dari kasus
osteokondroma. Bentuk ini merupakan kelainan yang bersifat familier dan sebanyak
10- 20 % mengalami perubahan menjadi bentuk keganasan. Pada keluarga dengan
salah satu orang tuanya menderita osteokondroma maka kemungkinan 50 % anaknya
menderita osteokondroma multipel.(2,9,10)

1.5 Patologi

Suatu osteokondroma tersusun dari dari 2 bagian dasar, yaitu cartilago capped
protuberance dan bony stalk. Tumor terdiri dari tulang matur yang ditutupi oleh lapisan
periosteum, lesi tersebut tersusun dari massa tulang, sering dalam bentuk seperti stalk.
Ditemukan adanya tulang rawan hialin yang berbentuk Mushroom dan dikelilingi
jaringan irreguler didaerah sekitar tumor serta terdapat eksostosis yang berbentuk tiang
didalamnya.(11, 12)

4
Pada pemeriksaan mikroskopis tampak bahwa cap kartilago mempunyai fokus
sel-sel kartilago yang berproliferasi pada cap bagian dalamnya. Selain itu terdapat pula
daerah reabsorpsi kartilago diantara trabekula subkondral tulang disekitar pertumbuhan
osteokondroma, kadang-kadang teramati adanya sumsum fibrosa akibat deposisi kalsium.
Transformasi maligna osteokondroma jarang ditemukan, tetapi bila terjadi maka yang
mengalami perubahan maligna adalah daerah kartilago dan bukan daerah tulang.
Proliferasi kartilago yang cepat pada suatu osteokondroma dapat terjadi setelah lempeng
pertumbuhan menutup atau terjadinya invasi komponen-komponen kartilago ke dalam
daerah penulangan.(2,12,13)

1.6 Predileksi

Osteokondroma dapat terjadi pada tulang manapun yang tumbuh pada bagian
kartilago tetapi lokasi osteokondroma sering ditemukan pada daerah metafisis tulang
panjang dekat lempeng epifisis khususnya femur distal, tibia proksimal dan humerus
proksimal. Selain itu, dapat juga tumbuh dekat persendiaan, pinggul, bahu dan siku tetapi
jarang terjadi.(14)

Gambar 1 Lokasi yang tersering Gambar 2 Tampak lesi osteokondroma


Osteokondroma (3) pada daerah metafisis tulan panjang (14)

1.7 Gambaran Klinis

5
Osteokondroma dapat bersifat asimptomatik dan biasa terdeteksi secara kebetulan
beradasarkan pemeriksaan radiologis atau telah mengalami transformasi menjadi
kondrosarkoma perifer. Beberapa penderita dapat mengalami nyeri akibat terjadi
penekanan pada bursa atau jaringan lunak disekitarnya. Disamping itu keluhan lain akibat
berbagai mekanisme, yaitu iritasi mekanis, kompresi saraf, fraktur (meskipun sangat
jarang), serta transformasi maligna bila disertai bursitis dan osteomielitis. Ada beberapa
laporan tentang terjadinya pseudoaneurisma dari pembuluh darah besar ekstremitas
inferior .(14,15,16)

(3)

Gambar 3 : memperlihatkan gambaran klinis dari osteokondroma pada paha atas

berupa pembengkakan

Sekitar 30-60 % penderita dengan osteokondroma multipel dapat mengalami


deformitas ke bagian bawah. Deformitas seperti hampir selalu menimbulkan gangguan
pergerakan, seperti retriksi rotasi lengan bawah, kesulitan dalam pronasi dan supinasi dan
dapat menimbulkan berbagai kelainan termasuk paresis saraf.(2,15)

1.8 Gambaran Radiologis

Ditemukan adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis yang
muncul dari metafisis. Tetapi yang terlihat pada pemeriksaan radiologis lebih kecil
dibandingkan dengan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik. Secara garis besarnya
tumor bentuknya ada dua macam yaitu yang bertangkai (pendunculated) dan yang

6
mempunyai dasar lebar (sessile). Bagian proyeksi lesi memiliki komponen yang kortikal
dan cancelllous. Keduanya mempunyai hubungan langsung dengan tulang asalnya.
Lesinya tertutup oleh kartilago cap yang kadang irreguler dan biasanya dapat terlihat
melalui rontgen. Biasanya kalsifikasi dalam cap dapat terlihat dimana tebal cap hanya
beberapa mm, kadang dapat lebih tebal dan pada keadaan ini lesi perlu dipelajari seksama
untuk menghilangkan kemungkinan kondrosarkoma sekunder.(2, 14)

Gambar 4 : osteokondroma pada daerah distial tibia yang pedunculated (14)

Gambar 5 : osteokondroma pada proksimal tulang humerus, ukuran yang terlihat


lebih kecil dari ukuran sebenarnya.(11)

1.9 Diagnosis

Diagnosis osteokondoma ditegakkan berdasarkan anamnesis terhadap gejala klinis


yang dikeluhkan oleh penderita, berupa adanya pembengkakan, terutama pada daerah
tulang-tulang panjang, yang dapat terasa nyeri atau tidak. Penderita umumnya remaja
atau dewasa muda. Pada pemeriksaan fisis ditemukan adanya massa yang keras pada
daerah predileksi. Sedangkan pada pemeriksaan radiologis dapat terlihat suatu penonjolan
pada tulang baik yang bertangkai (pedunculted) maupun yang sesile (mempunyai dasar
yang lebar). Sedangkan untuk memastikan apakah suatu keganasan atau bukan melalui
pemeriksaan histologis.(1,2)

1.10 Diagnosis Banding

1. Chondrosarkoma

7
Adalah tumor ganas tulang dan tulang rawan. Paling banyak ditemukan
pada tulang pelvis, femur, costae, humerus, dan scapula. Tetapi selain itu juga
dapat ditemukan disemua tulang termasuk tulang-tulang kecil di tangan dan kaki

Gambaran radiologis : lesi luas tampak tidak teratur dengan tepi tulang yang
menghilang. Tumor berisi daerah kalsifikasi dengan gambaran seperti popcorn.

Gambar 11. Chondrosarkoma

2. Osteosarkoma
Merupakan tumor ganas primer pada tulang. Lokasi tumor terbanyak adalah di
distal, femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus. Tumor juga dapat
menyerang tulang pipih seperti pelvis, tengkorak, dan mandibula.

Gambaran radiologi :

Gambaran detruksi tulang


Sunburst appearance
Codman triangle

8
Gambar 12. Osteosarkoma

1.11 Penanganan

Penanganan untuk osteokondroma diindikasikan bila lesi cukup berat atau bila (1)
menimbulkan gejala akibat penekanan terhadap struktur-struktur sekitarnya, (2) bila
gambaran radiologis menunjukkan tanda-tanda keganasan, serta (3) bila pertumbuhannya
progresif.
Lesi-lesi asimptomatik pada anak besar dapat dibiarkan saja, tetapi penderita
diawasi agar tidak mengalami trauma di daerah lesi sebab mudah menimbulkan fraktur.
Lesi-lesi soliter yang besar (> 5 cm) diangkat untuk tujuan kosmetik serta memperkecil
resiko terjadinya keganasan.

Penanganan osteokondroma secara umum adalah eksisi. Bila memungkinkan


eksisi harus mencapai reseksi en block, lingkaran tulang normal disekitar lesi serta
keseluruhan bursa yang menutupi lesi. Deformitas yang terjadi pada osteokondroma
multipel, harus ditangani dengan mempertimbangkan tepi deformitas dan dengan tujuan
akhir memperbaiki rentang pergerakan tulang.

1.12 Prognosis

9
Prognosis osteokondroma tergantung pada banyak faktor antara lain lokasi, serta
ketepatan penanganan. Osteokondroma merupakan suatu proses benigna meskipun lesi-
lesi tertentu sulit untuk diangkat, misalnya bila lokasinya didaerah vertebra. Rekurensi
dapat terjadi bila cap tidak diangkat. Selain itu, regresi spontan dapat pula terjadi
meskipun jarang.

BAB III. LAPORAN KASUS


10
1.1. Identitas Pasien

Nama : Joko Andreyanto


Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Plalangan 3 RT/RW 003/001 Sempol, Kalianyar, Bondowoso
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Pekerjaan : Petani
No. Rekam Medis: 164354
Tgl. Masuk RS : 28 Mei 2017
Tgl. Keluar RS : 31 Mei 2017
Tgl. Oprasi : 29 Mei 2017
Tgl. Pemeriksaan: 28-31 Mei 2017

1.2. Anamnesa
Keluhan Utama:
Benjolan pada paha kiri
Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh ada benjolan di kaki kiri yang dekat dengan lututnya, benjolan
dirasa sudah ada sejak 2 tahun yang lalu. Sebelumnya pada daerah yang muncul
benjolan tidak pernah terkena benturan atau terjatuh. Benjolan awalnya kecil
kemudian semakin lama semakin membesar. Benjolan tidak mengganggu saat
berjalan dan tidak nyeri.

Riwayat Penyakit Dahulu

Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Disangkal

Riwayat Pengobatan

Disangkal
11
Pemeriksaan Fisik

I.Status Generalis
Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran/GCS : Compos Mentis / E4V5M6


Tekanan Darah : 120/78 mmhg
Nadi : 84 x/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 C

II.Pemeriksaan Fisik Umum


a. Kepala
- Kepala :Normocephali
- Mata :Konjungtiva anemis-/-,sklera ikterik-/-,refleks pupil+/+
- Hidung :Deformitas (-), rhinorrhea(-)
- Telinga :Otorrhea -/-

b. Leher :Pembesaran KGB (-) Deviasi trakhea (-)


c. Thorax
- Inspeksi: Terlihat bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada kanan dan kiri
simetris, retraksi dinding dada (-), iktus kordis tidak tampak
- Palpasi: Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris, iktus kordis teraba
pada ICS V midclavicula sinistra
- Perkusi: Sonor di kedua lapang paru
- Auskultasi: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-),gallop (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
d. Abdomen
- Inspeksi : Flat, Distended (-), DC (-) DS (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) normal, borborygmus (-), metalic sound (-)
- Palpasi :Soepel, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar/lien tidak
teraba.
12
- Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.
e. Extremitas: Akral hangat (+) , edema (-) ekstrimitas atas dan bawah
f. Genitalia eksterna: MUE di ujung penis, discharge (-)

III.Pemeriksaan Fisik Khusus


Status Lokalis Regio Femur 1/3 Distal (S)

L : massa 5x5 cm

F : padat, keras, immobile, tidak nyeri

M : tidak ada keterbatasan gerak

1.3. Diagnosa Kerja


Osteokondroma Femur Sinistra
1.4. Penatalaksanaan
Pro Eksisi Osteokondroma
1.5. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium

Tanggal 28/05/2017

13
HEMATOLOGI LENGKAP (HLT)
Hemoglobin 13.2 13,0-16,0 gr/dL
Leukosit 13,8 4,5-13,0 109/L
Hematokrit 37,4 37-49 %
Trombosit 353 150-450 109/L
PPT
PPT Penderita 9,8 Beda dgn kontrol
PPT Kontrol 9,4 <2 detik
APPT
APPT Penderita 24,6 Beda dgn kontrol
APPT Kontrol 27,3 <7 detik
FAAL HATI
SGOT 31 10-35 U/L
SGPT 20 9-43 U/L
GULA DARAH
Glukosa Sewaktu 108 <200 mg/Dl
FAAL GINJAL
Kreatinin Serum 0,8 0,6-1,3 mg/dL
BUN 8 6-20 mg/dL
Urea 18 12.43g/dL

B. Radiologis

14
C. FNAB

1.6. Prognosis
Ad Vitam: Ad bonam
Ad Functionam: Dubia ad bonam
Ad Sanationam: Dubia ad bonam

1.7. Laporan Operasi


- Diagnosa post op: Osteochondroma (s) Femur
- Operasi: Excici Osteochondroma
- Pasien posisi supinasi dengan general anestesi (GA) dan diberikan antibiotik
profilaksis ceftriaxone 1 gr
- Dilakukan:
Desinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodine 10%
Penyempitan lapangan operasi dengan doek steril
15
- Pendapatan eksplorasi :
Didapatkan Masa tipe sessile, nodul berbenjol, kapsul (+)
- Apa yang dikerjakan: excici masa tipe sessile curiga suatu osteo kondroma
- Hasil operasi:
- Instruksi post operasi :
Inj. Cefotaxime 2x200 mg
Inj. Antrain 3x1/2 ampul
Laporan Oprasi

16
1.8. Follow Up
Selasa, 29 Mei 2017
S) Nyeri luka post-op

O) KU: cukup TD:120/60 RR : 16x/m


Kes : alert N : 88x/m Tax: 35,6
K/L: a/i/c/d-/-/-/-
Tho: C/ S1S2tunggal e/g/m-/-/-P/ Ves+/+ Rh-/-Wh-/-
Abd: flat, BU+normal, timpani, soepel
Ext : akral hangat keempat ekstremitas, tidak adaoedem

Status lokalis R. mandibula


I: Edema (+), arch bar (+)

P: Nyeri (+)

- A) Fraktur parasimphysis mandibula displaced kiri + fraktur alveolaris insisivus 1,


insisivus 2, dan caninus inferior sinistra post ORIF H1

P)Inf. D5 NS 1500 cc/24 jam


Inj antrain 3 x 500 mg
Inj ceftriaxone 2 x 750 mg
Diet susu

Pemeriksaan Lab Tanggal 29 Mei 2017


HEMATOLOGI LENGKAP (HLT)
Hemoglobin 12 11,50-15,0 gr/dL
Leukosit 11,2 11,5-14,5 109/L
Hematokrit 37,4 35-45 %
Trombosit 403 150-450 109/L

17
Rabu, 30 Mei 2017
S) Tidak ada keluhan

O) KU: cukup TD:80/60 RR : 20x/m


Kes : alert N : 88x/m Tax: 36,3
K/L: a/i/c/d-/-/-/-
Tho: C/ S1S2tunggal e/g/m-/-/-P/ Ves+/+ Rh-/-Wh-/-
Abd: flat, BU+normal, timpani, soepel
Ext :akral hangat keempat ekstremitas, tidak adaoedem

Status lokalis R. mandibula


I: Edema (+), arch bar (+)

P: Nyeri (+)

- A) Fraktur parasimphysis mandibula displaced kiri + fraktur alveolaris insisivus 1,


insisivus 2, dan caninus inferior sinistra post ORIF H2

P)Inf. D5 NS 1500 cc/24 jam


Inj antrain 3 x 500 mg
Inj ceftriaxone 2 x 750 mg
Diet susu
Mobilisasi jalan

18
Kamis, 31 Mei 2017
S) Tidak ada keluhan

O) KU: cukup TD:90/60 RR : 20x/m


Kes : alert N : 80x/m Tax: 36

K/L: a/i/c/d-/-/-/-
Tho: C/ S1S2tunggal e/g/m-/-/-P/ Ves+/+ Rh-/-Wh-/-
Abd: flat, BU+normal, timpani, soepel
Ext :akral hangat keempat ekstremitas, tidak ada oedem

Status lokalis R. mandibula


I: Edema (+), arch bar (+)

P: Nyeri (+)

- A) Fraktur parasimphysis mandibula displaced kiri + fraktur alveolaris insisivus 1,


insisivus 2, dan caninus inferior sinistra post ORIF H3

P)Inf. D5 NS 1500 cc/24 jam


Inj antrain 3 x 500 mg

Diet susu
Mobilisasi jalan

19
BAB IV. KESIMPULAN

1. Telah diperiksa pasien atas nama Joko Andreyanto usia 11 tahun datang dengan
keluhan utama benjolan pada paha kiri. Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis Osteokondroma post eksisi
tumor
2. Dari anamnesa didapatkan adanya keluhan benjolan pada paha kiri bagian distal. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan adanya masa tidak nyei dan deformitas pada region
femur distal sinistra
3. Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan eksisi tumor

20
21
DAFTAR PUSTAKA

1. Carnesal PG. Benign tumors of bone. In : Crenshaw AH: Campbels


operative orthopaedics. Eighth edition, Philadelphia, Mosby Year Book;
1992 : 244-47.

2. Turek SL. Tumors of bone in orthopaedics principles and their application.


Fourth edition, Philadeplphia; J. B. Lippincott Company; 1984: 598-599

3. Rasjad C. Tumor tulang dan sejenisnya dalam pengantar ilmu bedah


ortopedi, Ujung Pandang, Bintang Lamumpatue; 1998 : 306-10.

4. Mirra JM. Benign cartilagineous exostosis, osteokondroma and


osteokondromatosis in Mirra JM, ed. Bone tumors : Clinical, radiologic
and pathologic correlations. Vol. 2, Philadelphia; Lea & Febinger; 1989 :
1625-59.

5. Apley GA, Solomon L. Apleys system of orthopaedics and fracture. 8th


edition, London; Butterworth-Heinemann; 2000: 177-88.

6. Hutagalung EU. Neoplasma tulang. Dalam: Reksopradjo S, et al eds,


Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta; Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/RS dr. Cipto Mangunkusumo; 2000:
590-1.

7. Goldsmchmidt MH, Thrall DE. Benign bone tumors in the dog. Available at
http//www.osti.gov/energycitatious/product.bibrio. last updated January
1 st1985

8. Canale ST, Beaty JH. Operative pediatric orhopaedics. St louis; Mosby Year
Book; 1989: 1090-91.

9. Harris NH. Cysts and tumors of the muskuloskeletal system in postgraduate


textbook of clinical orthopaedics. Low priced edition, Bristol; Wright;
1983: 614-6.

10. Benign tumors of bone. Available at http//www.merck.com/merckshared


/mmanual/section 5/chapter 56/56b.jsp.

11. Fabbri N, Paolis MD, Bertoni F. Benign cartilage tumours in. Mini-
symposium : benign musculoskletal tumours , Current orthopaedics.
London ; Churchill Livingstone; 2004 : 7 13.

12. Mellors RC. Bone tumors. Available at http//www.bonetumor.org/ foot


%20tumors/benignbonefacts3.htm.

22
13. MacAusland WR, Mayo RA. Bone and joint tumors in Orthopedics a
concise guide to clinical practices. Boston; Little, Brown and Company;
1999: 10-4.

14. Bone tumor pathology site. Available at http//www.ivis.org/special-


_books/ortho/chapter 75/ mast.asp. last update juni 2nd 2004.

15. Ferdiansyah. Terapi pembedahan pada muskuloskeletal tumor dalam


scientific meeting & workshop of Indonesian musculoskeletal pathology
multidisciplinary approach on the management of musculoskeletal
pathology. Surabaya; school of Medicine Airlangga Uniiversity; March
22-23, 2003. 101-106

23

Anda mungkin juga menyukai