Oleh:
Fariz Eka Setiawan
Pembimbing:
Dr. Erie B.P.S. Andar Sp. BS (K), PAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
sangat tinggi, di Amerika pada tahun 2003 didapatkan 570.000 kasus cedera
kepala per tahun dan merupakan 40% dari seluruh kematian akibat cedera akut.1
Kasus terbanyak cedera kepala adalah kecelakaan mobil dan motor. Di Amerika
Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala 200/100.000 penduduk
pertahun. Pada penderita dengan cedera kepala ringan dan sedang hanya 3% - 5%
yang memerlukan tindakan operasi kurang lebih 40% dan sisanya dirawat secara
konservatif.2
300/100.000 populasi per tahun.2 Data dari Traumatic Coma Data Bank (TCDB)
didapatkan bahwa kematian akibat cedera kepala lebih kurang 17 per 100.000
orang pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, dan lebih kurang 6 per
100.000 orang pada pasien yang dirawat di rumah sakit. 3 Cedera primer otak
2
BAB II
PEMBAHASAN
Terminologi
periosteal duramater dan tabula interna calvaria. Pada penderita traumatic hematoma
epidural, 85-96% disertai fraktur pada lokasi yang sama. Perdarahan berasal dari
Etiologi
mengakibatkan robeknya pembuluh darah disekitar area impact. Mayoritas EDH (90%)
disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah arteri, utamanya arteri meningea media.
Sekitar 10% kasus EDH disebabkan oleh robekan vena, yang merupakan akibat
Epidemiologi
adalah berusia dibawah 20 tahun, dan jarang terjadi pada umur kurang dari 2 tahun dan
di atas 60 tahun. Angka kematian meningkat pada pasien yang berusia kurang dari 5
tahun dan lebih dari 55 tahun. Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan
Meskipun EDH menunjukkan 10% kasus fatal dari hasil autopsi, tetapi kasus
EDH hanya didapatkan sekitar 1-4% kasus pasien cidera otak traumatik. Sebagian besar
3
biasanya terjadi fraktur calvaria yang berakibat robeknya arteri meningea media atau
EDH biasanya stabil, mencapai volume maksimum hanya beberapa menit setelah
pertama. Lokasi EDH 90% terjadi secara unilateral dan disupratentorial. Sekitar 90-95%
Secara makroskopis EDH berbentuk bikonvek. Pada EDH, ekspansi EDH akan
bentuk khas menyerupai lensa. Duramater secara erat melekat di setiap sutura
mengakibatkan EDH pada dewasa jarang menyebrang melintasi sutura (10% kasus pada
pediatri EDH dapat menyebrang sutura, terutama bila didapatkan diastasis fraktur). 4
Gambaran Klinis
Gambaran klinis lain yang dapat muncul adalah adanya nyeri kepala, muntah, kejang
mengakibatkan kompresi dari pedunkulus cerebri kontralateral pada incisura tentorii dan
localizing sign. Pada 60% pasien dengan EDH didapatkan dilatasi pupil dan 85% adalah
ipsilateral.5
Patofisiologi
Pada hematom epidural, perdarahan terjadi di antara tulang tengkorak dan dura
4
meter. Perdarahan ini lebih sering terjadi di daerah temporal bila salah satu cabang
arteria meningea media robek. Robekan ini sering terjadi bila fraktur tulang tengkorak di
daerah bersangkutan. Hematom dapat pula terjadi di daerah frontal atau oksipital.6
spinosum dan jalan antara durameter dan tulang di permukaan dan os temporale.
Perdarahan yang terjadi menimbulkan hematom epidural, desakan oleh hematoma akan
melepaskan durameter lebih lanjut dari tulang kepala sehingga hematom bertambah
besar.5
temporalis otak kearah bawah dan dalam. Tekanan ini menyebabkan bagian medial
Tekanan dari herniasi unkus pada sirkulasi arteria yang mengurus formation
terdapat nuclei saraf cranial ketiga (okulomotorius). Tekanan pada saraf ini
mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata. Tekanan pada lintasan
kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini, menyebabkan kelemahan respons
motorik kontralateral, refleks hiperaktif atau sangat cepat, dan tanda babinski positif.6
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan terdorong
kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang besar. Timbul tanda-
tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain kekakuan deserebrasi dan
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus keluar
hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin
penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam ,
5
penderita akan merasakan nyeri kepala yang progersif memberat, kemudian kesadaran
berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar
Fenomena lucid interval terjadi karena cedera primer yang ringan pada Epidural
hematom. Kalau pada subdural hematoma cedera primernya hampir selalu berat atau
epidural hematoma dengan trauma primer berat tidak terjadi lucid interval karena pasien
langsung tidak sadarkan diri dan tidak pernah mengalami fase sadar. 6 Sumber
perdarahan antara lain artery meningea media, sinus duramatis dan diploe yang berisi a.
karena progresifitasnya yang cepat karena durameter melekat erat pada sutura sehingga
langsung mendesak ke parenkim otak menyebabkan mudah herniasi trans dan infra
tentorial.Karena itu setiap penderita dengan trauma kepala yang mengeluh nyeri kepala
yang berlangsung lama, apalagi progresif memberat, harus segera di rawat dan diperiksa
dengan teliti.
Diagnosis
primer dalam hal mengevaluasi trauma kepala. Emergensi CT scan adalah modalitas
utama yang digunakan untuk mengevaluasi trauma kepala akut setelah penilaian
neurologis dilakukan. Diagnosis yang tepat dari hasil CT scan sangat krusial untuk
calvarium, diluar dari dura periosteal. Sangat jarang melebihi batas dari sutura
dikarenakan perlekatan yang kuat dari dura periosteal dengan batas dari sutura. Karena
perlekatan yang kuat ini, sebuah epidural hematoma memiliki batas yang kasar dan
6
penampakan yang bikonveks pada CT scan dan MRI.6
Scan dapat menentukan lokasi dan adanya lesi lain, mengukur volume dan efek desak
massa. Gambaran klasik EDH pada CT adalah lesi hiperdens bentuk lentikuler
bikonveks. Pada 11% kasus didapatkan bentuk konvek pada sisi yang menghadap tulang
dan bentuk lurus pada sisi yang menghadap otak, pada 5% EDH berbentuk cressent
menyerupai SDH. EDH umumnya memiliki densitas yang homogen, dengan tepi yang
berbatas tegas dan dengan densitas yang tinggi. Pada beberapa kasus EDH dengan
(gambar kiri). Pada bone window tampak fraktur tulang tepat di atas EDH (gambar
kanan).5
Iskemia serebral adalah penurunan aliran darah ke otak (CBF= Cerebral Blood
Flow). Autopsi pada pasien cedera kepala berat yang akhirnya meninggal didapatkan 80
% mengalami iskemia otak. Penyebab iskemia bisa oklusi vaskuler, hipotensi dan
pengaruh tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial (TIK) adalah tekanan yang timbul
7
karena adanya volume massa otak, cairan cerebrospinal (LCS), dan darah yang
mensuplai otak dalam suatu ruang intrakranial yang tertutup. Kenaikan TIK ini bisa
intraventrikel), edema otak, tumor otak, dan hidrosefalus yang bisa diperiksa dengan
pemeriksaan.6
TIK dapat diukur dengan satuan cmH2O atau mmHg, dan memiliki nilai normal
kurang dari 20mmHg pada dewasa dan 5- 20 mmHg pada anak-anak. Cedera yang
terjadi pada otak dapat merupakan cedera primer yang diikuti oleh iskemia otak yang
pada orang dewasa adalah incompressible sehingga volume intrakranialnya tetap. Hal
tekanan/volume salah satu komponen (seperti darah, LCS, dan jaringan otak), akan
parenkim otak merupakan sub komponen terbesar dengan berat 1100-1200 gram,
kemudian vaskuler dengan volume 150 ml dan LCS yang memiliki volume 150 ml.
edema . Edema serebri dibagi 3 type yaitu type 1, vasogenik pada kasus trauma,tumor
dan abses, type 2, sitotoksik akibat hipoksia yang mengakibatkan gangguan Na-K ATP
ase terganggu, type 3,interstitial karena transudasi cairan LCS ke ruang interstitial.
Pemeriksaan CT Scan pada edema serebri didapatkan sulcus dan gyrus yang
menghilang.6,7
Dengan adanya komponen darah dan LCS yang meskipun jumlah volume
keduanya hanya sekitar 200-300 ml, namun karena memiliki kemampuan fluktuasi yang
cukup besar dibandingkan parenkim otak, maka peranan kedua komponen tersebut
8
dalam menjaga tekanan intra kranial sangat penting. Compliance adalah ukuran yang
perubahan volume intrakranial(dV) dibagi tekanan intra kranial (dP). Bila tekanan intra
kranial atau volume salah satu komponen bertambah, maka berarti compliance menurun.
perubahan serebrovaskuler khususnya resistensi sistem vena. Salah satu aspek yang
berhubungan langsung dengan outcome yang jelek dan keadaan yang paling merugikan
pada cedera otak atau keadaan lain adalah kenaikan TIK. Terhadap perfusi otak Tekanan
perfusi otak sangat berhubungan erat dengan iskemia otak. Tekanan perfusi otak
(CPP=Cerebral Perfusion Pressure) minimal pada keadaan normal tidak boleh kurang
dari 50 mmHg ,ada juga yang menyebutkan tidak boleh kurang dari 60 mmHg.7
Penatalaksanaan
Elevasi kepala 300 dari tempat tidur setelah memastikan tidak ada cedera spinal atau
Indikasi Operasi
- Ketebalan > 15 mm
- Midlineshift > 5 mm
- Pasien dengan GCS > 8 (volume < 30 cc, ketebalan <15 mm, Midline shift < 5
mm dan tanpa ada defisit neurologis dilakukan untuk mengulang CT scan 6-8 jam
kemudian8
9
Tujuan operasi di bidang bedah saraf adalah untuk life saving dan untuk
fungsional saving. Jika untuk keduanya tujuan tersebut maka operasinya menjadi
operasi emergensi. Pada EDH fossa posterior indikasi operasi adalah adanya efek
Prosedur Operasi
Pada kasus EDH yang akan dilakukan operasi, pasien harus segera di siapkan
untuk direncanakan untuk flap kraniotomi yang luas. Rencana insisi perlu direncanakan
dengan tepat mempertimbangkan dimensi dan batasan hematoma dari hasil CT Scan
dengan telinga dijadikan sebagai landmark. Incisi harus dilakukan secukupnya hingga
seluruh hematoma dan sebagian kecil dura yang normal terkespose. Rencana insisi juga
sebaiknya memfasilitasi eksplorasi yang adekuat terhadap lobus frontal dan temporal,
arteri meningea media dan cabang nya hingga foramen spinosum tanpa harus meretraksi
otak secara signifikan. Cidera nervus fascialis haru dihindari dengan cara mengawali
Gambar 2. Pasien dalam posisi supine dan kepala bersandar pada alas donat.
Incisi bentuk question mark (trauma flap) dilakukan untuk mengekspose duramater diluar
10
dari batas hematom. Pada gambar tampak incisi meluas ke atas dan ke posterior, batas
hematoma pada helix auricula di CT scan dijadikan batas posterior dari incisi. Pada pasien
dengan kecurigaan cidera cervical, cervical collar tetap di pasang untuk menjaga
Gambar 3. Burr hole dan flap tulang dari evakuasi EDH di gambarkan dengan
untuk melakukann insisi dekat telinga dan dilanjutkan burr hole yang besar pada pars
squama os temporal sehingga hematom dapat di drainase secara cepat. Setelah sebagian
secara cepat dari ruang intrakranial. Tiindakan tersebut dilakukan dengan kraniektomi
temporal dengan melakukan burr hole. Burr hole diupayakan untuk dapat menjadi tempat
evakuasi hematoma yang sebanyak mungkin melalui burr hole pertama sebelum
11
Gambar 4. Burr hole yang besar dilakukan di posterior dari segmen fraktur dan di
inferior dari superior temporal line untuk mencapai tujuan rapid decompression. Garis
manual dievakuasi dengan irigasi dan suction. Hematom mungkin lebih banyak
dibandingkan dari gamabran CT scan seiring waktu. Perdarahan aktif dari pembuluh
darah, termasuk dari cabang arteri meningea media harus di koagulasi dengan bipolar
elektrocauter. 7
12
Gambar 6. Clot di angkat. Perdarahan dari a. Meningea media di koagulasi. Pada
perdarahan yang tidak diketahui sumbernya sebaiknya ikuti alur a. Meningea media ke
proksimal hingga ke foramen spinosum dan lakukan koagulasi pada tempat masuk ke
intrakranial. 7
EDH kontralateral, SDH dan contusio cerebri dapat membesar segera setelah
terjadi dekompresi dari hematoma di ipsilateral dan memicu otak menjadi tegang. Pada
proses penutupan, beberapa gantung duramater harus ditempatkan ditepi dari kraniotomi.
Gantung duramater juga dilakukan ditengah tulang untuk menghilangkan ruang potensial
13
Gambar 7. Gantung duramater ditengah tulang dilakukan untuk mencegah
terjadinya perdarahan dari pembuluh darah yang tidak aktif selama proses penutupan.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. Heru
Umur :19 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jepara
Agama : Islam
Masuk RS : 26-11-2020
Keluar RS : 30-11-2020
No. CM : C798113
II. ANAMNESIS
Primary Survey :
A : sianosis (-), snorring (-), gargling (-) Bicara jelas (+), jejas di leher (-), gerak seluruh
ekstremitas (+) Airway clear
B : RR 17x/mnt, simetris statis dan dinamis, SpO2 100%, kedalaman cukup, reguler (+)
breathing adekuat
C : TD : 123 / 78 mmHg HR : 87x/mnt, reguler, isi dan tegangan cukup, CRT kurang dari 2
detik, perdarahan aktif (-) circulation stabil
D : GCS E4M6V5 15, pupil 3 mm/3 mm, RC +/+
E : hematoma pada daerah frontal kanan
Secondary Survey :
A : allergy (-)
M : tidak ada
P : Riwayat DM disangkal, HT disangkal
L : last meal 5 jam SMRS
E : KLL sepeda motor 5 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesis)
Keluhan Utama : Nyeri kepala
5 hari SMRS pasien mengalami kecelakaan sepeda motor Ketika membonceng, pasien
tidak menggunakan helm (+), setelah kejadian pasien pingsan (+), pasien kemudian terbangun
dan muntah 2 kali, pasien mengeluhkan nyeri kepala (+), tidak ada perdarahan dari hidung
dan teling, kemudian pasien di bawa ke IGD RSUD Kelet dan diobservasi dan diberi obat,
tetapi keluarga tidak mengetahui obatnya, keluhan membaik, pasien dilakukan rawat jalan.
15
1 hari SMRS pasien mengeluhkan nyeri kepala belumembaik, nyeri kepala terutama pada
daerah belakang kepala (+), muntah (-), kejang (-), bicara pelo (-), mulut perot (-), kemdian
pasien dibawa ke IGD RSUD Kelet dan dilakukan CT scan kepala dan dikatakan terdapat
perdarahan, kemudian keluarga pasien dirujuk ke IGD RSDK.
Hari ini pasien dibawa keluarga ke IGD RSDK, dengan keluhan nyeri kepala, kejang (-),
muntah (-), kelemahan anggota gerak (-), bicara pelo (-), mulut perot (-)
Riwayat batuk (-), pilek (-), demam (-), kontak dengan pasien covid (-)
III. DATA OBYEKTIF
Keadaan Umum :Tampak sakit sedang
Abdomen
I : Jejas (-), Datar
Au : BU (+) Normal
Pa : Supel, Nyeri tekan (-), undulasi (-), Hepar lien tak teraba
Pe : Timpani seluruh abdomen, pekak sisi, pekak alih (-)
Pelvis : Kesan tes kompresi stabil (+)
Extremitas : CRT <2detik, akral hangat
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan X Foto Thorax 26 November 2020
Kesan :
- Cor tak membesar
- Pukmo taka da kelainan
CT Scan Non Kontras 26 November 2020
Pemeriksaan Laboratorium
Kesan : dalam batas normal
Laboratorium Nilai Nilai normal
Hematologi Paket
Hb 13,8 gr% 12 – 15
Ht 38.6 % 35 – 47
Eritrosit 4,36 juta/mmk 3,9 -5,6
MCH 31,7 pg 27–33
MCV 88.5fl 76–96
17
MCHC 35.8g/dl 29–36
Leukosit 12.200/mmk 4000–11000
Trombosit 374.000/mmk 150-400
RDW 14,7 % 11,60-14,80
MPV 11,6 fL 4 – 11
Kimia Klinik
GDS 90mg/dl 80–110
Ureum 19 mg/dl 15–39
Creatinin 0,8 mg/dl 0,60-1,30
Natrium 137 mmol/l 136–145
Kalium 4,4 mmol/l 3,5-5,1
Chlorida 103 mmol/l 98–107
Calcium 2,3 mmol/l 2,12 – 2,52
Magnesium 0,78 mmol/l 0,74 – 0,99
VI. DIAGNOSIS
CKR GCS E4M6V5 : 15
EDH occipital sinistra dengan Vol. 63 cc
Subgaleal hematoma frontoparietal kanan dan occipital kiri ec KLL 5 hari SMRS
VII. RENCANA AWAL
IPDx: -
IPTx:
IVFD RL 20 tpm
Head up 30 derajat
Oksigenasi 3 lpm kanul
Paracetamol 500mg/8jam PO
Pro Kraniotomi evakuasi hematoma Cito
IPMx: VAS, vital sign, defisit neurologis
IPEx: Menjelaskan tentang penyakit, rencana tindakan, komplikasi dan prognosis
18
Motorik : 55555/55555 55555/55555
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : dalam batas normal
A:
CKR GCS E4M6V5 : 15
EDH occipital sinistra dengan Vol. 63 cc paska kraniotomi evakuasi hematoma H 1
Subgaleal hematoma frontoparietal kanan dan occipital kiri ec KLL 5 hari SMRS
P: IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 500mg/8jam PO
Mobilisasi duduk
Pasang elastic bandage
Ganti balut
Tanggal 28-11- 2020 (hari perawatan ke 3):
S: sadar baik, kontak +, kejang -, nyeri kepala paska operasi +
O:Kesadaran : GCS=E4M6V5=15
Tanda Vital : TD = 120/80 mmhg; N = 88x/menit;
RR =18x/mnt; T = 36.5ºC; VAS : 2-3
Kepala : luka tertutup kassa, rembes +, drain 30 cc serohemoragik
Mata : Pupil bulat, isokor 3 mm/3mm, Refleks cahaya +/+, gerak bola mata
bebas kesegala arah, VODS >3/60
Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (-)
Nn.Craniales : dalam batas normal
Motorik : 55555/55555 55555/55555
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : dalam batas normal
A:
CKR GCS E4M6V5 : 15
EDH occipital sinistra dengan Vol. 63 cc paska kraniotomi evakuasi hematoma H 2
Subgaleal hematoma frontoparietal kanan dan occipital kiri ec KLL 5 hari SMRS
P: IVFD RL 20 tpm
Paracetamol 500mg/8jam PO
Mobilisasi duduk
Pasang elastic bandage
Ganti balut
Tanggal 29-11- 2020 (hari perawatan ke 5):
19
S: sadar baik, kontak +, kejang -, nyeri kepala -
O:Kesadaran : GCS=E4M6V5=15
Tanda Vital : TD = 110/70 mmhg; N = 82x/menit;
RR =21x/mnt; T = 36.6ºC; VAS : 1-2
Kepala : luka tertutup kassa, rembes minimal, drain 20 cc serohemoragik
Mata : Pupil bulat, isokor 3 mm/3mm, Refleks cahaya +/+, gerak bola mata
bebas kesegala arah, VODS >3/60
Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (-)
Nn.Craniales : dalam batas normal
Motorik : 55555/55555 55555/55555
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : dalam batas normal
A:
CKR GCS E4M6V5 : 15
EDH occipital sinistra dengan Vol. 63 cc paska kraniotomi evakuasi hematoma H 3
Subgaleal hematoma frontoparietal kanan dan occipital kiri ec KLL 5 hari SMRS
P: lepas infus
Lepas drain
Paracetamol 500mg/8jam PO
Mobilisasi jalan
Tanggal 29-11- 2020 (hari perawatan ke 5):
S: sadar baik, kontak +, kejang -, nyeri kepala -
O:Kesadaran : GCS=E4M6V5=15
Tanda Vital : TD = 120/70 mmhg; N = 81x/menit;
RR =22x/mnt; T = 36.7ºC
Kepala : luka tertutup kassa, rembes minimal, drain 20 cc serohemoragik
Mata : Pupil bulat, isokor 3 mm/3mm, Refleks cahaya +/+, gerak bola mata
bebas kesegala arah, VODS >3/60
Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar (-)
Nn.Craniales : dalam batas normal
Motorik : 55555/55555 55555/55555
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : dalam batas normal
A:
CKR GCS E4M6V5 : 15
EDH occipital sinistra dengan Vol. 63 cc paska kraniotomi evakuasi hematoma H 4
20
Subgaleal hematoma frontoparietal kanan dan occipital kiri ec KLL 5 hari SMRS
P: Rawat jalan
Paracetamol 500mg/8jam PO
DAFTAR PUSTAKA
13(2):453–457
3. Maas AI, Stocchetti N, Bullock R. Moderate and severe traumatic brain injury in
Neurol 69(3):247–251
22