Anda di halaman 1dari 14

Universitas Gadjah Mada 1

BAB II
PENYAKIT PADA RONGGA MULUT

Gangguan di daerah rongga mulut dibedakan menjadi 3 macam yaitu : (1)
Perkembanaan yang abnormal dan gangguan yang bersifat kongenital (2) Abnormalitas
herediter serta (3) Lesit perolehan. Gangguan kongenital bisa berupa : fisura, celah mulut
(cleft), pigmentasi yang lain dari biasanya, serta kelainan fisiologis. Meskipun relatif jarang,
kelainan tersebut bisa saja muncul dan menjadi keluhan pemilik hewan. Bibir : Beberapa ras
anjing memiliki fisura mulut (rima oris) lebih kecil dari pada ras lainnya dan menyebabkan
peka terhadap cheilitis (radang bibir). Sebagai contoh : ras Spaniel memiliki lipatan bibir
lateral yang spesifik dan dapat berkembang menjadi cheilitis. Lidah : Gangguan kongenital
dapat berupa "protrusio lateralis" yang tidak terlihat tanpa lidah dijulurkan. Masalah ini
meskipun tidak mengganggu proses makan dan tidak menyebabkan gangguan yang berarti,
kadang-kadang dokter hewan perlu melakukan eksisi untuk mengkoreksi kelainan tersebut.
Abnormalitas yang bersifat herediter dibagian mulut dapat berupa : Harelip, bibir atas yang
tertarik, Rahang bawah yang terlalu panjang (brachignatismus), jumlah gigi yang tidak sesuai
(oligodontia), rahang bawah yang terlalu pendek (prognatismus), hipertropi gusi keturunan
dan gigi desiduata yang menetap. Lesi perolehan disertai infeksi kuman saprofit dan
patogenik sering terjadi pada anjing. Infeksi tersebut biasanya berhubungan dengan kejadian
supurasi, nekrosis, hiperplasia epitel, pembentukan jaringan granulasi dan fistula.

Macam penyakit pada rongga mulut
1. Papilomatosis oral
Infeksi alamiah dari papilomatosis oral pada anjing pertama kali diketahui tahun 1898.
Pada tahun 1930 pertumbuhan tumor tersebut dapat dipindahkan dengan menyuntikkan
material yang terdapat pada kutil, setelah disaring terlebih dahulu. Papilomatosis oral biasa
timbul pada anjing muda dengan masa inkubasi 30 hari atau lebih lama. Biasanya
papilomata muncul setelah 2-6 minggu dan kesembuhan dapat terjadi setelah timbul respon
imun pada infeksi ulang. Gejala yang timbul antara lain : disfagia, disoreksia, dismasesia,
hipersalivasi dan hemoragi. Jaringan tumor dapat tumbuh dimana saja di daerah mulut,
namun biasanya tidak sampai ke faring. Warna jaringan keabu-abuan dengan ukuran
bervariasi dari kecil sampai besar dengan permukaan yang kasar. Penanganan untuk
menghilangkan jaringan tumor dapat dengan cara operasi, namun penanganan secara
operatif membutuhkan ketelatenan dan kemungkinan akan terjadi cukup banyak perdarahan.
Penggunaan elektrosurgery akan sangat membantu mencegah terjadinya perdarahan.
Pelaksanaan operasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan anestesi umum, dari
golongan barbiturat atau yang non barbiturat. Penggunaan otovaksin dari jaringan kutil dapat
Universitas Gadjah Mada 2

dicoba untuk dipergunakan, yaitu dengan mengambil beberapa jaringan yang dianggap
mengandung virus yang cukup banyak, jaringan dicuci, dibersihkan untuk kemudian
dipotong-potong dan digerus dengan mortir. Jaringan yang telah digerus kemudian diberi
pelarut alami (NaCl fisiologis steril) kemudian disaring dengan kertas saring. Larutan hasil
penyaringan diberi antibiotika kemudian diinjeksikan secara subkutan. Reaksi yang baik
akan timbul pada 1 - 2 minggu, dimana jaringan tumor yang ada dimulut akan lepas satu
demi satu tergantung dari kekebalan yang dihasilkan melalui pemberian vaksin tersebut.

2. Granuloma piogenik
Inflamasi kronis dari jaringan mulut dapat berkembang menjadi proliferasi dari jaringan
granulasi yang biasanya dikenal sebagai granuloma piogenik / bernanah. Infeksi kecil
dengan atau tanpa benda asing kemungkinan merupakan faktor pemacu munculnya
granuloma. Proliferasi dari granulasi kemungkinan merupakan perkembangan dari
pernanahan permukaan mukosa pada fase awal, namun biasanya terjadi akibat reaksi
radang kronis yang melanjut dan mengakibatkan pertumbuhan abnormal dari sel epitel
mukosa mulut. Gejala yang ditimbulkan dapat berupa : adanya lesi dengan ukuran yang
bervariasi tergantung lama infeksi, banyaknya iritasi, tipe mikroorganisme dan resistensi
jaringan; disfagia, hipersalivasi, fetor oral dan gejala lain seperti hilangnya nafsu makan dan
minum serta stres. Jaringan granulasi yang masih baru berwarna merah kecoklatan,
bernanah dan sulit diambil dari permukaan mukosa mulut. Jaringan granulasi tua berwarna
merah muda dengan permukaan yang halus dan tumpul. Dengan bantuan anestesi umum,
operasi dapat dijalankan untuk mengambil jaringan granulasi secara total disertai dengan
penyinaran dengan sinar X dosis 150-300 rontgen unit per detik atau selama 3 hari berturut-
turut setiap harinya 1 kali treatmen.

3. Benda asing
Anjing sering dengan tidak disengaja menelan benda asing yang masuk bersama
makanan karena cepatnya anjing dalam mengambil dan menelan makanan tersebut, atau
kondisi kelaparan yang amat sangat. Benda asing yang masuk bisa berupa potongan kayu,
jarum, tulang, mata kail, kawat bahkan potongan besi maupun mur-baut.
Pengalaman dalam praktek pernah didapati seekor anjing jenis Tekel/ Daschhund mati
akibat menelan mur dan baut yang cukup besar, sehingga menyebabkan pemuntiran
sekaligus intususepsi hingga membuntui saluran usus. Benda asing yang masuk dimulut
seringkali terselip diantara gigi premolar dan molar, namun juga kadang-kadang menancap
pada gusi di sekitar vestibulum.
Gejala klinis yang mungkin muncul adalah : disfagia, disoreksia, hipersalivasi, disertai
dengan bau busuk di mulut (halitosis). Bila diketahui kondisi dan penyebabnya, penanganan
Universitas Gadjah Mada 3

masalah ini sangatlah mudah, karena benda asing tinggal dikeluarkan dari mulut dan
masalah kemudian dapat terselesaikan, namun kadang-kadang kondisi baru diketahui ketika
benda asing yang menancap telah menyebabkan gangguan lain seperti perdarahan atau
infeksi / abses atau bahkan sampai menunjukkan tanda-tanda lainnya yang kadang-kadang
mengaburkan diagnosis. Bila kondisi mulut terlihat parah, disertai gejala agresivitas perlu
dicurigai kemungkinan anjing menderita rabies, meskipun untuk saat sekarang pemilik anjing
telah memperhatikan keadaan hewan kesayangannya dengan lebih baik yaitu secara rutin
anjing divaksinasi rabies. Lesi lain yang mungkin dapat ditemukan sebagai bagian dari
gangguan oleh benda asing dalam mulut adalah adanya jaringan yang berproliferasi tumbuh
menjadi jaringan granulasi. Penanganan dapat dilakukan dengan bantuan anestesi umum
dan jaringan granulasi harus dieksisi. Bila eksisi dilakukan pada granulasi yang kecil, maka
penanganan setelah jaringan diinsisi, kemudian ditekan dengan kasa yang diberi antiseptika
atau jika jaringan granulasi yang dieksisi terlalu besar, maka diperlukan jahitan dengan
benang catgut pada lesi hasil pengambilan jaringan granulasi tersebut.

4. Tumor
Kejadian tumor mulut pada anjing cukup sering terjadi. Data statistik menunjukkan
bahwa setiap 1000 ekor anjing, 1 ekor dipastikan menderita tumor mulut seperti : epulis
fibromatous, hiperplasia gusi atau papilomatosis. Diantara jenis-jenis tumor maka melanoma
malignan merupakan jenis tumor yang. paling sering didapati pada anjing jantan tua. Jenis
tumor daerah mulut pada anjing yang telah diketahui :155 jenis bersifat ganas dan 146 jenis
lainnya bersifat tidak ganas / jinak. Kecuali epulis (tumor jinak yang biasa terjadi pada gusi
daerah tepi gigi), hiperplasia gusi dan papiloma, kejadian tumor jinak pada anjing sangat
jarang. Apabila ditemukan jenis tumor yang ada mungkin berupa: adamantinoma, adenoma,
fibroma, hemangioma, histiositoma, lipoma, melanoma, odontoma, dan papiloma yang
disebabkan agen yang bukan virus. Perlu diingat, tumor jinak ditandai dengan: (1) lambatnya
pertumbuhan jaringan, terlokalisir, (2) tidak terasa sakit, (3) berkapsula, serta (4) tidak
bermetastasis dan pedunkulasi.
Penanganan dilakukan dengan bantuan anestesi umum, kemudian jaringan tumbuh
ganda dieksisi dengan skalpel atau dengan elektrosurgery. Catgut digunakan untuk ligasi
dan menjahit jaringan yang diinsisi cukup dalam, namun bila luka yang ditimbulkan melalui
insisi tidak terlalu dalam atau kita menggunakan elektrokoagulasi, maka luka dapat ditangani
tanpa dijahit. Berbeda dengan letak tumor jinak, tumor ganas (malignan) ditemukan pada
jaringan sekitar rongga mulut. Tanda-tanda jaringan tumor ganas adalah : (1) Cepatnya
pertumbuhan jaringan, (2) Difus, (3) Infiltratif, (4) Sakit, ada ulserasi. indurasi. perdarahan
dan (5) Pembesaran nodus limfatikus regional. Gejala umum berupa batuk, dispnea, dan
emasiasi muncul bila kondisi sudah cukup parah.
Universitas Gadjah Mada 4

Diagnosis positif didasarkan dengan pemeriksaan histopatologis potongan jaringan
tumor dengan mikroskop. Untuk menuntaskan permasalahan, pemeriksaan radiografi daerah
thorax sangat penting artinya, mengingat keganasan pertumbuhan jaringan mungkin telah
menyebabkan penyebaran sel tumor didaerah paru-paru. Penyebaran yang diketahui sangat
bermanfaat dalam menentukan prognosis dari anjing tersebut, sangat perlu untuk diketahui.
Hasil foto rontgen dari thorax akan dapat membantu untuk mengetahui ada atau tidaknya
metastasis. Beberapa jenis tumor ganas yang sering menyerang anjing adalah : melanoma
malignan, squamous cell carcinoma, adenokarsinoma, basal-sel karsinoma, fibrosarkoma,
kondrosarkoma, osteosarkoma, rabdomiosarkoma dan osteogenik sarkoma.
Penanganan tumor ganas didasarkan atas kondisi secara keseluruhan dari hewan
yang menderita. Berkaitan dengan kemampuan metastasisnya, prognosis hampir dipastikan
selalu jelek/ infausta. Hal ini sangat perlu dijelaskan pada pemilik agar pemilik memahami
kondisi hewan yang disayanginya pada saat itu. Bila metastasis sudah sampai ke paru-paru
dan kondisi hewan sudah menunjukkan kelemahan, maka tindakan yang paling tepat adalah
dengan melakukan etanasi dengan tujuan mengurangi/ menghentikan penderitaan. Apabila
masih memungkinkan, maka tindakan operasi dengan mengeksisi jaringan tumor utama
adalah tindakan yang paling sering dilakukan, namun sedapat mungkin pengambilan
jaringan dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar jaringan tumor bisa secara keseluruhan
diangkat. Karena pembentukan jaringan tumor disertai dengan pembentukan pembuluh-
pembuluh darah yang baru, maka penggunaan electrosurgery / pisau dengan cauter sangat
bermanfaat untuk mengurangi perdarahan. Jika biopsi jaringan tumor membuktikan adanya
pertumbuhan sel ganas, maka operasi harus dilakukan dengan segera, karena
keterlambatan penanganan beresiko terjadinya metastasis di daerah organ vital tubuh.

5. Gangguan pada gigi
Seperti telah disinggung didepan, kesehatan gigi saat ini merupakan trend yang sudah
mulai membudaya bagi pemilik hewan kesayangan. Kesadaran akan kedekatan hewan
peliharaan tersebut dengan tuannya merupakan alasan pemilik untuk tetap memelihara
kebersihan hewan termasuk kebersihan gigi. Dalam menangani masalah gigi, seorang
dokter hewan wajib menguasai berbagai masalah yang berkaitan dengan organ yang akan
dihadapinya. Masalah anatomi merupakan hal pertama yang harus dikuasai, seperti halnya
penanganan organ lainnya. Pada masalah gigi, hal pertama yang harus diketahui adalah
berapa jumlah gigi dan bagaimana gigi tersebut tumbuh. Pada umumnya, bayi anjing
memiliki 28 gigi desiduata (gigi sementara) yang berupa gigi insisivus, kaninus dan premolar.
Anak anjing tidak memiliki molar, dengan suatu perkecualian, anak anjing lahir tanpa gigi.
Gigi desiduata pertama (kaninus) muncul setelah anak anjing berumur 3-4 minggu.
Universitas Gadjah Mada 5

Berikutnya baru muncul insisivus dan premolar. Premolar terakhir kemudian mengalami
erupsi kira-kira umur 6 minggu.
Anak anjing memiliki gigi tetap setelah berumur 4-5 bulan dengan urutan
pergantiannya adalah insisivus, kaninus dan premolar. Molar terakhir akan muncul pada
umur 6-7 bulan. Pada saat proses pergantian gigi, akar gigi sementara akan diserap dan gigi
dewasa akan tumbuh menggantikan gigi sebelumnya. Kadang-kadang pada pergantian gigi
tersebut, gigi sementara tetap berada pada tempatnya semula, sehingga perlu untuk dicabut
agar tidak mengganggu proses menggigit si anjing. Untuk itu, disarankan kepada pemilik
untuk selalu melakukan pemeriksaan secara rutin pada umur anak anjing 3-6 bulan.
Pemeriksaan itu tidak perlu ke dokter hewan, namun bisa dilakukan sendiri di rumah dengan
pengamatan terhadap cara mengunyah hewan atau memeriksa gigi secara langsung.

Gambar 2. Skema gigi anjing : I. Mahkota gigi; II. Leher gigi; III. Akar gigi. (1) Email
(2) Dentin (3) Pulpa (4) Mukosa (5) Alveolar plate.

Prediksi umur dengan melihat gigi
Pada umumnya (meskipun dengan variasi berbeda) kita bisa menafsirkan umur anjing
dengan melihat gigi anjing tersebut. Metoda penafsiran didasarkan atas gambaran yang
terlihat pada gigi seri. Anjing pada umur 1,5 tahun biasanya separo bawah dari sisi
pemotong dari gigi seri terlihat datar dengan sedikit tar-tar pada gigi taringnya. Gambaran
perkembangan kondisi tersebut itulah yang sering dipergunakan untuk memprediksi umur
anjing, semakin aus dan banyak tar-tar berarti semakin tua. Selain gambaran tersebut,
jumlah gigi anjing dewasa seringkali memang tidak sama. Meskipun pada umumnya gigi
anjing dewasa berjumlah 42, namun anjing dengan ras moncong pendek kadang-kadang
Universitas Gadjah Mada 6

memiliki gigi yang lebih sedikit. Jumlah yang berkurang ini karena berkaitan dengan kondisi
rahangnya yang pendek. Anjing jenis doberman pincher mungkin memiliki gigi premolar lebih
sedikit dibanding anjing pada umumnya.
Gambaran kebalikan adalah bertambahnya jumlah gigi. Beberapa kasus dilapangan
menunjukkan bahwa gigi seri anjing biasanya sering memiliki jumlah lebih banyak, sehingga
menyebabkan gigi memuntir dan terkesan overlapping. Kelebihan gigi ini semestinya harus
dicabut sebab saat ini jumlah gigi yang tidak seharusnya sering dipermasalahkan dalam
setiap kontes anjing kesayangan, karena dianggap suatu kelainan dan tidak masuk dalam
kategori ras yang standar. Pada umumnya rumus gigi anjing adalah :

Gigi desiduata/sementara : 3 1 3 I : Insisivus
2 ( I - C - P) = 28 C : Caninus
3 1 3 P : Premolar

Gigi permanen/ dewasa : 3 1 4 2
2 ( I - C - P - M ) = 42
3 1 4 2

Kalkulus gigi
Kalkulus gigi adalah endapan keras dan kompak pada permukaan gigi yang berwarna
coklat kehitaman. Terbentuknya kalkulus merupakan hasil kalsifikasi dari plak yang
menempel pada permukaan gigi. Plak sendiri adalah suatu lapisan tipis seperti gel yang
melekat pada permukaan gigi yang terdiri dari gabungan bakteri, produk organik dan
an organik hasil sekresi mulut dan sel epitel mukosa mulut. Faktor predisposisi dari kalkulus
adalah : (1) Permukaan kasar dari gigi; (2) Malposisi / letak tidak teratur dari gigi; (3)
Kebersihan mulut yang kurang; (4) Pengaruh pH dari mulut dan (5) Terjadinya proses
mikrobiologis yang komplek pada mulut.
Proses kejadian dan mekanisme terjadinya kalkulus atau karies digambarkan secara
singkat sebagai reaksi antara gula dari pakan dengan bakteri dalam plak serta unsur gigi
(email atau dentin) yang kemudian setelah dimetabolisme lebih lanjut oleh bakteri akan
terbentuklah karies (demineralisasi). Karbohidrat (gula) yang merupakan salah satu unsur
dalam makanan hewan merupakan bahan yang dapat menurunkan pH mulut secara
perlahan-lahan. Keasaman (pH) mulut sangat penting diperhatikan karena faktor penurunan
pH dibawah 5,5 dapat menyebabkan proses mineralisasi dari gigi berhenti. Disamping itu,
gula (sukrosa, glukosa) setelah dimetabolisme membentuk polisakarida akan membantu
memudahkan bakteri melekat pada gigi dan dapat dipergunakan oleh bakteri sebagai
Universitas Gadjah Mada 7

cadangan energi metabolisme pembentukan karies (kariogenik). Selain gula, bakteri juga
berperan aktif dalam membentuk karies gigi. Streptococcus mutan dan laktobasilus adalah
bakteri yang bersifat kariogenik karena membentuk banyak sekali polisakarida dan tentunya
menimbulkan karies. Plak bakteri adalah suatu struktur bakteri yang terorganisir dan lengket
pada permukaan gigi. Pendukung utama yang memudahkan penempelan plak adalah
kondisi gigi itu sendiri. Karies biasanya tumbuh didaerah yang memiliki fisural lekukan.
Fisura sendiri akan muncul didaerah gigi yang mengalami proses erupsi, karena permukaan
gigi yang kasar tersebut sangat memudahkan plak yang berbentuk seperti gel untuk
menempel. Dipermukaan gigi yang halus meskipun lapisan plak bisa saja menempel, namun
biasanya karena perlekatan yang tidak kuat penempelan akan mudah terlepas bersamaan
dengan hewan mengadakan proses kegiatan menggigit tulang sebagai suatu kegiatan rutin.
Secara ringkas konsep terjadinya kalkulus / tar-tar dibedakan menjadi 3 tahap : (1)
Penggabungan dan pengikatan bahan (2) Pengembangan plak dan (3) Mineralisasi plak

Universitas Gadjah Mada 8

Cara penanganan
Penanganan tar-tar sebenarnya sangatlah mudah. Namun, untuk dapat mengambil tar-
tar hewan harus dianestesi umum terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan pada manusia,
yang tidak memerlukan anestesi karena manusia bisa mentaati perintah membuka mulut
sedemikian rupa sehingga penggunaan agen anestesi hanya diperlukan saat pencabutan
gigi. Penggunaan anestesi umum pada hewan tentunya harus tetap memperhatikan syarat-
syarat hewan yang boleh dibius umum, termasuk hewan harus dipuasakan 6-12 jam
sebelum pelaksanaan. Untuk menjaga keamanan, setelah hewan terbius, endotracheal tube
dipasang agar pernapasan dapat langsung melalui pipa endotrecheal yang terpasang
tersebut dan operator tidak perlu kawatir pernapasan hewan yang dianestesi akan berhenti.
Posisi hewan pada umumnya rebah lateral kiri atau kanan tergantung kebutuhan. Cara
selanjutnya adalah membuka mulut hewan kemudian mulai membersihkan gigi dengan kain
kasa yang dibasahi dengan sedikit air. Plak yang masih berbentuk jelly sangat mudah
dibersihkan namun karena sangat berbau, maka operator diharapkan menggunakan masker
dan sarung tangan pada kegiatan tersebut. Tar-tar yang sudah mengeras tidak akan bisa
dibersihkan dengan kain kasa, maka penggunaan peralatan bedah disini berperanan
penting. Arteri klem, needle holder, sonde gigi, ekskavator / pahat gigi dan bor bilamana
perlu. Plak yang mengeras dijepit dengan arteri klem atau needle holder pada bagian dasar,
yaitu bagian yang berhubungan dengan gusi sedemikian rupa sehingga plak akan pecah.
Penggunaan bor low atau high speed kadang-kadang dipergunakan untuk memecah
kalkulus yang sangat keras. Segera setelah plak mengeras tersebut hilang, gigi sehat akan
segera tampak terlihat. Plak didaerah lekukan, misalnya disela-sela gigi dikuret dengan
ekskavator yaitu pahat dengan ujung tajam atau dengan scraper yang dapat dibeli di toko-
toko penjual alat kedokteran agar bersih dan terbebas dari tar-tar. Pecahan tar-tar diambil
dengan kasa setengah basah, kemudian gusi yang berdarah akibat pengambilan kalkulus
ditekan dengan tampon yang diberi antiseptika. Pada kelukaan dengan perdarahan yang
hebat, penggunaan adrenalin yang diaplikasikan secara topikal langsung pada gusi dan
penekanan dengan tampon cukup baik hasilnya untuk menghentikan perdarahan tersebut.
Apabila dijumpai gigi yang telah sangat goyah, maka sebaiknya gigi tersebut dicabut dengan
tang gigi atau cukup dengan needle holder saja. Kadang-kadang bila dijumpai gigi yang
masih memiliki akar kuat, hanya permukaannya saja yang rusak dan dinilai masih bisa
dipertahankan, maka upaya penambalan / restorasi sering pula dilakukan di dunia
kedokteran hewan, mengingat pencabutan menyebabkan hewan tidak memiliki gigi dan
proses mastikasi sehari-hari ketika makan akan terganggu.



Universitas Gadjah Mada 9

Ekstraksi gigi
Pilihan terhadap ekstraksi merupakan suatu pilihan yang terpaksa harus dilakukan
karena gigi hewan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Ekstraksi gigi anjing saat ini masih
dilakukan dengan teknik konvensional. Prinsip dasar pencabutan gigi meliputi :
(1) Pemilihan tang / forcep yang benar :
Memilih tang gigi harus tepat mengingat pemilihan yang keliru dapat menyebabkan
penanganan tidak berjalan dengan baik. Ada 3 kategori tang yang perlu diperhatikan yaitu :
a) Tang dengan lengkung terlalu besar akan memotong / merusak korona gigi. b) Tang
dengan ujung terlalu kecil akan menghancurkan korona gigi. c) Tang dengan ujung yang
tepat dan sesuai dengan besar gigi, akan secara akurat mencabut baik bagian korona
maupun akar gigi (lihat gambar 3).

Gambar 3 : Memilih tang/ forcep yang benar
(a) lengkung terlalu besar (b) Lengkung terlalu kecil (c) Ukuran forcep yang
tepat (Hickman and Walker, 1973)

(2) Ruptur dari membran peridontal :
Membran peridontal gigi mengikat akar dengan sampai dengan dinding alveoli. Pada
beberapa kasus proses mencabut gigi memerlukan pengelupasan membran peridontal
kemudian dengan elevator kita melonggarkan kantong gigi sebelum gigi di ekstraksi.
Elevator yang sudah masuk ke antong gigi, kemudian dipergunakan untuk mencongkel ujung
akar, menahan kemudian dengan tang gigi dicabut (Gambar 4).





Universitas Gadjah Mada 10

(3) Mencabut gigi :
Pada saat menggunakan tang, setelah membran peridontal dikelupas, gerakan
mencabut gigi tersebut harus didasarkan atas bentuk akar gigi. Gerakan memutar dalam
mencabut hanya dipergunakan dalam mencabut gigi dengan bentuk akar conus/ lancip-
tunggal. Bagian yang tajam dari tang diaplikasikan paralel dengan axis panjang akar, ditekan
dibawah gusi dan alveolus, sampai gurat akar terlihat kemudian baru dicabut (Gambar 5).

Gambar 5. Pisau elevator disisipkan melalui sela-sela antara gusi/ alveolus dan akar gigi,
elevator ditekan dan dipergunakan untuk melepas perlekatan antara gigi
dengan gusi sesuai dengan keinginan. Bila akar gigi tertanam terlalu dalam,
membrana mukosa diinsisi sepanjang axis sentral dan lateral untuk
mengekspos alveolus,selanjutnya alveolus gigi dikelupas dan gigi dicabut.
Universitas Gadjah Mada 11

Restorasi gigi dan bahan restorasi
Restorasi/ perbaikan/ penambalan gigi adalah tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki fungsi gigi yang terganggu akibat karies atau fraktur gigi. Tujuan utama
restorasi adalah : (1) menghilangkan penyakit (2) mencegah timbulnya karies gigi dan (3)
memperbaiki fungsi gigi. Dalam melakukan restorasi, berbagai bahan dapat digunakan dan
saat ini telah tersedia berbagai bahan restorasi yang tersedia di toko-toko penjual alat dan
perlengkapan kedokteran gigi. Syarat bahan adalah yang mudah digunakan dan tahan lama.
Sifat utama bahan yang disukai adalah : (1) Tidak larut (2) Tidak korosif (3) Tidak toksik (4)
Mudah dipotong / dipoles (5) Derajad keausan harus sama dengan email (6) Adesif terhadap
gigi (7) Warna sama dengan gigi aslinya (8) Mampu melindungi gigi dari karies sekunder dan
(9) Murah harganya.

Saat ini tersedia 2 macam bahan restorasi yaitu :
1. Plastis : Lunak sebelum digunakan, contoh : amalgam
2. Rigid : Keras meskipun belum digunakan, contoh : emas

Amalgam
Dibuat dengan mencampur aloi Ag-Sn dan Hg

Reaksi : Ag
3
Sn + Hg Ag
2
Hg
3
+ Sn
7
Hg

Sifat tidak menguntungkan Sn
7
Hg : meningkatkan korosifitas dan melemahkan kekuatan.
Untuk dapat lebih baik kemudian diberi dengan Cu

Reaksi : AgSnCu + Hg Ag
2
Hg
3
+ Cu
6
Sn
5


Resin
Bahan utama resin adalah bisgama, produk reaksi dan bisfenol A dan glisidil
metakrilat. Didalamnya ditambah monomer volatil trietilen glikol dimetakrilat (TEDMA) atau
metil metakrilat yang tersimpan dalam kemasan kedap cahaya. Polimerasi dengan panjang
gelombang 470 nm.



Universitas Gadjah Mada 12

Semen
Didasari oleh terbentuknya reaksi antara kaca silikat dengan asam. Keuntungan
pemakaian : warna sama dengan gigi dan cocok untuk gigi anterior. Preparat semen yang
tersedia : (1) semen silikat dan (2) Semen ionomer kaca. Semen ionomer kaca sering
digunakan untuk manusia, pada hewan pemakaiannya juga pernah dilaporkan dengan hasil
yang baik. Proses pengerasan seperti amalgam dimana asam bereaksi dengan partikel kaca
membentuk lapisan semen tipis yang secara bersama-sam mengikat inti partikel kaca yang
tidak bereaksi. Mula-mula terbentuk garam kalsium, berikutnya ion kalsium diganti dengan
aluminium dan membentuk semen yang keras. Sifat lainnya yang menguntungkan adalah
sifat adesinya sangat bagus.

Teknik restorasi
Gigi yang mempunyai karies diekspose, diamati dan bilamana perlu dianalisis
kerusakannya dengan foto rontgen. Apabila terdapat hiperplasia gusi, sebaiknya dilakukan
reseksi kemudian gusi dijahit kembali. Lesi dan jaringan infeksi diambil menggunakan bor
kecepatan tinggi / high speed ukuran kecil, sementara yang sulit digosok dengan kondisioner
asam poliakrilat. Syarat gigi yang akan ditambal adalah : (a) bersih, (b) bebas noda darah
dan (c) bebas dari kelembaban yang berlebihan. Setelah bersih, penambalan dapat
dilakukan dengan bahan yang tersedia kemudian permukaannya dihaluskan. Apabila bahan
yang dipergunakan adalah amalgam, setelah permukaan halus maka tambalan divernis
untuk memperkuat tambalan, namun bila menggunakan ionomer kaca permukaannya tidak
perlu divernis kembali karena bahan sudah cukup kuat.

Kasus kerusakan gigi
Gangauan Email
Infeksi bakteri dalam masalah gigi pada hewan kesayangan tidaklah sama
sebagaimana pada manusia. Gangguan lapisan gigi email pada kebanyakan kasus
disebabkan oleh : (1) Penyakit; (2) Trauma dan (3) Atrisia. Masalah tersebut jika tidak segera
ditangani kejadiannya akan semakin berat, terjadi ekpose dari pulpa, dan akhirnya gigi
tanggal. Hampir setiap gangguan pada gigi dapat ditangani / diperbaiki melalui proses
restorasi / penambalan. Sebagai persiapan, pemeriksaan dengan radiografi sangat
membantu untuk mengetahui ukuran dan kedalaman lesi pada gigi. Jika lesi sudah
mencapai pulpa (lihat skema gigi), maka terapi endodontik sangat diperlukan sebelum
penambalan. Bahan tambalan dapat menggunakan amalgama perak atau resin kompositus
yang merupakan bahan paling mudah diperoleh dan paling mudah dipergunakan. Cara
penambalan : hewan dianestesi umum terlebih dahulu, dengan boor high speed lesi
dibersihkan, permukaan diratakan dan email maupun dentin yang sudah rapuh dihilangkan.
Universitas Gadjah Mada 13

Ruang celah pada gigi kemudian dibersihkan dari debu dentin dan debris. Bahan tambalan
yang dipersiapkan kemudian ditambalkan pada gigi, kemudian permukaan dihaluskan. Untuk
memperkuat tambalan, permukaan kemudian divernis agar bahan tambalan menjadi lebih
kuat.

Lesi odontoklas Pada kucing
Sering disebut juga dengan feline neck lesion, feline dental resorptive lesion, external
osteoclastic lesion, idiopathic bucco-cervical tootle lesion, chronic subgingival tooth lesion,
cervical line lesion. Merupakan gangguan gigi tepatnya pada gigi. Kejadian yang terutama
dijumpai pada kucing tersebut biasanya terdapat pada gigi premolar dan molar. Gigi taring
dan gigi seri jarang terjadi. Lesi sering dijumpai pada daerah bagian gigi dekat dengan pipi
dan bibir, sedangkan bagian yang menghadap palatum jarang terjadi. Masalah ini diduga
melibatkan faktor predisposisi seperti jenis kelamin, ras dan umur. Gigi kucing yang terkena
akan mengalami pembusukan akar dan apabila sudah mencapai gusi dan terjadi gingivitis,
maka gigi akan tanggal. Gejala yang muncul adalah : rasa sakit, anoreksia, hipersalivasi,
gingivitis, hiperplasia gusi, perdarahan, gusi bergeser, dan gigi menyembul (keluar dan
rongga mulut). Pengobatan dilakukan berdasarkan gejala fisik yang ditemukan : apabila
masih stadium I atau II cukup dengan pengobatan profilaksis namun bila mencapai stadium
III / IV maka gigi harus dicabut. Berikut adalah klasifikasi lesi odontoklas dan kemungkinan
penanganannya :

Klasifikasi odontoklas dan kemunakinan penanganannya

No Stadium Gejala fisik penanganan
1 I Erosi sebagian email, namun
belum mencapai dentin
Dental profilaksis, diolesi
dengan j senyawa fluorida/
2 II Resorpsi email, hingga
mencapai dentin namun belum
ke daerah pulpa
Dental profilaksis, pengobatan
endodontik, penambalan
dengan glass ionomer atau
diekstraksi
3 III Resorpsi email, dentin hingga
mencapai pulpa
Dental profilaksis, pengobatan
endodontik, penambalan
dengan glass ionomer atau
ekstraksi
4 IV Resorpsi kronis disertai dengan
hilangnya struktur gigi,
rusaknya akat gigi dan terjadi
ankilosis/ kaku akar gigi
Ekstraksi gigi

Universitas Gadjah Mada 14


Gambar 6. Stadium kerusakan gigi, I. Stadium I; 2. Stadium II; 3. Stadium III

Anda mungkin juga menyukai