Anda di halaman 1dari 47

Laporan Kasus 1

Infeksi Odontogen pada Penderita Cogan


Sindrom
Pemeriksaan awal:
Wanita usia 64th dengan -hipoksemia (SpO2:
riwayat cogan sindrom Karena demam tinggi 81%)
diantar ke bagian gawat dan menggigil -takikardi (130x/m)
darurat -demam tinggi (39,4’C)
-hipotensi (97/56)
Riwayat penyakit: Riwayat Terkini:
-cogan sindrom sejak - akhir-akhir ini
2008 Riwayat Pengobatan:
mengeluhkan sakit gigi
-Anemia Hemolitik -mendapat prednisolone kiri bawah
Autoimun 14 mg selama lebih dari
7 tahun -selulitis pada kaki kiri
-impantasi koklear setelah periksa 2 hari
-operasi katarak sebelumnya
Suspect
sepsis
Infeksi
Infeksi
odontoge
selulitis
n
Identifikasi Infeksi Odontogen

Probing tes, pada gigi rahang bawah kiri molar1 dan molar2 sedalam
6mm dan 4mm

Uji sentuh tes sensoris, menunjukkan adanya hipostesia pd bibir kiri


bawah dg keluhan mati rasa di area tersebut.
Rontgen gigi menunjukkan keterlibatan
furkasi pada molar pertama bawah kiri
Ditemukan pembengkakan tulang alveolar
bukal di molar pertama mandibula kiri. Tidak
ada pembengkakan tulang lain yang tampak.
Hasil pemeriksaan gram didapatkan adanya
kuman gram positif “Streptococcus
constellatus”
Yang mana mengarah pada osteomyelitis
mandibula
Diskusi
• Cogan sindrom adalah penyakit inflamasi kronis yang paling
sering terjadi pada orang dewasa muda. Tanda khas klinisnya
yaitu keratitis interstitial dan gangguan fungsi vestibuloauditori.

• Banyak para klinisi mengindikasikan adanya potensial hubungan


antara periodontitis kronis dengan penyakit autoimun
rheumatoid arthritis (RA)
• Pada keduanya RA dan periodontitis, terdapat ketidakseimbangan
antara sitokin proinflamatori dan sitokin anti-inflamatori yang
mana dapat bertanggung jawab kerusakan jaringan.

• RA dan Periodontitis berhubungan dengan kerusakan tulang,


yang dimediasi oleh sitokin inflamatori seperti interleukin 1 (IL-
1), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan prostaglandin E2.
• S.constellatus terdeteksi dalam pemeriksaan kultur darah pada
pasien ini.

• Bakteri ini diketahui sebagai satu dari kelompok spesies


Streptococcus milleri bersama dengan S.intermedius dan S.
anginosus.
• Kelompok S.milleri adalah bagian dari flora normal pada rongga
mulut dan GI-tract dan erat kaitannya dg karies gigi dan penyakit
periodontal.

• Tidak kalah pentingnya, kelompok S.milleri dikarakteristikkan


sebagai kecenderungan pembentukan abses dan pathogen kuat
yang mana menyebabkan infeksi sistemik yang mengancam
nyawa
Laporan Kasus 2
Abses Bucal
-pipi kanan dan area
submandibular bengkak
Pria usia 94 tahun -Susah makan dan kemerahan
mengeluh mulut -riwayat penyakit -nyeri saat di tekan
bengkak dan susah jantung
membuka mulut sejak 2 -buccal mucosa bengkak
-riwayat
minggu terakhir hipoalbuminemia -fistulanya berbau
busuk dan tampak pus
putih kekuningan
Pada pemeriksaan x-ray didapatkan gambaran
transmisi tulang gigi, dan terdapat inflamasi
disekitar gigi yang telah impaksi.

Ujung belakang gigi tiruan bawahnya patah


dan tajam, dan itu yang telah megiritasi
mucosanya

infeksi didapatkan dari luka yang dikarenakan


gigi tiruan yang tidak pas. Dokter
mendiagnosa abses bucal ringan pada gigi
graham bungsu yang impaksi.
• Dokter menjelaskan kondisi tersebut dan melakukan drainase
insisional dengan anastesi local.

• dan melakukan drainase insisional dengan anastesi meresepkan


obat antibotik cephem (Cefcapene®) 100 mg (3 kali sehari) untuk
3 hari.

• Serta menyarankan untuk pencabutan gigi geraham bungsu yang


menjadi sumber infeksi
Diskusi
• Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang
disebabkan oleh infeksi bakteri campuran.
Bakteri
penyebab Abses

Staphylococcus Streptococcus
aureus mutans
• Secara alamiah, sebenarnya pus yang terkandung dalam rongga
tersebut akan terus berusaha mencari jalan keluar sendiri

• namun pada perjalanannya seringkali menyebabkan timbulnya


gejala-gejala yang cukup mengganggu seperti nyeri, demam, dan
malaise.
Laporan Kasus 3
Abses Odontogenik Orbital
-Pembengkakan kelopak
mata yg massif Pasien juga
Seorang pria 35 tahun mengeluhkan sakit gigi
datang ke bagian -kemosis baru-baru ini dan
kedaruratan dengan -gerakan mata pemeriksaan klinis
pembengkakan di wajah berkurang didapat inflamasi molar
pertama kiri atas
-nyeri
CT Scan:
• Potongan koronal; menunjukkan kekeruhan sinus maksilaris kiri
dan radiolusen di sekitar akar palatal dari gigi 26
• Granuloma periapikal pada apeks molar pertama kiri atas dengan
pengurangan dinding tulang dan terhubung dengan sinus
maksilaris omolateral.

• Dokter mendiagnosa selulitis retro-orbital, dengan ekstensi yang


konsisten di lapisan subkutan dari area preorbital
• Setelah konsultasi singkat dokter mata, pasien disiapkan untuk
prosedur bedah dekompresi orbital darurat dengan anestesi
umum
• Insisi intraoral dari gigi 27 hingga 24 dilakukan setelah injeksi
vasokonstriktor lokal.
• Revisi sinus maksilaris kiri dilakukan sesuai dengan teknik
Caldwell-Luc.
• Setelah beberapa bulan, pasien menjalani CT scan lanjutan yang
mengkonfirmasi resolusi infeksi tanpa reliquate
Diskusi
• Abses odontogenic orbital merupakan kasus klinis yang langka
yang jika tidak segera didiagnosis dan diobati dapat secara serius
merusak konten orbital, menyebabkan hilangnya ketajaman visual
yang persisten.

• Terapi antibiotik adalah wajib dalam pengobatan abses orbital


odontogenik dan pengobatan yang lebih efektif tampaknya
merupakan kombinasi antara sefalosporin spektrum luas dan
metronidazol.
• Drainase bedah yang cepat selalu diperlukan jika terjadi abses

• Pemeriksaan CT scan diperlukan untuk menilai lokasi yang tepat


dari abses dan kemudian untuk memandu ahli bedah dalam
pemilihan tindakan bedah yang paling tepat untuk dilakukan
LAPORAN KASUS 3
Infeksi Odontogen Submandibular dengan Komplikasi Perluasan
ke Temporal
Seorang anak laki – laki usia 8 tahun,
mengeluh adanya pembengkakan pada sisi
kiri wajah dan terasa sakit.

Pada pemeriksaan ditemukan Pembengkakan


meluas dari batas bawah pada regio gigi 34 ke regio
temporal serta bagian anterior di bawah margin
infra-orbital ke posterior di regio aurikular.
Pada orthopantomogram ditemukan gigi molar
permanen pertama kiri (36) mengalami karies
parah dan terdapat pelebaran ruang PDL (ligamen
periodontal) sehingga menimbulkan abses
periapikal

Dokter gigi mendiagnosis infeksi


ruang submandibular dengan
perluasan ke daerah temporal.
rencana yang akan dilakukan yaitu
insisi dan drainase abses dari
daerah temporal
Tindakan yang dilakukan dalam kondisi steril

a. lignocaine spray diaplikasikan pada regio temporal.


b. Lakukan drainase abses secara perlahan.
c. Jika ada sisa abses karena loculi, maka loculi harus diambil dengan menggunakan arteri klem.
d. Dengan anastesi lokal insisi sepanjang 2 cm dibuat diregio temporal dan pus di keluarkan
e. Masukkan selapis karet sebagai drain pada daerah insisi, selanjutnya lakukan penutupan luka.

Pasien dianjurkan kontrol 3 hari dan diberikan obat Amoxicillin tablet


250 mg dan Asam Clavulanic 125 mg, Metronidazole tablet 200 mg dan
analgesik ibuprofen dan paracetamol diminum 2 kali sehari selama tiga
hari dan pasien disarankan untuk melakukan latihan membuka mulut.
Foto preoperatif menunjukkan
infeksi ruang submandibular
yang meluas ke arah temporal.

Foto pasca operasi setelah 10 hari


DISKUSI
Infeksi odontogen merupakan infeksi rongga mulut yang paling sering
terjadi. Infeksi odontogenik dapat merupakan awal atau kelanjutan
penyakit periodontal, perikoronal, trauma, atau infeksi pasca pembedahan

Infeksi odontogen biasanya disebabkan oleh bakteri endogen. Lebih dari


setengah kasus infeksi odontogen yang ditemukan yaitu sekitar 60%
disebabkan oleh bakteri anaerob.
Bakteri aerob sendiri jarang menyebabkan infeksi odontogen yaitu hanya
sekitar 5%. Bila infeksi odontogen disebabkan oleh bakteri aerob, biasanya
organisme penyebabnya adalah species Streptococcus.
Laporan Kasus 2
Abses fossa canina dan penatalaksanaannya
pria usia 74 tahun, mengeluh bengkak di sisi
kanan wajahnya sejak 2 minggu

Pasien punya riwayat nyeri dan demam.

Pemeriksaan fisik pada wajah menunjukkan


pembesaran dan pembengkakan di area pipi
kanan
Gambar radiografi panoramik
menunjukkan tampilan radiolusen
dari ujung apex di gigi 13

pasien didiagnosis dengan abses


fossa canina. Rencana perawatan
adalah insisi drainase intraoral
Abses fossa kanina adalah salah satu jenis infeksi
DISKUSI
odontogenik yang memiliki beberapa faktor pemicu

Hasil penelitian menunjukkan 16% infeksi berada di


ruang fossa canina dan sumber utama infeksi ini
adalah infeksi pada pulpa (70,8%).

Tanda dan gejala infeksi ini yaitu pembengkakan, nyeri,


trismus, demam, pengeluaran disfagia, dan pus.

Terapi antibiotik amoksisilin kalium klavulanat dan


metronidazol bersama dengan insisi drainase memberikan
hasil pengobatan yang sangat baik untuk semua pasien.
Laporan Kasus
Descending Necrotizing Mediastinitis
Yang Diakibatkan oleh Infeksi Odontogenik
Seorang pria 43 tahun dengan keluhan
utama pembengkakan dari daerah
submandibular kanan ke leher.

Pasien demam dengan suhu 38,3°C dan menunjukkan pembengkakan dan


kemerahan yang jelas dari daerah submandibular kanan ke bagian depan dada.
Pembukaan mulut maksimum adalah 1 ruas jari, bengkak, kemerahan dan
drainase nanah diamati di daerah molar mandibula kanan

• Pasien telah mengalami episode berulang pembengkakan dan rasa


sakit di daerah molar mandibula kanan mulai 1 tahun sebelum
kunjungan awal
CT scan area leher yang dilakukan pada kunjungan awal
Temuan radiolusen di area di sekitar akar mandibula kanan kedua
dan molar ketiga dan daerah apikal yang diamati dengan menunjukkan pola gas di daerah leher dari sekitar kelenjar
panoramik tomografi scan submandibula kanan sepanjang arteri karotis komunis, meluas ke
mediastinum anterior
• Pola gas yang meluas ke hilus

Pola gas yang meluas ke hilus


Diskus
i
DNM adalah penyakit yang
mengancam jiwa yang sering
berkembang dari suatu infeksi
odontogenik atau infeksi yang
berasal dari regio faring dan
menyebar melalui area leher dalam
ke mediastinum.

Gejala utama DNM adalah nyeri


retrosternal yang kuat (semakin kuat
saat bernapas dan batuk), napas cepat,
takikardia, peningkatan tubuh suhu dan
infiltrasi inflamasi pada leher dan dada.
 Terdapat penyakit yang dapat menyebabkan DNM
seperti abses odontogenik, peritonsillar abses,
abses retrofaringeal, epiglottitis, sinusitis, parotitis
dan trauma leher.

• Awal diagnosis, penggunaan CT untuk memantau


penyakit, perawatan suportif yang memadai dalam ICU
dan perawatan bedah yang benar. Pengobatan untuk DNM
terdiri dari terapi antibiotik spektrum luas dengan diseksi
radikal dan drainase fokus purulen terletak di dada dan
mediastinum.
Laporan Kasus Sarkoma Ewing pada Mandibula:
Laporan Kasus yang Dianggap sebagai Infeksi
Odontogenik
• Seorang pasien perempuan berusia 12 tahun
mengeluhkan pembengkakan di sisi kanan wajah
sejak satu setengah bulan yang lalu. Secara
bertahap membesar. Ia mengalami rasa nyeri dan
rasa tidak nyaman saat mengunyah dan kesulitan
membuka mulut
Pandangan intraoral: pertumbuhan
ulseroproliferatif dengan tulang
alveolar di regio permukaan distal
dari 47, ditemukan hingga raphe
pterigomandibular.

Lesi osteolitik dengan batas tak


jelas terlihat pada sisi kanan
mandibula yang meluas dari
permukaan distal 47 hingga
setengah dari ramus mandibula.
Penting untuk dicatat adanya
destruksi proses koronoid

Biopsi insisional: beberapa bit


jaringan berukuran sekitar 1
cm x 1 cm, berwarna keabuan,
dan konsistensi lunak.
Histopatologi: (A) foto
mikro menunjukkan
lembaran sel bulat kecil
uniformis yang monoton
yang tersusun dalam bentuk
sarang yang dipisahkan oleh
septa berserat (H&E, 40×).
(B) Juga ditemukan
destruksi trabekula tulang
Menurut lokasi
DISKUSI anatominya, tumor ini
diklasifikasikan
ES, sebagai: (a)
intraosseous (b) Secara
suatu ekstraskeletal dan (c)
tipe periosteal
radiografi, ES
muncul sebagai
tumor lesi osteolitik
yang tidak jelas
tulang dan dapat
menunjukkan
kecil ES memiliki ekspansi dan
prognosis buruk erosi tulang
yang karena
penyebaran
sangat hematogen dan
metastasis paru
ganas, terjadi dengan
cepat. Gejala
sistemik, laju
endap darah yang
tinggi,
peningkatan Terapi kombinasi
kadar meliputi
dehidrogenase pembedahan,
laktat serum, dan radioterapi dan
trombositosis kemoterapi
Laporan Kasus Abses Orbital Odontogenik dengan
Keterlibatan Intrakranial dan Pulmonal

• Seorang wanita berusia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan


pembengkakan kelopak mata kiri, ptosis, dan diplopia sejak 2 hari..
Pada pemeriksaan, ia mengalami oftalmoplegia dengan ptosis lengkap
pada mata kiri. Ketajaman visual Snellennya berkurang menjadi 6/12,
dengan pemeriksaan pupil normal, penglihatan warna Ishihara
normal, dan pemeriksaan fundus normal.
• Riwayat medis sebelumnya, rawat inap di rumah sakit 2 bulan
sebelumnya dengan penyakit paru-paru kavitasi dan diduga
meningitis. Pada saat itu ia datang dengan riwayat sakit kepala berat
sejak 1 minggu dan pemeriksaan dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang

Foto Thorax :
LABORATORIUM : vakuola kavitasi di CT otak dan (MRI):
C-reaktif 263 mg/dL, paru-paru, yang lebih normal, yang
laju endap darah 85 jelas digambarkan menyingkirkan
mm/jam, dan pada. trombosis sinus vena.
neutrofilia (CT) Thoraks : Pungsi lumbal :
10.65×103/μL, total sebagai infiltrat limfositosis dengan
jumlah sel darah putih parenkim fokal yang jumlah sel putih 865
13.5×103/μL), kadar tersebar dengan sel/μL (80%
protein dan glukosa kavitasi di lobus kiri polimorfonuklear,
normal. dan kanan atas 20% limfosit)
• Dia menjalani drainase abses melalui insisi lipatan kelopak,
dengan insersi drainase. Kultur pus menunjukkan spesies
Peptostreptococcus.
• Pemeriksaan menunjukkan karies molar pertama kiri atas dengan
nyeri sulkus bukal, yang menunjukkan abses kronis. Ia menjalani
ekstraksi gigi ini. Ia mendapat antibiotik intravena selama 2
minggu (seperti yang sudah dijelaskan), diikuti dengan 4 minggu
pemberian flucloxacillin per oral. Pencitraan interval setelah 2
minggu menunjukkan bahwa sinus maksilaris masih
Perbandingan pre dan post terapi
Diskusi
• Perlu dicatatbahwa spesies Peptostreptococcus memiliki sifat persisten
dan isolasinya memerllukan kondisi kultur tertentu. Terdapat
kemungkinan bahwa hasil dari bilas bronkoalveolar dan pungsi lumbal
adalah negatif palsu.
• Pemulihan lesi paru-paru kavitasi dan meningitis aseptik setelah
antibiotik intravena sangat mendukung etiologi infeksi, tanpa adanya
kultur positif. Sinus maksilarisnya menunjukkan bukti infeksi; Oleh
karena itu, infeksi ini diduga akibat penyebaran hematogen dan bukan
penyebaran langsung. Kombinasi tatalaksana bedah dan antimikroba
yang cepat menyebabkan luaran yang memuaskan pada kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai