Anda di halaman 1dari 48

MAQASHID SYARIAH

DAN
PRAKTEK KEDOKTERAN
Mukhtar Ikhsan
PSKPD FKIK UIN SH
Outline

I. Maqashid Syariah
II. Kedudukan Fikih dalam Islam
III. Permasalahan Klinik yang
berhubungan dengan Hukum Islam
Outline

I. Maqashid Syariah
Maqasid Syariah merupakan suatu ilmu
yang harus dipelajari terutama bagi ulama
fikih, agar setiap ijtihad dan pendapat
yang diberikan bertepatan
dengan kehendak syariat.
Secara umum Maqasid Syariah
boleh didefinasikan sebagai:

Maksudnya: Mewujudkan kebaikan,


menolak keburukan, dan
menghilangkan kemudharatan.
Hukum Islam adalah hasil dari proses
metode ijtihad (fikih) dalam mengistinbath
hukum yang bersumber dari
Al-Qur`an dan hadis.
Oleh karena itu, Allah menurunkan hukum
kepada manusia untuk mengatur tatanan
kehidupan sosial
sekaligus menegakkan keadilan.
Istilah maqasid syariah dipopulerkan oleh
Abu Ishak Asy-Syatibi, tertuang dalam karyanya
Muwaffaqat sebagaimana dalam ungkapannya:



Sesungguhnya syariat itu diturunkan untuk
merealisasikan maksud Allah dalam mewujudkan
kemashlahatan diniyah dan duniawiyah
secara bersama-sama.
Tujuan Allah mensyariatkan hukum-Nya
adalah untuk memelihara kemaslahatan
manusia baik dunia maupun akhirat.
Dalam rangka mewujudkan kemaslahatan
itu berdasarkan penelitian para ahli
ushul fikih ada 5 unsur pokok yang
harus dipelihara dan diwujudkan.
Islam
Menjamin kesejahteraan dan kebahagiaan
lahir dan bathin, dunia dan akhirat, serta
mengakomodir seluruh nilai-nilai positif
dalam segenap aspek kehidupan manusia
(e-pol-ek-sos-bud-ling-ip-tek,dok-kes).
Imam Al-Syatibi

Maqashid al Syariah
(Tujuan-tujuan Syariat Islam)
Tujuan-tujuan dan rahasia-rahasia yang
diletakkan Allah Swt. dan terkandung dalam
syariat Islam untuk kemaslahatan manusia
(1) Hifdud Din, (2) Hifdud Nafs, (3)Hifdul Aql,
(4) Hifdun Mal, (5) Hifdun Nasl.
Guna kepentingan menetapkan hukum,
kelima unsur tersebut dibedakan
menjadi 3 tingkat yaitu :
1) Dharuriyah adalah segala sesuatu
yang harus ada untuk tegaknya
kehidupan manusia, dalam arti apabila
dharuriah terjadi, maka cederalah
kehidupan manusia di dunia dan akhirat.
2) Hajiyah adalah kebutuhan sekunder,
dimana bila tidak terwujudkan tidak sampai
mengancam keselamatannya, namun akan
mengalami kesulitan.
3) Tahsiniyah adalah tingkat kebutuhan tersier,
yang apabila tidak terpenuhi tidak
mengancam eksistensi dharuriyah dan
tidak pula menimbulkan kesulitan.
(1) Hifdun Diin: Memelihara Agama


Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah
hanya Islam (QS Ali Imran 19)




Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya.
Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (QS Ali 'Imran 102)
(2) Hifdun Nafs,
Memelihara Jiwa/Nyawa

Erat kaitannya dengan masalah


Kesehatan dan Kedokteran
(3) Hifdul Aql: Memelihara Akal
Hal-hal yang mengganggu akal pikiran dilarang dalam
agama, misalnya alkohol, narkotika, dan lain-lain


-

QS Al Maidah 90
Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan
anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan.
Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan itu) agar kamu beruntung.
(4) Hifdun Mal: Memelihara Harta
Harta harus didapatkan dengan cara halal
misalnya jual beli.
Dilarang: riba, memakan harta anak yatim,
meringankan timbangan, mencuri, korupsi, dll.


.
Allah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba
(QS Al Baqarah 275)
(5) Hifdun Nasl: Memelihara Keturunan
Menganjurkan nikah. Melarang berzina



(Janganlah kalian mendekati zina)
(QS al-Isra 32).

Sabda Nabi Muhammad Saw.:


Annikaahu sunnatii, fa man roghiba
an sunnatii falaisa minnii
Nikah itu termasuk sunnahku, barang
siapa yang tidak suka pada sunnahku ,
maka dia bukan termasuk golonganku.
Hifdzun Nafs:
Memelihara Jiwa/Nyawa

Berbagai ajaran Islam dalam


Al-Quran dan Al-Hadis
tentang Hifdzun Nafs
1. Dilarang bunuh diri (QS An Nisa 29)

Dan janganlah membunuh dirimu sendiri.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu

2. Dilarang membunuh seorang mukmin dengan


sengaja (QS An-Nisa 93)






Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja
maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan
azab yang besar baginya
3. Dilarang Menjerumuskan Diri Ke Dalam Kebinasaan





(Al-Baqarah 195)

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri


ke dalam kebinasaan
Kaidah Usul Fikih
La dharara wa la dhirara
Tidak boleh melakukan perbuatan yang
Berbahaya dan Membahayakan
4. Boleh Tidak Puasa: Sakit/Dalam Perjalanan






Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa
( QS Al-Baqarah 183 )



i


(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu
ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.
( QS Al-Baqarah 184 )
5. Dalam keadaan darurat boleh makan yg diharamkan
( Al-Baqarah 173)





Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi,
dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

Kaidah Usul Fiqih


Kemudaratan membolehkan suatu yang dilarang
ADDHORUROTU TUBIHUL MAHDHUROT
6. Doa Rasulullah Untuk Kesehatan

(Ya Allah, sehatkanlah badanku; Ya Allah, sehatkanlah pendengaranku;


Ya Allah, sehatkanlah penglihatanku; tiada Tuhan selain Engkau)

7. Doa Rasulullah Untuk Kesembuhan


. , ,

Wahai Allah Tuhan manusia Hilangkanlah penyaki ini


Sembuhkanlah..!!!!! Engkaulah Yang Maha Penyembuh
Tidak ada kesembuhan, kecuali kesembuhan dari-Mu
Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan kecacatan.
Doa Rasulullah Bila Menjenguk Orang Sakit
,
: ,
---
Ibnu Abbas r.a. berkata:
Nabi saw pernah menjenguk seorang Badui
(yang sakit), dan biasanya Nabi jika menjenguk pada orang sakit
Beliau berkata: La Basa Thohurun Insya Allah.
(Tidak apa-apa, semoga penyakit ini menjadi
pencuci dari dosa-dosa insya Allah.
(HR Imam Buchori)
Ujian dari Allah

Apakah manusia mengira, bahwa


mereka akan dibiarkan begitu saja
mengucapkan : Kami beriman,
dan mereka tidak diuji (?)

QS Al-Ankabut 2
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.
Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.

QS Al-Baqarah 155
ALLAH ADALAH PENYEMBUH
)80 : (
Dan apabila aku sakit. Dialah yang menyembuhkan aku


Allah tidak menurunkan penyakit kecuali
juga menurunkan obatnya. (HR Bukhari)
Keutamaan Profesi Dokter:
Kita sebagai dokter, insya Allah, mengobati satu orang saja,
kemudian orang tersebut sembuh, oleh Allah Swt. kita dianggap
menyembuhkan seluruh umat manusia,
sungguh suatu apresiasi yang luar biasa dari Allah Swt.






Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka
bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.
(Al Maidah 32)
Outline
II. Kedudukan Fikih Dalam Islam
Secara harfiah fikh artinya pemahaman terhadap syariah
yang dilakukan oleh sahabat, tabiin, tabiit tabiin dan
selanjutnya kpd ulama mujtahidin
Proses melakukan pemahaman hukum tetapi tetap
berpegang kpd teks, filosofi, kondisi lingkungan sosial,
politik, fisik, budaya
Sesuai dgn statusnya sebagai pemahaman maka
dimungkinkan terjadi perbedaan (ikhtilaf), akan tetapi tdk
boleh terjadi penyimpangan dari tujuan syariah (inhiraf)
33
Ijtihad
* Mengerahkan segenap pikiran, tenaga dengan
berlandaskan kepada Al Quran dan Hadis untuk
memperoleh kandungan hukum untuk diamalkan
oleh umat Islam
* Ijtihad harus dilakukan dengan sistem dan proses
yang pasti, yaitu tidak boleh bertentangan dgn
nas Al Quran dan Hadis dan tdk boleh bertentangan
dengan kaedah kebahasaan Bahasa Arab
34
Prinsip Pemikiran Hukum Islam (Ushul Fikih)
Niat: motif seseorang menjadi dasar utama
penetapan hukum
Masyaqqah: setiap yg membawa kesulitan wajib
dihilangkan
Mafsadah: setiap yg membawa kerusakan didahulukan
menghindarinya dari mencari kemaslahatan
Darurat: setiap situasi keterpaksaan dapat
diterima sekedarnya
Sadd Al Dzariat: setiap kecenderungan yg membawa
kpd mafsadah sekalipun belum terjadi, dpt diberi hukum
mafsadah, kecuali ada tujuan yg membawa kebaikan
* Dan lain-lain kaidah Ushul Fikih
35
Dasar Penetapan Hukum Islam
Sumber Utama: Al Quran yaitu Wahyu Allah yg tertulis
menjadi mushaf; Hadis yaitu wahyu Allah yg tdk tertulis
dibahasakan oleh Rasulullah sbg. penjelasan thd Al Quran.
Sumber utama disebut syri dan syrih.
Sumber Kedua: Usaha sungguh-2 optimalisasi penggunaan
rasio dan penalaran yg kemudian disebut ijtihad dlm
bentuk kesepakatan ulama (ijma), analogi dgn mencari
titik temu kesamaan kasus (qiyas)
Oleh karena itu sesungguhnya antara wahyu dan rayu
terdapat hubungan yang saling memperkuat di dalam
mengisi wujud keberagamaan seorang muslim
36
KEPUTUSAN HUKUM
Wajib: berpahala mengerjakan dan berdosa meninggalkan
Haram: berdosa yg sengaja mengerjakan dan
berpahala yg sengaja meninggalkan
Sunat: berpahala yg sengaja mengerjakan dan
tidak berdosa yg sengaja meninggalkan
Makruh: tdk berdosa yg sengaja mengerjakan dan
berpahala yg sengaja meninggalkan
Mubah: tdk ada akibat hukum baik dikerjakan
atau ditinggalkan
37
Outline
III. Permasalahan Klinik yang
berhubungan dengan
Hukum Islam
Dokter Dalam Praktik Kedokteran
Mempertimbangkan kaidah-kaidah
dasar moral ataupun prinsip/
kaidah dasar bioetik
* Berbuat baik (beneficence)
* Tidak merugikan (non malecence),
* Menghargai otonomi pasien (autonomy),
* Berlaku adil ( justice).
Pedoman Etik Dokter
Diharapkan menjadi penuntun perilaku
sehari-hari setiap dokter sebagai pembawa
nilai-nilai luhur profesi.
Dasar Kedokteran Islam
Etos akidah: semakin memahami, menghayati dan
mengamalkan makna la ilaha illa Allah, Allah yang
mentaqdirkan segala sesuatu
Etos ibadah: setiap muslim selalu mencari cara
mendekatkan diri kpd Allah menurut cara
yang dibenarkan syariat
Etos pertolongan: berupaya menolong orang lain
yang ditimpa kesulitan
Etos keilmuan: berupaya menggali teori baru dlm
peningkatan efektifitas dan efisiensi teknik pengobatan
42
Etika Kedokteran Dalam Islam
Penentu mutlak (sembuh atau sakit) adalah Allah SWT
sedang manusia hanyalah bersifat usaha (al kasb)
dan pilihan (al ikhtiyar)
Tugas kedokteran bagian dari maqashid al syariah
Pelaksanaan tugas medis adalah pelaksanaan pesan
Al Quran utk saling menolong sesamanya
(Q.S. Al Maidah [5]: 3
Kedudukan manusia hanya sebagai perantara (wasilah)
yg menjadi sebab adanya ketentuan hukum (taqdir)
43
Hubungan fikih dengan kedokteran

1. Terhadap tenaga kesehatan


2. Terhadap pasien
3. Terhadap tindakan kedokteran
4. Terhadap obat dan alat kedokteran
Prinsip Islam Dalam Kedokteran
Manusia adalah hamba Allah yg paling mulia
Setiap perbuatan dinilai menurut niat
Setiap kesulitan selalu ada jalan keluar
Setiap larangan ada hukum darurat
Ketentuan hukum darurat hanya berlaku selama ada
penyebab (illat)
Menolak kerusakan diutamakan dari menarik manfaat

45
Penentuan Hukum/Fikih Kedokteran
* Berdasarkan Al-Quran, Hadis, Ijma dan Qiyas
* Maqashid al-Syariah
(memelihara Agama, Jiwa, Akal, Keturunan, Harta)
* Kaidah-kaidah ushul fiqih
Yang Berkompeten Memberi Fatwa
1. Majelis Ulama Indonesia
2. Nahdlatul Ulama
3. Muhammadiyah
4. Organisasi massa lain
5. Organisasi Konperensi Islam
6. Dan lain-lain

Anda mungkin juga menyukai