Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMU PENYAKIT MULUT

KASUS MINOR NON-ULSER

LAPORAN KASUS

Azlina Nuur Sanjaya

160110130106

Pembimbing :

Indah Suasani Wahyuni, drg., Sp.PM

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................... 2

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut ........................................................... 2

2.1.1 Data Pasien (data disamarkan) .......................................................... 2

2.1.2 Anamnesis ......................................................................................... 2

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik ............................................................... 3

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu ............................................................. 3

2.1.5 Kondisi Umum .................................................................................. 3

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral ................................................................... 3

2.1.7 Pemeriksaan Intraoral........................................................................ 4

2.1.8 Gambar Kasus ................................................................................... 5

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 6

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding .................................................... 6

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan ................................................... 6

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut ........................................................ 6

2.2.1 Anamnesis ......................................................................................... 6

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral ..................................................................... 7

2.2.3 Pemeriksaan Intraoral........................................................................ 7

2.2.4 Gambar Kasus ................................................................................... 8

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 9

ii
2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding .................................................... 9

2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan ................................................... 9

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10

3.1. Mukosa Rongga Mulut ........................................................................... 10

3.1.1. Definisi Mukosa Mulut ................................................................... 10

3.1.2. Anatomis Mukosa Oral ................................................................... 10

3.1.3. Fungsi .............................................................................................. 11

3.1.4. Struktur............................................................................................ 12

3.1.5. Gambaran Klinis ............................................................................. 12

3.2. Fordyces Granule ................................................................................. 13

3.2.1. Definisi ............................................................................................ 13

3.2.2. Etiologi ............................................................................................ 13

3.2.3. Gambaran Klinis ............................................................................. 14

3.2.4. Gambaran histologis........................................................................ 14

3.2.5. Insidensi .......................................................................................... 15

3.2.6. Diagnosis Banding .......................................................................... 15

3.2.7. Perawatan ........................................................................................ 17

BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 18

BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Bibir dan lidah dapat menjadi lokasi terjadinya lesi pada rongga mulut.

Beberapa kondisi yang melibatkan mukosa oral secara umum dapat juga

mempengaruhi bibir dan lidah. Bibir merupakan daerah perbatasan atau peralihan

antara membran mukosa oral dan kulit wajah. Perubahan yang terjadi pada bibir

perlu diperhatikan seperti perubahan warna dan konsistensi bibir (Ghom, 2010).

Makalah ini akan membahas laporan kasus mengenai Fordyces Granule

secara rinci pada pasien laki-laki berusia 23 tahun yang datang ke Rumah Sakit

Gigi dan Mulut FKG Unpad untuk memeriksakan granul-granul berwarna

kekuningan pada mukosa bagian dalam pipinya.

1
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Status Klinik Ilmu Penyakit Mulut

Tanggal pemeriksaan : 28 Juli 2017

2.1.1 Data Pasien (data disamarkan)

Nomor Rekam Medik : 2017-08xxx

Nama Pasien : Tn. MFM

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 23 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Musisi

Status Marital : Belum Menikah

Alamat : Bandung

2.1.2 Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan terdapat granul-granul berwarna putih

kekuningan yang banyak pada pipi bagian dalam. Pasien tidak merasakan sakit

pada daerah tersebut. Pasien awalnya tidak menyadari keadaan ini sampai pasien

melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di RSGM Unpad. Pasien tidak

memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, kebiasaan menggigit pipi, dan lainnya.

Riwayat penyakit sistemik dan alergi disangkal. Pasien ingin memeriksakan

keadaan tersebut apakah perlu perawatan atau tidak.

2
3

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

Kelainan GIT dan Alergi Tidak ada

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tinggi badan : 169

Berat badan : 54

Suhu : Afebris

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Pernafasan : 14 kali/menit

Nadi : 80 kali/menit

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Mata Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik


4

TMJ Deviasi kiri

Bibir Terdapat deskuamasi ringan

Wajah Simetri/Asimetri

Sirkum Oral TAK

2.1.7 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik/Sedang/Buruk Plak +/-

Kalkulus +/- Stain +/-

Plaque score 10% OHI-S 0,3

Gingiva : Resesi gigi 24 dan 34

Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 36-37 dan 46-47

Terdapat granula multipel berwarna putih kekuningan

berukuran +/- 1mm pada regio molar

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah : Terdapat teraan gigitan pada lateral lidah

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Status Gigi :

cs cs cm PE

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

cs cs cs cs PE
5

2.1.8 Gambar Kasus

b c

Gambar 2.1 (a) Gambar lidah pasien, terdapat teraan gigitan di kedua bagian

lateral, (b) Mukosa bukal kiri pasien terdapat granul-granul berwarna kuning

keputihan

(c) Mukosa bukal kanan pasien terdapat granul-granul berwarna kuning keputihan
6

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.1.10 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Fordyces Granule

Diagnosis Banding : Sebaceous hyperplastic

2.1.11 Rencana Perawatan dan Perawatan

1) OHI

Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi 2x sehari

2) KIE

Pasien dijelaskan mengenai keluhannya, etiologi, keadaan, dan tidak

diperlukannya treatment untuk kasus ini. Pasien juga diinstruksikan untuk

tetap menjaga kebersihan ronnga mulutnya, minum minimal 2L/hari, makan

makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan

2.2 Status Kontrol Ilmu Penyakit Mulut

Tanggal Pemeriksaan : 11 Agustus 2017

2.2.1 Anamnesis

Pasien datang untuk kontrol (2 minggu setelah kunjungan pertama),

granul-granul yang dikeluhkan pasien pada mukosa bukalnya masih ada dan tidak

mengalami perubahan apapun. Pasien menjalankan instruksi menjaga kebersihan

rongga mulutnya, juga selalu makan sayur-sayuran dalam menu makanan


7

hariannya. Keluhan pasien sejak kedatangan pertama tidak mengalami perubahan

karena bukan merupakan variasi normal, bukan keadaan patologis.

2.2.2 Pemeriksaan Ekstraoral

Kelenjar Limfe

Submandibula Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Submental Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Servikal Kiri Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Kanan Teraba +/- Lunak/Kenyal/Keras Sakit +/-

Mata Pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik

TMJ Deviasi kiri

Bibir Terdapat deskuamasi ringan

Wajah Simetri/Asimetri

Sirkum Oral TAK

Lain-lain -

2.2.3 Pemeriksaan Intraoral

Kebersihan mulut : Baik/Sedang/Buruk Plak +/-

Kalkulus +/- Stain +/-

Plaque score 10% OHI-S 0,3

Gingiva : Resesi gigi 24 dan 34

Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 36-37 dan 46-47
8

Terdapat granula multipel berwarna putih kekuningan

berukuran +/- 1mm pada regio molar

Mukosa labial : Tidak ada kelainan

Palatum durum : Tidak ada kelainan

Palatum mole : Tidak ada kelainan

Frenulum : Tidak ada kelainan

Lidah : Terdapat teraan gigitan pada lateral lidah

Dasar mulut : Tidak ada kelainan

Status Gigi :

cs cs cm PE

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

cs cs cs cs PE

2.2.4 Gambar Kasus

a
9

b c

Gambar 2.2 (a) Gambar lidah pasien, terdapat teraan gigitan di kedua bagian

lateral, (b) Mukosa bukal kiri pasien terdapat granul-granul berwarna kuning

keputihan

(c) Mukosa bukal kanan pasien terdapat granul-granul berwarna kuning keputihan

2.2.5 Hasil Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis : Fordyces Granule

Crenated tongue

2.2.7 Rencana Perawatan dan Perawatan

1) KIE dilanjutkan

2) Diet serat, konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan 2x sehari, air putih

2L/hari

3) OHI dilanjutkan
10

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Mukosa Rongga Mulut

3.1.1. Definisi Mukosa Mulut

Lapisan mukosa adalah lapisan basah yang berkontak dengan lingkungan

eksternal.Terdapat pada saluran pencernaan, rongga hidung, dan rongga tubuh

lainnya. Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal dengan oral mucous membrane

atau oral mucosa (Squier, 2011).

3.1.2. Anatomis Mukosa Oral

Mukosa oral dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan fungsinya. Ketiga tipe

tersebut adalah masticatory mucosa, lining mucosa, dan specialized mucosa.

Gambar 3.1

Pembagian anatomis mukosa oral


11

3.1.3. Fungsi

Mukosa oral mempunyai fungsi utama yaitu sebagai pelindung jaringan

yang lebih dalam pada rongga mulut. Fungsi lainnya, antara lain sebagai organ

sensoris, dan sekresi. (Squier,2011).

Sebagai lapisan terluar, oral mukosa memisahkan dan melindungi jaringan

rongga mulut dari lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan proses

adaptasi pada epitel dan jaringan ikat untuk menahan gaya mekanis dan abrasi

yang disebabkan aktivitas normal seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel mulut

akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi mikroorganisme yang

tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke dalam

jaringan.

Fungsi sensoris oral mukosa penting karena akan memberikan informasi

mengenai apa yang terjadi di rongga mulut. Dalam rongga mulut, reseptor akan

berespon terhadap suhu, sentuhan dan rasa sakit. Reseptor tertentu dalam rongga

mulut juga akan memberikan respon terhadap kebutuhan akan air. Refleks seperti

menelan, muntah, dan salivasi juga diinisiasi oleh reseptor-reseptor pada oral

mukosa.

Fungsi sekresi yang berhubungan dengan mukosa oral adalah saliva,

yang akan menjaga kelembaban permukaan rongga mulut. Beberapa kelenjar

mukosa minor terdapat pada mukosa oral. Epitel mukosa oral juga dapat

menyekresi faktor antimikroba seperti defensins dan cathelicidins.


12

3.1.4. Struktur

Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 2 lapisan. Yang pertama adalah

lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-

lapis sel mati yang berbentuk pipih dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu

diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified

squamous epithelium.

Struktur epitel rongga mulut dari arah luar ke dalam adalah stratum

keratinosum,stratum granulosum,stratum spinosum,stratum basalis. Yang kedua

adalah lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita

rasa.

3.1.5. Gambaran Klinis

Mukosa oral adalah jaringan yang berlanjut dari jaringan kulit, namun

gambaran klinisnya sangat jelas perbedaannya. Secara umum warnanya lebih

gelap yang disebabkan konsentrasi dan dilatasi kapiler dibawah jaringan ikat,

ketebalan epitel, tingkat keratinisasi, dan jumlah pigmen melanin. Warna dapat

menunjukkan kondisi mukosa. Mukosa yang terinflamasi berwarna kemerahan,

sementara yang sehat berwarna merah muda pucat.

Konsistensi permukaan membedakan mukosa oral dan kulit. Mukosa oral

lebih halus dan lebih sedikit memiliki lipatan dan kerutan daripada kulit. Tekstur

dan kekencangan pada mukosa oral juga berbeda-beda. Mukosa pada bibir dan

bukal halus dan lentur, mukosa gingiva dan palatum keras kecang dan immobile.
13

Kelembaban permukaan juga menjadi perbedaan kulit dan mukosa oral.

Pada jaringan kulit terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar

keringat, sementara mukosa oral mempunyai komponen glandular terutama

kelenjar saliva minor.

Kelenjar sebasea bisa terdapat pada bibir, mukosa labial, dan mukosa

bukal. Kelenjar-kelenjar ini tidak berhubungan dengan folikel rambut, kadang

disebut folikel sebasea. Secara klinis terlihat sebagai titik-titik berwarna kuning

pucat. Kondisi yang disebut Fordyces spot atau Fordyces granule ini dinilai

tidak patologis.

3.2. Fordyces Granule

3.2.1. Definisi

Fordyces granule adalah kelenjar sebasea ektopik yang terdapat pada

mukosa oral dan merupakan variasi normal pada anatomi mukosa oral (Langlais,

2002). Fordyces granule biasanya salah dikenali sebagai lesi patologis, padahal

keadaan ini adalah normal (Field, 2004). Keadaan ini asimtomatik dan jarang

diketahui pasien bila tidak terdapat pada daerah yang terlihat. Fordyces granule

merupakan kelainan kongenital (Scully, 2010).

3.2.2. Etiologi

Anomali perkembangan yang ditandai dengan kelenjar sebasea yang

ektopik pada mukosa oral (Scully, 2006). Granula ini terjadi pada saat
14

terperangkapnya kelenjar sebasea saat fase peleburan maksila dan mandibula pada

masa embrionik (Langlais, 2002).

3.2.3. Gambaran Klinis

Titik-titik multipel ektopik berwarna kuning keputihan. Paling banyak

terdapat pada vermilion bibir atas, mukosa bukal, regio retromolar, dan pada pilar

tonsil anterior (Scully, 2006). Jumlah granula multipel, membuat kluster, plak,

atau patch (Langlais, 2002). Lesi Fordyces granule biasanya bilateral (Sonis,

1995).

Gambar 3.2

Gambaran Klinis Fordyces Granule

3.2.4. Gambaran histologis

Gambaran histologis Fordyces Granule menunjukkan sekumpulan sel

yang bulat dan bening, 10 sampai 30 sel pada setiap kumpulan. Terwarnai gelap,

kecil, dan nuclei terlokasi secara sentral dapat ditemukan di lamina propria

(corium) dan submukosa (Langlais, 2002). Biopsy tidak diperlukan untuk

diagnosis.
15

Kelenjar sebasea biasanya terdapat bersama folikel rambut, namun pada

Fordyces granule tidak terdapat folikel rambut (Greenberg, 2003)

Gambar 3.3

Gambaran histologis Fordyces granule

3.2.5. Insidensi

Umum terjadi pada orang dewasa (Scully, 2006). Terjadi pada kurang

lebih 80% orang dewasa, dan tidak ada predileksi pada ras maupun gender.

Densitas granul pada laki-laki lebih besar daripada perempuan (Langlais, 2002).

Granul biasanya mulai muncul pada masa pubertas dan bertambah banyak seiring

bertambahnya usia (Greenberg, 2003). Fordyces granule lebih sering juga

ditemukan pada pasien dengan kulit berminyak, memiliki penyakit rematik, dan

non-polyposis collateral cancer syndrome herediter (Scully, 2013).

3.2.6. Diagnosis Banding

1. Sebaceous Hyperplasia

Hiperplasia dari kelenjar sebasea. Gambaran klinis menunjukkan papula dan

nodula berwarna kuning pucat pada daerah dimana biasa terdapat Fordyces
16

granule. Terdiri dari setidaknya 15 lobula sebasea yang membuka kea rah

duktus sentral dan dibatasi squamous epitel. Duktusnya dapat berdilatasi

secara cystic.

Gambar 3.4

Sebaceous Hyperplasia

2. RAS Herpetiform Ulcers

Ulser herpetiformis dianggap sebagi suatu gangguan klinis yang berbeda,

yang bermanifestasi dengan kumpulan ulser kecil yang rekuren pada mukosa

mulut. Istilah herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulser yang

mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer. Tetapi virus-virus herpes

tidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi

aptosa. Gambaran klinis berupa ulcer multipel berwarna putih dengan batas

kemerahan, dapat terdapat pada semua mukosa oral (Dios, 2010).


17

Gambar 3.5

RAS Herpetiform Ulcers

3. Epidermoid Cyst & Dermoid Cyst

Dermoid cyst adalah kelainan kongenital berupa masa kista terlokalisir yang

dibatasi lapisan epitel skuamosa. Etiologi dari dermoid cyst adalah kegagalan

pada masa embrional pada elemen ektodermal dan mesodermal. Perbedaan

dasar dari dermoid dan epidermoid cyst adalah adanya struktur tambahan

kulit seperti kelenjar sebasea dan folikel rambut.

Gambar 3.6

Epidermoid Cyst

3.2.7. Perawatan

Biasanya Fordyces granule tidak ada indikasi pengobatan. Fordyces

granule juga dapat didiagnosis melalui visual, sehingga pemeriksaan biopsy tidak

diperlukan. Fordyces granule pada vermilion bibir atas dapat mengganggu

estetik sehingga dapat dilakukan operasi pengangkatan. Penggunaan tretionin

dapat menurunkan visibilitasnya, dan pengangkatan dapat dilakukan dengan CO2

laser dan terapi photodynamic (Dios, 2010). Dilaporkan kasus langka terdapatnya

pseudokista dan sebaceous cell hyperplasia dan adenoma (Greenberg, 2003).


BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan intraoral ditemukan granul-granul multipel berwarna

kuning keputihan pada mukosa bukal kanan dan kiri pasien sehingga dapat

didiagnosis Fordyces granule. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada

literatur, bahwa gambaran klinis dari Fordyces granule adalah granula multiple

ektopik berwarna kuning keputihan yang terdapat pada mukosa bukal, vermilion

bibir atas, regio retromolar, atau pada pilar tonsil anterior. Keadaan ini merupakan

variasi normal dan tidak patologis.

Fordyces granule merupakan keadaan kongenital yang terjadi pada saat

perkembangan masa embrionik. Dalam kasus ini, pasien memiliki Fordyces

granule, oral hygiene pasien baik, pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti

merokok, dan pasien juga tidak sedang mengonsumsi obat. Keadaan yang

dikeluhkan pasien merupakan variasi normal sehingga tidak ada faktor-faktor lain

yang menjadi penyebab.

Tidak ada terapi yang diberikan pada pasien saat kunjungan. Pasien diberi

DHE (Dental Health Education) dan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

yang merupakan penjelasan mengenai keadaan yang dikeluhkan, OHI (Oral

hygiene Instruction) agar pasien senantiasa tetap mempertahankan kebersihan gigi

dan mulutnya yang mencakup instruksi untuk menjaga kebersihan mulutnya

dengan menyikat gigi dua kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam

18
19

dengan teknik menyikat gigi yang baik. Pasien juga dianjurkan untuk hidup sehat

dengan minum minimal 2L/hari, makan makanan dengan gizi seimbang dan

perbanyak makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan.

Pasien diinstruksikan untuk kontrol satu minggu untuk melihat apakah ada

perubahan yang terjadi pada keluhan pasien. Pada saat kontrol tidak terlihat ada

perubahan pada granula-granula di mukosa bukal pasien. Pasien sudah mengikuti

instruksi yang diberikan. Pasien mengerti mengenai keadaan Fordyces granule

pada mukosa oralnya merupakan keadaan normal dan tidak memerlukan terapi.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan intraoral, dapat ditarik

kesimpulan pasien mengalami Fordyces granule. Pada pemeriksaan intraoral

ditemukan granula-granula multipel berwarna kuning keputihan pada mukosa

bukal. Fordyces granule yang dialami pasien merupakan variasi normal dan tidak

memerlukan terapi karena tidak mengganggu fungsi dan estetik.

Pasien tidak diberikan obat-obatan. Pasien diberikan DHE dan KIE

mengenai keadaan Fordyces granule yang dimilikinya. Pasien juga diberikan

OHI untuk tetap menjaga dan mempertahankan kebersihan mulut dengan cara

menyikat gigi dua kali sehari dengan teknik yang benar, diet makanan sehat,

berserat, dan gizi seimbang, dan minum air mineral 2 Liter perhari.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dios PD, Scully C, Almeida OP. 2010. Oral Medicine and Pathology at a

Glance. United Kingdom: Blackwell Publishing Ltd

Gandolfo S., Scully C., Carronzo M. 2006. Oral Medicine 1st ed. Churchill

Livingstone: Elsevier

Field A., Longman L. 2004. Tyldesleys Oral Medicine 5th ed. New York:

Oxford University Press.

Langlais RP, Miller CS, Nield JS. 2002. Color Atlas of Common Oral

Disease. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Scully C. 2010. Medical Problems in Dentistry 6th ed. Churchill

Livingstone: Elsevier.

Scully C. 2013. Oral & Maxillofacial Medicine 3rd ed The Basis of

Diagnosis and Treatment. Churchill Livingstone: Elsevier.

Sonis, Fazio, Fang. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine 2nd ed.

Philadelphia: WB Saunders Company

Squier C., Brodgen K. 2011. Human Oral Mucosa Development,

Structure, and Function. Wiley-Blackwell.

Woo SB. 2017. Oral Pathology E-Book: A Comprehensive Atlas and Text.

Philadelphia: ELsevier

21

Anda mungkin juga menyukai