LAPORAN KASUS
160110130106
Pembimbing :
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
DAFTAR ISI
ii
2.2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding .................................................... 9
3.1.4. Struktur............................................................................................ 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Bibir dan lidah dapat menjadi lokasi terjadinya lesi pada rongga mulut.
Beberapa kondisi yang melibatkan mukosa oral secara umum dapat juga
mempengaruhi bibir dan lidah. Bibir merupakan daerah perbatasan atau peralihan
antara membran mukosa oral dan kulit wajah. Perubahan yang terjadi pada bibir
perlu diperhatikan seperti perubahan warna dan konsistensi bibir (Ghom, 2010).
secara rinci pada pasien laki-laki berusia 23 tahun yang datang ke Rumah Sakit
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Musisi
Alamat : Bandung
2.1.2 Anamnesis
kekuningan yang banyak pada pipi bagian dalam. Pasien tidak merasakan sakit
pada daerah tersebut. Pasien awalnya tidak menyadari keadaan ini sampai pasien
melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di RSGM Unpad. Pasien tidak
memiliki kebiasaan buruk seperti merokok, kebiasaan menggigit pipi, dan lainnya.
2
3
Disangkal
Berat badan : 54
Suhu : Afebris
Pernafasan : 14 kali/menit
Nadi : 80 kali/menit
Kelenjar Limfe
Wajah Simetri/Asimetri
Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 36-37 dan 46-47
Status Gigi :
cs cs cm PE
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
cs cs cs cs PE
5
b c
Gambar 2.1 (a) Gambar lidah pasien, terdapat teraan gigitan di kedua bagian
lateral, (b) Mukosa bukal kiri pasien terdapat granul-granul berwarna kuning
keputihan
(c) Mukosa bukal kanan pasien terdapat granul-granul berwarna kuning keputihan
6
Tidak dilakukan
1) OHI
2) KIE
2.2.1 Anamnesis
granul-granul yang dikeluhkan pasien pada mukosa bukalnya masih ada dan tidak
Kelenjar Limfe
Wajah Simetri/Asimetri
Lain-lain -
Mukosa bukal : Terdapat teraan gigitan pada regio 36-37 dan 46-47
8
Status Gigi :
cs cs cm PE
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
cs cs cs cs PE
a
9
b c
Gambar 2.2 (a) Gambar lidah pasien, terdapat teraan gigitan di kedua bagian
lateral, (b) Mukosa bukal kiri pasien terdapat granul-granul berwarna kuning
keputihan
(c) Mukosa bukal kanan pasien terdapat granul-granul berwarna kuning keputihan
Tidak dilakukan
Crenated tongue
1) KIE dilanjutkan
2L/hari
3) OHI dilanjutkan
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
lainnya. Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal dengan oral mucous membrane
Mukosa oral dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan fungsinya. Ketiga tipe
Gambar 3.1
3.1.3. Fungsi
yang lebih dalam pada rongga mulut. Fungsi lainnya, antara lain sebagai organ
rongga mulut dari lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan proses
adaptasi pada epitel dan jaringan ikat untuk menahan gaya mekanis dan abrasi
yang disebabkan aktivitas normal seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel mulut
tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila masuk ke dalam
jaringan.
mengenai apa yang terjadi di rongga mulut. Dalam rongga mulut, reseptor akan
berespon terhadap suhu, sentuhan dan rasa sakit. Reseptor tertentu dalam rongga
mulut juga akan memberikan respon terhadap kebutuhan akan air. Refleks seperti
menelan, muntah, dan salivasi juga diinisiasi oleh reseptor-reseptor pada oral
mukosa.
mukosa minor terdapat pada mukosa oral. Epitel mukosa oral juga dapat
3.1.4. Struktur
Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 2 lapisan. Yang pertama adalah
lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-
lapis sel mati yang berbentuk pipih dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu
diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified
squamous epithelium.
Struktur epitel rongga mulut dari arah luar ke dalam adalah stratum
adalah lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita
rasa.
Mukosa oral adalah jaringan yang berlanjut dari jaringan kulit, namun
gelap yang disebabkan konsentrasi dan dilatasi kapiler dibawah jaringan ikat,
ketebalan epitel, tingkat keratinisasi, dan jumlah pigmen melanin. Warna dapat
lebih halus dan lebih sedikit memiliki lipatan dan kerutan daripada kulit. Tekstur
dan kekencangan pada mukosa oral juga berbeda-beda. Mukosa pada bibir dan
bukal halus dan lentur, mukosa gingiva dan palatum keras kecang dan immobile.
13
Pada jaringan kulit terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
Kelenjar sebasea bisa terdapat pada bibir, mukosa labial, dan mukosa
disebut folikel sebasea. Secara klinis terlihat sebagai titik-titik berwarna kuning
pucat. Kondisi yang disebut Fordyces spot atau Fordyces granule ini dinilai
tidak patologis.
3.2.1. Definisi
mukosa oral dan merupakan variasi normal pada anatomi mukosa oral (Langlais,
2002). Fordyces granule biasanya salah dikenali sebagai lesi patologis, padahal
keadaan ini adalah normal (Field, 2004). Keadaan ini asimtomatik dan jarang
diketahui pasien bila tidak terdapat pada daerah yang terlihat. Fordyces granule
3.2.2. Etiologi
ektopik pada mukosa oral (Scully, 2006). Granula ini terjadi pada saat
14
terperangkapnya kelenjar sebasea saat fase peleburan maksila dan mandibula pada
terdapat pada vermilion bibir atas, mukosa bukal, regio retromolar, dan pada pilar
tonsil anterior (Scully, 2006). Jumlah granula multipel, membuat kluster, plak,
atau patch (Langlais, 2002). Lesi Fordyces granule biasanya bilateral (Sonis,
1995).
Gambar 3.2
yang bulat dan bening, 10 sampai 30 sel pada setiap kumpulan. Terwarnai gelap,
kecil, dan nuclei terlokasi secara sentral dapat ditemukan di lamina propria
diagnosis.
15
Gambar 3.3
3.2.5. Insidensi
Umum terjadi pada orang dewasa (Scully, 2006). Terjadi pada kurang
lebih 80% orang dewasa, dan tidak ada predileksi pada ras maupun gender.
Densitas granul pada laki-laki lebih besar daripada perempuan (Langlais, 2002).
Granul biasanya mulai muncul pada masa pubertas dan bertambah banyak seiring
ditemukan pada pasien dengan kulit berminyak, memiliki penyakit rematik, dan
1. Sebaceous Hyperplasia
nodula berwarna kuning pucat pada daerah dimana biasa terdapat Fordyces
16
granule. Terdiri dari setidaknya 15 lobula sebasea yang membuka kea rah
secara cystic.
Gambar 3.4
Sebaceous Hyperplasia
yang bermanifestasi dengan kumpulan ulser kecil yang rekuren pada mukosa
mulut. Istilah herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari ulser yang
tidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi
aptosa. Gambaran klinis berupa ulcer multipel berwarna putih dengan batas
Gambar 3.5
Dermoid cyst adalah kelainan kongenital berupa masa kista terlokalisir yang
dibatasi lapisan epitel skuamosa. Etiologi dari dermoid cyst adalah kegagalan
dasar dari dermoid dan epidermoid cyst adalah adanya struktur tambahan
Gambar 3.6
Epidermoid Cyst
3.2.7. Perawatan
granule juga dapat didiagnosis melalui visual, sehingga pemeriksaan biopsy tidak
laser dan terapi photodynamic (Dios, 2010). Dilaporkan kasus langka terdapatnya
PEMBAHASAN
kuning keputihan pada mukosa bukal kanan dan kiri pasien sehingga dapat
didiagnosis Fordyces granule. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada
literatur, bahwa gambaran klinis dari Fordyces granule adalah granula multiple
ektopik berwarna kuning keputihan yang terdapat pada mukosa bukal, vermilion
bibir atas, regio retromolar, atau pada pilar tonsil anterior. Keadaan ini merupakan
granule, oral hygiene pasien baik, pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti
merokok, dan pasien juga tidak sedang mengonsumsi obat. Keadaan yang
dikeluhkan pasien merupakan variasi normal sehingga tidak ada faktor-faktor lain
Tidak ada terapi yang diberikan pada pasien saat kunjungan. Pasien diberi
DHE (Dental Health Education) dan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
dengan menyikat gigi dua kali sehari setelah makan pagi dan sebelum tidur malam
18
19
dengan teknik menyikat gigi yang baik. Pasien juga dianjurkan untuk hidup sehat
dengan minum minimal 2L/hari, makan makanan dengan gizi seimbang dan
Pasien diinstruksikan untuk kontrol satu minggu untuk melihat apakah ada
perubahan yang terjadi pada keluhan pasien. Pada saat kontrol tidak terlihat ada
pada mukosa oralnya merupakan keadaan normal dan tidak memerlukan terapi.
BAB V
KESIMPULAN
bukal. Fordyces granule yang dialami pasien merupakan variasi normal dan tidak
OHI untuk tetap menjaga dan mempertahankan kebersihan mulut dengan cara
menyikat gigi dua kali sehari dengan teknik yang benar, diet makanan sehat,
berserat, dan gizi seimbang, dan minum air mineral 2 Liter perhari.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dios PD, Scully C, Almeida OP. 2010. Oral Medicine and Pathology at a
Gandolfo S., Scully C., Carronzo M. 2006. Oral Medicine 1st ed. Churchill
Livingstone: Elsevier
Field A., Longman L. 2004. Tyldesleys Oral Medicine 5th ed. New York:
Langlais RP, Miller CS, Nield JS. 2002. Color Atlas of Common Oral
Livingstone: Elsevier.
Sonis, Fazio, Fang. 1995. Principles and Practice of Oral Medicine 2nd ed.
Woo SB. 2017. Oral Pathology E-Book: A Comprehensive Atlas and Text.
Philadelphia: ELsevier
21