Anda di halaman 1dari 3

1.

ANALGESIK
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri. Obat jenis ini sudah
tersebar luas di masyarakat dengan berbagai merk dan macam. Obat ini umum digunakan karena
banyak orang yang mengalami rasa sakit dalam berbagai bentuk di kehidupan sehari-hari,
sehingga obat penghilang rasa sakit cukup populer.
Fear of pain adalah alasan utama pasien enggan menjalani perawatan gigi. Sehingga
dalam kedokteran gigi obat analgesik sering digunakan. Ketakutan akan rasa sakit ini dapat
terjadi karena pengalaman rasa sakit, contohnya trauma pascaoperasi yang menyebabkan
pengalaman fisik dan psikologis yang negatif. Rasa sakit sebetulnya dapat dicegah dan dikontrol
pada mayoritas kasus dental.
Keberhasilan perawatan dengan kondisi rasa sakit dengan analgesik memerlukan
pemahaman mengenai patofisiologinya. Rasa sakit dibagi menjadi dua yaitu nociceptive dan
neuropathic. Nociceptive adalah rasa sakit yang ditimbulkan oleh mekanis, suhu, atau aktivasi
kimia dari nociceptive aferen receptors. Contohnya rasa sakit karena traumatic injury dan rasa
sakit pascaoperasi. Neuropathic adalah rasa sakit yang dihasilkan penyimpangan aktivitas
somatosensory pada system saraf perifer ataupun central nervous system (CNS). Contohnya
trigeminal neuralgia, burning mouth syndrome, dan postherpetic neuralgia.
Sebagai praktisi kesehatan kita harus memberi dorongan pada pasien supaya mau
menggunakan obat analgesik sebelum rasa sakitnya bertambah parah dan makin sulit dikontrol.
Pengetahuan mengenai rasa sakit juga harus baik karena tingkat rasa sakit relative pada setiap
individu.
Sebelum memulai treatment dengan analgesik praktisi harus memilih jenis obat yang
akan digunakan. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan
1. Penyebab rasa sakit, tingkat keparahan rasa sakit, dan medical history dari pasien. Hal
ini paling penting dalam memilih regimen analgesik.
2. Sejarah rasa sakit pasien baik yang baru maupun yang terdahulu dan bagaimana
mereka dirawat sebelumnya. Menanyakan pada pasien analgesik jenis apa yang
efektif dan jenis apa yang diinginkan dianjurakan untuk dilakukan.

3. Penilaian dan preferensi pasien harus dipertimbangkan selama obat yang diminta
masih appropriate.
4. Memperkirakan tingkat rasa sakit pasien.
5. Tingkat ambang, toleransi pasien terhadap rasa sakit, dan kebutuhan analgesik pasien
sangat bervariasi.
Prinsip pemberian analgesik yaitu harus diberikan dengan jadwal yang rutin. Pasien
biasanya membutuhkan analgesik 48 jam pascaoperasi dental sehingga harus diberikan analgesik
rutin misalnya 4 jam sekali. Jadwal ini menghasilkan konsentrasi plasma yang stabil sehingga
rasa sakit yang muncul berkurang. Pasien harus di follow up secara intens terutama saat memulai
regimen analgesik. Guideline praktik klinis rasional dan tabel equinalergic dibutuhkan praktisi
untuk menentukan regimen analgesik dan dosis untuk setiap pasien.
Klasifikasi obat analgesik secara umum dibagi menjadi nonopioid dan opioid. Namun
local anesthetic juga dapat menjadi obat analgesik.
1.1.

Local anesthetic
Selain sebagai pain control pada saat prosedur bedah, anestesi local juga dapat
mengurangi rasa sakit setelah perawatan. Long-acting anesthetic agent seperti
bupivacaine, dan agent with short duratioan seperti lidocaine dapat menunda onset
dari rasa sakit pascaoperasi, otomatis mengurangi obato-obatan anti nyeri yang

diberikan pasca operasi.


1.2.
Nonopioid analgesik
Kategori nonopioid bervariasi, diantaranya NSAID, COX-2 inhibitor, dan
acetaminonphen. Hal-hal yang membedakan dengan kelompok opioid:
a. Sasds Terdapat ceiling effect
b. Tidak menyebabkan toleransi atau ketergantungan
c. Antipiretik
d. Memiliki sifat anti-inflamasi dan analgesik
Sebagai general rule: setiap regimen analgesik harus diberikan oba nonopioid
meskipun harus diberi opioid karena tingkat rasa sakit parah, obat nonopioid harus
tetap diberikan. Contoh obat yang biasa digunakan pascaoperasi dental adalah aspirin,
acetaminophen, ibuprofen, dan NSAID lainnya.
Rute pemberian obat nonopioid yang paling umum adalah oral, namun pada anak
yang belum bisa menelan kapsul atau tablet diberikan dalam bentuk cair seperti
ibuprofen dan acetaminophen.
Opioid analgesik

1.3.

Analgesik opioid diberikan sebagai tambahan analgesik nonopioid untuk


meredakan rasa sakit moderate sampai severe. Opioid berbeda dengan nonopioid
karena tidak memiliki ceiling effect dalam respon analgetiknya. Pembatasan dosis
hanya berdasar efek samping.
Penggunaan opioid ini sangat dibatasi karena kekhawatiran miskonsepsi dan
kemungkinan terjadinya depresi dan habituasi pernafasan. Toleransi dan
ketergantungan terhadap obat ini dapat terjadi bila periode pemberian cukup lama.
Namun adiksi jarang terjadi pada pasien yang diberikan obat jenis ini.
Opioid analgesik ada pure agonist contohnya codeine dan oxycodone, dan
agonist/antagonist contohnya pentazocine dan butophnol. Kelompok
agonist/antagonist tidak boleh dijadikan first line therapy. Kelompok tersebut tidak
ditemukan lebih unggul dari pure agonist dan memiliki ceiling effect, juga
menyebabkan dysphoria, confusion, dan hallucination.
Kembali ke prinsip awal terapi nonopioid harus dijadikan landasan dalam
medikasi untuk memanage dental pain. Kombinasi nonopioid dan opioid yang
digunakan dalam kedokteran gigi adalah nonopioid dan codeine, hydrocodone, atau
oxycodone. Bila rasa sakit sangat parah bisa diberikan kombinasi nonopioid dan
opioid yang lebih poten seperti morfin dan hyromorphone.

Anda mungkin juga menyukai