Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kista di definisikan sebagai kavitas pathologis dari epithelium – line.

Kista pada maksila, mandibula dan regio perioral sangat mencolok dalam ragam

histogenesis, cara terbentuknya, perilakunya dan perawatannya. Kista dibagi

menjadi kista odontogenik, kista non-odontogenik, pseudocyst, dan kista pada

leher. Glandular Odontogenic Cyst (GOC) adalah sebuah kista tulang rahang yang

jarang terjadi berasal dari odontogenik ditemukan pada tahun 1987 oleh Gardner

et al.. GOC secara histologis menurut WHO termasuk dalam tipe tumor

odontogenik dengan istilah sialoodontogenik cyst.1

Pada suatu penelitian, pada 20 tahun terakhir ini, ada 111 kasus kista

odontogenik ini dilaporkan. Kista ini dilaporkan terjadi pada laki – laki dan

perempuan dengan rasio laki-laki : perempuan 1.3:1 , dan lokasi terjadinya adalah

anterior rahang bawah. Dan sering terjadi pada usia 10-90 tahun, dengan usia rata-

rata 49,5 tahun. Pada mandibula tampaknya lebih sering terkena ( 87,2%) dari

pada maxilla.2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi, etiologi, gambaran klinis, histopatologi, serta

diagnosis banding dari Kista Glandular Odontogenik?

2. Bagaimana definisi, Etiologi, Gambaran Klinis, Bentuk Klinis,

Diagnosis Banding, Histopatologi, Terapi, Prognosis dari Odontogenik Keratosit?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui dan mempelajari karakteristik dari Kista Glandular

Odontogenik dan Keratosit Odontogenik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kista Glandular Odontogenik

A. Definisi

Glandular Odontogenic Cyst (GOC) adalah sebuah kista tulang rahang

yang jarang terjadi berasal dari odontogenik ditemukan pada tahun 1987 oleh

Gardner et al.. GOC secara histologis menurut WHO termasuk dalam tipe tumor

odontogenik dengan istilah sialoodontogenik cyst. Pada suatu penelitian, pada 20

tahun terakhir ini, ada 111 kasus kista odontogenik ini dilaporkan. Kista ini

dilaporkan terjadi pada laki – laki dan perempuan dengan rasio laki-laki :

perempuan 1.3:1 , dan lokasi terjadinya adalah anterior rahang bawah. Dan sering

terjadi pada usia 10-90 tahun, dengan usia rata-rata 49,5 tahun. Pada mandibula

tampaknya lebih sering terkena ( 87,2%) dari pada maxilla. ( 2, shahnaz )

B. Etiologi

Kista glandular odontogenik sangat jarang terjadi, biasanya menyerupai

kista botrioid odontogenik. Kista dapat terletak seluruhnya di dala jaringan lunak

atau di antara tulang atau juga di atas permukaan tulang. Kista yang terletak pada

tulang rahang kemungkinan epitelnya berasal dari epitel odontogenik, misalnya

dari sisa dental lamina atau organ email. Perkembangan kista dimulai dan

dilanjutkan oleh stimulasi sitokin terhadap sisa-sisa epitel dan ditambah dengan

produk-produk central celullar breakdown yang menghasilkan solusi

hiperaluminal sehingga menyebabkan fluid transudate dan kista yang semakin


membesar. Kista odontogenik glandular adalah suatu kista rahang tipe

perkembangan yang jarang dijumpai dan berasal dari odontogenik. Kista

odontogenik glandular memiliki gambaran histopatologis yang mirip dengan

botryoid odontogenic cyst (BOC) dan central mucoepidermoid tumor (MET)

sehingga mudah terjadi salah diagnosa. Etiologi kista odontogenik glandular

adalah berasal dari perkembangan gigi geligi khususnya berasal dari sisa sisa

epitel lamina dentalis.3

C. Gambaran Klinis

Yang paling banyak berada pada mandibula (80%), terutama pada regio

anterior rahang bawah. Lesi maksila biasa terjadi pada bagian anterior. Ekspansi

rahang jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan lesi mandibular. Rasio

gender kira–kira 1 banding 1. Pertengahan usia 50 tahun, dengan perluasan usia

pada dekade ke-dua hingga ke-sembilan.3

D. Gambaran Radiologis

Kebanyakan kasus menunjukan gambaran radiografi multiloculated. Pada

kasus dengan gambaran radiolusen unilokular dengan adanya tanda awal, lesi

rekuren dapat menjadi multilokular. Lesi menunjukan ukuran yang bervariasi, dari

kurang dari 1 cm hingga yang mengenai mandibular bilateral. Batas radiografi

mungkin akan tampak jelas atau sklerotik. Lesi yang lebih agresif tampak pada

penyakit periperal border.3


E. Gambaran Histopatologis

Secara histopatologis, kista multilokular di batasi oleh epitelium tidak

berkeratin dengan ketebalan tertentu dimana sel epitel diasumsikan berbentuk

melingkar. Epitelial lining mengandung sel kuboidal, sering ditemani dengan silia

pada permukaan luminal. Sel mukous berkelompok pada batas kista bersama dengan

musinpools. Secara keseluruhan histomorfologinya mengingatkan kita pada

carsinoma mukoepidermal tingkat rendah.3

F. Penatalaksanaan

Lesi dapat menjadi agresif maka dari itu rencana pembedahan harus

memperhatikan perluasan penyakit melalui gambaran klinis dan radiografi. Dimana

tulang yang kuat disisakan dari perluasan lesi kista, mungkin dapat digunakan

kuretase bagian perifer atau eksisi dari margin. Perawatan jangka panjang mungkin

harus diberikan pada penyakit yang agresif atau rekuren.3

2.2 Kista Keratosit Odontogenik

A. Definisi

Pada tahun 1956, istilah “odontogenic keratocyst” (kista keratosis

odontogenik) diperkenalkan untuk menamai semua jenis kista pada rahang yang

mengandung keratin. Kista keratosis odontogenik merupakan bentuk khusus dari

kista odontogenik perkembangan yang memberikan gambaran histopatologis,

gambaran klinis, dan gambaran mikroskopis yang khas. Kista ini terbagi atas dua

jenis, yaitu jenis ortokeratin dan parakeratin. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, insidensi kista ini adalah sekitar 3% sampai 11% dari keseluruhan kista

odontogenik.3
B. Etiologi dan patogenesis

Kista keratosis odontogenik merupakan kelainan perkembangan yang

berasal dari epitel odontogenik. Kista keratosis odontogenik dapat terjadi selama

proses pembentukan gigi belum sempurna, yaitu pada tahap bell stage. Kista

keratosis odontogenik dapat berasal dari proliferasi sel basal dari epitel mulut.

Terdapat akumulasi pulau-pulau epitel di dalam mukosa superfisial kista keratosis

odontogenik yang telah dieksisi, terutama pada ramus asendens. Dari hasil

penelitian terlihat bahwa ada dua sumber epitel tempat asal kista keratosis

odontogenik, yaitu pertama, lamina dentis pada rahang atas maupun rahang bawah

atau sisa-sisanya sebelum pembentukan gigi sempurna dan kedua adalah

proliferasi sel basal dari epitel mukosa mulut yang menutupinya. 3

C. Gambaran klinis

Kista keratosis odontogenik yang kecil biasanya tidak menimbulkan

gejala, gejala baru tampak saat terjadi perluasan kista dalam tulang atau terjadi

peradangan. Pada keadaan ini, 50% penderita menunjukkan gejala klinis berupa

pembengkakan yang terlihat licin dan kadang-kadang timbul di daerah fasial dan

lingual dari tulang rahang, terlihat menonjol. Gejala klinis lainnya adalah parestesi

pada bibir, gigi tanggal, dan sakit. Bila terdapat di rahang bawah akan mengalami

perluasan ke bagian tubuh serta ramus mandibula. Kista keratosis odontogenik

cenderung menjadi besar dan umumnya multilokular. Dapat ditemukan pada

semua usia dari bayi sampai orang dewasa. Sekitar 60% kasus kista ini ditemukan

antara usia 10-40 tahun, dengan puncak insidensinya adalah antara usia 20-30
tahun, meski ada juga yang mengatakan insidensi tertingginya terjadi pada usia

50-70 tahun.3

D. Gambaran radiologi

Gambaran radiografi kista ini memberikan gambaran radiolusen unilokular

dengan batas yang jelas dengan tepi yang radiopak dan rata. Kista keratosis

odontogenik dapat membesar dan berbentuk multilokular sehingga menyerupai

ameloblastoma. Kista keratosis odontogenik yang multilokular mempunyai

gambaran radiografis yang mirip dengan ameloblastoma tetapi dinding tulangnya

sklerotik dengan batas korteks yang lebih jelas. Kista keratosis odontogenik tipe

ortokeratin umumnya bersifat radiolusen unilokular dengan gigi yang terlibat

cenderung mengalami pergeseran. Namun, pada beberapa kasus, kista keratosis

odontogenik tipe ortokeratin menunjukkan adanya radiolusen multilokular.

Biasanya tipe ortokeratin terjadi di sekitar gigi molar tiga rahang bawah dengan

ukuran yang bervariasi dari diameter 1 cm sampai dengan 7 cm. Sebanyak 50%

kasus kista keratosis odontogenik tipe parakeratin berhubungan dengan gigi

impaksi. Tipe parakeratin biasanya multilokular atau membuat sklerotik dengan

batas korteks yang jelas.3

Gambar 2.7 : Gambaran radiologis kista keratosis odontogenik


E. Gambaran histopatologi

Gambaran khas kista keratosis odontogenik secara mikroskopis adalah

adanya dinding kista yang tipis. Lapisan epitel ini sangat tipis, umumnya kurang

dari 2 mm. Lapisan epitelnya tersusun oleh epitel skuamosa bertingkat yang

seragam, biasanya ketebalannya sekitar enam sampai delapan epitel. Tidak seperti

kista odontogenik lainnya, pada kista keratosis odontogenik, dinding epitel tidak

bersentuhan atau terpisah dari lapisan jaringan ikatnya. Komponen jaringan ikat

fibrosa dari dinding kista biasanya tipis dan longgar atau berbentuk miksoid.

Gambar 2.8 : Gambaran histopatologis kista keratosis odontogenik (a) pada lapisan
ortokeratin (b) pada lapisan parakeratin
Sumber : Cawson’s Essentials of oral pathology and oral Medicine 8th,Cawson RA,Odell EW,Churcill

Livingstone

F. Penatalaksanaan

Bedah eksisi dengan kuretase peripheral osseous atau ostectomy

merupakan metode yang dapat dilakukan. Tindakan yang agresif ini dapat

benarkan karena rekurensi yang tinggi yang berhubungan dengan OKCs.


Beberapa juga menganjurkan penggunaan chemical kauterisasi pada kista dengan

menggunakan solusi Carnoy’s (biologic fixative). Pada beberapa kasus dengan

OKCs yang besar, dapat dilakukan marsipulisasi untuk mendapatkan penyusutan

dari kista, yang kemudian diikuti dengan enukleasi.3


BAB III
LAPORAN KASUS
Laporan Kasus 1
Kistta Glandular Odontogenik : Laporan Kasus
Abstrak
Kista odontogenik kelenjar (GOC) adalah kista intrabony soliter yang jarang ada

atau multiloculated yang berasal dari odontogenik. Yang penting dari GOC

terletak pada fakta bahwa mereka menunjukkan adanya kecenderungan untuk

munculnya kekambuhan mirip dengan tumor odontogenik keratocystic dan

mereka mungkin sulit membedakan secara mikroskopis dengan karsinoma

mucoepidermoid sentral. Dengan demikian, ahli oral dan ahli radiologi

maxillofacial memainkan peran penting dalam diagnosis definitif GOC

berdasarkan kasus-kasus khusus; meskipun kejadian ini langka. Sebagian besar,

ini karena histopatologi yang kompleks dan sering non-spesifik GOC. Laporan

kasus ini menggambarkan kasus terjadinya GOC di daerah ramus mandibula

posterior pada wanita 17 tahun, yang adalah kombinasi langka situs, usia, dan

jenis kelamin untuk kejadian.

Kata Kunci : Kista Odontogenik; panoramic radiografi; Cone-Beam Computed

Tomography

Pendahuluan

Kista odontogenik kelenjar (GOC) adalah kista intrabony soliter yang jarang ada

atau multiloculated yang berasal dari odontogenik. Pada tahun 1987, Padayachee

dan Van Wyk pertama melaporkan dua kasus yang berbagi fitur dari kedua kista
odontogenik botryoid dan tumor mucoepidermoid sentral dan menyarankan itu

istilah "sialo-odontogenic cyst" untuk menghindari kebingungan dan salah dalam

manajemen atau penatalaksanaan. Satu tahun kemudian, Gardner dan kawan-

kawan melaporkan delapan kasus lain dan diberi nama "kista Glandular

odontogenik "; mereka menganggapnya sebagai entitas yang berbeda karena fitur

histopatologi yang tidak biasa. Selain itu, istilah ini termasuk dalam revisi edisi

laporan World Health Organization pada tahun 1992 sebagai "proses Epitelial

Kista Odontogenik." Ini juga disebut sebagai "kista mucoepidermoid" oleh

Sadeghi dan “Kista odontogenik polimorfik” oleh High et al. Dalam kurun 20

tahun sejak pertama kali dijelaskan, 111 kasus jenis ini dari kista telah dilaporkan,

kejadian 0,2% di antaranya adalah kista odontogenik.

Oleh karena itu, meskipun jarang, kista ini dikenal secara klinis entitas dan

penting untuk mengenali dan mendiagnosis karena sifatmya agresif dan

kecenderungannya untuk terulang kembali. Kista ini dilaporkan sedikit

kecenderungan laki-laki dengan rasio laki-laki: perempuan 1.3: 1,6 dan situs yang

paling sering terkena adalah anterior rahang bawah. Ini cenderung terjadi pada

rentang usia yang luas 10-90 tahun, dengan usia rata-rata 49,5 tahun. Mandibula

tampaknya lebih sering terkena (87,2%) daripadan rahang atas.

Pemeriksaan radiografi menunjukkan kista yang terdefinisi dengan baik

radiolusensi unilokular atau multilokular, sering dengan margin bergigi dan batas

sklerotik. Selain itu, mungkin resorpsi akar dan perpindahan gigi dengan kortikal

perforasi, menyebabkan perluasan kista ke dalam jaringan lunak yang berdekatan.


Secara histologi, Kista Glandular Odontogenik ini ditandai oleh dinding dinding

kista epitelium non-keratin dengan proyeksi papilaris, penebalan nodular, celah

berisi mukosa, dan “lendir danau. "Selain itu, itu termasuk sel basal kuboid, yang

kadang-kadang vakuolisasi. Penatalaksanaan Kista Glandular Odontogenik

termasuk kuretase dan enukleasi, meskipun beberapa penulis percaya bahwa

reseksi marjinal menjadi lebih banyak pengobatan yang dapat diandalkan karena

kecenderungan kista kambuh setelah kuretase dan enukleasi.

Tujuan dari laporan ini adalah untuk menyajikan kasus Kista Glandular

Odontogenik dalam pasien wanita muda di daerah mandibula posterior, yang

cukup langka dan tidak biasa.

Laporan Kasus

Seorang pasien wanita 17 tahun dirujuk ke pasien rawat jalan Departemen

Kedokteran Mulut dan Radiologi di Nair Hospital Dental College, Mumbai, oleh

ortodontis lokal setelah menemukan patologi radiolusen yang terdefinisi dengan

baik di wilayah ramus yang tepat dari mandibula pada foto panoramic.

Pasien mengatakan nyeri tumpul ringan di atas posterior kanan daerah mandibula

dalam jangka waktu 15 hari tanpa faktor yang memberatkan atau menghilangkan.

Pemeriksaan ekstraoral ditemukan tidak ada temuan klinis yang signifikan. Secara

internal, di sana adalah obliterasi ringan dari ruang depan bukal di kanan daerah

molar kedua bawah tanpa klinis relevan lainnya temuan. Riwayat medis pasien

mengungkapkan bahwa dia telah menderita asma alergi sejak kecil, dia

tidak pada obat apa pun untuk kondisi ini.


Radiografi panoramik diperoleh menggunakan Planmeca Mesin Proline CC

(Planmeca OY, Helsinki, Finlandia) dengan parameter eksposur 73 kVp, 10 mA,

dan 15 s eksposur waktu. Sebuah lesi radiolusen lentur yang terdefinisi dengan

jelas diamati membentang dari perbatasan distal dan puncak dari molar kedua

kanan bawah ke ramus kira-kira 3 mm jauh dari takik sigmoid melampirkan

mengembangkan tunas gigi molar ketiga bawah kanan pada Gambar 1 dibawah.

Tidak ada perluasan batas posterior atau inferior dari ramus, seperti yang terlihat

pada radiografi panoramik.

Gambar 1.1 Radiograf panoramik menunjukkan multiloculated yang terdefinisi dengan baik lesi
radiolusen memanjang dari perbatasan distal dan puncak molar kedua kanan bawah ke dalam
ramus hingga kira-kira 3 mm dari takik melengkung sigmoid berkembangnya kuncup gigi kanan
molar ketiga bawah.

Gambar 2. A. Sebuah gambar CBCT aksial menunjukkan beberapa septa tulang melengkung (panah hitam).
B. Sebuah gambar CBCT sagital menunjukkan batas-batas bergigi lesi kistik (panah hitam). C. Gambar
CBCT panorama yang direkonstruksi menunjukkan lesi radiolusen yang terdefinisi dengan baik di kanan
wilayah ramal mandibular memanjang dari molar kanan bawah kanan ke sepertiga atas ramus dengan resorpsi
puncak dari molar kedua (panah hitam) dan dengan sudut kanan siku tajam yang jelas (kepala panah hitam).
D. Gambar CBCT koronal menunjukkan perforasi dari lempeng kortikal lingual kanan (kepala panah hitam)
dan penipisan korteks buccal kanan (kepala panah putih).
compe-beam computed tomographic (CBCT) diperoleh dengan menggunakan

mesin 3D Kodak 9000 (Carestream Health Inc., Rochester, NY, USA), dengan

bidang pandang (FOV) 50 mm x 37 mm, ukuran voxel 76,5 μm × 76,5 μm × 76.5

μm, dan waktu pencahayaan 10.8 s. Gambar yang tertangkap direkonstruksi

menggunakan frekuensi spasial tinggi algoritma rekonstruksi, dan gambar-gambar

ini menampakkan yang terdefinisi dengan baik lesi radiolusen multilokulasi pada

mandibula kanan wilayah ramus ( Gambar 2A dan B).

Lesi ini memanjang dari molar kedua bawah kanan ke sepertiga atas ramus,

dengan resorpsi dari apeks molar kedua rahang bawah kanan memiliki sudut

pandang siku-siku yang terdefinisi dengan baik septa (Gambar 2C). Radiolusensi

memiliki batas yang bergelombang dan mengelilingi tunas gigi molar ketiga yang

sedang berkembang (Gambar 2B dan C). Ada perforasi kortikal lingual piring dan

penipisan lempeng kortikal buccal, seperti yang terlihat pada bagian koronal

CBCT dari lesi ( Gambar 2 D ).

Berdasarkan temuan klinis dan radiografi, sementara diagnosis tumor odontogenik

keratocystic karena untuk ekspansi minimal dengan keterlibatan tulang yang

cukup besar diusulkan dengan diagnosis banding odontogenik myxoma karena

adanya septa lurus sudut kanan, seperti yang terlihat pada bagian panorama yang

direkonstruksi pada tampilan CBCT . Setelah itu, biopsi insisi lesi bersama

enukleasi tunas gigi molar ketiga dilakukan dengan menggunakan antibiotik dan

anestesi lokal. Spesimen diajukan untuk evaluasi histopatologi, yang

mengungkapkan epitelial kolumial bertingkat pseudo-bertingkat lapisan cystic

yang menutupi jaringan ikat fibrosa dewasa. Dengan demikian, temuan


histopatologi keseluruhan bersifat sugestif dari sebuah Kista Glandular

Odontogenik. Mengikuti penelitian ini, eksplorasi bedah dengan kuret Kista

Glandular Odontogenik dari hemimandible dilakukan di bawah anestesi umum,

dan spesimen dikirim untuk konfirmasi histopatologi. Hematoxylin dan bagian

bernoda eosin menunjukkan lumen kistik dilapisi oleh epitel kolumnar pseudo-

stratified dengan filiform ekstensi sitoplasma dan mukosa-mensekresikan sel

dengan pembentukan spherule intra-epitel, yang karakteristik Kista Glandular

Odontogenik sehingga mengkonfirmasi histopatologi sebelumnya dengan

diagnosis Kista Glandular Odontogenik ( Gambar 3). Setelah 3 bulan masa follow

up pada pasien ini, tidak ada komplikasi atau rekurensi yang dilaporkan ( Gambar

4).

Diskusi

Seperti yang dinyatakan sebelumnya di bagian Pendahuluan, sebuah kasus Kista

Glandular Odontogenik, perkembangan kista odontogenik yang tidak biasa pada

rahang, disajikan di sini. Sesuai dengan sebelumnya studi dan kasus, kasus kami

menunjukkan mandibula yang signifikan Keterlibatan. Selain itu, fitur radiologis

menunjukkan kesamaan dengan laporan sebelumnya, termasuk yang terdefinisi

dengan baik radiolusen dengan batas-batas yang jelas bersama dengan kerugian

integritas kortikal dan resorpsi akar.

Gambaran histopatologisnya juga sugestif sebuah rongga kistik yang dilapisi

dengan kolom kolumnar, bertingkat-tingkat lapisan epitel, dan jaringan ikat

pembuluh darah berserat. Ketidaksepakatan itu terkait dengan kecenderungan


jenis kelamin, usia, dan prevalensi situs: literatur menunjukkan kegemaran

terhadap laki-laki dan usia rata-rata 49,5 tahun dengan mandibula anterior yang

paling sering terkena situs, sedangkan kasus ini dilaporkan pada gadis remaja

muda dengan keterlibatan mandibula posterior dan wilayah ramus.

Hasil peneilitian pada Kista Glandular Odontogenik berdasarkan fisik dan

radiologis pemeriksaan saja praktis tidak mungkin, fakta bahwa penulis semua

studi sebelumnya. Hanya pemeriksaan histopatologi yang memungkinkan untuk

diagnosa pada kista. GOC tidak berbeda dari kista jawbone lain pada proyeksi

radiologi yang khas. Dengan demikian, diagnosa dentigerous kista, dan botryoid,

radikular, dan keratocystic Tumor odontogenik harus dibuat berdasarkan

pemeriksaan X-ray. Selanjutnya, pada kasus multilokular kista, diagnosis banding

dapat mengarah ke arah ameloblastoma, myxoma, sentral giant cell granuloma ,

dan displasia fibrous. Namun, diagnosis yang paling penting hasil yang layak

harga adalah mucoepidermoid sentral karsinoma karena histopatologi yang

signifikan Ubah. Namun, diagnosa yang paling penting yang layak adalah sentral

mucoepidermoid carcinoma berdasarkan histopatologi yang signifikan

kesamaannya.

Kaplan dan Brannon mengusulkan daftar kriteria mikroskopis mayor dan minor

untuk Kista Glandular Odontogenik atas dasar frekuensi masing-masing fitur

dalam kasus yang dilaporkan dari literatur. Atas dasar analisis mereka, disarankan

bahwa setidaknya fokus dari masing-masing kriteria berikut iniyang utama harus

ada untuk diagnosis: 1) lapisan epitel skuamosa melapisi dengan berhadapan

datar dengan konektif jaringan dinding, kekurangan basal palisading ; 2) variasi


ketebalan epitel sepanjang lapisan kistik dengan atau tanpa "bola" epitel,

"lingkaran," atau luminal fokal proliferasi; 3) sel eosinofilik kuboid atau "hobnail"

sel; 4) sel mukosa (goblet) dengan mukosa intraepitel ,dengan atau tanpa crypts

yang dilapisi oleh penghasil lendir sel; dan 5) kelenjar intraepitelial, microcystic,

atau ductlike struktur.

Selain itu, mereka mencantumkan kriteria minor berikut ini mendukung diagnosis

tetapi tidak wajib: 1) papillary proliferasi lapisan epitelium, 2) sel bersilia, 3)

arsitektur multicystic atau multiluminal, dan 4) jernih atau sel yang dikosongkan

dalam lapisan basal atau spinosus. Sulit untuk melihat Perbedaan antara tingkat –

rendah mukoepidermoid sentral karsinoma dan Kista Glandular Odontogenik.

Satu-satunya fitur yang belum dilaporkan pada tingkat bawah karsinoma

mucoepidermoid sentral dan yang mungkin membenarkan keberadaan Kista

Glandular Odontogenik sebagai entitas terpisah adalah sesekali kehadiran plak

epitel, mirip dengan yang terlihat pada lateral kista periodontal Namun, tidak

seperti periodontal lateral dan kista odontogenik botryoid, yang lebih tidak

berbahaya, Kista Glandular Odontogenik dianggap sangat agresif.

Kasus kami dipertimbangkan pada Kista Glandular Odontogenik karena

memenuhi semua kriteria yang ditentukan oleh Gardner dan tidak seperti

mucoepidermoid karsinoma, atipia seluler dan padat dan microcystic proliferasi

epitel tidak terlihat. Tatalaksana yang dilaporkan dari Kista Glandular

Odontogenik berkisar dari pendekatan konservatif (enukleasi, marsupialisasi,

kuretase dengan atau tanpa ostektomi perifer, kuretase dengan adjuvan Solusi

Carnoy, atau cryotherapy) untuk reseksi marginal dan reseksi segmental.


Beberapa penulis lebih suka marginal dan reseksi segmental karena

kecenderungan kista kambuh setelah pengobatan konservatif.

Namun, tidak mungkin semua kasus dan laporan diterbitkan sejauh ini yang telah

menggunakan kriteria histopatologis yang ketat untuk membuktikan Kista

Glandular odontogenik. Dari rekomendasi ini, bisa jadi mudah disimpulkan

bahwa dalam beberapa kasus, histopatologi GOC bisa tidak spesifik sejauh tidak

memadai tes tunggal untuk setiap tersangka kasus GOC. Oleh karena itu, kriteria

dan gambaran klinisnya harus diidentifikasi dan digunakan untuk lebih

memperbaiki diagnosa pada kasus yang histopatologinya diagnosis ambigu, serta

diagnosa banding pada kista ini (Tabel 1).

Kesimpulannya, Kista Glandular Odontogenik adalah lesi yang langka dan agresif

dengan tingkat kekambuhan yang relatif tinggi. Oleh karena itu, klinik yang

cermat dan evaluasi radiologi bersama dengan teliti dan pemeriksaan

histopatologi yang tepat harus dilakukan. CT atau CBCT scan direkomendasikan

untuk mendiagnosis GOC karena mereka memberikan informasi yang akurat

tentang lesi lokular, integritas kortikal, perluasan dan luasnya lesi, dan

keterlibatan jaringan lunak yang berdekatan.


Laporan Kasus 2

Kista Glandular Odontogenik pada Maksila Anterior : Laporan dua Kasus

Abstrak

Glandular Odontogenic Cyst (GOC) adalah perkembangan kista odontogenik

yang langkah dengan histopatologi yang unik. Hal ini termasuk dalam tipe

histologis tumor odontogenik di Dunia Kesehatan Dunia (WHO) istilah kista

odontogenik glandular atau kista sialo-odontogenik. Tujuan artikel ini adalah

melaporkan dua kasus GOC yang terjadi pada rahang atas anterior pada pasien

laki-laki muda. Asal, klinis, radiografi dan histologis fitur dan perawatan GOC

juga dibahas dalam penelitian ini.

Kata Kunci : Kista Glandular Odontogenik, Kista Sialo-odontogenik , Maksilla

Anterior

Pendahuluan

Padayechee dan Van Wyk pada tahun 1987 pertama mendeskripsikan kista rahang

yang unik dengan istilah "sialoodontogenic kista, ”menghubungkan kemungkinan

etiologinya ke kelenjar ludah dan menekankan terbentuknya sel mukosa dan silia

sebagai bagian dari lapisan epitel . Pada tahun 1988, Gardner melaporkan

serangkaian kista ini dan menciptakan istilah kelenjar odontogenic cysts (GOC),

untuk menekankan turunan odontogenik dari kista ini. GOC mendapat perhatian

khusus oleh dokter dan patolog terutama karena 2 alasan. Yang pertama adalah

tumpang tindih dalam fitur histomorfologi antara GOC, kista periodontal lateral,
Botryoid kista odontogenik dan kista mucoepidermoid sentral dari rahang. Alasan

kedua adalah potensi perilaku agresif lesi. GOC paling banyak sering di usia

paruh baya dengan predileksi laki-laki sedikit. Secara radiografi, tampak

didefinisikan sebagai suatu radiolusensi, yang mungkin unilocular atau

multilokular. GOC memiliki predileksi pada mandibula, mengenai daerah

anterior dan posterior, dan predileksi terhadap kejadian anterior ketika maxilla

dilibatkan. Untuk meningkatkan informasi klinik patologi untuk menjelaskan

perjalanan alami dari kista misterius ini, pelaporan kasus baru harus didorong.

Kami melaporkan dua kasus GOC yang jarang terjadi di wilayah rahang atas

anterior .

Laporan Kasus 1

Seorang pria berusia 23 tahun mengunjungi Klinik bedah mulut dan

Maxillofacial dengan riwayat pembengkakan wilayah maksila anterior sejak 3-5

bulan. pasien melaporkan cedera eksternal ke anterior gigi 8 tahun yang lalu.

Riwayat medis dari pasien tidak berkontribusi. Pemeriksaan Intraoral didapatkan

pembengkakan di anterior maxilla memanjang dari lateral maksila kanan gigi

insisivus ke gigi taring rahang atas kiri di palatal . Gigi insisif sentral kanan dan

kiri dan insisivus lateral, serta gigi kaninus kiri sensitif terhadap perkusi. Non

vitalitas gigi ini dikonfirmasi dengan melakukan uji kepekaan pulpa. Pemeriksaan

radiografi mengungkapkan terdefinisi dengan baik radiolusensi unilocular hadir di

puncak akar insisivus sentral dan lateral kanan dan kiri tengah, gigi insisivus

lateral dan gigi taring (Gambar 1). perawatan saluran akar dilakukan sebagai

bagian dari pengobatan.


Gambar 1. Radiografi Intraoral periapikal menggambarkan unilokular,lesi
didefinisikan dengan baik di anterior rahang atas.
Aspirasi yang dilakukan pada lesi menghasilkan kekuningan cairan berwarna

coklat tanpa kristal kolesterol atau elemen seluler yang khas, mengindikasikan itu

menjadi lesi kistik jinak. Sejarah trauma dan nonvitalitas gigi sangat mengarah ke

kista radikuler. Oleh karena itu, mempertimbangkan diagnosis klinis kista

radikular, dokter bedah melakukan eksisi biopsi.

Dengan anestesi umum, lesi yang di enukleasi dengan ostektomi perifer dan

kauterisasi kimia menggunakan solusi Carnoy (Komposisi: campuran alkohol

absolut (6 ml), kloroform (3ml), asam asetat glasial (1 ml), besi klorida (1mg) .

Apicoectomy (gigi yang mana) juga dilakukan. Intraoperatif, lapisan kistik tipis

dan margin tulang menipis yang menunjukkan lesi kistik agresif. Oleh karena itu,

ostektomi perifer dan kimia kauterisasi menggunakan solusi Carnoy dilakukan

seperti pada lesi kistik agresif lainnya.

Spesimen bedah terdiri dari beberapa fragmen jaringan lunak coklat pucat dan

bit terbesar berukuran sekitar 3x1x0,3 cm dimensi. Bagian rutin disiapkan dan

diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin, asam periodik- Schiff (PAS) dan

noda mucicarmine. Pemeriksaan histologi menunjukkan rongga kistik yang


dibatasi oleh epitel dengan ketebalan yang bervariasi dengan berhadapan datar

antara epitel dan konektif yang mendasari jaringannya (Gambar 2).

Gambar 2. Fotomikrograph menunjukkan lapisan kistik dengan seperti plak epitel


yang menebal memproyeksikan ke daerah lumen.
Kapsul kistik menunjukkan peradangan yang minimal. Sel berbentuk kubus

eosinofilik lapisan permukaan lapisan kista, permukaan bersilia sel dan sel dengan

sitoplasma yang jernih atau kosong mudah diidentifikasi. Area fokus epitel

mengental atau plak terlihat. Sel-sel mukosa diidentifikasi dengan baik dalam area

kelenjar (Gambar 3) dan PAS positif.

Gambar 3. Dinding kista dilapisi oleh skuamosa bertingkatepitel yang mengandung sel-sel yang
mengeluarkan lendir.
Diagnosis kista odontogenik kelenjar sudah didapatkan.Proses penyembuhan itu

lancar selama masa tindak lanjut. Tidak ada bukti kekambuhan 24 bulan pasca

operasi.

Kasus 2

Seorang pria berusia 21 tahun mengunjungi Klinik bedah mulut dan

Maxillofacial untuk evaluasi & koreksi ortodontik keganasan pada gigi. Dia juga

mengeluhkan gejala yang dirasakannya yaitu pembengkakan ringan di rahang

atas anterior dengan mobilitas dan tipping palatal dari rahang atas insisivus

sentral. Pasien memperhatikan mobilitas insisivus sentral dan pembengkakan

ringan pada rahang atas anterior sejak 6-8 bulan yang secara bertahap dan

menjadi ukuran sekarang. Pemeriksaan intra oral didapatkan bengkak di langit-

langit anterior membentang dari kanan kaninus rahang atas, gigi insisivus lateral

dan sentral ke kiri gigi insisivus sentralis rahang atas. Pusat maksila gigi insisivus

menunjukkan ekstrusi dan tipping palatal dengan mobilitas kelas II. Mukosa

atasnya dalam batas normal Tidak ada riwayat medis yang relevan.

Radiografi, radiolusensi unilocular diamati di daerah periapikal rahang atas gigi

anterior memanjang dari maksila kanan gigi kaninus, lateral dan sentral ke kiri

rahang atas gigi seri sentral. Perpindahan akar itu terdeteksi di gigi insisivus

sentralis kanan dan kiri ( Gambar 4).


Gambar 4. Radiografi periapikal intraoral menunjukkan lesi radiolusen yang
terdefinisi dengan baik di anterior maxilla dengan perpindahan dari kanan dan kiri
gigi insisivus sentralis rahang atas Pusat maksila.
Gigi insisivus sentral dan lateral maksila peka terhadap perkusi dan panas yang

dipaparkan dan respon terhadap dingin. Aspirasi lesi yang dihasilkan cairan

berwarna kekuningan tanpa kolesterol kristal atau elemen seluler yang khas.

Selanjutnya, di bawah anestesi umum lesi dienukleasi dengan ostektomi perifer

dan kauterisasi kimia menggunakan solusi Carnoy dan ekstraksi gigi yang terlibat.

Pembedahan spesimen yang terdiri dari beberapa fragmen jaringan lunak coklat

berukuran keseluruhan 4.2x2.5x2cm diajukan untuk pemrosesan jaringan rutin

dan dievaluasi secara mikroskopis. Bagian lilin 4μm Ketebalan disiapkan dan

diwarnai hematoxylin dan eosin dan Periodic acid-Schiff (PAS). Secara histologi,

lapisan epitel bervariasi Ketebalan dikelilingi oleh kapsul dengan minimal

peradangan diamati. Lapisan epitel menunjukkan plak seperti penebalan ke dalam

kapsul. Sel kubus eosinofilik membentuk lapisan permukaan dari lapisan kista dan

juga berjajar intraepitelial crypts. Permukaan sel bersilia dan memproduksi lendir

sel goblet mudah diidentifikasi (Gambar 5).


Gambar 5. Lapisan kistik yang menunjukkan plak menebal epitel dan sel-sel mensekresi
lendir.

Sel-sel mukosa dengan stain positif atau noda pada gigi positif dengan PAS dan

mucicarmine stain. Gambaran Histopatologipada kasus saat ini tidak memenuhi

semua kriteria Kaplan. Dan juga histopatologi tidak menyarankan kista

odontogenik lainnya. Diagnosis kista odontogenik kelenjar dibuat

mempertimbangkan keberadaan plak epitel, sel-sel mukosa dan musin diisi ruang

kistik . Itu proses penyembuhan tidak terjadi. Pasien itu di bawah tindak lanjut

reguler dan tidak ada bukti kekambuhan 26 bulan pasca operasi.

Diskusi

Gambaran klinis dan histopatologi dari kasus saat ini konsisten dengan yang

dilaporkan untuk GOC dalam literatur. Predileksi GOC untuk laki-laki sedikit ,

dan lesi sebagian besar terjadi di tengah usia pasien dengan rentang usia 14-75

tahun. Mandibula, terutama wilayah anterior adalah yang paling tempat umum

terjadinya lesi ini Demikian pula, telah didokumentasikan dengan baik bahwa

dalam maxilla, ia juga memiliki predileksi untuk wilayah anterior.

Dalam laporan ini, kedua kasus terjadi di wilayah anterior rahang atas pada laki-

laki muda pasien. Ulasan literatur telah ditunjukkan bahwa kebanyakan kasus

muncul sebagai pembengkakan tanpa nyeri, seperti dalam dua kasus ini. Secara
radiografi, itu disajikan sebagai radiolusensi yang jelas, baik unilocular atau

multilocular. Dalam kasus kami, kedua kista menunjukkan didefinisikan

radiolusensi unilocular didefinisikan dengan baik di apikal wilayah gigi anterior

rahang atas.

Secara mikroskopis, GOC memiliki karakteristik fitur yang terdaftar oleh

Gardner. Kaplan diusulkan daftar kriteria mikroskopik untuk GOC seperti tidak

berkeratin epitel skuamosa bertingkat, lingkaran atau bola epitel di dalam lapisan,

sel kuboid atau kolumnar eosinofilik yang kadang-kadang bersilia dan adanya sel

mukosa dengan microcystic areas. Morfologi dari lapisan epitel di GOC sangat

menyarankan suatu asal epitel odontogenik, terutama dari sisa-sisa lamina gigi.

Yang tipis, berbentuk kubus epitelium di beberapa daerah yang juga dihargai

dalam kasus kami menyerupai yang dikurangi epitel enamel. Juga, mural atau

lapisan plak diamati pada kista lain asal odontogenik seperti kista periodontal

lateral (LPC), botryoid odontogenic cyst (BOC) dan kista gingival pada dewasa

Studi imunohistokimia juga menyediakan kuat dukungan untuk asal odontogenik

GOC.

Kista odontogenik seperti radikular dan kista dentigerous mungkin menyerupai

GOC mikroskopis ketika mereka menunjukkan lendir metaplasia di lapisan epitel.

Di masa sekarang laporan, kasus kedua tidak menunjukkan semua kriteria yang

disarankan oleh Kaplan dkk. Namun, GOC seharusnya dipertimbangkan dalam

diagnosis diferensial kapanpun ada sel mukus, plak epitel dan musin diisi saluran

seperti celah.
Beberapa fitur histopatologis Yang dipaparkan oleh GOC mirip dengan LPC

seperti fokus plak seperti penebalan epitel dan kaya glikogen sel epitel. Namun,

LPC kurang agresif lesi dengan potensi pertumbuhan terbatas dan pascaoperasi

rendah kekambuhan. GOC serupa gambaran klinis dengan BOC seperti usia,

anatomi distribusi dan multilocularity. Juga, secara histologis itu menunjukkan

tumpang tindih dengan orang-orang dari Dewan Komisaris, seperti kurus lapisan

epitel dan penebalan epitel kehadiran ruang seperti duktus dengan sel mukosa dan

epitel bersilia khusus membedakan GOC dari LPC dan BOC.

Yang paling signifikan pada diagnosa banding dari hisopatologi dari GOC adalah

sentral mucoepidermoid karsinoma , terutama variasi tingkat rendah. dan sangat

penting untuk membedakan keduanya. Secara radiografi, itu dapat hadir baik

sebagai unilocular atau multilocular radiolusensi dengan batas yang jelas.

tumpang tindih histologis diamati antara GOC dan MEC pusat. Telah

dispekulasikan bahwa GOC mungkin mewakili ujung spektrum yang paling jinak

MEC pusat, perlu dekat dan berkepanjangan tindak lanjut dari semua lesi. Salah

satu yang membedakan fitur dalam GOC adalah lapisan epitel tipis khas tanpa

proliferasi epitel yang kuat seperti yang terlihat pada MEC. Selain itu, MEC tidak

menunjukkan berputar-putar agregat bulat (plak epitel) yang sering terlihat di

GOC. Perbedaan cytokeratin ekspresi GOC dan mucoepidermoid sentral

karsinoma dapat memainkan beberapa peran dalam membedakan antara dua lesi.

Reaktivitas negatif dengan cytokeratin 8 dan 18 di GOC mungkin signifikan

dalam diferensiasinya dari mucoepidermoid sentral carcinoma. Juga, perbedaan


dalam persentase sel yang stain positif dengan anti-CK 18 dan 19 di GOC dan

karsinoma mucoepidermoid sentral memiliki telah dibuktikan.

GOC dianggap berpotensi agresif di alam dan sering terlihat perforasi dan

penipisan lempeng kortikal dan tinggi tingkat kekambuhan setelah tatalaksana

bedah konservatif Tingkat kekambuhan bervariasi dari 21% 11 hingga 55% 3

telah dilaporkan. Kambuh mungkin sebagian berhubungan dengan ketipisan

dinding kista dan pada Kehadiran microcysts membuat penghapusan lengkap

sulit. Tindak lanjut jangka panjang dianjurkan dalam hal ini kasus-kasus seperti

kekambuhan telah dilaporkan bahkan 7 tahun setelah perawatan awal.

Pemilihan Perlakuan bervariasi bentuk kuretase untuk eksisi blok lokal. Kaplan

dkk dalam tinjauannya atas 111 kasus GOC telah melaporkan hal itu pengobatan

dengan enukleasi atau kuret membawa risiko tertinggi untuk kekambuhan,

terutama dalam jumlah besar dan lesi multilokular. Ostektomi perifer atau reseksi

marjinal dapat menurunkan risiko. Meskipun entitas ini sering hadir tantangan

diagnostik untuk patolog karena tumpang tindih histologis dengan lesi yang

terbentuk lainnya, itu pasti menunjukkan fitur mikroskopis dan biologis perilaku

yang cukup berbeda untuk dianggap sebagai entitas terpisah. Karena kelangkaan

kasus dengan tindak lanjut jangka panjang, prognosis dari kista ini masih belum

jelas. Oleh karena itu, penting bahwa pasien harus diikuti dengan hati-hati.

Analisis dari kasus tambahan lesi odontogenik langka ini dapat terjadi menambah

kejelasan pemahaman kami saat ini tentang kelenjar odontogenic kista.


Laporan Kasus 3

Keratosit Odontogenik Maksilaris : Laporan kasus klinis

Abstrak :

Keratocyst odontogenik adalah lesi jinak pada daerah maxillo mandibular dengan

potensi perkembangan tinggi yang mengakibatkan kerusakan pada tulang besar.

Kehadiran beberapa keratocyst Odontogenik dapat dikaitkan dengan sindrom

Gorlin-Goltz. Ada dua teori yang diterima tentang asal nya: sisa-sisa lamina gigi

dan proliferasi sel dari lapisan basal epitel mulut ke rahang bawah atau rahang

atas. Keratosit odontogenik biasanya asimptomatik dan didiagnosis secara

kebetulan pada radiografi periapikal atau panoramik rutin. Jenis perawatannya

terkait dengan tingkat kekambuhannya yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk melaporkan kasus klinis perawatan bedah dari parakeratinized

keratocyst odontogenik oleh enukleasi pada gadis berusia empat belas tahun.

Teknik ini digunakan sejak pengangkatan kista lengkap tidak ada risiko

komplikasi dari sudut pandang gigi dan / atau anatomis. Selain itu, ia

memfasilitasi anatomi histopatologi yang komprehensif analisis lesi termasuk

aspek klinis, histopatologi, dan radiologisnya.

Kata Kunci : basal sel nevus sindrom, Maksilla, Kista Odontogenik

Pendahuluan

Direklasifikasi pada tahun 2005 oleh World Health Organisasi sebagai tumor

jinak, keratocyst odontogenik lesi intraoseus pada maksila dengan destruktif dan
perilaku invasif, tingkat rekurensi nya tinggi (25% hingga 62,5%), dan aspek

histologis spesifik. Meskipun pertama kali dideskripsikan pada tahun 1956,

etiopatogenesis belum sepenuhnya jelas; ada dua teori yang diterima tentang asal

mereka: sisa-sisa gigi lamina dan proliferasi sel dari lapisan basal oral epitel ke

rahang bawah atau rahang atas. Karena fakta itu berkembang sebelum

pembentukan mahkota gigi, itu sebelumnya dikenal sebagai kista primordial.

Keratocyst odontogenik adalah lesi yang tidak bergejala, tetapi kadang-kadang,

dalam kasus yang parah, beberapa gejala seperti pembengkakan, drainase, atau

nyeri dapat timbul.keratocyst odontogenik yang kecil , biasanya atidak

menimbulkan gejala , sering terjadi dan ditemukan hanya selama pemeriksaan

radiografi. Dan mungkin juga berhubungan dengan sindrom nevus sel basal, juga

dikenal sebagai sindrom Gorlin-Goltz.

Menurut Chow, di rahang bawah, lesi ini cenderung tumbuh ke arah

anteroposterior dalam rongga tulang medular, tanpa menyebabkan ekspansi tulang

yang jelas menghasilkan pengamatan yang tertunda. Pada rahang, karena tulang

yang kurang kompak dan karena dekat dengan sinus maksilaris, lesi cenderung

tumbuh , dan dengan demikian dapat diamati pada tahap awal formasi.

Kista Keratosit odontogenik dapat terjadi pada rentang usia yang luas, bervariasi

dari dekade pertama hingga kesembilan kehidupan. Insiden puncaknya adalah

selama dekade kedua dan ketiga kehidupan, dan itu lebih sering ditemukan pada

laki-laki daripada perempuan, dengan rasio laki-laki-perempuan.


Lesi ini dapat dilihat secara radiografi teknik pencitraan intraoral dan panoramik,

walaupun memiliki beberapa keterbatasan, namun ini sangat penting untuk

mendeteksi diagnosa Kista Keratosit Odontogenik. Di sisi lain, dihitung

tomografi memungkinkan untuk penilaian akurat dari benar luasnya lesi dan

hubungannya dengan yang penting struktur anatomi, berkontribusi pada

perencanaan bedah.

Kista multilokular yang menyerupai ameloblastoma biasa terjadi, terutama di

rahang. Fakta ini bisa bermanfaat dalam klinis diagnosa banding dan radiografi

karena kista radikular dan dentigerous yang pada umumnya terkait dengan

perluasan tulang1. keratocyst odontogenik memiliki kapsul tipis dan gembur yang

kaya polisakarida dan yang tidak memiliki infiltrasi sel inflamasi; seringkali sulit

untuk enukleasi dari tulang. Cystic lumen mungkin mengandung cairan bening

yang mirip dengan plasma transudate, atau mungkin diisi dengan bahan cheesy

yang, pada pemeriksaan mikroskopis, terdiri dari keratin puing-puing.

Pemeriksaan radiologis menunjukkan lesi dengan unilocular atau penampilan

multilokular karena ukurannya. Namun, sebagian besar hasil radiologi

ditampilkan dengan baik lesi radiolusen unilocular yang berhubungan dengan

mahkota gigi, yang dapat menimbulkan keraguan tentang gigi mereka diagnosa.

Secara histopatologi, epitel kistik adalah juga parakeratinized (80% dari kasus)

atau orthokeratinized (20%); seragam dan biasanya terdiri dari 5-8 lapisan sel

tebal nuklei basofilik (pewarnaan H & E) dengan lapisan basal palisaded dengan

persimpangan epitel-mesenkimal datar. Menurut Blanas,, pembedahan yang

berbeda teknik digunakan untuk mengobati keratocysts tergantung pada ukuran


mereka dan wilayah yang terkena dampak. Ada berbagai macam perawatan bedah

untuk dipilih termasuk kuret atau bahkan reseksi rahang atas atau rahang bawah.

Di antara teknik yang terkait dengan tingkat rekurensiyang tinggi adalah

enukleasi, kuretase, dan marsupialisasi karena mungkin ada sisa jaringan lesi yang

tertinggal di daerah yang terkena. Keratosit Odontogenik terutama tipe

parakeratinized, adalah salah satu dari kista rahang yang paling terkenal karena

perilaku agresifnya dan tinggi tingkat kekambuhan. Setelah penegakkan diagnosis

keratocyst odontogenik, sindrom Gorlin-Goltz harus dicurigai dan diselidiki.

Selain memiliki jenis kista ini, kebanyakan individu dengan sindrom ini memiliki

sel basal karsinoma dan anomali skeletal. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian

ini adalah untuk melaporkan kasus klinis odontogenik parakeratinized keratocyst

menangani klinis, radiografi, dan aspek histologis, berfokus pada kontribusi yang

lebih baik pemahaman tentang karakteristik dan biologis perilaku jenis kista

odontogenik ini karena sifatnya kemungkinan salah diagnosa.

Laporan Kasus

Seorang pasien wanita berusia 14 tahun dengan leucoderma datang ingin

melakukan perawatan ortodontik pada spesialis perawatan gigi dan menjalani

panorama rutin dan periapikal radiografi, yang menunjukkan kehilangan tulang

ringan di dekat akar gigi kaninus kiri maksila (gigi # 23) (Gambar 1).
Gambar 1. Periapikal radiografi yang menunjukkan lesi

Gambar 2. Panoramik radiografi menunjukkan ukuran pada lesi

Dicurigai adanya kista periapikal dan pasien dirujuk ke ahli endodontik untuk

perawatan endodontik di gigi # 21, # 22, dan # 23 karena lesi radiolusen terlihat di

sekitar akar dari ketiga gigi ini (Gambar 2).

Setelah perawatan dua bulan, pasien kembali ke ortodontis dengan pembengkakan

besar sisi kiri wajah. Pasien kemudian dirujuk kepada kami dan menjalani

radiografi panoramik dan dihitung tomografi. Radiografi panoramik menunjukkan

besar lesi radiolusen memanjang dari garis tengah ke kiri molar pertama.
Computed tomography mengkonfirmasi besarnya pertumbuhan lesi pada arah

vestibular-palatal (Gambar 3).

Gambar 3. Computed Tomografi menunjukkan luasnya lesi vestibular-palatal .

Diagnosa sementara termasuk fibromyxoma, osteosarcoma, dan ameloblastoma.

Lesi dienukleasi dan dikirim untuk pemeriksaan histopatologi, yang menegaskan

diagnosis parakeratinized keratocyst odontogenik (Gambar 4).

Gambar 4. Pengambilan Lesi

Secara mikroskopis, bagian histologis stain dengan hematoxylin dan eosin

menunjukkan fragmen dari suatu lesi kistik odontogenik yang dilapisi oleh

skuamosa epitel bertingkat dengan sel basal datar dan permukaan parakeratinized.
Kapsul itu terbuat dari jaringan ikat fibrosa, sebagian besar kolagen, cukup

tereluler dengan fusiform fibroblas. Infiltrat inflamasi sedang juga diamati. Pasien

telah ditindaklanjuti, dan perawatan pasca operasi dan penilaian telah

mengindikasikan bahwa operasi sangat sukses.

Diskusi

perkembanganKista odontogenik timbul dari sisa epitel dari berbagai tahap

odontogenesis, patogenesis yang tidak terkait dengan rangsangan inflamasi.

Mereka termasuk tujuh lesi yang berbeda, dan keduanya kista yang paling umum

adalah kista dentigerous dan keratin odontogenic cyst, juga dikenal sebagai

Keratocyst. Studi kasus yang disajikan di sini menegaskan data literatur sejak lesi,

meskipun invasif, tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak mempengaruhi elemen

gigi yang berdekatan. Kebanyakan kista yang ada dalam kelompok lesi ini

memiliki sifat yangjinak dengan pertumbuhan lambat dan tanpa gejala. Namun,

odontogenik keratocysts berasal dari sisa-sisa lamina gigi memiliki perilaku klinis

yang agresif dan rekurensi tingkat yang tinggi, tidak seperti kista odontogenik

lainnya.

Hasil pemeriksaan anatomopatologi mengkonfirmasi keratocyst, berdasarkan

karakteristiknya kista epidermoid dengan kartilago hialin. Jenis kista ini biasanya

mengandung parakeratin, yang juga ditemukan dalam hal kasus ini. Radiografi

panoramik terbukti sangat penting untuk penemuan dan studi lesi intraoseus yang

mempengaruhi tulang dari kompleks maxillo mandibular dan metode yang efektif
dari tindak lanjut pasca operasi. Area radiolusen melekat pada elemen gigi sangat

umum dalam kasus keratocyst odontogenik.

Kista ini dapat ditangani oleh dua yang berbeda teknik: marsupialisasi dan

enukleasi. Marsupialisasi mengurangi tekanan di dalam kista pembukaan menjaga

kesinambungan antara kista dan rongga mulut. Di sisi lain, hasil enukleasi hasil

tingkat kekambuhan rendah, memungkinkan penyembuhan tulang lebih cepat, dan

memiliki waktu penyembuhan yang lebih pendek. Berdasarkan penelitian di atas,

karena lesi tidak mempengaruhi struktur anatomi yang penting dan

pemindahannya tidak akan menimbulkan estetika dan / atau resiko fungsional.

enukleasi adalah teknik yang dipilih karena sifatnya sukses dalam mencegah

kekambuhan tipe patologi ini. Namun demikian, perlu disebutkan enukleasi itu

tidak harus selalu digunakan dalam semua kasus. Dalam beberapa kasus,

Marsupialisasi sebaiknya digunakan, terutama saat lesi mempengaruhi akar gigi

yang penting secara fungsional dan elemen anatomi yang berbeda.

Dalam kasus yang disajikan di sini, enukleasi dipilih sejak penghapusan lengkap

dari kista tidak menimbulkan risiko komplikasi dari gigi dan / atau titik anatomis

dan memfasilitasi analisis anatomi histopatologi dari lesi tersebut.

Kesimpulan

Meskipun sifatanya agresif dan kekambuhan nya tinggi, etiopatogenesis dari

keratocyst odontogenik tidak sepenuhnya dipahami. Karena itu, ada kebutuhan

lebih lanjut belajar untuk lebih memahami karakteristiknya lebih lanjut diagnosis

yang akurat dan untuk pengembangan dan adopsi pendekatan terapeutik yang
kurang agresif yang sempurna cukup untuk setiap kasus untuk mencegah

kekambuhannya.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai