Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

Early Childhood Caries (ECC) adalah bentuk kerusakan gigi yang parah

dan khas dari gigi sulung pada bayi dan anak prasekolah yang bersifat multifaktorial

ditandai dengan keberadaan satu atau lebih gigi sulung yang telah rusak, hilang atau

direstorasi pada anak usia kurang dari 6 tahun.1,2,3,4 ECC merupakan permasalahan

kesehatan global yang terjadi pada bayi dan balita di seluruh dunia, khususnya di

negara berkembang dan masyarakat pedesaan yang menyebabkan banyak anak

menderita sakit dan infeksi.1,3,4,5 Prevalensi ECC tertinggi terdapat pada wilayah

Afrika dan Asia Tenggara.2,4 Prevalensi ECC di Afrika berkisar 38% hingga 45%,

sementara pada wilayah Asia Tenggara hampir setengah (47%) dari anak berusia

25 hingga 30 bulan menderita ECC.3,4

ECC umum terjadi di lingkungan pedesaan terkait status sosio-ekonomi

yang rendah, kebiasaan diet yang buruk, tingkat pendidikan orang tua yang rendah

serta akses yang relatif tidak terjangkau oleh air terfluoridasi maupun pelayanan

gigi.1,2,3 Sebagian besar lesi ECC tidak diobati sehingga dapat menyebabkan

kerusakan yang progresif dari mahkota gigi disertai adanya infeksi, rasa sakit serta

nyeri.2,3,4,5 Dampak dari ECC yang tidak diobati tidak hanya akan mempengaruhi

kesehatan mulut anak tetapi juga kesehatan umum mereka, seperti halnya tumbuh

kembang, perkembangan kognitif serta kualitas hidup mereka.1,3 Kualitas hidup

memiliki peran langsung dalam pembelajaran, aktivitas, dan sosialisasi anak-anak.6

1
Perawatan ECC membutuhkan waktu yang lebih banyak, membutuhkan

biaya, sulit dilakukan dan bahkan sering tidak terjangkau bahkan pada negara

berkembang.3,4 Kerjasama dari anak selama perawatan gigi merupakan tantangan

lain bagi dokter gigi, sehingga diperlukan perawatan alternatif yang dapat dengan

mudah dilakukan dan dengan biaya yang cukup rendah untuk manajemen ECC.3

Sejumlah studi klinis menunjukkan perkembangan karies gigi pada anak-anak dapat

dihentikan dengan menggunakan Silver Diamine Fluoride (SDF).5 Penelitian oleh

Duangthip dkk (2016) pada anak prasekolah yang berisiko tinggi karies gigi di

daerah dengan air yang telah terfluoridasi menunjukkan aplikasi SDF tahunan atau

tiga minggu berturut-turut lebih efektif dalam menghentikan karies dentin pada gigi

sulung dibandingkan dengan aplikasi varnish Natrium Fluoride selama tiga minggu

berturut-turut.5

Berdasarkan penelitian laboratoris dan in-vitro, SDF dapat meningkatkan

pH biofilm, memiliki aksi antimikroba untuk melawan bakteri kariogenik,

menghambat demineralisasi dentin, meningkatkan kolagen serta meningkatkan

ketahanan dentin.5,7 SDF digunakan secara luas sejak 1970 untuk menghentikan

gigi berlubang.8 Pada tahun 2014 di US, SDF telah diterima oleh US Food and

Drug Administration (FDA) sebagai perawatan sensitivitas dentin (serupa dengan

varnis floride) dan pada oktober 2016 telah diterima oleh FDA sebagai perawatan

mutakhir untuk karies gigi.8 Penggunaan SDF telah diminati sebagai perawatan

alternatif untuk pencegahan dan menghentikan karies gigi.8

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Early Childhood Caries (ECC)

1. Definisi dan prevalensi

Early Childhood Caries (ECC) merupakan kondisi gigi sulung

pada bayi dan anak prasekolah yang mengalami kerusakan bersifat

multifaktorial ditandai dengan keberadaan satu atau lebih gigi sulung yang

telah rusak, hilang atau direstorasi pada anak-anak yang berusia kurang

dari 71 bulan (Gambar 1).1,2,3,4 ECC berisiko tinggi pada anak yang tinggal

di lingkungan pedesaan dibandingkan dengan anak yang tinggal di

lingkungan perkotaan.1,2 ECC kerap menjadi masalah kesehatan

masyarakat khususnya di negara berkembang.2

Gambar 1. ECC.9

Prevalensi ECC tertinggi terdapat pada wilayah Afrika dan Asia

Tenggara.2,4 Prevalensi ECC pada wilayah Afrika berkisar 38% hingga

45%, sementara pada wilayah Asia Tenggara, ECC diderita hampir dari

setengah (47%) anak berusia 25 hingga 30 bulan.3,4 Pada wilayah Afrika

3
Barat di kota Lagos, penelitian oleh Olatosi et al (2015) pada 302 anak

berusia 6-71 bulan menunjukan angka prevalensi ECC sebesar 21% dan

pada wilayah Afrika Selatan di kota Johannesburg, penelitian oleh

Mothupi et al (2016) pada 459 anak dengan rerata usia 4.8 tahun

menunjukan angka prevalensi sebesar 49%.10,11 Pada wilayah Asia

Tenggara di negara Myanmar prevalensi ECC pada anak berusia 3-4 tahun

sebesar 83%, diikuti oleh sejumlah negara tetangga seperti Thailand

sebesar 79% dan Laos sebesar 89%.12 Prevalensi ECC pada negara

Indonesia khususnya di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2010 diketahui

sebesar 63% pada anak usia 6-24 bulan, sementara pada wilayah Serpong,

Tangerang Selatan prevalensi ECC pada anak usia dibawah 5 tahun

diketahui sebesar 70%.13,14

2. Mekanisme terjadinya ECC

Karies gigi adalah penyakit kesehatan mulut utama pada

masyarakat yang menghambat pencapaian pemeliharaan kesehatan mulut

di semua kelompok usia.15 Seperti halnya bentuk lain dari karies gigi, ECC

merupakan bentuk kerusakan jaringan keras gigi yang bersifat

multifaktorial dan merupakan hasil interaksi dalam waktu tertentu antara

mikroorganisme dengan karbohidrat makanan terutama sukrosa pada

permukaan gigi.15,16,17 Faktor utama terkait ECC antara lain host, bakteri,

substrat dan waku, hubungan antara keempat faktor tersebut diilustrasikan

dalam diagram Venn (Gambar 2).15,16,17,18,19

4
Gambar 2. Diagram Venn.17

ECC terjadi melalui interaksi yang kompleks dari waktu ke waktu

antara bakteri kariogenik dengan produk karbohidrat serta gigi dan saliva

sebagai faktor host yang turut berperan.15,20 Pembentukan ECC merupakan

sebuah proses dinamik dari demineralisasi dan remineralisasi (gambar

3).19,21 Demineralisasi adalah proses melepasnya ion mineral seperti

calcium dan phosphate dari enamel gigi ketika pH plak turun hingga

dibawah nilai pH kritis yakni 5,5 sebagai akibat dari hasil produksi asam

oleh bakteri patogen yang memfermentasi produk karbohidrat.15,21

Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus merupakan bakteri

terpenting dalam inisiasi karies gigi dan perkembangannya.16,18

Lactobacilli turut berpartisipasi dan memainkan peran penting dalam

perkembangan lesi namun tidak pada tahap inisiasi.18 ECC dapat terjadi

jika tidak terdapat proses remineralisasi, yakni proses mengembalikan ion

mineral yang hilang guna mengembalikan integritas dari hidroksiapatit.21

5
Remineralisasi terjadi ketika terdapat peningkatan pH plak.21 Faktor

pelindung yang meliputi aliran saliva, calcium, phosphate, protein serta

fluoride dalam saliva dapat menyeimbangkan serta mencegah ECC.19,21

Gambar 3. Diagram proses demineralisasi-remineralisasi.21

3. Faktor-faktor penyebab dan predisposisi ECC

Terjadinya ECC dipengaruhi oleh faktor penyebab dan predisposisi.

Faktro-faktor ini saling berkaitan.

6
Gambar 4. Faktor etilogi dan predisposis ECC.18

a. Faktor Penyebab ECC 18,23

Faktor penyebab terjadinya ECC terdiri dari mikroorganisme

kariogenik, substrat, permukaan gigi/ individu yang rentan karies

gigi, serta waktu paparan.

1) Mikroorganisme kariogenik

Streptococcus mutans (SM) dan Streptococcus sobrinus

merupakan mikroorganisme yang umum berkaitan dengan ECC

(Gambar 5).18,23,24 Lactobacilli juga berperan pada

perkembangan lesi karies gigi dan berperan besar dalam

progresifitas lesi.18,23,21 SM memetabolisme gula menghasilkan

asam, yang berperan dalam demineralisasi struktur gigi.18

Bakteri ini dapat ditransmisikan dari ibu ke anak.18,23,24

7
Menurut penelitian Milgrom et al. (2000) anak-anak

prasekolah dengan kadar SM berlebih dalam rongga mulut 5 kali

beresiko mengalami ECC yang lebih tinggi dibanding anak

dengan kadar SM normal. 18,23

SM merupakan bakteri utama penyebab karies gigi yang

dapat membangun koloni bakteri lain untuk terlibat dalam proses

ECC.18,24 Spesies Actinomyces khususnya Actinomyces

gerencseriae juga berperan pada terbentuknya ECC, sedangkan

spesies Bifidobacterium berperan dalam lesi karies gigi yang

dalam.18,21 Beberapa Streptococcus non-mutans yang bersifat

acidogenic dan aciduric juga berperan dalam ECC.18 Candida

albicans juga memiliki peran dalam terbentuknya ECC,

meskipun tidak signifikan dimiliki oleh anak-anak.18

Gambar 5. Efek Streptococcus Mutans terhadap glukosa.21

8
2) Karbohidrat yang dapat difermentasi (substrat)

SM dapat mengubah karbohidrat menjadi asam yang dapat

menyebabkan demineralisasi email dan dentin.18 Karbohidrat

didalam mulut dapat diurai melalui amilase saliva menjadi

ikatan gula simpleks yang dapat dimetabolisme oleh

Streptococcus mutans dan bakteri acidogenic lainnya (Gambar

6).17,21 Bakteri kariogenik memetabolisme karbohidrat dan

menghasilkan asam organik, yang merupakan asam laktat yang

menyebabkan hilangnya kandungan mineral pada struktur gigi.17

Karbohidrat dibagi menjadi 2 (Gambar 6) yaitu:21

a) Gula: merupakan gula simpleks yang mudah diurai.21

b) Makanan berserat: Karbohidrat kompleks, merupakan

komponen mayoritas pada makanan manusia.21

Gambar 6. Pemecahan Karbohidrat oleh enzym pada saliva21

Pada penelitian Vipeholm (1952) dirumuskan bahwa:17

9
a) Konsumsi gula pada makanan dapat sedikit meningkatkan

aktifitas karies.17

b) Konsumsi gula diantara jam makan dapat meningkatkan

aktifitas karies.17

c) Gula dalam bentuk yang lengket menyebabkan aktifitas

karies yang jelas.17

d) Aktifitas karies berbeda tiap individu meskipun dengan

makanan yang sama.17

e) Aktivitas karies menurun jika gula dihilangkan dari

makanan sehari-hari.17

Aktifitas karies merupakan ukuran cepatnya proses lesi

karies gigi yang dapat dilihat dari dari insidensi karies baru pada

suatu individu atau populasi.21

3) Waktu paparan

Jika paparan asam terus menerus terjadi, akhirnya merusak

kristal pada enamel dan kemudian berakibat pada kerusakan

permukaan gigi.23,26 Peristiwa ini mungkin membutuhkan waktu

bulan hingga tahunan, tergantung pada intensitas dan frekuensi

serangan asam.26 Dapat diartikan bahwa dalam semua rongga

mulut terjadi peristiwa remineralisasi dan demineralisasi enamel

secara terus menerus.26 Maka setiap individu tidak mungkin

terbebas dari karies gigi.26 Proses demineralisasi dan

remineralisasi secara konstan bergantian antara kehilangan dan

10
pertambahan mineral.26 Hasil akhir dari proses konstan ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor :26

a) Komposisi dan jumlah plak.

b) Konsumsi gula- terutama sukrosa ( frekuensi dan waktu).

c) Paparan fluoride.

d) Kualitas dan aliran saliva.

e) Kualitas enamel.

f) Respon imun.

Iida et al. (2007) menjelaskan bahwa pada anak-anak usia 2-

5 tahun, menyusui dan durasinya berhubungan dengan

meningkatnya resiko ECC.18 Tinjauan sistematis lainya

menunjukan bahwa menyusui lebih dari 1 tahun pada malam

hari dapat meningkatkan karies gigi.18,26

4) Permukaan gigi/ individu yang rentan karies gigi

Dari segi komposisi, sejumlah penelitian menjelaskan bahwa

tidak ada perbedaan komposisi antara gigi yang karies ataupun

sehat, namun terdapat perbedaan signifikan dalam jumlah

fluoride yang lebih banyak pada gigi sehat dibanding dengan

gigi yang karies.17,21

Dari segi morfologi, adanya pit dan fissure yang dalam pada

gigi serta pit lingual dan bukal dapat menjadi tempat

tersangkutnya makanan dan menyebabkan karies gigi.17,21 Gigi

yang mengalami atrisi menyebabkan permukaan oklusalnya

datar sehingga karies gigi tidak mudah terjadi.21 Posisi gigi juga

11
berperan dalam terbentuknya karies gigi.21 Susunan gigi yang

tidak harmonis, gigi yang rotasi, dan diluar malposisi sulit

dibersihkan sehingga terjadi akumulasi sisa makanan dan

menyebabkan karies gigi.21 Kualitas gigi yang buruk, seperti

hipomineral dan hipoplasia enamel juga berhubungan dengan

risiko karies gigi.17,26

b. Faktor Predisposisi ECC

1) Saliva

Saliva memiliki sifat protektif yang dapat melawan

perkembangan karies gigi (Gambar 7).18 Aliran saliva, sifat anti-

mikroba, kapasitas buffer, dan kebersihan rongga mulut dari sisa

makanan berperan penting dalam mencegah karies gigi.17,18

Saliva diekskresikan oleh kelenjar mayor dan minor dengan laju

yang berbeda dan unsur yang berbeda tergantung dari ada

tidaknya faktor stimulasi.26 Efek gustatori, seperti stimulasi oleh

makanan asam, telah menunjukkan peningkatan laju saliva

dibanding stimulasi dengan pengunyahan (mengunyah permen

karet bebas gula).17,26

Saliva mengandung komponen organik dan inorganik

yang terdiri dari: histatin, mucin, statherin, kalsium, fosfat,

protein, lipid, substansi antibakteria dan buffer.17,26

12
Gambar 7. Hubungan laju saliva dan karies gigi.21

Komponen ini berfungsi sebagai:26

a) Antibakteri, Antifungi, dan antivirus

b) Lubrikasi, yang juga membantu pembentukan bolus

makanan

c) Penghambat demineralisasi dan stabilisator kalsium dan ion

fosfat, yang membantu remineralisasi.

Sistem buffer saliva dapat mengembalikan pH yang

rendah pada plak.21 pH saliva bergantung pada konsentrasi

bikarbonat. Saliva merupakan alkalin dan sistem buffer yang

efektif.21 Ini dapat melindungi jaringan mulut melawan asam

dan plak.21 Sitem netralisir dan buffer pada saliva diketahui

dapat mengurangi potensi kariogenik pada makanan.21 Aliran

saliva mempengaruhi kerentanan maupun ketahanan terhadap

13
karies gigi.21 Aliran saliva berbanding terbalik terhadap

terjadinya karies gigi,21,26 ini berarti apabila aliran saliva

menurun maka kemungkinan terjadi karies gigi akan meningkat.

2) Status ekonomi yang rendah

Terdapat hubungan berbanding terbalik antara status

sosial ekonomi seseorang terhadap pengalaman ECC.21 Anak

anak yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah

2x lebih berisiko mengalami ECC dibanding dengan mereka

yang berasal dari perekonomian lebih tinggi.18

Sosial ekonomi yang rendah, keluarga yang kurang

edukasi, dan pengaruh gaya hidup memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ECC.18 Leroy (2008) menyebutkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara orang tua dengan

kebiasaan merokok dan pengalaman karies gigi anak.18

3) Berat badan lahir yang rendah.18

Penelitian Pitiphat (2014) menunjukkan bahwa kelainan

enamel hipoplastik sering menyertai kelahiran dengan berat

badan kurang dan kelahiran prematur, seperti halnya sakit dan

kurang gizi.17,18

4) Transmisi mikroba secara vertikal dan horizontal

Streptococcus mutans (SM) merupakan bakteri yang

lemah untuk membentuk koloni didalam rongga mulut, dan

membutuhkan permukaan yang keras, non-deskuamatif, seperti

permukaan gigi untuk berkoloni.17 Karena ekologi yang cocok

14
bagi mereka adalah permukaan gigi, SM tidak ditemukan pada

rongga mulut bayi hingga saat gigi sulung mereka erupsi.17

Kemudian, ditemukan bahwa transmisi SM dari mulut ke mulut

berasal dari ibu ke anak yang disebut transmisi mikroba secara

vertikal.17 Sumber utama SM pada anak ditransmsikan oleh ibu

pada 12-24 bulan pertama.18,24 Kebersihan mulut ibu yang buruk

dan seringnya memakan camilan serta paparan makanan manis

meningkatkan kesempatan mentransmisikan infeksi kepada

anak.18,24 SM yang terdapat pada anak berasal dari ibu mereka

melalui transmisi vertikal saliva.18 Transmisi vertikal juga dapat

terjadi selama masa kehamilan, hal ini dibuktikan oleh

penelitian Davey (1984) dan Berkowitz (1985) yang

menyatakan bahwa bakteri yang ada pada bayi ( infant)

memiliki pola yang identik dengan ibu.22

Transmisi ini dibagi menjadi 2 macam:17

a) Transmisi langsung : melibatkan percampuran antara saliva

orang tua dan anak, seperti saat “berciuman”.17

b) Transmisi tidak langsung : melibatkan peletakan objek

tertentu (seperti sendok makan, dot, jari anak) ke mulut

orang tua, kemudian ke mulut anak.17

Dipercaya bahwa “window of infectivity” terbuka selama

beberapa periode selama tumbuh kembang gigi sulung anak.17

Caufield et al. (1993) mendeteksi kuman SM terdapat pada 25%

15
sample bayi yang berusia 19 bulan, dan 35% terdapat SM pada

sample bayi berusia 33 bulan.17

Transmisi horizontal mungkin berasal antara saudara

atau pengasuh.18 Menurut penelitian Mattos Granner et al.

(2001) SM yang di isolasi dari kamar bayi usia 12 sampai 30

bulan, dilaporkan banyak rongga mulut bayi terkolonisasi oleh

SM dengan ikatan dan tipe gen yang identik.17 Van loveren et

al. (2000) menyebutkan bahwa kemungkinan transmisi

horizontal adalah ketika anak telah terkolonisasi oleh SM diatas

usia 5 tahun.17 Bayi dengan kelahiran caesar mendapat SM

lebih awal dibanding bayi dengan kelahiran normal.18

Transmisi SM dapat dihambat bahkan dicegah dengan

melakukan program pencegahan intensif yang bertujuan untuk

mengurangi jumlah SM pada ibu saat gigi anak mulai tumbuh.17

Penurunan dalam hal kemungkinan dan derajat transmisi telah

dicontohkan ketika ibu dirawat dengan fluoride, chlorhexidine,

atau permen karet ber-xylitol.17

4. Dampak ECC

Sehubungan dengan sakit pada gigi, dampak dirasakan berupa rasa

sakit, mengganggu saat makan, tidur, persekolahan, dan aktivitas sosial

lainnya.27,28,29

a. Rasa Sakit

16
Anak-anak mengeluhkan rasa sakit yang menganggu mereka.28,29

Bahkan rasa sakit yang dirasakan dapat mencapai bagian lain, seperti

telinga, dengan dekripsi rasa sakit yang tajam, gatal, sangat sakit,

dengan frekuensi yang sering pada lokasi dibawah gusi.28

b. Kesulitan saat makan

Saat makan anak-anak mengalami kesulitan seperti tidak dapat

menggigit dengan gigi mereka yang sakit dan tidak dapat memakan

beberapa jenis makanan, hingga tidak dapat menghabiskan makanan

mereka.28 Dilaporkan bahwa seringkali makanan tersangkut pada gigi

dan menyebabkan sakit.28 Sakit yang dirasakan oleh anak dapat

menyebabkan mereka kesulitan membersihkan gigi (menyikat gigi)

dan sulit bicara.28,29

c. Mengganggu Tidur

Anak-anak dengan pengalaman sakit baik di siang hari maupun

malam hari mengatakan bahwa sakit yang dirasakan lebih parah saat

malam hari.25,28,29 Kesulitan tidur dapat menyebabkan mereka

kelelahan dan mengantuk sepanjang hari di sekolah, dan beberapa

merasa terganggu dengan pekerjaan sekolah mereka.28,29 Beberapa

dilaporkan tidak masuk sekolah dan tidak dapat hadir dalam aktivitas

sosial yang direncanakan seperti acara keluarga atau pergi dengan

teman.28

d. Menimbulkan disfungsi rongga mulut

17
Anak dengan ECC akan lebih sedikit memfungsikan rongga mulutnya

untuk menghindari sakit yang dirasakan.27 Anak tidak akan dapat

mengunyah dan menelan sebaik anak yang tidak mengalami

ECC.27,28,29 pada beberapa kasus dengan ECC yang parah diperlukan

tindakan pencabutan (terutama gigi anterior) yang dapat

menyebabkan berkurangnya fungsi rongga mulut.27

e. Mudah marah dan sedih.

Sakit gigi yang dirasakan membuat anak anak mudah merasa marah

dan sedih karena merasa menderita sedangkan anak yang lain tidak

merasakannya.28,29 Hal ini pun dijelaskan oleh pihak orangtua bahwa

anaknya seringkali berkata “mengapa harus saya?” ketika mereka

merasakan sakit.28

f. Mengganggu estetika

Beberapa partisipan memiliki karies gigi yang melibatkan gigi bagian

depan, dan mengganggu penampilan mereka.28,29 Anak anak diatas

usia mereka seringkali berkomentar mengenai penampilan mereka,

dan mengatakan terdapat “jarak” pada gigi depan mereka.28

g. Orang tua merasa marah karena harus cuti bekerja hingga rasa bersalah

Para orang tua dengan anak yang mengalami ECC merasa bersalah,

yang dikarenakan mereka merasa sebenarnya memiliki pengetahuan

untuk mencegah ECC terjadi dan mengenai kesehatan gigi namun

gagal melakukannya dengan baik, terutama pada anak mereka

sendiri.29 ECC juga dapat mengganggu jadwal kerja orang tua karena

18
mereka perlu mengambil cuti dari tempat bekerja untuk membawa anak

mereka ke dokter gigi.29

B. Pencegahan ECC

Pencegahan ECC dibagi menjadi 5 tingkat menurut Leavell dan Clark :

1. Promosi kesehatan (health promotion)

Promosi kesehatan merupakan tindakan pencegahan pertama untuk

melindungi dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak,

keluarga, orang tua atau pengasuh, dan komunitas melalui edukasi tentang

menyikat gigi, kontrol diet, penggunaan flour topikal, modifikasi

lingkungan dan menjadikan hidup mereka sehat melalui melalui

pendidikan, perilaku dan kehidupan sosial ekonomi.29,30 Terjadinya ECC

sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, perilaku serta gaya hidup.30,31

Contohnya adalah orang tua yang mempengaruhi anak untuk menyikat

gigi setiap dua kali sehari dengan pasta gigi, penggunaan flour topikal dan

kontrol diet.11,30,32 Kontrol diet yang dilakukan antara lain, mengurangi

jumlah maupun frekuensi konsumsi gula seperti kebiasaan makan

makanan yang mengandung karbohidrat, minum-minuman manis (jus, soft

drink, teh manis, dll), kebiasaan menyusu di botol pada saat tidur, dan lain

lain.11,30,33 Dalam hal ini, kebiasaan mengkonsumsi makanan kabohidrat

dan minuman manis yang berlebihan, dapat dilakukan dengan mengganti

makanan dan minumannya seperti mengkonsumsi makanan tinggi serat

yaitu buah-buahan, sayur-sayuran, susu murni (cow’s milk), sereal, keju,

19
makan permen karet yang mengandung xylitol guna untuk pengunyahan

atau mengurangi frekuensi mengkonsumsi makanan berkarbohidrat dan

minuman manis tersebut.21.34

Penelitian yang dilakukan oleh Batsir, et al (2017) di Ahvaz, Iran,

menyatakan bahwa tindakan promosi kesehatan gigi dan mulut yang dia

lakukan, guna mencegah ECC memiliki efek yang positif pada ancaman

terhadap sakit, literatur kesehatan, perilaku kesehatan dan mengurangi

kejadian ECC.35

2. Perlindungan Khusus (specific protection)

Perlindungan khusus merupakan intervensi pencegahan primer

yang dilakukan untuk perlindungan kesehatan gigi dan mulut dari ECC.30

Topical Application Fluoride

Fluoride merupakan bahan yang aman dan efektif untuk

mencegah ECC jika digunakan sesuai dengan yang

direkomendasikan.34 Dalam pengaplikasian secara topikal mampu

menghambat serta menghentikan demineralisasi email, meningkatkan

remineralisasi serta meningkatkan ketahanan email terhadap asam.34

Berikut ini adalah jenis-jenis fluoride:

1) Fluoride toothpaste (pasta gigi berfluor)

Pasta gigi berflour ini dapat digunakan anak-anak di atas 3 tahun

sebanyak 1000 ppm F disertai dengan menyikat gigi 2x sehari dan

jumlah pasta giginya sebesar kacang polong.32,33 (Gambar 8)

20
Gambar 8. Pasta Flour

2) CPP-ACP (Casein Phosphopeptide – Amorphous Calcium

Phosphate)

CPP-ACP mengandung casein yang memiliki bioavailabilitas

kalsium yang tinggi dan memiliki kemampuan dalam

menstabilkan kalsium dan fosfat pada saliva, serta mengikat plak

pada permukaan gigi.18 Pengaplikasian CPP-ACP telah terbukti

dapat meremineralisasi di bawah permukaan email dengan cara

melokalisasi ACP pada permukaan gigi sebagai buffer kalsium

dan aktivitas ion fosfat yang akan membantu untuk pengendapan

pada email gigi serta menurunkan demineralisasi dan

meningkatkan remineralisasi enamel serta meningkatkan kinerja

fluor. 18,38 (Gambar 10)

21
Gambar 10. CPP-CAP

3) Pit and Fissure Sealant

Pengaplikasian pit and fissure sealant dilakukan pada permukaan

oklusal gigi anak-anak yang sering terkena karies, terutama pada

celah permukaan oklusal giginya.31,39 Hal ini disebabkan karena

daerah tersebut terlalu kecil, anatomi groove atau pit and fissure

pada permukaan oklusal gigi molar permanennya dapat menjadi

retensi makanan atau debris, serta menjadi tempat bersarangnya

biofilm bakteri, yang kemudian meningkatkan risiko ECC karena

kurang efektif dalam membersihkannya.31 Tujuannya dilakukan

pit and fissure sealant untuk mencegah pertumbuhan biofilm atau

akumulasi plak sehingga dapat mengontrol terjadinya ECC di

permukaan oklusal gigi anak.39 Ini dapat menjadi rekomendasi

pencegahan untuk anak-anak yang dalam masa pertumbuhan gigi

dan pasien ECC.31 (Gambar 11)

22
Gambar 11. Pit and Fissure Sealant

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan

tepat (early diagnosis and prompt treatment)

a. Screening

Screening adalah tahap pencegahan sekunder untuk mengidentifikasi

serta mendeteksi tahapan penyakit pada individu, contohnya

mendeteksi white spot pada ECC (area servikal labial dari gigi depan

rahang atas) supaya dapat diberikan tindakan pencegahan awal.30

b. Fluoride varnish

Pada umumnya fluoride varnish mengandung flour sebesar 22.600

ppm.32,39 Pada pencegahan primer penggunaan fluoride varnish dapat

dilakukan 2-4 kali dalam setahun pada individu yang memiliki risiko

ECC yang tinggi.30,36 Metode ini juga dapat dilakukan untuk

pencegahan sekunder, karies non-kavit yang dilakukan satu kali per

minggu (minimal 3 minggu) yang berguna untuk meningkatkan

remineralisasi / stabilisasi gigi pada anak.33 (Gambar 12)

23
Gambar 12. Varnish Fluoride

c. SDF (Silver Diamine Fluoride)

SDF merupakan bahan topikal yang digunakan untuk

menghentikan proses ECC yang aman, efektif, efisien dan baik. 3,8,41

Bahan topikal ini digunakan di seluruh dunia sejak tahun 1970 untuk

menghentikan kerusakan pada gigi, kemudian masuk di tahun 2014,

SDF diterima oleh FDA (Food and Drug Administration) sebagai

bahan desensitisasi dan pada Oktober 2016 telah diakui FDA sebagai

terobosan terapi untuk perawatan ECC.8 Kini SDF telah digunakan

pada banyak negara, antara lain Argentina, Australia, Brazil, China,

Japan, dan Amerika.3 SDF memiliki larutan perak 25%, amine 8%,

5% fluor dan air 62% (AgNH2F).40,41 Menurut Rosenblatt et al (2009),

bahan silver yang ada di dalam SDF berfungsi sebagai antimikroba,

amonia dalam SDF berfungsi mempertahankan larutan pada

konsentrasi konstan untuk jangka waktu tertentu dan menurut

24
Mei et al (2017) fluor dalam larutan menghasilkan flourhidroksiapatit

yang lebih tahan terhadap lingkungan asam dibanding struktur gigi

normal.3,41 Menurut Sharma et al (2015), SDF yang umum dan efektif

digunakan untuk menghentikan ECC adalah SDF 38%.3,40,42 SDF 38%

memiliki kandungan fluor yang tinggi (44.800ppm).41

Fungsi dari SDF untuk mengkontrol terjadinya ECC.42

Indikasi dari penggunaan SDF antara lain :

1) Pada pasien yang memiliki risiko karies yang

tinggi, seperti pasien dengan keadaan mulut kering

atau ECC yang parah.8,42

2) Dapat dilakukan pada area yang sulit dijangkau,

seperti gigi geraham ketiga yang erupsi, furkasi,

dan di bawah atau di sekitar restorasi.8,42

3) Pada pasien dengan memiliki keterbatasan akses

ke dokter gigi.8,42

4) Pada pasien dengan keterbatasan dalam hal

keuangan.8,42

Kontraindikasi dari penggunaan SDF yaitu jika pasien memiliki

riwayat alergi perak, harus digunakan secara hati-hati saat ada ulserasi

atau stomatitis, dengan keadaan gigi yang sedang sakit, nekrotik

sebagian.8,42

Mekanisme kerja SDF, bereaksi terhadap hidroksiapatit

[Ca10(PO4)6(OH)2] di dalam lingkungan basa untuk membentuk

25
kalsium fluor (CaF2) dan fosfat perak (Ag3PO4) sebagai produk reaksi

utama.43 CaF2 memberikan fluor yang cukup untuk pembentukan

fluorapatit [Ca10(PO4)6F2], yang tidak mudah larut dibandingkan

dengan hidroksiapatit pada lingkungan asam.43 Ag3PO4 (fosfat perak)

yang telah diendapkan membentuk suatu lapisan yang tidak mudah

larut di permukaan gigi dan berperan sebagai penampung ion fosfat

untuk membantu perubahan hidroksiapatit menjadi fluorapatit.43

Penelitian in vitro yang dilakukan Mei et al, SDF dapat menghalangi

demineralisasi hidroksiapatit dan menjaga kolagen dari degradasi

jaringan dentin yang terdemineralisasi.43 Penghancuran kolagen pada

dentin berkurang secara signifikan dan kekerasan dentin bertambah

saat menggunakan SDF.43 (Gambar 13)

43
Gambar 13. Reaksi Mekanisme SDF

Ketika diaplikasikan pada lubang gigi, SDF ini memperkuat

struktur gigi yang melunak dan mengubah bagian yang mengalami

kerusakan menjadi berwarna hitam.40,42 Konsentrasi serum pada

fluoride dan silver setelah aplikasi topikal dikatakan tidak toksik.43

Ion fluoride bertindak pada struktur gigi, sementara ion silver

bertindak pada bakteri kariogenik.42 Ion silver menghalangi

pertumbuhan seluruh bakteri rongga mulut yang telah diuji dan

mengubah sifat enzim yang dapat menghancurkan kolagen dentin.42

26
Streptococcus mutan, patogen utama pada ECC, menjadi lemah dalam

membentuk biofilm pada gigi yang dirawat secara ex vivo.42

Kelebihan dari SDF yaitu aman, efektif, efisien, baik

digunakan pada pasien ECC.3,8,41 Kekurangan dari SDF yaitu

meninggalkan noda hitam ditempatnya berkontak, sehingga jaringan

mulut dapat ternoda selama penggunaan SDF dan memungkinkan

terjadinya iritasi jika berkontak dengan jaringan mulut yang rentan.

Noda hitam ini muncul karena adanya lapisan perak fosfat pada karies

dentin, endapan sulfida peraknya menghasilkan warna hitam yang

secara klinis terlihat setelah 2 menit pemakaian.46,47 Pada penelitian

yang dilakukan Nguyen et al (2017), SDF merupakan bahan yang

efektif untuk menghentikan ECC pada anak-anak sekolah di Vietnam

yang dilakukan selama 2x setahun.46 (Gambar 14)

Gambar 14. Silver Diamine Fluoride

4. Pembatasan kecacatan (dissability mitation)

Pembatasan kecacatan pada gigi dilakukan dalam tahap perawatan

pencegahan tersier, dengan melakukan pengisian kavitas karies gigi atau

27
penambalan dengan bahan restorasi, contohnya penggunaan restorasi

ionomer kaca dan pemasangan mahkota gigi untuk gigi sulung.30

Keuntungannya bukan hanya untuk mencegah proses penyakit saja,

melainkan meningkatkan kesehatan mulut yang baik dan menjamin nutrisi

yang diterima anak baik serta meningkatkan kualitas hidup anak.23

5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)

Pemulihan kesehatan merupakan pencegahan tersier. Pada anak-

anak yang memiliki gigi yang busuk, sedang menjalani perawatan saluran

akar, gigi yang dicabut dapat dilakukan perawatan restoratif yang

kompleks.48 Contoh rehabilitas yang dilakukan adalah paska dan

perawatan inti, pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan

sebagian tetap, bridge, space maintainers serta implan.49,50

28
BAB III

PEMBAHASAN

Perawatan ECC sering tidak tersedia atau tidak terjangkau oleh sejumlah

populasi anak terkait dengan status sosio-ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan

orang tua yang rendah serta akses yang relatif tidak terjangkau oleh pelayanan

gigi.1,3 Penggunaan aplikasi topikal SDF telah menjadi fokus perhatian untuk

mengendalikan ECC oleh karena efektivitasnya, biaya yang rendah serta mudah

dilakukan.3,52,42,53 SDF merupakan larutan amonia tidak berwarna yang

mengandung ion silver dan fluoride.3,52,42 Ion fluoride terbukti efektif dalam

meningkatkan remineralisasi jaringan keras gigi, sementara ion silver bertindak

sebagai agen antibakteri pada SDF.3 Amonia berfungsi untuk mempertahankan

larutan pada konsentrasi konstan untuk jangka waktu tertentu.3,42 Penelitian yang

29
dilakukan Milgrom et al (2018) pada wilayah Oregon, terbukti bahwa lebih dari

separuh anak-anak berusia 3 hingga 5 tahun pada kelompok pemberian SDF 38%

sebanyak 1 kali memiliki 100% lesi yang terhenti dibandingkan pada kelompok

placebo pada 14-21 hari pasca pemakaian.47

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Clemens et al (2017) dengan

pengaplikasian SDF 1 hingga 2 kali pada anak usia 2-5 tahun, menunjukkan

efektifitas penghentian ECC sebesar 100 lesi karies dari 102 lesi karies yang

diaplikasikan (98%).54 Pada penilaian kuesioner untuk orang tua terkait perubahan

warna pada gigi anak akibat aplikasi SDF, orang tua menyatakan perubahan

tersebut tidak mengganggu.54 Kehitaman yang tampak pada gigi yang diaplikasikan

SDF baik 38% maupun 12 % merupakan hasil dari formasi silver oxide.49,55

Kehitaman superfisial yang tampak pada mukosa rongga mulut akan hilang dalam

beberapa waktu seiring pergantian sel.55 Sedangkan gigi yang tidak direstorasi

setelah penggunaan SDF akan memiliki noda hitam permanen yang dapat

mengganggu estetika bila terjadi pada gigi anterior.55 Selain itu daerah lain yang

berkontak dengan SDF dapat memiliki noda hitam yang sama.48,55

Gambar 15. Ilustrasi kehitaman pada gigi dengan aplikasi SDF 38%.47

30
Disimpulkan oleh penelitian ini bahwa SDF merupakan perawatan yang

efektif, mudah, sangat efisien, diterima sebagai perawatan non-bedah untuk kasus

ECC, mengurangi sakit gigi pada anak, serta meningkatkan kualitas hidup anak.54

Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chandra et al (2017)

dengan pengaplikasian SDF 38% 1 kali pada anak usia 3-5 tahun menunjukkan

bahwa ECC terhenti saat kontrol pertama (3 bulan setelah pemakaian) sebesar 74%,

sedangkan pada anak yang tidak diaplikasikan SDF sebesar 23%.14 Pada kontrol

kedua (10 bulan setelah pemakaian) kadar ECC terhenti sebesar 69,7%, sedangkan

pada anak yang tidak diaplikasikan SDF sebesar 25,2%.14

Penelitian yang dilakukan Fung et al (2015), terbukti bahwa SDF lebih

efektif dalam menghentikan ECC pada konsentrasi 38% dibandingkan pada

konsentrasi 12% dan bila diterapkan 2 kali setahun dibandingkan dengan 1 kali

setahun.56 Hal ini dikarenakan selain konsentrasi serta frekuensi pemberian SDF,

terdapat faktor lain seperti plak pada lesi, posisi gigi, letak dan besarnya lesi ECC,

tingkat pendidikan orang tua, kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan mulut

seperti kebiasaan diet serta frekuensi menyikat gigi yang dapat mempengaruhi

efektivitas perawatan.56 Tidak jauh berbeda dengan penelitian diatas, penelitian

yang dilakukan Nguyen et al (2017) yang dilakukan pada 295 anak yang terbagi

dalam 3 group membuktikan bahwa dalam waktu 6 bulan sebanyak 60% permukaan

lesi ECC terhenti pada kedua kelompok yang menggunakan SDF 38% sebanyak 1

kali setahun dan NaF sebanyak 2 kali setahun maupun pada kelompok yang

menggunakan SDF 38% sebanyak 2 kali setahun dan NaF sebanyak 2 kali setahun,

sementara itu 12 bulan pasca penggunaan diketahui lebih dari 60% lesi ECC

31
terhenti pada kelompok dengan penggunaan SDF 2 kali dibandingkan pada

kelompok dengan penggunaan SDF sebanyak 1 kali.47 Pada penelitian yang

dilakukan Nguyen et al (2017) diketahui sebanyak 60% anak-anak dalam ketiga

group lebih sering mengkonsumsi makanan dan minuman manis serta tidak sering

menggosok gigi sehingga efek dari SDF tidak bertahan lama, oleh karena itu

penggunaan SDF sebanyak 2 kali setahun diperlukan guna menyediakan SDF yang

lebih banyak untuk permukaan gigi yang rentan dan meminimalisir berkurangnya

efek dari SDF.47 Penggunaan SDF sebanyak 2 kali setahun dianggap sebagai

kontributor penting dalam tingkat kesuksesan penghentian ECC.47

Penelitian yang dilakukan Duangthip et al (2016), terbukti bahwa aplikasi

mingguan atau tiga minggu berturut-turut dari larutan SDF lebih efektif dalam

menghentikan ECC dibandingkan aplikasi varnish NaF selama tiga minggu

berturut-turut.5 Mengenai efektivitas penggunaan SDF yang kelompok yang

berbeda ditemukan bahwa penggunaan SDF yang intensif selama 3 minggu

berturut-turut dapat lebih banyak menghentikan lesi pada dentin gigi sulung dalam

jangka waktu pendek (selama setahun), dan hasilnya tidak terlalu berbeda dengan

penggunaan berulang dalam jangka waktu yang lebih panjang (18 bulan).5 Hal ini

dinilai dari 4 variabel yaitu kelompok perlakuan, adanya plak pada permukaan lesi,

jenis gigi dan permukaan gigi yang mempengaruhi waktu menghentikan karies

aktif.5 Pada kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 dan 2 (SDF) lebih signifikan

untuk menghentikan karies dalam waktu singkat dibandingkan NaF.5 Tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kelompok SDF 1 dan kelompok SDF 2.5 Pengaruh

dari jenis gigi, permukaan gigi dan adanya plak pada permukaan lesi merupakan

hal yang signifikan.5 Saat bulan ke 18, dilihat dari gigi depan, memiliki peluang

32
untuk dihentikan lesinya dibandingkan pada gigi posterior.5 Mengenai jenis

permukaan gigi, lesi permukaan di bagian bukal dan lingual memiliki peluang

untuk dihentikan lesinya dibandingkan bagian oklusal.5 Adanya plak pada

permukaan lesi secara signifikan dapat mempersingkat waktu untuk menghentikan

ECC.5

33
Peneliti, Lokasi Waktu
No. Judul Usia Metode Hasil Penelitian
dan Tahun Kontrol

A randomized clinical trial on Gigi sulung Aplikasi mingguan atau tiga minggu berturut-turut
Duangthip et
arresting dentine caries in 3-4 GP 1 : SDF(30%), 1x setahun (n=100) 6, 12 dan dari larutan SDF lebih efektif dalam menghentikan
1. al., Hong Kong,
preschool children by topical tahun GP 2 : SDF(30%) 3 minggu sekali (n=97) 18 bulan ECC dibandingkan aplikasi varnish NaF 3 minggu
2016. fluorides – 18 month results. GP 3 : NaF(5%), 3 minggu sekali (n=107) berturut-turut.
Gigi sulung Tingkat penghentian ECC dengan SDF 38%
Fung et al., Arresting Dentine Caries with Gp 1 : 12% SDF, 1x setahun (n=207) sebanyak 2x setahun terbukti efektif setelah 18 bulan
2. Hong Kong, Different Concentration and 3-4 Gp 2 : 12% SDF, 2x setahun (n=210) penggunaan. Selain konsentrasi dan frekuensi
18 bulan
Periodicity of Silver Diamine tahun
2016. Fluoride. Gp 3 : 38% SDF, 1x setahun (n=207) pemberian SDF, terdapat faktor lain yang dapat
Gp 4 : 38% SDF, 2x setahun (n=207) mempengaruhi efektivitas perawatan.
Tingkat penghentian ECC dengan SDF 38%
Gigi sulung sebanyak 2x setahun dan NaF sebanyak 2x setahun
Gp 1 : 38% SDF 1x setahun + NaF 2x terbukti efektif setelah 12 bulan penggunaan. Efek
Nguyen et al., Caries Arresting Effect of Silver setahun (n=90) SDF tidak berlangsung lama karena anak-anak dalam
3. 2-3 6 dan 12
Diamine Fluoride in Vietnamese
Vietnam, 2017. tahun Gp 2 : 38% SDF 2x setahun + NaF 2x bulan penelitian sering mengkonsumsi makanan dan
Preschool Children.
setahun (n=99) minuman manis serta jarang menyikat gigi, sehingga
Gp 3 : NaF 2x setahun (n=106) penggunaan SDF sebanyak 2x setahun merupakaan
faktor penting dalam tingkat penghentian ECC.
Clemens et al., Effect and Acceptance of Silver Gigi Sulung SDF terbukti efektif untuk menghentikan ECC, dan
4. 2-5 3 minggu
Diamine Fluoride Treatment on Penggunaan 38% SDF , 1-2 kali pemakaian lesi hitam yang timbul akibat penggunaan SDF dapat
USA. 2017 Tahun dan 3 bulan
Dental Caries in Primary Teeth (n= 32 , 102 lesi karies gigi) diterima dengan baik oleh orang tua.
Evaluation of Silver Diamine
Gigi Sulung.
5. Chandra et al., Fluoride Application in Children 3-5 3 bulan dan SDF terbukti efektif menghentikan ECC terlihat
Gp 1 : SDF 38% 1 kali pemakaian (n= 81)
Indonesia. 2017 and Factors Associated with Tahun 10 bulan setelah 3 dan 10 bulan penggunaan.
Gp 2 : tanpa pemakaian SDF (n = 34)
Arrested Caries Survival
Topical silver diamine fluoride Gigi sulung
Milgrom et al., for dental caries arrest in 2-6 Tingkat penghentian ECC dengan SDF 38% terbukti
6. Gp 1 : 38% SDF, 1 kali (n=29) 14-21 hari.
Oregon, 2018. preschool children: A randomized tahun efektif dalam 14-21 hari.
controlled trial and Gp 2 : placebo, 1 kali (n=35)

34
microbiological analysis of caries
associated microbes and
resistance gene expression.
TABEL 1. Penelitian Mengenai SDF Sebagai Preventif ECC

35
BAB IV

KESIMPULAN

ECC kerap menjadi masalah bagi masyarakat di negara berkembang,

khususnya pada wilayah pedesaan terkait dengan akses air terfluoridasi dan

pelayanan gigi yang kurang memadai. SDF dipercaya dapat memperbaiki tingkat

terjadinya ECC oleh karena bersifat efektif, praktis serta ekonomis. SDF mudah

digunakan pada suatu komunitas dengan keterbatasan tenaga dan fasilitas

kesehatan. Sifat ekonomis SDF memungkinkan anak-anak dengan status sosio-

ekonomi rendah dapat memperoleh perawatan pencegahan ECC.

Efektivitas dari SDF tidak hanya dipengaruhi oleh konsentrasi dan frekuensi

pemberian, melainkan terdapat faktor lain seperti kebiasaan diet, frekuensi

menyikat gigi, plak pada lesi, posisi gigi, letak dan besarnya lesi ECC serta tingkat

pendidikan orang tua.

ECC yang terhenti setelah penggunaan SDF umumnya ditandai dengan

perubahan kehitaman pada gigi apabila tidak dilakukan restorasi. Kehitaman ini

merupakan akibat dari formasi silver oxide. Kehitaman yang muncul tidak berefek

buruk pada kesehatan anak, namun mengganggu estetik anak. Hal ini dapat diterima

dengan baik oleh orang-tua.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Munoz-Millan P, Zaror C, Espinoza-Espinoza G, Vergara-Gonzalez C, Munoz

S, Atala-Acevedo C, Martinez-Zapata MJ. Effectiveness of Fluoride Varnish in

Preventing Early Childhood Caries in Rural Areas Without Access to

Fluoridated Drinking Water: A Randomized Control Trial. Community Dent

Oral Epidemiol. 2018; 46: 63-69.

2. Chen KJ, Gao SS, Duangthip D, Lo ECM, Chu CH. Managing Early

Childhood Caries for Young Children in China. Healthcare Journal. 2018;

6(11): 1-9.

3. Gao SS, Zhao IS, Hiraishi N, Duangthip D, Mei ML, Lo ECM, Chu CH.

Clinical Trials of Silver Diamine Fluoride in Arresting Caries among

Children: A Systematic Review. JDR Clinical & Translational Research. 2016;

1(3): 201-210.

4. Mishra P, Fareed N, Battur H, Khanagar S, Bhat MA, Palaniswamy J. Role of

Fluoride Varnish in Preventing Early Childhood Caries: A Systematic Review.

Dental Research Journal. 2017; 14(3): 169-176.

5. Duangthip D, Chu CH, Lo ECM. A Randomized Clinical Trial on Arresting

Dentine Caries in Preschool Children by Topical Fluorides – 18 month results.

Journal of Dentistry. 2016; 44: 57-63.

6. Sajadi FS, Pishbin L, Azhari SH, Moosazadeh M. Impact of Oral and Dental

Health on Chlidren’s and Parent’s Quality of Life Based on Early Childhood

Oral Health Impact Scale (ECOHIS) Index. International Journal of Dental

Sciences and Research. 2015; 3(2): 28-31.

37
7. Chu CH, Mei L, Seneviratne CJ, Lo EC. Effects of silver diamine fluoride on

dentine carious lesions induced by Streptococcus mutans and Actinomyces

naeslundii Biofilms. Int J Paediatr Dent. 2012; 22(1): 2–10.

8. Bendit, J Douglas, A. Silver Diamine Fluoride: The newest tool in your caries

management tool kit. Academy of General Dentistry. 2017. Pensylvania.

9. Zafar S, Harnekar SY, Siddiqi A. Early Childhood Caries: Etiology, Clinical

Considerations, Consequences and Management. International Dentistry SA.

2009; 11(4): 24-35.

10. Olatosi OO, Inem V, Sofola OO, Prakash P, Sote O. The Prevalence Of Early

Childhood Caries and Its Associated Risk Factors Among Preschool Children

Referred to A Tertiary Care Institution. Nigerian Journal of Clinical Practice.

2015; 18(4): 493-501.

11. Mothupi KA, Nqcobo CB, Yengopal V. Prevalence of Early Childhood Caries

Among Preschool Children in Johannesburg, South Africa. Journal of

Dentistry for Children. 2016; 83(2): 83-7.

12. Thwin KM, Zaitsu T, Ueno M, Kawaguchi Y. Effectiveness of Silver Diamine

Fluoride in Arresting Early Childhood Caries in Myanmar Preschool

Children. Global Journal of Oral Science. 2017; 3: 18-26.

13. Setiawati F, Sutadi H, Rahardjo A. Relationship Between Breastfeeding Status

and Early Childhood Caries Prevalence In 6-24 Months Old Children In

Jakarta. Journal of International Dental and Medical Research. 2017; 10(2):

308-12.

38
14. Chandra, Rahardjo A, Adiatman M, Darwita R, Maharani DA, Callea M.

Evaluation Of Silver Diamine Fluoride Application In Children and Factors

Associated With Arrested Caries Survival. Journal of Physics: Conference

Series. 2017: 1-7.

15. Yadav K, Prakash S. Dental Caries: A Review. Asian Journal of Biomedical

and Pharmaceutical Sciences. 2016; 6(53): 1-7.

16. Borutta A, Wagner M, Kneist S. Early Childhood Caries: A Multi-Factorial

Disease. OHDMBSC. 2010; 9(1): 32-8.

17. Casamassimo SP, Fields HW, McTigue DJ, Nowak AJ. Pediatric Dentistry:

Infancy Through Adolescence. Ed. 5th. St Louis: Elsevier Saunders; 2013: 178,

180-2.

18. Anil S, Anand PS. Early Childhood Caries: Prevalence, Risk Factors and

Prevention. Frontiers in Pediatrics. 2017; 5: 1-7.

19. Cappelli DP, Mobley CC. Prevention In Clinical Oral Health Care. St Louis:

Mosby Elsevier; 2008: 2-4.

20. Yu OY, Zhao IS, Mei ML, Lo ECM, Chu CH. A Review of the Common Models

Used in Mechanistic Studies on Demineralization-Remineralization for

Cariology Research. Dentistry Journal. 2017; 5(20): 1-8.

21. Marya CM. A Textbook of Public Health Dentistry. Ed. 1st. New Delhi: Jaypee

Brothers; 2011: 401-2, 109-113, 307-316, 318-322.

22. Çolak H, Dülgergil ÇT, Dalli M, Hamidi MM. Early childhood caries update:

A review of causes, diagnoses, and treatments. J Nat Sc Biol Med [serial online]

2013 [cited 2018 Aug 12 ];4:29-38.

39
23. Council of clinical Affairs. Policy on Early Childhood Caries (ECC):

Classification, Consequences, and Preventive Strategies. American Academy

of Pediatric Dentistry. 2016. USA

24. World Health Organization. Report of A Meeting Bangkok-Thailand : WHO

Expert Consultation on Public Health Intervention Against Early Childhood

Caries. 2017. Geneva

25. Acharya, S. Tandon, S. The Effect of Early Childhood Caries on the Quality of

Life of Children and Their Parents. Contemporary Clinical Dentistry Vol.(2).

2011. Pg 98-101.

26. Widmer, R. Cameron, A. Handbook of Pediatric Dentistry. Ed 4th. Australia:

Mosby Elsevier; 2013:

27. Collado, V. Pichot, H et al. Impact of Early Childhood Caries and its Treatment

Under General Anesthesia on Orofacial Function and Quality of Life: A

Prospective Comparative Study. Med Oral. 2017. France

28. Gilchrist, F. Marshman, Z. The Impact of Dental Caries on Children and Young

People: What They Have to Say?. International Journal of Pediatric Dentistry.

2015. Pg: 327-338.

29. Naidu, R. Nunn, J et al. Oral Health-Related Quality of Life and Early

Childhood Caries Among Preschool Children in Trinidad. BMC Oral Health.

2016. Trinidad

30. Marya CM. A Textbook of Public Health Dentistry. Ed. 1st. New Delhi: Jaypee

Brothers; 2011: 225-226.

40
31. Lee Y. 2013. Diagnosis and Prevention Strategis for Dental Caries. Journal pf

Lifestyle Medicine. 3(2): 107-9

32. Ungchusak C. 2017. Oral Health Promotion and Prevention of Early Childhood

Caries. Thai Dental Public Health Journal. 45-61

33. Aljarallah F A, Alghanin H Z, et al. 218. Prevalence of Early Childhood Caries.

The Egyptian Journal of Hospital Medicine. 70(8):1259-1265

34. Domejean S, et al. 2018. Caries Preventive Therapy. 2:14

35. Albino J, T. Tiwarti. 2016. Preventing Childhood Caries: A Review of Recent

Behavioral Research. Journal of Dental Research. 95(1); 35-42

36. Batsir L, Bita Rasteh, Ali Montazeri dan Marzieh Araban. 2017. Four level

Evaluation of Health Promotion Intervention for Preventing Early Childhood

Caries: A Randomized Controlled Trial. BMC Public Health.

37. Anderson M, Goran D, Cunha S. 2017. Impact of Bianual Treatment with

Fluoride Varnish on Tooth-Surface-Level Caries Progression in Children Age

1-3 years. Journal of Dentistry. Swedia.

38. Daly B, et al. 2013. Essential Dental Public Health. Oxford University Press.

39. Nascimento H A R D, Jainara M S F, et al. 2013. Estimation of Toothpaste

Fluoride Intake in Preschool Children. Brazilian Dental Journal. 24(2):142-6

40. Ahovuo S A, Forss H, Hiiri AA, et al. Pit and Fissure Sealant versus Fluoride

Varnish for Preventing Dental Decay in the Permanent Teeth of Children and

Adolescent (Review). Cochrane Database of Systematic Review 2016

41
41. Mei M L, BDS, MDS, PHD, et al. 2016. Clinical Use of Silver Diamine

Fluoride in Dental Treatment. Compendium of Continuing Education in

Dentistry. 37(2): 93-98.

42. Zhao IS, Gao SS, Hiraishi N, et al. Mechanisms of silver diamine fluoride on

arresting caries: a literature review. International Dental Journal. 2018; 68:

67-76.

43. Wirght J T, Alex White. 2017. Silver Diamine Fluoride: Changing the Caries

Management Paradigm and Potential Societal Impact. NCMedical Journal;

78(6).

44. Fung MHT, et al. 2013. Arresting Early Childhood Caries with Silver Diamine

Fluoride-A Literature Review. Oral Hygiene & Health, 1:3.

45. California Dental Association. 2017. Silver Diamine Fluoride. California.

46. Milgrom P, Horst JA, Ludwig S, et al. Topical Silver Diamine Fluoride for

Dental Caries Arrest in Preschool Children: A randomized Controlled Trial

and Microbiologiocanalaysis of Caries Associated Microbes and Resistance

Gene Expression. Journal of Dentistry. 2018; 68: 72-8.

47. Nguyen Y H T, et al. 2017. Caries Arresting Effect of Silver Diamine Fluoride

in Vietnamese Preschool Children. Int J Clin Prev Dent. 13(3): 147-154

48. Patel J, Robert P A, Nigel M King.2018. Evaluation of Staining Potential of

Silver Diamine Fluoride: In Vitro. International Journal of Pediatric Dentistry.

49. Burgess J.O, P.M Vaghela. 2018. Silver Diamine Fluoride: A Successful

Anticarious Solution with limits. Advances in Dental Research. 29(1): 131-134

42
50. Singh R, et al. 2015. Preventive Aspect of Prosthodontics : An Overview.

European Journal of Prosthodontics. Vol 3 : 10-15

51. Mbawala H S, F M Machibya, F K Kahabuka. 2015. Assorted Errands in

Prevention of Children’s Oral Disease and Conditions. Chapter 24. BMC

Public Health.

52. Thwin KM, Zaitsu T, Ueno M, Kawaguchi Y. Effectiveness of Silver Diamine

Fluoride in Arresting Early Childhood Caries in Myanmar Preschool

Children. Global Journal of Oral Science. 2017; 3: 18-26.

53. Shounia TYK, Atwan S, Alabduljabbar R. Using Silver Diamine Fluoride to

Arrest Dental Caries: A New Approach in the US. Journal of Dentistry and Oral

Biology. 2017; 2(18): 1-4.

54. Clemens, J. Gold, J. Chaffin, J. Effect and Aceptance of Silver Diamine

Fluoride Treatment on Dental Caries in Primary Teeth. Journal of Public

Health Dentistry. 2017: 63-68. USA.

55. Sarvas, E. Jeffrey, M. Silver Diamine Fluoride Arrests Untreated Dental

Caries but has Drawbacks. The Official Newsmagazine of the American

Academy of Pediatrics. 2015. US.

56. Fung MHT, Duangthip D, Wong MCM, Lo ECM, Chu CH. Arresting Dentine

Caries With Different Concentration and Periodicity of Silver Diamine

Fluoride. JDR Clinical & translational Research. 2016; 20(10): 1-10.

43
OUTLINE

SILVER DIAMINE FLUORIDE SEBAGAI PREVENTIF EARLY

CHILDHOOD CARIES

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Early Childhood Caries

1. Definisi dan prevalensi

2. Mekanisme terjadinya ECC

3. Faktor-faktor penyebab dan predisposisi

4. Dampak ECC

B. Pencegahan ECC

BAB III PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

44
MAKALAH IKGM

SILVER DIAMINE FLUORIDE SEBAGAI PREVENTIF


EARLY CHILDHOOD CARIES

DISUSUN OLEH :

Carolina Stevanie (2017-16-037)


Chairunisa Ramadhani (2017-16-038)
Christine W. Zagoto (2017-16-039)

PEMBIMBING : Annisa Septalita, drg., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

45
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2018

46

Anda mungkin juga menyukai