Anda di halaman 1dari 26

LESI RONGGA MULUT ( ORAL LESSION )

Pada mukosa rongga mulut sering dijumpai adanya lesi yang dapat menganggu bahkan
mengakibatkan keluhan yang bermacam - macam ...apa saja jenis lesi .....!!!
LESI RONGGA MULUT
Masalah kedokteran gigi tidak hanya membahas gigi geligi tetapi meluas ke rongga mulut yang
terdiri dari jaringan keras maupun jaringan lunak. Penyakit jaringan lunak pada rongga mulut
dewasa ini, menjadi perhatian serius para ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian
yang disebabkan kanker yang ada di rongga mulut khususnya pada negara-negara berkembang di
Asia (Saranath dkk,1991).
Salah satu penyakit jaringan lunak pada rongga mulut adalah lesi putih yang merupakan lesi
jaringan lunak yang relatif sering terjadi dan dapat berubah menjadi lesi ganas khususnya jika
keadaan ini persisten di dalam mulut (Holmstrup dkk, 1992).
Lesi atau kelainan pada jaringan lunak rongga mulut sering kali didiagnosis berdasarkan riwayat
penyakit dan pemeriksaan klinis yang singkat, tetapi sering kali cara tersebut tidak tepat dan
mengarah ke diagnosis yang tidak tepat sehingga penatalaksanaannya pun tidak tepat. Hal
tersebut kemungkinan disebabkan karena lesi pada jaringan lunak rongga mulut mempunyai
kemiripan manifestasi klinis antara satu kelainan dengan kelainan lainnya.
Ketepatan pemeriksaan klinis memerlukan proses pendeskripsian lesi yang akurat untuk
mengidentifikasikan penyakit pada jaringan lunak rongga mulut maupun kulit, karena
kebanyakan kelainan yang menyerang jaringan lunak rongga mulut juga menyerang kulit.
Identifikasi lesi secara tepat membutuhkan pemahaman tentang anatomi jaringan lunak rongga
mulut dan lesi-lesi dasar.
EPITEL MUKOSA RONGGA MULUT
Epitel / Mukosa Rongga Mulut
Berdasarkan struktur histologisnya, epitel/mukosa rongga mulut terbagi menjadi 2, yaitu Epitel
Rongga Mulut dan Lamina Propia.
1 Struktur histologi
Epitel rongga mulut
Fungsi:
a. Sekresi
b. Pertukaran gas dan absorpsi nutrisi dengan lingkungan
c. Proteksi terhadap sinar UV, perlindungan fisik terhadap infeksi, dan pigmentasi
d. Ekskresi mengeluarkan nitrogen
e. Reseptor stimulus sensasi kemotatik: penciuman & pengecapan
Struktur epitel rongga mulut adalah Stratified Squamous Epithelium:
Stratified Squamous Epithelium
a. Terletak diatas membrana basalis
b. Biasanya terdiri dari sel-sel squamous, seringkali terdiri dari sel-sel polimorfik.
Sel-sel epitel rongga mulut:
a. Keratinocyte:
Sel epitel mukosa rongga mulut (stratified epithelial cells) yang mengalami diferensiasi.
b. Non-keratinocyte:
Sel pigmen dendritik atau sel tipe lain dalam epitel secara kolektif.

Non-Keratinized Keratinized
Lapisan superfisial Lapisan superfisial
Sel berinti Sel-sel mati (dead cell)
Fungsi: proteksi Sitoplasma diganti keratin
Bersifat selalu basah Bersifat impermeable
Stratifikasi epitel rongga mulut (dari arah luar ke dalam):
1. Stratum Korneum = Keratinized Layer
- sel terletak di permukaan
- sel pipih, heksagonal & tak berinti
2. Stratum Lusidum
- tidak ada
- kalau ada, tidak berkembang dengan baik
3. Stratum Granulosum = Granular Layer
- sel paling besar & pipih
- sel berinti
- sitoplasma granula keratohialin basofilik
4. Stratum Spinosum = Prickle Cells Layer
- di atas sel basal
- bentuk sel Polihidral
- berduri (Spiny) perlekatan antar sel
- sel berinti
- masih terjadi mitosis
- bersama-sama dengan stratum basale disebut Stratum Malpighi
5. Stratum Basalis = Basal Cells Layer
- melekat pada membrana basalis
- bentuk sel silindris Stratum Silindrikum
- sel berinti
- pembelahan (mitosis) & penggantian sel rusak atau mati Stratum Germinativum
Catatan: makin ke permukaan sitoplasma lebih eosinofil.
Stratifikasi epitel rongga mulut
Lamina propia
Komponen lamina propia terdiri dari:
1. Serabut
a. Serabut kolagen (collagen fibres)
Struktur tersusun tiga dimensi yang menentukan:
- stabilitas mekanik
- mempertahankan bentuk dan ekstensibilitas jaringan
b. Serabut elastik (elastic fibres)
- jumlah sedikit
- bantu mempertahankan bentuk jaringan
c. Serabut retikulin (reticulin fibres)
- mengikat serabut kolagen
- dominan pada membrana basalis
Sistem serabut tersebut berada dalam substansi dasar (matriks), yang terdiri dari:
a. Kompleks karbohidrat-protein
b. Fibroblas:

- sel yang bertanggung jawab pada sekresi


- serabut dan matriks
2. Saraf, pembuluh darah, dan pembuluh limfe
3. Papillary layer
a. serabut kolagen halus ( 0,3 - 3 m) tersusun sebagai jaringan ikat kendor.
b. bagian atas: melekat pada membran basalis.
c. bagian lebih dalam: melekat pada reticuler layer
4. Retikuler layer
Serabut kolagen lebih kasar dan padat ( 10 - 40 m).
Lamina propia
Pembagian mukosa
Pembagian mukosa berdasarkan struktur histologi epitel mukosa rongga mulut dibagi menjadi 3,
yaitu: Masticatory Mucosa, Lining Mucosa, dan Specialized Mucosa.
Mastikatori mukosa
Sering untuk mengunyah
Pada epitel yang sering mengalami keratinisasi
Lamina propia padat dan terikat erat pada tulang
Terdiri dari:
a. Gingiva dan ephitelial attachment (free dan attached gingiva)
b. Interdental papil dan palatum durum
Sub mukosa bervariasi:
a. Gingiva submukosa (-)
b. Palatum submukosa (+)
Palatum Durum:
a. Atap rongga mulut dilapisi dengan keratinized stratified squamous epithelium
b. Pada daerah midline tidak ada submukosa
c. Pada raphe mediana terdapat papilla insisivus
d. Pada sisi-sisi raphe mediana terdapat ridge yang disebut rugea
e. Pada daerah anterolateral terdapat daerah berlemak yaitu daerah submukosa
Lining mukosa
Lapisan epitel tebal
Umumnya tidak berkeratin
Lamina propia tipis dan elastis
Ikatan lamina propia dengan submukosa bervariasi (elastisitas tinggi dan terikat erat),
tergantung regio. Misalnya:
a. Mukosa pipi e. Mukosa bibir
b. Ventral lidah f. Pallatum molle
c. Vestibulum g. Mukosa alveolar
d. Dasar mulut
Submukosa terikat pada otot (sering bergerak) sering terkena trauma
Lining mukosa terdapat pada:
a. Bibir
b. Pallatum Molle
c. Pipi
d. Permukaan lidah

e. Dasar mulut
a. BIBIR
- kulit/pembungkus bagian luar
- mucocutaneous junction
- permukaan mukosa bagian dalam biasanya berkeratin
- skeletal muscle
- permukaan dalam terdapat:
stratified squamous cell dan non keratinized
glandulla seromukous pada lamina propia
terdapat vermillion border red area menghubungkan mukosa rongga mulut dan daerah
bibir yang berkulit.
Red area karena:
epitelnya tipis
mengandung eleidin
pembuluh darah dekat permukaan
- terdapat glandulla cebacea pada sudut mulut, yang disebut Fordyces spots.
b. PALLATUM MOLLE
- banyak vaskularisasi pada lamina propia
- lebih berwarna merah muda dibandingkan pallatum durum
- submukosa terdiri dari otot-otot pallatum molle dan kelenjar mukous
c. PIPI
- seperti mukosa pallatum molle dan bibir
- stratified squamose epithelium non keratinized
- terdapat sel-sel lemak dan glandula seromukous di dalam dan diantara sabut-sabut otot
- lemak dan glandula memberikan gambaran histologis yang unik
d. PERMUKAAN LIDAH (ventral lidah)
- lining mukous juga terdiri dari lamina propia dan submukous
- pada submukous terdapat sabut-sabut otot di bawah permukaan lidah
e. DASAR MULUT
- dilapisi membrana mukosa non keratinisasi
- di dasar mulut terdapat:
- glandulla salivary minor
- glandulla sub lingualis
- Specialized mukosa
Epitel berkeratin
Lamina propia padat dan tipis
Lamina propia terikat erat pada otot dibawahnya
Pada regio terdapat Dorsum Lidah, terdiri dari:
1. PAPILLA
Jenis-jenis papilla:
a. Papilla Filliformis mayoritas
- merupakan permukaan lidah yang kasar.
- kira-kira tingginya 2-3 mm dari permukaan lidah.
- berperan pada pengunyahan dan gerakan makanan.
b. Papilla Fungiformis
- diantara papilla filliformis.

- jumlahnya lebih sedikit.


- bentuknya seperti jamur.
- lapisan epitel tipis dan nonkeratinisasi.
- papilla terlihat merah muda / kemerahan karena pembuluh darah dekat dengan permukaan.
- taste bud kadang-kadang ditemukan pada permukaan superior papilla fungiformis.
c. Papilla Circum Valata
- jumlahnya 10-14.
- besarnya/diameter 3 mm.
- lokasinya di sepanjang sulcus terminalis.
- bentuk huruf V.
- sulcus terletak antara corpus dan radix linguae.
- masing-masing papilla dikelilingi oleh grooves.
- ductus kelenjar von ebner bermuara pada grooves.
d. Papilla Foliata
- terletak pada sisi lateral posterior lidah.
- bentuk berupa groove yang vertikal.
- berjumlah 4-11.
- mengandung taste bud.
TASTE BUD
- sensitivitasnya pada lidah dan palatum.
- mengandung indra rasa. Dapat merasakan 4 jenis rasa, yaitu manis, pahit, asam, asin.
- rasa manis dan asin terdapat pada ujung lidah.
- rasa asam pada lateral lidah.
- rasa pahit pada daerah papila circum valata. Daerah ini sering overlap.
Terbukti semua papilla merespon semua sensasi rasa, tetapi level sensitivitasnya berbeda.
- biasanya dihubungkan dengan papilla pada lidah.
- beberapa tersebar pada pallatum molle, epiglotis, larink, dan pharink.
- mudah dikenali di bawah mikroskop karena struktur yang terbentuk Barrel-Shape.
- sel-sel epitelnya nampak ovoid.
- berhubungan degan ujung saraf sensoris.
- ujung saraf ini berasal dari Chorda Timpany dan kemudian terletak diantara taste bud.
- beberapa jenis sel perasa terdapat diantara 10-14 sel pada taste bud.
- setiap taste bud mengandung beberapa sel perasa (taste cell) yaitu Subtentacular yang
terletak pada perifer taste bud.
- terdapat juga jenis basal sel pada taste bud. Basal sel ini berdekatan dengan basal lamina.
Perbedaan Mukosa Rongga Mulut Berdasarkan Struktur Histologis Epitel Rongga Mulut:
DAERAH EPITEL LAMINA PROPIA SUBMUCOSA
Masticatory Mucosa
Attached gingiva
Merah muda, tidak bergerak, kadang ada daerah berpigmen melanin, stipping bervariasi
Keratinisasi tebal (terutama parakeratinisasi, beberapa ortokeratinisasi)
Stratum papilare tinggi dan sempit
Tidak ada
Palatum durum
Merah muda, tidak bergerak, terdapat rugae dan raphe
Ortokeratinisasi tebal

Bagian medial: rugae dan raphe


Hanya pada daerah lateral, bagian anterior terdapat adiposa, bagian posterior glandula salivary
Lining Mucosa
Mucosa labial dan bukal
Merah muda, mengkilat, banyak daerah mengalami berpigmen melanin, kadang2 terdapat
fordysis spot
Non Keratinisasi tebal
Jaringan ikat pada papilla tak teratur, beberapa sabut elastis, perluasan suplai pembuluh darah
Terdapat adipose dan glandula salivary minor, melekat kuat pada otot
Alveolar mucosa
Merah muda kemerahan, mengkilat, kebanyakan sangat mobile
Non Keratinisasi tipis
Jaringan ikat pada papil kadang tidak ada, banyak sabut elastis, suplai pembuluh darah banyak
Terdapat glandula salivary minor, banyak sabut elastis, melekat tidak kuat pada otot atau tulang
Dasar mulut dan ventral lidah
Merah muda kemerahan, lembab mengkilat, dengan pembuluh darah, mobile
Non Keratinisasi sangat tipis
Perluasan suplai pembuluh darah
Dasar mulut: Jaringan ikat pada papila luas.
Ventral lidah: Jaringan ikat pada papila banyak, beberapa sabut elastis, glandula salivary minor
Ada
Dasar mulut :
Adipose dengan glandula submandibular dan sublingual, perlekatan yang kendor pada
tulang/otot
Ventral Lidah :
Sangat tipis dan melekat kuat pada otot
3 Lesi atau Luka
Lesi adalah suatu kelainan patologis pada jaringan yang menimbulkan gejala/simtom. Lesi
terbagi menjadi 2 macam, yaitu Lesi Primer (pertama kali timbul) dan Lesi Sekunder (timbul
setelah lesi primer).
Macam-macam lesi jaringan lunak rongga mulut
LESI PRIMER
1. Makula
2. Papula
3. Plak
4. Nodula (dungkul)
5. Vesikula
6. Bula (blister)
7. Pustula
8. Keratosis
9. Wheals
10. Tumor
SEKUNDER
1. Erosi
2. Ulseri
3. Fisura

4. Sikatrikas
5. Deskuamasi
6. Pseudomembran
7. Eschars
8. Krusta
9. Sinus
A. Lesi primer
1. MAKULA
Ukuran:
- Titik sampai bercak
- Diameter beberapa mm hingga cm
Warna:
Merah, coklat keputihan, dsb Tergantung penyebabnya:
a. Berasal dari vaskularisasi
- Warna: merah kecoklatan
- Bila ditekan berwarna pucat
- Misal: hiperemia
b. Berasal dari pigmen darah
- Warna: merah kebiruan
- Misal: petechiae, purpura, ecchymoses (hematom)
c. Berasal dari pigmen melanin
- Warna: biru kecoklatan
- Misal: hiperpigmentasi
2. PAPULA
Contoh:
- Lichen planus (pada mukosa) adalah papula keputihan.
- Fordyces spot adalah anomali pertumbuhan dmana kelenjar lemak tumbuh ektopik.
Makula dan papula Terasa gatal, rasa terbakar, dan nyeri
Permukaan papula:Erosi atau deskuamasi
3. PLAK
Contoh: Leukoplakia lesi praganas (ada kecenderungan menjadi ganas)
4. NODULA
Contoh: Iritasi fibroma
- Tumor jinak dari jaringan ikat yang terjadi karena iritasi kronis
(iritasi ringan yang terus menerus)
- Dapat hilang sendiri atau tidak, setelah iritasi kronis dihilangkan (misal eksisi)
5. VESIKULA
6. BULA
7. PUSTULA
8. KERATOSIS
Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar epitel (stratum korneum).
Warna: putih sampai keabuan.
Contoh: linea alba bukalis, leukoplakia, lichen planus.
9. WHEALS
10.TUMOR

Dapat berwarna apapun.


Lokasi: pada jaringan lunak RM manapun.
Klinis: Lesi bulat menimbul dan tumor menetap bertangkai/ulseri ditengahnya.
B. Lesi sekunder
1. EROSI
Dapat sembuh tanpa jaringan parut.
Contoh: Lichen Planus tipe erosif.
2. ULSERI
Rasa nyeri bertambah dan bila ditekan menimbulkan perdarahan karena kerusakan sampai
lamina propia.
Contoh: ulkus traumatikus; stomatitis aftosa rekuren.
3. FISURA
4. SIKATRIKS
5. DESKUAMASI
6. PSEUDOMEMBRAN
Adalah membran palsu.
Contoh: Kandidiasis Pseudomembran Akut.
7. ESCHARS
Adalah cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat luka bakar.
8. KRUSTA
Adalah lapisan luar yang terbentuk dari pengeringan eksudat.
Contoh: Eritema Multiformis
9. SINUS
Kesimpulan:
Permukaan mukosa rongga mulut BERBEDA, tergantung dari regionya. Perbedaan tersebut
menunjukkan adaptasi fungsional.
Mukosa rongga mulut (adaptasi fungsional)
Lesi adalah suatu kelainan patologis pada jaringan yang menimbulkan gejala/simtom. Lesi ada 2
macam, yaitu Lesi Primer dan Lesi Sekunder.
Etiologi

LICHEN PLANUS
Reaksi autoimun (limfosit T merusak lapisan sel
basal epitel)

LEUKOPLAKIA
Reaksi protektif terhadap
iritasi kronis

Genetik, faktor lingkungan, obat dan lifestyle

Tembakau

Diduga ada pengaruh imunologi seluler

Mikroorganisme (Candida
albicans, HPV, EBV)

ERITH
Tidak j

Sering didapatkan pada penderita diabetes


melitus dan penyakit liver
Pencetus

Stress dan emosional

Tembakau, alkohol, sifilis, Rokok,


defisiensi vitamin,
ketidakseimbangan hormon,

galvanisme, gesekan kronis,


kandidosis
Ciri khas

Klinis

Wickhams striae pada lesi intraoral. Pada kulit,


lesinya seperti spider warna merah pada fleksor
dan kulit kepala. Lesi bilateral. Rete pegs seperti
gergaji
Penyakit kulit yang memiliki manifestasi di
Plak putih tidak dapat
rongga mulut
dikerok/dihapus pada
mukosa mulut ada yang
homogen, berkerut-kerut
Beberapa bentuk lesi yang nampak adalah
dan ada yang verukos.
hiperkeratosis,hiperparakeratosis,
hiperorthokeratosis, erosi atau bula. Bentuk yang Daerah-daerah yang paling
hiperkeratosis adalah bentuk yang paling umum. sering terkena adalah lateral
asimtomatik, gatal, terasa kasar, paling banyak dan ventral lidah, dasar
ditemui pada mukosa bukal dan lidah. Pada lesi mulut, mukosa alveolar,
yang hiperkeratosis terdapat pola2 jala yang khas bibir, palatum lunak dan
attached gingiva.
disebut Wickhams striae
Mukosa terasa tidak nyaman terutama saat
makan makanan pedas dan makanan asam.

makula
plak da
tekstur
beludru
bercak
asimtom
ditemuk
mukobu
orofarin
Merahn
dari atr
menutu
banyak

Distribusi bilateral pada permukaan fleksor dari


ekstrimitas
HPA

Pemeriksaan

Ada 3 gambaran penting:

Ada rentang perubahan


histologis yang luas pada
leukoplakia mulai dari
-hiperkeratosis/hiperorthokeratosis
hiperkeratosis tanpa
-penebalan lapisan granular dan rete pegs seperti displasia epitel hingga
displasia epitel squamous
gergaji
dan larsinoma in situ.
-degenerasi liquefaction (nekrosis pada lapisan sel
basal)

Displas
situ, ka
yang in

-pemeriksaan klinis

-pemeriksaan klinis

-pemer

-biopsi (u/ tipe erosif dan atrofik)

-biopsi

-biopsi

-immunofluorescen (bereaksi + dgn anti IgM, IgA,


dan IgG, adanya deposit subepithelial dari
fibrinogen dan substansi antigen terkait yang
diwarnai dengan antisera antifibrinogen)
Perawatan

-Restorasi sekitar lesi untuk eliminasi reaksi


lichenoid di bongkar (amalgam, composit)

-Perbaiki oral hygiene

Atypia
banyak

Atypia
lapisan

-Stop alkohol dan tembakau

-Eliminasi faktor
predisposisi

-Topikal kortikosteroid
-eksisional biopsi pada lesi erosif yang kronis
-analgesik topikal
-immunosuppresan

-Sebelum perawatan harus


dibiopsi untuk mendeteksi
displasia epitel bila perlu
marker biologi molekuler
-Eksisi lengkap dengan laser
CO2 atau kryosurgeri
Bila luas :
Asam retinoat 13 cis 1
mg/kgBB untuk 2 3 bulan
Asam retinoat selusion atau
krim in orabase
-Bila tanpa displasia akan
sembuh dalam 2 3 bulan

DD
Penulisan resep

Leukoplakia, kandidosis
Kortikosteroid 20 40 mg/hr. 2 3 minggu
kemudian taper mg sampai 5 mg/hr.
Azathioprine 50 100 mg/hr dan cyclosporine 3
5 mg/hr

Rujukan

Dermathologist

Lesi Putih pada Membrana Mucosa Mulut


Pengertian / definisi bercak putih adalah penebalan mukosa yang disertai dengan warna putih
atau putih kebiruan dan dapat dibedakan dengan jaringan mukosa yang sehat. Bermacam
macam yang menyebabkan bercak bercak putih ini, yaitu ; iritasi, trauma, kebakaran, infeksi,
jamur atau infeksi yang spesifik seperti penyakit syphilis dan sebagainya. Tetapi ada juga
etiologi dari bercak putih ini yang belum diketahui seperti beberapa penyakit leukoplakia dan
lichen palnus. Bercak putih ini disebut juga lesi putih. Perlu diketahui bahwa bercak putih pada
oral mukosa dapat disertai dengan adanya perubahan perubahan didalam jaringan mukosa out
sendiri atau adanya perubahan yang terdapat diatas jaringan mukosa tersebut.
Warna mukosa yang sehat adalah merah muda, dimana warna ini adalah hasil dari refleksi
cahaya dari jaringan mukosa setelah cahaya tersebut melalui permukaan jaringan lunak yang

Dentur

1.
a.
b.

c.
2.
a.

b.

c.

translucent dan kemudian cahaya tersebut mengnai pembuluh darah. Jika terdapat perubahan
perubahan didalam jaringan atau diatas jaringan mukosa yang mengganggu refleksi cahaya
terhadap pembuluh darah ini maka menghasilkan lesi yang nampak putih.
Pembesaran dan oedema yang terdapat dalam jaringan epithel aka menghasilkan warna putih
yang diffus. Sedangkan penebalan karena adanya keratinisasi dari lapisan permukaan mukosa
akan menyebabkan lesi yang jelas berwarna putih atau putih kebiruan.
Pada infeksi jamur seperti monoliasis, terjadi mycelial yang memasuki jaringan epitel dan
jaringan pengikat disekitarnya dan menyebabkan hilangnya kejernihan membrana mukosa yang
mengakibatkan timbulnya daerah yang keputih-putihan atau putih kebiruan tadi.
Pada peristiwa kebakaran akibat bahan- bahan chemis atau thermis akan menyebabkan terjadinya
coagulasi dilapisan atas yang juga menyebabkan lesi yang nampak keputihan.
Adanya keganasan dari suatu tumor akan ditujukkan dengan adanya perubahan yang abnormal
dalam jaringan epithel dan jaringan pengikat disekitarnya yang mengakibatkan adanya lesi putih
yang menyokong oleh jaringan tumor dibawahnya sebagai akibat hambatan yang kuat terhadap
refleksi sinar terhadap jaringan pembuluh darah.
Untuk memudahkan bagi seseorang klinis mebandingkan bermacam-macam penyakit yang
mengenai jaringan mukosa mulut maka diadakan pembagian sebagai berikut :
Lesi putih yang disebabkan trauma rangsang chemis dan physis.
Friksional keratoris
Karena gesekan mukosa pipi dan lidah atau karena kebiasaan menggigit pipi bisa terlihat adanya
bercak putih.
Lesi putih pada perokok
Lesi putih dimukosa mulut dapat merupakan gambaran yang khas yang berhubungan dengan
cara cara orang merokok. Pada orang yang merokok mempunyai bercak bercak keratosis
yang terlihat pada area dimana ludah terkumpul yaitu pada vestibularis bagian bawah. Kadang
terlihat pada dorsum lungua. Pada orang yang menggunakan pipa terlihat hyperkeratosis ini pada
palatum durum. Orang yang menghisap ceruptu menunjukkan effek yang maksimum pada gusi.
Lesi putih pada peminum alkohol
Pada peminum yang berat terlihat adanya keratosis pada pipi bawah
Lesi putih karena infeksi.
Moniliasis
Disebut juga dengan candidosis, ini disebabkan karena jamur ragi candida albicans. Lesi lesi
putih menyerang membrana mukosa mulut dan jaringan epitel dibawahnya. Dapat juga mengenai
tractus gastro intestinalis, tractus repiratorius, vagina, dan kulit.
Pada bayi moniliasis ditandai dengan lesi putih atau kebiruan yang berbecak-becak dimukosa
mulut dan bisa meluas disekeliling mulut. Bercak ini biasanya tidak sakit dan sukar diangkat,
kalau diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah.
Pada orang dewasa penyakit ini bisa diserti dengan adanya inflamasi, erythema, atau adanya
daerah di badan yang berwarna merah dan sakit. Daerah lesi dapat terdapat dimana saja pada oral
mukosa dan sering terdapat dibawah prothesa yang dipakai.
Lupus vulgaris
Menunjukkan adanya bercak bercak dimulut sebagai akibat dari adanya TBC yang post primair
Selain jaringan menunjukkan ulcus TBC, pada mukosa mulut terjadi bercak putih yang teratur
terdapat disekeliling luka tersebut.
Syphylis

Luka karena sipillis baik di papula atau gumma adalah merupakan luka yang spesifik, tetapi
disamping luka ini biasanya terdapat bercak bercak putih yang diffus terdapat diseluruh rongga
mulut terutama pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan. Pada bercak diffus ini tidak
diketemukan trponema pallidum.
3. Lesi putih karena penyakit kulit.
a. Lichen planus
Penyakit yang disangka sebagai penyakit yang bersifat psikosomatis, sedang sebab sebenarnya
belum diketahui. Tekanan emosi, keadaan keluarga yang tidak tenang, situasi yang tegang dari
seseorang dapat menimbulkan penyakit ini.
Lesi putih yang timbul pada lichen planus ini munculnya dioral mukosa, dapat didahului dengan
bercak-bercak yang ada dikulit atau bisa bersamaan atau mendahului. Lichen planus harus
dibedakan dengan lesi lesi lain terutama dengan leukoplakia.
Lesi dari lichen planus dikulit terlihat sebagai papula yang jelas, bersudut atau polygonal,
berwarna merah keunguan dan berkilat. Biasanya lesi ini terdapat disekitar permukaan fleksi dari
pergelangan tangan, bagian depan lengan, pergelangan kaki dan vulva. Sering terdapat
disepanjang bekas garutan atau bekas luka kulit.
Dimulut dapat dijumpai di pipi, lidah, bibir dan gingiva. Kebanyakan bilateral tetapi bisa juga
unilateral dan juga dapat bersifat diffus.
b. Lupus erythematosus
Penyakit yang dapat meluas ke membrana mukosa mulut. Lesi pada mukosa mulut ini nampak
sesudah lesi pada kulit terlihat. Jika lesi pada kulit tidak terlihat maka diagnosa untuk lupus
erythematosus pada membrana mukosa mulut ini sukar ditentukan. Pada kulit lesi ditandai
dengan bentuk irreguler, berwarna merah dengan bertambah luas pada tepinya dan jika
menyembuh akan meninggalkan bekas pada bagian sentral, sering nampak bilateral.
Pipi, dahi, hidung atau telinga adalah daerah yang sering terkena lupus erythematosus. 25 % dari
penyakit ini menimbulkan lesi pada oral mukosa. Biasanya terlihat pada lidah, palatum durum
lidah dan bibir, dan jarang terdapat pada gingiva. Lesi pada oral mukosa ini berwarna merah,
athropi dan mudah berdarah. Lesi yang berkembang akan menunjukkan ulcus yang besar dan
dangkal, dimana pada tepi tepinya terdapat ujung yang keputihan.
Pada tepi ulcus ini terdapat pembuluh darah yang kecil yang banyak jumlahnya yang besar
tersusun secara radikal. Pada keadaan yang diffus akan terlihat terjadinya nanah di oral mukosa
dan seringkali lesinya terlihat keunguan. Jika menyembuh luka tersebut aan diganti dengan
cikatrik yang tipis dan halus.
4. Lesi putih karena penyakit kulit.
a. Papilloma
Biasanya terdapat penonjolan yang terjadi didaerah membrana mukosa mulut. Sering terjadi
tonjolan yang single dan kecil, tetapi ada juga yang multiple dan berukuran besar. Etiologinya
tidak diketahui.
b. Leukoplakia
Secara patologis sebagian dari leukoplakia secara potensial merupakan jaringan prekanker atau
malahan sudah maligna. Pasien dengan leukoplakia biasanya disertai dengan keadaan umum
yang jelek, dimana leukoplakianya sendiri mula-mula tidak menimbulkan keluhan dan gejala.
c. Squamous cell carcinoma

Daerah keratinisasi pada membrana mukosa mulut dapat terjadi karena adanya ulcus dengan
diagnosa biopsy carsinoma dengan squamous cell. Luka pada carcinoma ini dengan daerah
keratinisasinya dapat terjadi dimana saja pada membrana mukosa. Tidak terasa sakit pada ulkus
itu dan ulkus berbentuk undercut.
Kandidiasis (moniliasis) adalah suatu infeksi oleh jamur Candida, yang sebelumnya disebut
Monilia. Kandidiasis oral atau sering disebut sebagai moniliasis merupakan suatu infeksi yang
paling sering dijumpai dalam rongga mulut manusia, dengan prevalensi 20%-75% dijumpai pada
manusia sehat tanpa gejala. Kandidiasis pada penyakit sistemik menyebabkan peningkatan angka
kematian sekitar 71%-79%. Terkadang yang diserang adalah bayi dan orang dewasa yang
tubuhnya lemah. Pada bayi bisa didapat dari dot, pakaian, bantal, dan sebagainya.
Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi
putih yang disebabkan oleh jamur jenis Candida sp, dimana Candida albican merupakan jenis
jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh
Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan
oleh genus Kandida. Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh
diantaranya ( C.albicans, C.tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C.
guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang
terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat
sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 4565% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada
orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang
menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS
Penyakit ini kemudian diteliti lagi oleh Pepy. Beliau melihat jamur itu pada
moniliasis/candidiasis/sariawan pada bayi yang disebutnya oral thrush, sehingga ia menamakan
jamur itu thrush fungus. Veron (1835) menghubungkan penyakit pada bayi tersebut dengan
infeksi pada saat dilahirkan dengan sumber infeksi dari alat kandungan ibunya. Berg (1840)
berkesimpulan bahwa alat minum yang tidak bersih dan tangan perawat yang tercemar jamur
merupakan faktor penting dalam penyebarab infeksi ini. Berdasarkan bentuknya yang bulat
lonjong dan berwarna putih diberikanlah nama Oidium Albicans. Nama oidium kemudian
berubah menjadi monilia. Beberapa nama peneliti mencoba mempelajarinya, antara lain
Wilkinson yang menghubungkannya dengan vaginatis. Akhirnya Berkhout (1923) menamakan
jamur itu dalam genus candida.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep penyakit moniliasis/kandidiasis serta pendekatan asuhan
keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari moniliasis/kandidiasis
2. Mengetahui klasifikasi moniliasis/kandidiasis
3. Mengetahui etiologi dari moniliasis/kandidiasis
4. Mengetahui manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis

5. Mengetahui patofisiologi moniliasis/kandidiasis


6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
7. Mengetahui penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis/kandidiasis
8. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
moniliasis/kandidiasis
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis
C. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari moniliasis/kandidiasis?
2. Bagaimana klasifikasi moniliasis/kandidiasis?
3. Apakah etiologi dari moniliasis/kandidiasis?
4. Bagaimana manifestasi klinis moniliasis/kandidiasis?
5. Bagaimana patofisiologi moniliasis/kandidiasis?
6. Apakah pemeriksaan penunjang pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?
7. Bagaimana penatalaksanaan serta pencegahan pada moniliasis/kandidiasis?
1. Apa sajakah komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
moniliasis/kandidiasis?
2. Bagaiman asuhan keperawatan pada klien dengan moniliasis/kandidiasis?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kandidiasis adalah suatu infeksi jamur yang disebabkan oleh candida. Candida merupakan
mikroflora normal pada rongga mulut, mikroorganisme ini mencapai 40-60 % dari populasi
(Silverman S, 2001).
Kandidiasis adalah infeksi atau penyakit akibat jamur Candida, khususnya C. albicans. Penyakit
ini biasanya akibat debilitasi (seperti pada penekan imun dan khususnya AIDS), perubahan
fisiologis, pemberian antibiotika berkepanjangan, dan hilangnya penghalang (Stedman, 2005).
Walaupun demikian jamur tersebut dapat menjadi patogen dalam kondisi tertentu atau pada
orang-orang yang mempunyai penyakit-penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh sehingga
menimbulkan suatu penyakit misalnya, sering ditemukan pada penderita AIDS (Farlane .M,
2002). Pada rongga mulut kandida albikans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan
penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi

eritematus (Silverman S, 2001). Pada keadaan akut kandidiasis dapat menimbulkan keluhan
seperti rasa terbakar (burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal, atau
labial dan rasa kering atau serostomia (Greenberg M. S. , 2003). Pada umumnya infeksi tersebut
dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat anti jamur baik secara topikal atau sistemik
dengan mempertimbangkan kondisi atau penyakit-penyakit yang menyertainya. (Silverman S,
2001).
Kandidiasis oral atau mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi dari genus
Candida pada membran berlendir mulut. Infeksi oportunistik yang umum dari rongga mulut yang
disebabkan oleh pertumbuhan jamur yang berlebihan. Sariawan pada mulut bayi disebut
kandidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan orang dewasa diistilahkan
candidosis atau moniliasis. Kandidiasis yang sering disebut juga candidosis, trush, dan moniliasis
merupakan suatu keadaan patologis yang hanya menginfeksi jaringan kulit dan mukosa. Infeksi
Candida yang berat tersebut dikenal sebagai candidemia dan biasanya menyerang orang yang
imunnya lemah, seperti penderita kanker, AIDS dan pasien transplantasi.
Kandidiasis oral ini memang sering terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, seiring
dengan bertambah dewasanya bayi tersebut, penyakit ini akan makin jarang terjadi. Penyakit ini
juga bukan penyakit yang serius dan beberapa sumber mengatakan bahwa penyakit ini dapat
sembuh sendiri (walaupun tentu saja lebih baik diobati).
B. Klasifikasi
1. Thrush
Mempunyai ciri khas dimana gambarannya berupa plak putih kekuning- kuningan pada
permukaan mukosa rongga mulut, dapat dihilangkan dengan cara dikerok dan akan
meninggalkan jaringan yang berwarna merah atau dapat terjadi pendarahan. Plak tersebut berisi
netrofil, dan sel-sel inflamasi sel epitel yang mati dan koloni atau hifa. (Greenberg M. S., 2003).
Pada penderita AIDS biasanya lesi menjadi ulserasi, pada keadaan dimana terbentuk ulser, invasi
kandida lebih dalam sampai ke lapisan basal (Mc Farlane 2002). Penyakit rongga mulut ini
ditandai dengan lesi-lesi yang bervariasi yaitu, lunak, gumpalan berupa bongkahan putih, difus,
seperti beludru yang dapat dihapus atau diangkat dan meninggalkan permukaan merah, kasar,
dan berdarah, dapat berupa bercak putih dengan putih merah terutama pada bagian dalam pipi,
pallatum lunak, lidah, dan gusi. Penderita penyakit ini biasanya mempunyai keluhan terasa
terbakar atau kadang-kadang sakit didaerah yang terkena.
1. Kronis hiperplastik kandidiasis
Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah dan bibir, berupa bintik-bintik
putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah. Kondisi ini dapat
berkembang menjadi displasia berat atau keganasan. Kandidiasis tipe ini disebut juga kandidiasis
leukoplakia, lesinya berupa plak putih yang tidak dapat dikerok, gambaran ini mirip dengan
leukoplakia tipe homogen. (Greenberg.2003). Karena plak tersebut tidak dapat dikerok, sehingga
diagnosa harus ditentukan dengan biopsi. Keadaan ini terjadi diduga akibat invasi miselium ke
lapisan yang lebih dalam pada mukosa rongga mulut, sehingga dapat berproliferasi, sebagai
respon jaringan inang. (Greenberg M 2003). Kandidiasis ini paling sering diderita oleh perokok.
1. Kronis atrofik kandidiasis

Disebut juga denture stomatitis atau alergi gigi tiruan. Mukosa palatum maupun mandibula
yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah, kondisi ini dikategorikan sebagai bentuk dari
infeksi Kandida. Kandidiasis ini hampir 60% diderita oleh pemakai gigi tiruan terutama pada
wanita tua yang sering memakai gigi tiruan pada waktu tidur. Secara klinis kronis atrofik
kandidiasis dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
1. Inflamasi ringan yang terlokalisir disebut juga pinpoint hiperemi, gambaran eritema
difus, terlihat pada palatum yang ditutupi oleh landasan geligi tiruan baik sebagian atau
seluruh permukaan palatum tersebut (15%-65%) dan hiperplasi papilar atau disebut juga
tipe granular (Greenberg, 2003).
2. Akut atrofik kandidiasis atau disebut juga antibiotik sore mouth. Secara klinis permukaan
mukosa terlihat merah dan kasar, biasanya disertai gejala sakit atau rasa terbakar, rasa
kecap berkurang. Kadang-kadang sakit menjalar sampai ke tenggorokan selama
pengobatan atau sesudahnya kandidiasis tipe ini pada umumnya ditemukan pada
penderita anemia defiensi zat besi. (Greenberg, 2003).
3. Angular cheilitis, disebut juga perleche, terjadinya di duga berhubungan dengan denture
stomatits. Selain itu faktor nutrisi memegang peranan dalam ketahanan jaringan inang,
seperti defisiensi vitamin B12, asam folat dan zat besi, hal ini akan mempermudah
terjadinya infeksi. Gambaran klinisnya berupa lesi agak kemerahan karena terjadi
inflamsi pada sudut mulut (commisure) atau kulit sekitar mulut terlihat pecah-pecah atau
berfissure. (Nolte, 1982. Greenberg, 2003).
C. Etiologi
Penyebab kandidiasis ini adalah jamur jenis Candida. Jamur jenis ini adalah jamur yang sangat
umum terdapat di sekitar kita dan tidak berbahaya pada orang yang mempunyai imun tubuh yang
kuat. Candida ini baru akan menimbulkan masalah pada orang-orang yang mempunyai daya
tahan tubuh rendah, misalnya penderita AIDS, pasien yang dalam pengobatan kortikosteroid, dan
tentu saja bayi yang sistem imunnya belum sempurna.
Jamur Candida ini adalah jamur yang banyak terdapat di sekitar kita, bahkan di dalam vagina ibu
pun terdapat jamur Candida. Bayi bisa saja mendapatkan jamur ini dari alat-alat seperti dot dan
kampong, atau bisa juga mendapatkan Candida dari vagina ibu ketika persalinan.
Selain itu, kandidiasis oral ini juga dapat terjadi akibat keadaan mulut bayi yang tidak bersih
karena sisa susu yang diminum tidak dibersihkan sehingga akan menyebabkan jamur tumbuh
semakin cepat.
Faktor-faktor yang merupakan presdiposisi infeksi antara lain :
1. Diabetes
2. Leukimia
3. Gangguan saluran gastrointestinal yang meningkatkan terjadinya malabsorpsi dan
malnutrisi.
4. Pemakaian antibiotik

Kadang orang yang mengkonsumsi antibiotik menderita infeksi Candida karena antibiotik
membunuh bakteri yang dalam keadaan normal terdapat di dalam jaringan, sehingga
pertumbuhan Candida tidak terkendali.
1. Pemakaian kortikosteroid atau terapi imunosupresan pasca pencangkokan organ. Kedua
hal ini bisa menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi jamur. Kortikosteroid (sejenis
hormon steroid) dihirup/dihisap untuk perawatan pada paru-paru (misalnya asma) bisa
berdampak pada kandidiasis mulut.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul adalah adanya bercak putih pada lidah dan sekitar mulut bayi dan sering
menimbulkan nyeri. Bercak putih ini sekilas tampak seperti kerak susu namun sulit dilepaskan
dari mulut dan lidah bayi. Bila dipaksa dikerok, tidak mustahil justru lidah dan mulut bayi dapat
berdarah.
Infeksi mulut oleh spesies candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan kental berwarna
putih atau krem pada membran mukosa (dinding mulut dalam). Pada mukosa mulut yang
terinfeksi mungkin muncul radang berwarna merah, nyeri, dan terasa seperti terbakar.
Secara umum kandidiasis pada mulut bayi tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri (walaupun
lebih baik diobati). Namun bukan berarti kandidiasis ini tidak dapat menyebabkan penyakit lain.
Kandidiasis dapat menyebabkan bayi menangis saat makan dan minum (kebanyakan disebabkan
karena nyeri), selain itu, bayi menjadi malas minum ASI sehingga berat badannya tak kunjung
bertambah. Candida pada mulut bayi juga dapat bermigrasi ke organ lain bila ada faktor yang
memperberat (misalnya pemakaian antibiotik jangka panjang).
E. Patofisiologi
Kandidiasis oral ini sering disebabkan oleh candida albicans, atau kadang oleh candida glabrata
dan candida tropicalis. Jamur candida albicans umumnya memang terdapat di dalam rongga
mulut sebagai saprofit sampai terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan
mekanisme pertahanan lokal dan sistemik, yang menurunkan daya tahan tubuh. Baru pada
keadaan ini jamur akan berproliferasi dan menyerang jaringan. Hal ini merupakan infeksi jamur
rongga mulut yang paling sering ditemukan. Penyakit yang disebabkan jamur candida albicans
ini yang pertumbuhannya dipelihara dibawah pengaturan keseimbangan bakteri yang normal.
Tidak terkontrolnya pertumbuhan candida karena penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu
yang lama dan penggunaan obat-obatan yang menekan sistem imun serta penyakit yang
menyerang sistem imun seperti Aquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS). Namun bisa juga
karena gangguan keseimbangan mikroorganisme dalam mulut yang biasanya dihubungkan
dengan penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol. Sehingga, ketika pertahanan tubuh/antibodi
dalam keadaan lemah, jamur candida albicans yang dalam keadaan normal tidak memberikan
reaksi apapun pada tubuh berubah tumbuh tak terkontrol dan menyerang sistem imun manusia
itu sendiri yang menimbulkan penyakit disebut candidiasis oral atau moniliasis.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : ditemukan adanya jamur candida albicans pada swab mukosa

2. Pemeriksaan endoskopi : hanya diindikasikan jika tidak terdapat perbaikan dengan


pemberian flukonazol.
3. Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur.
4. Diagnosa pasti dengan biopsi
G. Penatalaksanaan
Obat kumur atau dalam bentuk permen hisap diberikan kepada klien. Selain itu, pengobatan yang
paling sering digunakan saat ini adalah pemakaian Nistatin drop. Nistatin ini akan diteteskan
pada mulut bayi untuk mengobati kandidiasisnya. Ada juga yang menyarankan cara pemakaian
yang lain, yaitu tangan ibu dicuci sampai bersih, teteskan 2 tetes ke ujung jari ibu dan oleskan ke
lidah dan mulut bayi secara merata. Cara ini menjamin obat teroleskan dengan lebih merata
namun harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai membuat bayi muntah.
H. Komplikasi
Candida albicans yang bermetastase dapat menjalar ke esofagus, usus halus, usus besar dan anus.
Infeksi sistemik lainnya berupa abses hati dan otak.
I. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan pada klien dengan candidiasis oral antara lain :
1. Oral hygiene yang baik
2. Utamakan ASI daripada susu formula karena ASI mengandung banyak immunoglobulin
yang berguna bagi kekebalan tubuh bayi. Selain itu, payudara ibu juga jauh lebih terjamin
kebersihannya daripada botol dot bayi
3. Bila menggunakan susu formula sebagai tambahan ASI, pastikan kebersihan botol dan
dotnya, jangan lupa untuk mencucinya dengan air panas
4. Beri bayi minum 2-5 sendok air hangat untuk membilas mulut bayi setelah minum susu
5. Pastikan bayi beristirahat yang cukup
6. Berikan bayi makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap

Definisi
Lesi putih merupakan suatu istilah yang menunjukkan perubahan mukosa dengan ciri khas adanya
papila opak, pucat (putih), tanpa adanya tanda-tanda pembesaran, eritema, atau ulserasi.

Penyebab terjadinya suatu lesi putih adalah penebalan lapisan epitel, adanya material superfisial,
adanya pemadatan struktur jaringan ikat di bawah epitel, atau kombinasi ketiganya.

A. Variasi struktur/mukosa mulut yang normal


1. Leukodema
Permukaannya halus, fleksibel, dan putih keabu-abuan. Umumnya terdapat pada mukosa bukal,
kadang-kadang pada mukosa labial dan biasanya bilateral. Sedikit berlipat-lipat dan bila mukosa
diregangkan warna putih akan hilang. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun.

1.

Granula fordice

Terlihat gambaran titik-titik putih dengan luas 1 cm2. Merupakan struktur kelenjar sebasea yang
ektopik dan biasanya multifokal. Diameter 2 mm dan warna kekuningan. Dapat terjadi pada semua
usia dengan prevalensi 80-90% dan tidak ada predileksi jenis kelamin.

1.

Linea alba

Merupakan garis putih dimukosa bukal setinggi garis oklusal dengan kontur mengikuti keadaan gigigeligi tapi sedikit mengalami keratinisasi.

B. Lesi ulseratif dengan pseudomembran


1. Luka tergigit
Dapat terjadi sewaktu-waktu pada saat pengunyahan atau karena kecelakaan. Biasanya terdapat di
mukosa pipi, lidah, dan bibir. Secara klinis terlihat adanya ulkus yang dikelilingi lapisan putih terdiri
dari jaringan nekrotik, lunak, bentuknya sama dengan gigi penyebab dan jika baru terjadi biasanya
terdapat perdarahan. Penatalaksanaannya adalah penghalusan permukaan gigi yang tajam,
pengontrolan agar tidak terjadi infeksi dengan antiseptik, dan pemberian orabase.

2. Habitual cheek biting


Trauma yang terjadi bersifat kronis dan dihubungkan dengan kebiasaan gugup yang tidak disadari,
pergerakan lidah, dan rahang yang tidak terkontrol. Umumnya terjadi pada pasien dengan gangguan
saraf motorik. Secara klinis lebih sering terlihat pada mukosa pipi; lesi tampak superfisial karena
gosokan yang berulang-ulang, isapan, atau gerakan mengunyah berbatas jelas dan terasa kasar bila
diraba. Penatalaksanaannya dengan pemberian obat kumur antiseptik dan terapi kelainan
neuromuskular.

3. Luka bakar
Lesi putih yang terjadi karena trauma fisik termis dan dapat disebabkan makanan yang panas,
asap rokok, instrumen gigi yang panas, dan lain-lain. Lesi putih ini nonkeratotik dan bersifat
sementara. Ulkus berwarna abu-abukeputihan dan jika disebabkan makanan yang panas biasanya
terletak di bagian tengah palatum durum. Luka bakar ini dapat terjadi karena obat analgesik asam
asetilsalisilat yang sering diletakkan pada lipatan mukosa bukal untuk meredakan rasa sakit pulpitis
dan periodontitis pada beberapa pasien. Bentuk lesi tidak teratur, putih, di mana pseudomembran
dan seluruh mukosa pipi bisa terkena. Jika pseudomembran diangkat akan timbul rasa sakit dan
daerah yang terangkat kasar serta berdarah. Penatalaksanaannya adalah dengan menghentikan
aplikasi aspirin, mengontrol infeksi dengan antiseptik dan antibiotik, serta irigasi lesi dengan
akuades untuk menghilangkan obat yang masuk.

4. Radiation mucocitis
Terjadi karena terapi radiasi pada keganasan daerah leher dan kepala yaag terjadi pada akhir
minggu pertama radioterapi. Lesi berwarna merah difus terutama pada mukosa berkeratin tipis,
lama-kelamaan terjadi pseudomembran, dan jika epitel terlepas akan terjadi ulkus.
Penatalaksanaannya adalah mengontrol terjadinya infeksi sekunder, peningkatan kebersihan mulut,
dan pemberian antiseptik dengan bahan dasar klorheksidin glukonat 0,12% dan antibiotik spektrum
luas.

C. Lesi putih hiperkeratosis tanpa kecenderungan menjadi ganas


1. Stomatitis nikotina

Merupakan lesi spesifik pada perokok berat yang menggunakan pipa atau cerutu. Terjadi pada
palatum dan terbatas pada daerah yang terpapar uap tembakau rokok. Pada tahap awal, mukosa
tampak kemerahan tapi kemudian berubah menjadi putih keabu-abuan, menebal, dan berfisur.
Penebalan terbatas pada muara kelenjar liur minor palatum yang tampak sebagai umbilicated
nodule putih dengan bagian tengah merah dan dapat berubah menjadi coklat karena deposit tar.
Lesi ini bersifat reversibel sehingga akan hilang jika kebiasaan merokok dihilangkan.

2. Traumatic keratosis
Suatu daerah yang terbatas pada mukosa mulut, berupa penebalan berwarnakeputihan dan jelas
berhubungan dengan iritasi lokal berupa gigi yang tajam, kawat gigi tiruan, dan lain-lain yang akan
sembuh jika iritasi dihilangkan.

3. White sponge nevus


Merupakan penyakit keturunan autosom dominan yang dapat terjadi di mukosa mulut, genital, dan
anal. Dalam mulut dapat terjadi di mukosa bukal, labial,alveolar ridge, dan dasar mulut. Banyak
terdapat pada ras kulit putih, tidak ada predileksi jenis kelamin, dan terjadi pada orang dewasa.

D. Lesi putih dan lesi metah hiperkeratosis dengan kecenderungan menjadiganas


l. Leukoplakia
Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut, yang baik secara klinis maupun histopatologik,
tidak dapat dimasukkan pada penyakit lain. Identik dengan eritroplakia dan sering dihubungkan
dengan keganasan.

Etiologi

o Lokal, misalnya penggunaan tembakau, kandidosis

o Sistemik, misalnya sifilis tersier, defisiensi vitamin B dan asam folat,anemia, xerostomia, radiasi
dan obat antikolinergik.

Leukoplakia dapat ditemukan pada berbagai tempat, terutama di mukosa bukal, gingiva, dan batas
bibir kulit (vermillion). Lesi di dasar mulut dan lidah lebih jarang namun keganasan lebih tinggi.
Semula lebih sering pada pria, namun sekarang perbandingannya lebih kurang sama, mungkin
akibat perubahan kebiasaan merokok. Kedua lesi ini sering terjadi pada usia 60-70 tahun.

Manifestasi Klinis
1. Leukoplakia homogen. Secara keseluruhan tampak homogen dengan pola garis halus (crustae),
berkerut, dan papilomatosa
2. Leukoplakia nonhomogen

o Eritroleukoplakia (eriosit): lesi berwarna putih merah.

o Nodular: permukaan lesi berbenjol-benjol seperti nodul

o Verukosa: pada permukaan lesi terdapat proyeksi-proyeksi tajam dari epitel.

Yang berpotensi menjadi ganas berturut-turut adalah eritroplakia, eritroleukoplakia, nodular


leukoplakia, verukosa leukoplakia, dan homogen leukoptakia.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sitologi atau biopsi untuk menentukan ada
tidaknya displasia sel. Bila perlu, dilakukan biopsi ulang dalam waktu 6-12 bulan, terutama bila
terdapat perubahan ukuran atau karakteristik lesi.

Penatalaksanaan

Dapat dengan dua cara yaitu terapi nonbedah dan terapi bedah. Terapi nonbedah dengan pemberian
vitamin A 1 x 25.000 IU atau 50.000 IU/hari selama tiga bulan, vitamin E, makanan dengan kadar
karoten tinggi, penghentian rokok dan pemakaian obat kumur beralkohol, serta pemakaian obat
jamur selama 1-2 minggu.

2. Eritroplakia
Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan
klinis serta histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini,
terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior
memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal karsinoma sel skuamosa oral.
Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti. Tidak memiliki predileksi jenis kelamin, meski
mungkin berhubungan dengan kebiasaan merokok dan minuman keras.

Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur. Diagnosis pasti
dengan biopsi.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sama dengan leukoplakia. Biopsi harus dilakukan namun observasi selama 1-2
minggu sambil menghilangkan iritan yang dicurigai dapat diterima.

Diagnosis Banding

Kandidosis, stomatistis dentata, tuberkulosis, histoplasmosis, iritasi mekanis.

3. Liken Planus
Suatu penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronik, dan mudah terjadi eksaserbasi.
Etiologinya belum jelas tetapi diduga karena stres, pemakaian obat, dan defisiensi vitamin B
kompleks jangka panjang.

Mirip dengan leukoplakia, namun liken planus lebih difus, distribusinya menyeluruh, terdapat
minimal satu lesi seperti renda. Kelenturan kulit tidak berubah.

Manifestasi Klinis

o Kulit

Khas adanya papul dengan permukaan dan berbentuk poligonal, berwarna keungu-unguan,
mengkilat, gatal, diameter 1 cm dan distribusinya terutama pada ekstremitas.

o Mukosa mulut

Distribusi lesi pada nukosa bukal, bibir, lidah, dan gingiva. Lesi biasanya bilateral tetapi tidak
simetris. Bentuk lesinya bervariasi yaitu retikular, papular, lesi seperti plak, atopik, bula dan erosif.

Merupakan suatu kondisi prakanker karena pada pemeriksaan histopatologis terlihat adanya
hiperkeratosis, parakeratosis, ortokeratosis, penebalan lapisan granulosum, rete pegs, dan
degenerasi likuifaksi sel basal.

Penatalaksanaannya adalah menghilangkan faktor predisposisi, pemberian kortikosteroid, vitamin A


dosis tinggi, dan obat-obat imunomodulator. Bila setelah pengobatan lesi tidak hilang maka harus
dilakukan biopsi .
4. Reaksi Likenoid
Merupakan lesi yang identik dengan lesi liken planus tetapi disebabkan oleh pemakaian obat-obatan.
Bila pemakaian obat dihentikan, maka lesi akan hilang. Obat-obatan yang dapat menginduksi adalah
obat antihipertensi, antibiotik, antiparasit, antiartritis, obat antihiperglikemia, dan lain-lain.
Anamnesis harus lengkap sehingga diketahui riwayat pemakaian obat pada pasien.
Penatalaksanaannya adalah mengganti jenis obat.
5. Kandidosis
Kandidosis adalah lesi akibat infeksi Candida albicans dengan gambaran papul putih menyebar
dan plak yang bila dirobek akan berdarah.

Faktor Predisposisi

Pemakaian obat seperti antibiotik spektrum luas, antibiotik multipel, kortikosteroid, sitotoksik,
imunosupresif, antikolinergik; kelainan endokrin seperti diabetes melitus, hipotiroid,
hipoparatiroid, hipoadrenalin, poliendokrinopati; kelainan hematologi seperti anemia aplastik,
agranulositosis, limfoma, leukemia; defisiensi imun seperti HIV, hipoplasia timus; kelainan leukosit
seperti leukopenia, agranulositosis, neutropenia; keganasan seperti leukemia, timoma, dan kanker
lanjut; defisiensi nutrisi seperti defisiensi vitamin, malnutrisi, malabsorpsi; dan keadaan lain seperti
kehamilan, usia lanjut, radioterapi.
Manifestasi Klinis
Papul putih menyebar dan plak yang bila dirobek akan berdarah.

Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya penyakit yang menjadi faktor predisposisi,
contohnya:

o Urinalisa untuk mencari diabetes melitus

o Hematologi: pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis leukosit

o Serologi: HIV

Diagnosis Banding

Plak susu, debris makanan.

Penatalaksanaan

o Cari faktor predisposisi dan diterapi.

o Beri terapi oral atau sistemik dengan obat golongan azol, mikostatin oral 1-2 mg.

Anda mungkin juga menyukai