BAGIAN PROSTHODONTIC
Prosthodontic
Oleh :
YUHELMINA KHAMISLI
19100707360804071
INTAN AZAR
19100707360804074
Pembimbing :
drg. Augeswina, Sp. Pros
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan CBD “ Gigi Tiruan Lengkap” untuk memenuhi
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua proses yang telah
dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Augeswina, Sp. Pros selaku dosen pembimbing, bantuan,
dan dorongan yang telah diberikan berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna sebagaimana mestinya,
baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya, karena itu kritik dan saran sangat penulis
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepada kita
semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat memberikan sumbangan
Penulis
GIGI TIRUAN LENGKAP (GTL)
Umur : 62 tahun
4. Rencana
perawatan
5. Prognosa
Disetujui oleh
Dosen pembimbing
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
Telah di diskusikan CBD “ Gigi Tiruan Lengkap “ guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Seiring bertambahnya usia, semakin besar kerentanan seseorang untuk kehilangan gigi.
Keadaan ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi mempunyai banyak
peran pada seseorang, hilangnya gigi dari mulut seseorang akan mengakibatkan perubahan-
perubahan anatomis, fisiologis maupun fungsional, bahkan dapat menyebabkan trauma psikologis.
Prostodonsia merupakan salah satu cabang ilmu dalam bidang kedokteran gigi yang
berhubungan dengan penggantian gigi dan jaringan mulut yang hilang untuk memperbaiki fungsi
estetik dan kesehatan rongga mulut. Tujuan pembuatan gigi tiruan adalah untuk pemulihan fungsi
pengunyahan, memperbaiki gangguan fungsi bicara, fungsi estetik dan mempertahankan kesehatan
Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) didefinisikan sebagai gigi tiruan untuk menggantikan
permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang
atas dan rahang bawah. Gigi tiruan tersebut terdiri dari anasir gigi yang dilekatkan pada basis gigi
tiruan. Basis pada gigi tiruan itu memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan
Pemakaian gigi tiruan memiliki tujuan utama bukan hanya untuk memperbaiki fungsi
pengunyahan, bicara dan estetik saja, tetapi juga mencegah berubahnya struktur jaringan
pengunyahan dan otot wajah, serta harus dapat mempertahankan jaringan yang tersisa. Untuk
tujuan terakhir ini selain erat kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan rongga mulut, juga
bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang dapat terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi
besarnya gaya yang kemungkinan akan merusak jaringan yang masih tersisa. (Kusdarjanti et all,
2016)
Dalam pembuatan gigi tiruan lengkap lepas (complete denture) bisa penuh rahang atas dan
rahang bawah, tetapi juga bisa hanya rahang atas saja atau rahang bawah saja yang disebut single
complete denture yang berantagoniskan gigi asli, gigi tiruan cekat, atau gigi tiruan sebagian
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik membuat laporan kasus yang berjudul
1.2 Tujuan
1. Mengetahui prosedur kerja pembuatan gigi tiruan lengkap lepasan dibagian prosthodonsia
Gigi tiruan lengkap lepas (GTL) didefinisikan sebagai gigi tiruan untuk menggantikan
permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang
atas dan rahang bawah. Gigi tiruan tersebut terdiri dari anasir gigi yang dilekatkan pada basis gigi
tiruan. Basis pada gigi tiruan itu memperoleh dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan
3. Pasien yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang
4. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya (prognosis
GTSL buruk)
7. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya, prognosa yang akan diperoleh
2. Pasien dengan usia lanjut, harus mempertimbangkan sifat dan kondisi pasien tersebut
Pemeriksaan diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis,
merencanakan perawatan dan menentukan prognosis, tahap pemeriksaan (Carr et all, 2005) :
2.2.1 Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan pada
ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental. (Lusiana K.B.,
1995)
Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis. Pada auto
anamnesis, cerita mengenaikeadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien. Disamping itu
terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang
bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperi ini dijumpai umpamanya
pada paien baru, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-anak
Dai segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal pula anamnesis pasif dimana pasien
sendirilah yang menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya, pada anamnesis aktif
1995)
1. Nama penderita. Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seseorang penderita dari yang
lainnya, di samping untuk mengetahui asal suku dan rasnya. Hal terakhir ini penting, karena
ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang eropan(ras
kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang asia (ras mongoloid) cembung.
2. Alamat. Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi sesuatu
penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga membantu mengetahui latar
belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.
3. Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya juga dapat
diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar tuntutannya
4. Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang berlaku untuk
pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya diperhatikan. Wanita pada
umumnya cenderung lebih memperhatikan factor estetik disbanding pria. Sebaliknya pria
membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka menunjukkan kekuatan mastikasi yang
lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa enak/nyaman, disamping factor fungsional
5. Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lengkungan/bulatannya, disbanding ria
yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan penderita wanita dalam
masa menopause membutuhkan pertimbangan lebih teliti. Pada periode ini, mulut biasanya
6. Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi bahan
otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang mahkota klinis. Usia juga menentukan
bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap
geligi tiruan biasanya lebih tinggi disbanding penderita usia lanjut. Pada penderita usia lebih
dari empat puluh tahun, adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah
berada dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang
sedang diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat
mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes mellitus,
penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb. (Lusiana
K.B., 1995)
8. Pencabtan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu
diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri
mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan terakhir dengan
9. Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah memakai geligi tiruan
sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi tiruan baru akan lebih
mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur pembuatannya. Sebaliknya, penderita
semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa barunya dengan yang pernah
membutuhkan masa adatasi lebih panjang karena kesulitannya menyesuaikan diri. Kelompok
ini belum berpengalaman dalam prsedur pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan,
penentuan gigitan, maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali menimbulkan rasa
sakit. Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada penderita sebelum pembuatan geligi
10. Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan pembuatan geligi
tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan factor estetik atau fungsional. Biasanya
11. Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk dsb.
Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang intensif.
1. Pemeriksaan Ekstraoral
1. Bentuk muka/wajah :
Oval/ ovoid
Persegi/ square
Lonjong/tapering
Cemburu
Lurus
Cekung
2. Bentuk bibir
Tebal, tipis
Tebal tipis bibir akan mempengaruhi retensi gigi tiruan yang akan dibuat, dimana
3. Sendi rahang
Kripitasi
Sakit
Cara untuk menentukan rasa sakit pada otot adalah dengan palpasi
palpasi otot, respon dari pasien dikategorikan atas, 0 (pasien tidak merasa sakit
saat dipalpasi), 1 (pasien merasa tidak nyaman pada saat palpasi), 2 (pasien
menunjukkan sikap yang mengelak atau menangis (mengeluarkan air mata) atau
(Ghofur, 2012).
a. Otot Temporalis
Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah,
dan daerah posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang
zygomatik dan anterior dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini
berjalan dalam arah vertikal. Otot temporalis bagian anterior digunakan dalam
keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian anterior yang bekerja dapat
dilihat pada saat elevasi mandibula dan megunyah pada sentrik oklusi. Sedangkan
otot temporalis bagian anterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi
dan superior dari tulang zygomatik. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah
oblik melewati bagian lateral dari tengkorak. Otot temporalis bagian tengah dapat
dilihat saat bekerja yakni pada pergerakan protrusif. Daerah posterior dipalpasi
pada daerah diatas dan belakang telinga. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah
ataupun tidak. Otot temporalis bagian posterior yang bekerja dapat dilihat pada
bekerja dapat dilihat pada saat depresi dan protrusi mandibula (Carr, 2005).
b. Otot Masseter
inferior. Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya
ditempatkan pada perlekatan inferior dari inferior border ramus (Ghofur, 2016).
Otot lateral pterigoid memiliki dua cabang, yaitu bagian superior dan
inferior dimana bagian superior merupakan bagian yang lebih kecil daripada
inferior. Otot lateral pterigoid bagian superior keluar dari permukaan infra-
temporal sayap paling besar dari sphenoid dan masuk ke bagian anterior dari
diskus dan kapsul intraartikular, sedangkan bagian inferior keluar dari permukaan
lateral dari plat lateral pterigoid dan masuk ke leher mandibula yang terletak di
bawah kondilus. Otot lateral pterigoid bagian superior bekerja pada saat clenching
Otot medial pterigoid berasal dari daerah yang terletak diantara dua pterygoid
plate. Kedua pterygoid plate ini akan membagi otot kedalam dua daerah yaitu
posterior dan lateral dan masuk ke bagian dalam dari sudut mandibula. Otot
medial pterigoid bekerja pada saat gerakan elevasi mandibula, selama protrusi dan
apakah terdapat kelainan atau tidak yang nantinya di gunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan intra oral dapat meliputi, pemeriksaan jaringan keras dan lunak rongga
mulut.
a. Saliva
Kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi retensi terutama pada gigi tiruan
lengkap.
Kuantitas: sedikit/normal/banyak
Kualitas : encer/normal/kental
b.Lidah
Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan
pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasa ruang lidahnya sempit, sehingga
Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah
lingualis
Mobilitas : normal/aktif
Lidah yang mobilitasnya tinggi (aktif) akan mengganggu retensi dan stabilisasi
gigi tiruan
palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-
e.Artikulasi
Cuspid protected
Grup function
Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau tidak
hambatan. Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-buru diasah, karena bisa
jadi hal tersebut merupakan cuspid protected occlusion yang perlu dipertahankan
(Gunadi, 2012).
d. Daya kunyah : normal/ besar
Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang tidak tajam
dan permukaan yang mengkilat, kemungkinan tekanan kunyah pasien besar. Pada
keadaan ini, bila ridge sudah rendah hindari pemakaian elemen gigi porselen
terutama untuk gigi posterior. Bidang oklusal gigi geligi juga jangan dibuat terlalu
besar
e. Kebiasan buruk
Bruxism / clenching
Mendorong lidah
Bruxism atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi.
Kebiasaan ini akan membuat gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak
stabil, dan dapat menjadi etiologi kelainan sendi rahang. Kebiasaan mengigigit
bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan GTC pada gigi anterior, yaitu
stabiltas gigi tiruan berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat
2. Fraktur gigi :
distal)
k. Vestibulum
(Gunadi, 2012).
Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai dasar
vestibulum
Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi dari
dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi tiruan dapat
Bentuk prosesus alveolar berpengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan
Ketinggian : tinggi/sedang/rendah
(Ghofur, 2012).
b. Burnisher bisa ditekan lebih dalamà mukosa lunak; tahanan jaringan tinggi
burnisher à flabby
puncak prosesus alveolar, dikatakan rendah ketika menjauhi, dan sedang bila
Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi tiruan lepas karena
Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)
1. Labialis superior
2. Labialis inferior
7. Lingualis
Palatum (Abu, 2012).
2. Kedalaman palatum
3. Torus palatines
Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus yang
besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat pencetakan fisiologis.
4. Palatum mole
durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeuresis,
sebagai tempat posterior palatal seal (postdam). House membagi palatum mole
menjadi 3:
Kelas I: gerakan palatum durum yang kecil, dapat dibuat postdam bentuk
kupu-kupu
Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam
o. Lain-lain
Eksostosis
Torus mandibularis
Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau
(Nallaswamy, 2003).
atau jaringan lain dari rongga mulut menggunakan bahan plastis yang relative
menjadi keras atau mengeras pada saat berkontak dengan jaringan tersebut, yang
berfungsi sebagai pendukung gigi tiruan yang akan dibuat. (Itjingningsih, 2015)
Keberhasilan mencetak dengan memperhatikan beberapa faktor antara
fisiologis dapat diterima bahwa dengan hilangnya stimulasi gigi asli, prosesus
mastikasi. Makin luas jaringan pendukung gigi tiruan, maka makin luas daerah
yang menerima gaya mastikasi, sehingga beban yang diterima oleh jaringan
pendukung perunit area menjadi makin kecil. Keadaan ini akan membantu
Daerah mulut yang memberikan dukungan bagi gigi tiruan dibagi dalam
beberapa dukungan :
dukungan primer dirahang atas, adalah bagian posterior dan daerah yang
dar saat mencetak. Ketebalan tepi gigi tiruan yang dapat mengembalikan
dukungan bagi otot-otot bibir dan tepi, ketebalanya bervariasi tergantung pada
dibawahnya.
dibawahnya. Kontak yang rata dan baik antara basis gigitiruan dan mukosa
- Adesi
- Kohesi
- Tegangan Permukaan
- Mechanical clock
- Pengap perifer
b. Batas Anatomis yang harus Tercetak pada Rahang Bawah (Fadriyanti, 2010):
1. Frenulum Labialis
2. Frenulum Bukalis
3. Daerah Buccal Self
4. Linea obligue Eksterna
5. Retromolar Pad
6. Frenulum lingualis
7. Sub lingual fold
8. Otot otot milohyoid
9. Lingualis tuberositas
10. Ruang retromilohyoid
2. Tekanan
Cetakan mokokompresi
displacable
Selective pressure
sendok cetak rata-rata yang sesuai dengan rahang yang akan dicetak.
pada rahang atas maupun rahang bawah. Mencetak pada waktu mulut
dimodifikasi.
fungsional.
Pasta ZOE bersifat melekat pada sendok cetak dan tidak elastis
setelah mengeras
Mudah di boxing
3. Keringkan mulut dari ludah yang melekat atau kumur dengan “mouth
Sendok cetak yang sudah kering diolesi dengan adonan rata dan
2. Elastomer
Oleskan adonan secara merata dan tipis meliputi tepi sendok cetak.
h. Cara Mencetak
rahang.
Gambar : A. Hasil cetak yang baik dengan elastomer B. Model kerja yang akurat untuk
pembuatan gigi tiruan (Boucher, 1970)
ZOE adalah bahan cetak yang stabil, cetakan dapat dicek kembali
LAPORAN KASUS
Skenario Kasus
seluruh gigi rahang atas dan bawah ompong serta pasien ingin dibuatkan gigi palsu yang
dapat dilepas pasang. Sebelumnya pasien mengatakan bahwa dulu pernah dibuatkan gigi
palsu, tetapi saat ini pasien sudah tidak nyaman lagi dengan gigi palsu sebelumnya
dikarenakan sudah terasa longgar. Pemeriksaan ekstra oral tidak ditemukan adanya
kelainan. Pemeriksaan intraoral RA dan RB edentolus. Pasien ingin dibuatkan gigi palsu
Identitas pasien
Nama : Yulismar
Umur : 62 tahun
Keluhan utama
seluruh gigi rahang atas dan bawah ompong serta pasien ingin dibuatkan gigi palsu yang
Tidak ada, pasien dalam keadaan sehat, tidak ada kelainan sistemik
Sebab kehilangan gigi : berlubang besar, ada beberapa gigi yang lepas sendiri dan
Bila pernah :
Pengalaman : saat ini gigi palsu sudah dirasakan longgar terutama pada rahang bawah
1. Ekstraoral
2. Intraoral
Vestibulum :
Rahang atas :
Rahang bawah :
atas
Bentuk Square/oval/ lancip Square/oval/lancip Square/oval/lancip
Ketinggia Tinggi/sedang/renda Tinggi/sedang/renda Tinggi/sedang/renda
n h h h
Tahanan Flabby/tinggi/rendah Flabby/tinggi/rendah Flabby/tinggi/rendah
jaringan
Bentuk Rata/tidak ada Rata/ tidak ada Rata/ tidak rata
permukaa
bawah
Bentuk Square/oval/ lancip Square/oval/lancip Square/oval/lancip
Ketinggian Tinggi/sedang/rendah Tinggi/sedang/rendah Tinggi/sedang/rendah
jaringan
Bentuk Rata/tidak ada Rata/ tidak ada Rata/ tidak rata
permukaan
Frenulum :
- Lingualis : sedang
Palatum :
Persegi/oval/segitiga
Dalam/sedang/dangkal
Tuber maksila :
Kanan : besar/kecil
Kiri besar/kecil
Ruangan retromilohioid :
Kanan : dalam/sedang/dangkal
Kiri : dalam/sedang/dangkal
Diagnosis :
BAB 4
RENCANA PERAWATAN
4.1 Rencana Perawatan
a. Rencana perawatan awal :
Perawatan pra prostodontik :
1. Perawatan periodontal : ada/tidak ada
2. Perawatan konservasi gigi : ada/tidak ada
3. Persiapan tempat cengkraman : ada/tidak ada
4. Perawatan bedah : ada/tidak ada
b. Rencana perawatan akhir : pembuatan gigi tiruan lengkap
c. Skema oklusi : Bilateral Balanced Occlution
d. Desain rahang atas dan bawah
POST DAM
Cara penentuan post dam pada model kerja :
1. Menentukan letak A-H line posterior (A)
2. Menentukan letak posterior palatal seal didepan A-H line posterior lebih kurang 1-2
mm (B)
3. Buat garis batas dari tuber maksilaris kiri dan kanan ©
4. Buat garis batas dari torus palatinus jika ada (D)
5. Buat garis batas post dam dengan bentuk blow line dari palatal seal (bagian tengah 2-3
mm dan tepi dekat tubermaksilaris 4-6 mm) sampai tubermaksilaris dan berakhir
sampai hamular notch (0,5-1 mm) (E)
6. Lakukan pengerokkan pada batas yang sudah ditentukan dengan kedalaman 1-1,5 mm
(F)
Kunjungan III
Klinis Laboratorium
1. Try in basis 2. Desain bite rim
3. Membuat galangan gigit RA dan
RB
1. Try in basis
Basis rahang atas dan bawah diuji coba ke rongga mulut pasien. Pembuatan oklusal rim
dan garis pedoman ditempatkan pada oklusal rim rahang atas yang meliputi garis
tengah ( mid line ), garis bibir terendah ( low lip line), garis senyum, garis bibir
tertinggi ( High lip line) dan garis kaninus.
2. Pembuatan galangan gigit/ bite rim
Bite rim / occlusal rim adalah galengan yang diletakkan diatas base plate lebih kurang
diatas processus alveolaris (Fadriyanti, 2009). Didesain pada model kerja
Gambar : bite rim rahang atas dan rahang bawah yang diletakkan diatas linggir alveolar
Prosedur pembuatan bite rim dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan wax
merah yang diletakkan diatas basis
Gambar. Desain garis pedoman bite rim rahang bawah pada model kerja
- Buatlah garis median line
- Bagian yang ditunjuk oleh panah adalah bagian retromolar pad
- Lalu tariklah garis disamping retromolar pad tepat diatas prosesus alveolaris
3. Letak bite rim pada model kerja
Gambar. Bite rim diletakkan tepat diatas ridge alveolar dengan perbandingan 2:1
- Bite rim diletakkan di ridge alveolar dengan menarik garis khayal dengan
menarik tepat dipuncak linggir pada rahang bawah sampai retromolar pad
dan rahang atas sampai hamular notch dengan perbandingan 2:1 ( 2 untuk
bukal (4mm) dan 1 linguar (2mm))
- Bite rim diletakkan membentuk huruf U dan disesuaikan dengan lengkung
rahang
- Bite rim RA dan RB dibuat sesuai dengan hubungan rahang atas dan rahang
bawah
Kunjungan IV
Klinis Laboratorium
1. Try in galangan gigit 4. Transfer articulator
2. Penetapan gigitan/MMR 5. Penyusunan gigi
3. Pemilihan gigi
Gambar : keadaan gigi rest posisi tinggi bite rim 2 mm dibawah bibir atas (Zarb, 2013)
b. Fhiltrum tidak boleh tegang
a. Dataran oklusal : merupakan tahap untuk rahang atas. Menentukan kesejajaran oklusal
dengan menggunakan garis chamfer dan garis pupil yang dilihat dengan menggunakan
oklusal bite plane dan bite rim rahang bawah mengikuti bite rim rahang atas.
Persiapan operator, pasien, alat, dan bahan :
a. Persiapan pasien
Kepala harus tegak lurus, tidak boleh bersandar ke dental unit dan rahang sejajr lantai
Gambar. Alat dan bahan yang diperlukan untuk menentukan dataran oklusal
- Oklusal bite plane : untuk menentukan kesejajaran bidang oklusal
- Pisau cappy yaitu untuk mendatarkan wax
a. Metode Gysi
- Ibu jari dengan telunjuk operator diletakkan dibagian ventral otot messeter
- Pasien dalam keadaan relaks, kemudian operator mendorong mandibula ke
posterior dan pasien disuruh menggigit.
b. Metode Rhem
Ibu jari dan telunjuk diletakkan di daerah vestibulum menekan bite trim, jari
tengah di bengkokkan menekan dagu.
c. Metode gravitasi
Jika posisi relasi sentrik sudah benar, buat garis vertikal pada record block
RA dan RB pada midline, caninus kiri dan kanan, garis ketawa dan juga garis
horizontal dimana RB dalam keadaan retrusif. Kemudian fiksasi dengan membuat
double V groove.
Tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Posisikan pasien duduk relaks dan dental unit direbahkan (semi supine), kepala
miring terhadap lantai membentuk sudut 30 derajat dan posisikan pasien relasi
sentrik.
atas.
4. Pasien kembali diminta untuk membuka dan menutup mulut, periksa apakah garis
panduan pada anterior dan posterior galangan gigit RA dan RB tetap segaris.
Cara memfixir :
b. Interocclusal record
Cara dengan bahan wax dengan pembuatan double V groove :
a. Buat double V groove pada biterim atas di daerah premolar – molar
kemudian olesi dengan Vaseline .
Pemilihan gigi yang paling cocok bagi tiap pasien sangat menentukan
berhasil atau tidaknya pembuatan GTL. Gigi yang tidak serasi dengan warna,
bentuk dan ukuran wajah pasien akan menimbulkan masalah dalam pembuatan
GTL. Efektifitas pemilihan gigi tergantung dari kemampuan dokter gigi untuk
menginterpretasikan apa yang diloihatnya. Pada fase inilah dokter gigi
berkesempatan untuk mengungkapkan kemampuan seninya (Fadriyanti, 2010).
Penyusunan gigi
Anterior atas (Fadriyanti, 2010) :
1. Gigi Insisivus satu atas (11)
- Inklinasi labio-palatal
Terlihat garis lurus sama dengan garis yang ditarikdari servik ke
insisal (bagian insisal dan servikal ke insisal posisinya sama atau
bagian insisal sedikit lebih ke palatal).
Inklinasi mesio-distal
Long axis membentuk sudut 85 derajatkearah distal dengan bidang
oklusal.
Bidang oklusal
Tepi insisal terlihat menyentuh dataran oklusal (glass plate).
Bidang oklusal
Bidang oklusal
Tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal, dilihat dari bidang
oklusal tepi insisal terletak diatas linggir rahang
2. Insisivus dua bawah
- Inklinasi labio-lingual
Bagain servikal dan labialnya lurus terhadap bidang oklusal.
- Inklinasi mesio-distal
Long axisnya membentuk sudut 80 derajat dengan bidang oklusal.
Bidang oklusal
Bagian tepi insisalnya sama jaraknya 1-2 mm diatas bidang
ojklusal.
3. Gigi Caninus bawah
- Inklinasi labio-lingual
Bagian servikal lebih kelabial dan tepi insisal lebih ke lingual.
Inklinasi mesio-distal
Long axisnya miring, tepi distal agak lurus dengan bidang oklusal.
Bidang oklusal
Ujung cupsnya terletak diatas bidang oklusal.
Posterior atas
1. Premolar Satu
- Inklinasi mesio-distal
Tegak lurus bidang oklusal
Bidang oklusal
Cups bukal berkontak dengan bidang oklusal dan cups palatal tidak berkontak.
2. Premolar dua
- Inklinasi mesio-distal
Sama dengan P1
Bidang oklusal
Cups bukal dan palatal berkontak dengan bidang oklusal
3. Molar satu
- Inklinasi mesio-distal
Bagian distal lebih kearah palatal
Bidang oklusal
Cups mesio palatal berkontak dengan bidang oklusal dan cups
yang lain menggantung (mesio-bukal, disto-bukal dan disto-
palatal). Cups mesio-bukal berada pada mesio-bukal groove M1
bawah.
4. Molar dua
- Inklinasi mesio-distal
Sama dengan M1
- Bidang oklusal
Semua cups menggantung dan makin kearah distal lebih tinggi.
Posterior bawah
Kli laboratorium
nis
1. Try in penyusunan gigi 2. Wax conturing
3. Prossesing
Estetis : pemilihan warna gigi yang sesuai umur, jenis kelamin dan warna
kulit pasien dan pemilihan ukuran gigi yang sesuai.
2. Wax conturing
3. Prossesing
Kunjungan VI
Prosedur kerja:
Tahapan persiapan:
a) Perhatikan permukaan anatomis atau permukaan cetakan dari basis tidak
ada yang tajam dan bersih dari sisa gips
b) Pemeriksaan permukaan polis dari basis dan tidak porus dan mengkilat
Kunjungan VII
Kontrol
Pasien ditanya apa ada keluhan rasa sakit atau rasa mengganjal saat
pemakaian gigi tiruan tersebut.
b) Pemeriksaan objektif
Melihat keadaan mulut dan jaringan mulut, melihat keadaan gigi tiruan
dan memperhatikan oklusi, retensi, dan stabilisasi gigi tiruan.
BAB V
PENUTUP
datang ke RSGM dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan.
Sebelumnya pasien sudah pernah menggunakan gigi tiruan lengkap lepasan yang
edentolus. Pada kasus ini pasien akan dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan untuk
rahang atas dan rahang bawah dengan memperhatikan kondisi jaringan di rongga
mulut pasien.
dari suatu lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah. Gigi tiruan tersebut terdiri
dari anasir gigi yang dilekatkan pada basis gigi tiruan. Basis pada gigi tiruan itu
dibawahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta, CV. Quantum Sinergis Media, pp
149.
Carr, A.B, Mc. Givney, G. P, Brown, D. T. 2005. Mc Cracken’s Removable Partial Prosthodontics
11 th ed, Philadelpia : Elsevier Mosby, pp 9.
Fardriyanti Okmes. 2010. Perawatan Pasien Edentulous Dengan Gigi Tiruan Lengkap. Padang :
Universitas Baiturrahmah
Ghofur Abdul, 2012. Buku Pintar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Mitra Buku.
Gunadi, dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta :
Hipokrates, pp 14
Itjiningsih W. H. 2015. Gigi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta : EGC. Pp: 62-73.
Kusdarjanti E, Setyowati O. Analysis on the pattern using the service of removable partial denture
making in a dental laboratory in Surabaya. Folio Medica Indonesia 2016; 52(4): 270-6.
Lusiana A, Haryanto G, Burhan A., Suryatenggara F. 1995. Ilmu Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Jilid I. Jakarta: Hipokrates. Pp: 112-116
Theresia A, Slamat Tarigan. 2019. Perbedaan Kekuatan Tensil Antara Koping Logam Gigi Tiruan
Cekat Dengan Variasi Sudut Preparasi Dinding Aksial. Fakultas Kedokteran Gigi :
Sumatera Utara.
Watt, D.M., Mac.R.,. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap, Ed.2. Alih Bahasa :
Soelistijani P. Jakarta : Hipokrates
Zarb George A. 2013. Buku Ajar Prostodonti Untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher.
Jakarta: EGC