Anda di halaman 1dari 7

Managemen tingkah laku anak dengan teknik distraksi

HARRY KURNIA

190600177

Fakultas Kedokteran Gigi,Sumatera Utara

Jl. Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

E-mail:harrykurnia9@gmail.com

PENDAHULUAN

Perawatan gigi pada anak seringkali tidak semudah seperti melakukan perawatan gigi
pada dewasa. Karena anak memiliki berbagai faktor yang mempengaruhi tingkah laku serta
berbagai faktor yang menyertainya ketika dia akan dilakukan perawatan oleh dokter gigi. Salah
satu hal yang menyulitkan dalam melakukan perawatan gigi pada anak adalah timbulnya
kecemasan, ketidaknyamanaan dan trauma yang dialami akibat rasa sakit yang dialami selama
perawatan gigi dilakukan. Pada pasien anak kecemasan yang dialaminya adalah sesuatu yang
wajar dikarenakan sesuatu yang dialaminya merupakan suatu hal yang baru. Hal penting yang
menentukan kesuksesan dalam perawatan gigi anak adalah dengan mengurangi rasa takut dan
kecemasan. Hal tersebut dapat mencegah timbulnya trauma pada anak, serta dapat menentukan
keberhasilan suatu perawatan yang dilakukan pada anak. Melakukan pendekatan anak dalam arti
melakukan pengelolaan perilaku merupakan hal yang penting dan merupakan bagian integral
dari kesehatan oral. Tanpa didahului oleh tindakan tersebut akan sulit dalam mencapai perwatan
masalah kesehatan giginya.1,2

Teknik distraksi adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengalihkan
fokus dan perhatian anak pada nyeri ke stimulus yang lain. Distraksi digunakan untuk
memusatkan perhatian anak agar menjauhi rasa nyeri ataupun rasa sakit, dan teknik distraksi

1
pada anak sangat efektif dalam mengurangi nyeri. Beberapa teknik distraksi yang dikenal dalam
pendekatan pada anak adalah distraksi visual seperti melihat gambar di buku, bermain video
games, distraksi pendengaran dengan mendengarkan musik, distraksi pernafasan dengan teknik
pernapasan dalam, distraksi intelektual dan imajinasi terbimbing.2,3

KECEMASAN DENTAL

Kecemasan merupakan keadaan normal yang dialami secara tetap sebagai bagian
perkembangan normal manusia yang sudah mulai tampak sejak masa anak – anak. Kecemasan
sering ditandai dengan gejala perasaan yan tidak enak, tidak berdaya, dan serangkaian reaksi
emosional negatif lainnya, seperti frustasi, ketakutan, kemarahan, penarikan diri dan depresi.
Dalam Kedokteraan gigi kecemasan dikenal juga dengan istilah Dental Anxiety atau kecemasan
dental. Kecemasan dental adalah penyebab dari gejala gangguan psikologis seperti depresi,
ketakutan, dan perasaan tidak nyaman terhadap perawatan gigi. Kecemasan yang dialami oleh
anak – anak adalah hasil yang berlebihan terhadap reaksi emosi, turun naiknya emosi memang
hal yang wajar bagi proses psikologi seseorang tetapi ada beberapa orang yang merasa lebih
tertekan oleh tekanan emosionalnya daripada orang lain sehingga mengakibatkan kecemasan.
Pada pasien anak kecemasan yang dialaminya adalah sesuatu yang wajar dikarenakan sesuatu
yang dialaminya merupakan suatu hal yang baru. Dokter gigi dituntut agar dapat menanggani
kecemasan dental yang muncul pada anak agar tercapainya kesuksesaan perawataan gigi pada
anak.2,4

TINGKAH LAKU

Tingkah laku dan sikap tiap anak berbeda-beda, termasuk pandangan mereka terhadap
seorang dokter gigi. Perbedaan-perbedaan tingkah laku tersebut dapat dikelompokkan atau
diklasifikasikan menurut jenis dan karakternya, sehingga mempermudah dokter gigi dalam
mengambil sikap saat melakukan tindakan medis. Dengan diadakannya klasifikasi tingkah laku
anak, bertujuan agar dokter gigi mengetahui cara pendekatan yang sesuai untuk mengatasi
tingkah laku anak tersebut. Adapun klasifikasi tingkah laku menurut Frankl dan Wright sebagai
berikut:2,5

•Klasifikasi tingkah laku menurut Frankl (Frankl Behaviore Rating Scale):5

2
Pada tahun 1962 Frankl, Shiere dan Fogels memperkenalkan klasifikasi perilaku anak
dalam klinik gigi, yang selanjutnya disebut Frankl behaviore rating scale, dan skala tersebut
dibagi menjadi 4 kategori:

 Jelas negatif (--) :


- Anak menolak perawatan
- Menangis keras-keras
- Meronta - ronta dan membantah
- Negatif yang ekstrim diasosiasikan dengan rasa takut
- Menarik atau mengisolasi diri

 Negatif (-)
- Gugup atau menangis
- Memendam rasa takut
- Tidak kooperatif
- Enggan menerima perawatan gigi

 Positif (+)
- Sedikit segan bertanya
- Tidak menolak petunjuk dokter gigi
- Anak menerima perawatan

 Jelas Positif (++)


- Antusias dalam mendapatkan perawataan
- Mengetahui pentingnya manfaat perawataan
- Dapat bekerja sama dengan baik

•Klasifikasi tingkah laku menurut Wright:5

 Kooperatif : Anak yang dapat diajak kerja sama dengan dokter gigi.
Anak kooperatif biasanya terlihat rileks dan santai. Sangat antusias akan
perawatan yang akan dilakukan oleh dokter gigi tidak menangis ataupun

3
menunjukan sikap yang tidak mengenakkan lainnya. Mereka dapat dirawat
dengan mudah dan sederhana.
 Tidak kooperatif, dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Tidak mampu menjadi kooperatif

Biasanya terjadi pada anak yang memiliki keterbatasan mental sehingga membuat
kemampuan untuk kooperatif pun menjadi terbatas.

2. Belum mampu menjadi kooperatif

Hal ini terjadi karena usia anak terlalu mudah dan tidak memungkinkan terjadinya
komunikasi biasanya terjadi pada balita atau anak usia kurang dari 3 tahun.

3. Mempunyai potensi menjadi kooperatif

Hal ini dapat terjadi apabila seorang dokter gigi dapat melakukan pendekatan
dengan tepat dan melakukan komunikasi yang baik dengan pasien. Sehingga anak
yang semula tidak kooperatif dapat berubah tingkah lakunya karena usaha yang
dilakukan oleh dokter gigi. Adapun contoh perilaku anak yang mempunyai
potensi menjadi kooperatif sebagai berikut:

a) Tingkah laku tidak terkontrol (uncontrolled behaviour)


b) Tingkah laku melawan (defiant behaviour)
c) Tingkah laku tegang (tence cooperatif behaviour)
d) Tingkah laku pemalu (timid behaviour)
e) Tingkah laku cengeng (whining behaviour)

TEKNIK DISTRAKSI

Teknik distraksi merupakan salah satu teknik penanganaan tingkah laku non
farmokologis. Teknik distraksi adalah suatu proses pengalihan dari fokus pada nyeri ke stimulus
yang lain. Teknik ini bertujuan agar pasien anak dapat memusatkan perhatiannya ke stimulus lain
agar dapat menghiraukan rasa nyeri. Melalui teknik distraksi kita dapat mengatasi nyeri yang
didasarkan pada teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang
menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak

4
(nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh pasien). Stimulus yang menyenangkan dari luar juga
dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi
berkurang. Penggunaan teknik distraksi pada anak akan sangat efektif dalam mengurangi
nyeri.1,2

Adapun berbagai macam teknik distraksi, antara lain:2

 Distraksi Visual
Cara yang digunakan adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal
yang disukai seperti: Melihat pemandangan, menonton televisi, membaca koran,
melihat pemandangan.
 Distraksi Pendengaran
Cara yang digunakan seperti mendengarkan lagu atau suara burung serta gemercik
air. Individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik tenang
seperti musik klasik, dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu.
 Distraksi Pernafasan
Bernafas ritmik dianjurkan pada pasien untuk memandang fokus pada satu objek
atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan 1 sampai 4 dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut secara
perlahan dengan menghitung 1 sampai 4 dihitung dalam hati.
 Distraksi Intelektual
Melakukan kegiatan seperti mengisi teka-teki silang, bermain kartu dan menulis
cerita.
 Imajinasi terbimbing
Kegiatan anak membuat suatu bayangan menyanangkan dan mengonsentrasikan
diri pada bayangan tersebut. Imaginasi terbimbing digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada anak untuk membayangkan berada pada situasi yang lebih
menyenangkan. Penggunaan imaginasi yang efektif melibatkan semua indera si
anak, dan ketika membayangkan suatu tempat yang favorit, anak diminta
merasakan kehangatan sekitar, melihat semua warna warni, mencium bau enak
dan mendengar suara-suara.

5
Teknik distraksi aktif yaitu teknik distraksi yang melibatkan partisipasi atau andil anak
secara aktif dalam prosesnya seperti imajinasi terbimbing dan teknik distraksi pernafasan dinilai
lebih efektif dibandingkan dengan teknik distraksi pasif yang dimana pada teknik distraksi ini
kurang melibatkan partisipasi atau andil anak dalam prosesnya seperti menonton televisi dan
mendengarkan lagu.3

PEMBAHASAN

Kecemasan dental adalah hal yang umum dialami oleh setiap anak yang berkunjung ke
dokter gigi, Kecemasan yang muncul pada anak-anak merupakan hal yang wajar karena hal yang
dialaminya merupakan hal yang baru baginya. Dokter gigi dituntut agar dapat menanggani
kecemasan yang muncul dengan melakukan teknik pengelolaan perilaku. Teknik Distraksi
merupakan salah satu teknik pengelolaan perilaku non farmakologis dimana pada teknik ini
pasien akan dialihkan fokusnya ke stimulus lain dengan berbagai cara seperti mendengarkan
lagu, menonton televisi, membaca koran, mengisi teka teki silang, melihat pemandangan,
bernafas dengan ritme dan berimaginasi sambil bercerita. Adapun teknik distraksi yang
disarankan yaitu teknik distraksi yang melibatkan andil anak tersebut dalam prosesnya.2,3,4

6
REFRENSI

[1] Herdiyati Y, Susmita SI. PENDEKATAN IDEAL PADA ANAK DALAM PERAWATAN
GIGI. Dalam: Pertiwi P, eds. Temu ilmiah dies forum 55, Bandung, 2015: 333-42.

[2] Soeparmin S. Distraksi sebagai salah satu pendekatan yang dilakukan dalam mencapai
kesuksesan perawatan gigi anak. Dentika Dent J 2010; Vol (15,1): 91-5.

[3]Allani S, Setty JV. Effectiveness of Distraction Techniques in The Management of Anxious


Children in the Dental Operatory. IOSR-JDMS 2016; Vol (15,10): 69-73.

[4] Wuisang M, Gunawan P, Kandou J. GAMBARAN KECEMASAN TERHADAP


PENAMBALAN GIGI PADA ANAK UMUR 6 – 12 TAHUN DI POLI GIGI DAN MULUT
PUSKESMAS TUMINTING MANADO. Jurnal e-Gigi 2015; Vol (3,1): 203-9.

[5] Novertasari B. Klasifikasi tingkah laku anak menurut Frankl dan Wright. 28 Oktober 2010.
https://blisha.wordpress.com/2010/10/28/klasifikasi-tingkah-laku-anak-menurut-frankl-dan-
wright/ (29 November 2019).

Anda mungkin juga menyukai