Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

“PULPOTOMI ”

Instruktur : drg. Sherli D Sp. KG

Disusun Oleh :

Muhammad Hernandi Y
I831111310034

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
A. Definisi

Pulpotomi adalah pembuangan pulpa vital dari kamar pulpa kemudian

diikuti oleh penempatan bahan dressing atau medikamen di atas orifis yang akan

menstimulasikan perbaikan sisa jaringan pulpa vital di akar gigi. Pulpotomi

bertujuan untuk melindungi bagian saluran akar pulpa, menghindari rasa sakit dan

pembengkakan, dan pada akhirnya untuk mempertahankan gigi.4,5

B. Keuntungan dan Kerugian Pulpotomi

Beberapa keuntungan prosedur perawatan pulpotomi diantaranya6 :

1) Iritasi obat – obatan instrumen perawatan saluran akar tidak ada

2) Hanya mengambil jaringan pulpa yang terinfeksi saja pada kamar pulpa

dan dapat mempertahankan pulpa vital yang berada di saluran akar

3) Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan

4) Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi

Beberapa kerugian prosedur perawatan pulpotomy diantaranya6:

1) Apabila dalam prosedur pengerjaan salah maka dapat menyebabkan

microleakage atau kebocoran mikro, sehingga dapat mengiritasi jaringan

pulpa yang masih sehat dibawahnya

2) Beresiko menyebabkan resorbsi internal pada pulpa setelah perawatan

pulpotomi
C. Indikasi dan Kontraindikasi Pulpotomi1,3

Indikasi

Pulpotomi Vital Pulpotomi Devital Pulpotomi Non-vital


Pengambilan Jar. Pulpa pd bag. Koronal Pengambilan Jar. Pulpa pd bag. koronal Pengambilan Jar. Pulpa pd bag. Koronal
yang inflamasi dengan anastesi yang sebelumnya telah didevitalisasi pada gigi non-vital
Pulpa vital Pulpa vital  non-vital Pulpa non-vital
Pulpa terbuka (faktor mekanis) Pulpa terbuka (karies atau trauma) Gigi sulung yang telah mengalami
resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih
diperlukan sebagai space maintainer.
Minimal didukung >2/3 panjang akar Pada pasien yang tidak dapat dilakukan Gigi sulung yang telah mengalami
anestesi dento alveolar kronis.
Tidak ada kehilangan tulang pada Pasien dengan hemofili Terdapat pus pada daerah terbukanya
interdikal pulpa atau pada kamar pulpa.
Pada gigi posterior yang sulit dilakukan Pasien alergi terhadap bahan anastesi
eksterpasi pulpa
Apeks akar belum tertutup sempurna

Kontraindikasi

Pulpotomi Vital Pulpotomi Devital Pulpotomi Non-vital


Perkusi (+) Palpasi (+) Kerusakan gigi bag. Koronal yang Resopsi akar interna
besar, sehingga restorasi tidak dapat
dilakukan
Terdapat radiolusen pada daerah Infeksi periapical, apeks masih terbuka Resobsi akar eksterna patologik
periapical atau interadikular
Mobilitas patologik Ada kelainan patologis pada pulpa Kehilangan tulang pada apeks atau
daerah furkasi
Terdapat nanah pada kamar pulpa

D. Prosedur Perawatan Pulpotomi4

a. Pulpotomi Vital

1. Diagnosis  Pemeriksaan Subjektif: tidak ada rasa sakit spontan.

Pemeriksaan Objektif, pada pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat

pembengkakan. Pemeriksaan Intraoral: vitalitas (+), perkusi (-), palpasi (-),

druk (-), hiperemi (-), mobility (-), Pemeriksaan Radiografi: kamar pulpa
terbuka, jaringan periapikal sehat, tidak ada kelainan jaringan periodontal 

Indikasi Pulpotomi

2. Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja menggunakan rubber dam. Formokresol

merupakan bahan toksik yang dapat menyebabkan iritasi atau rasa terbakar pada

mukosa bila terkena.

3. Buat outline form, semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies dibuka

sebelum atap pulpa dibuka. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari

kontaminaasi bakteri kedalam pulpa pada waktu pulpa dibuka untuk

memperoleh visual yang baik kearah pulpa tebuka (gambar A)

4. Lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril kecepatan tinggi dan

semprotan air pendingin kemudian lakukan pemotongan atau amputasi jaringan

pulpa dalam kamar pulpa dengan ekskavator tajam atau bur kecepatan rendah.

Perlu diperhatikan agar tidak terjadi perforasi ke dasar pulpa yang tipis atau ke

dinding interproksimal akibat penggunaan tekanan yang berlebihan pada saar

mengebur (gambar B, C, D)

5. Irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah masuknya sisa –

sisa debris ke dalam jaringan pulpa bagian radikular. Hindarkan penggunaan

semprotan udara.

6. Setelah pemotongan pulpa, kontrol perdarahan setelah amputasi dengan kapas

kecil yang dibasahi larutan yang tidak mengiritasi (larutan salin atau aquadest),

letakkan kapas tadi selama 3 – 5 menit. Tidak boleh menempatkan obat-obatan

yang dapat mempengaruhi proses pembekuan darah, seperti anastesi lokal

dengan vasokontriktor.
7. Setelah perdarahan berhenti, ambil kapas dengan hati-hati agar tidak terjadi

perdarah kembali akibat trauma. Hindari pekerjaan kasar karena pulp stump

sangat peka.

8. Letakan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian tutup orifis

saluran akar selama 5 menit. Kapas kecil yang sudah dibasahi dengan

formokresol diharapkan untuk tidak terlalu basah, dengan cara meletakkan

kapas tersebut pada kasa steril agar formokresol yang berlebihan tadi dapat

diserap.

9. Setelah 5 menit, kapas diangkat. Pada kamar pulpa akan terlihat warna coklat

tua atau kehitam – hitaman akibat proses fiksasi oleh formokresol.

10. Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari ZnO,

eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 sampai pulpa terisi

11. Lakukan foto rongent pengisian kamar pulpa

12. Bila sudah baik  Restorasi permanen

Gambar Prosedur perawatan pulpotomi vital dengan formokresol satu kali


kunjungan
b. Pulpotomi Devital5

Kunjungan pertama

1. Ro-foto, isolasi daerah kerja dengan cotton roll atau rubber dam.

2. Buang jaringan karies kemudian aplikasikan pasta devital paraformaldehid

dengan kapas kecil diletakkan di atas pulpa.

3. Tutup dengan tambalan sementara, hindarkan tekanan pada pulpa.

4. Instruksikan orang tua memberikan obat analagesik apabila terasa sakit pada

malamnya.

Kunjungan kedua (setelah 7 – 10 hari)

1. Lakukan pemeriksaan kepada pasien. Pasien tidak ada keluham, EO:

Simetris. IO: Tumpatan sementara dalam keadaan baik perkusi (-), palpasi

(-), druk (-), hiperemi (-), mobility (-)

2. Isolasi gigi dengan cotton roll atau rubber dam

3. Buka tambalan sementara, kapas dan pasta disingkirkan.

4. Lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril kecepatan tinggi dan

semprotan air pendingin kemudian lakukan pemotongan atau amputasi

jaringan pulpa dalam kamar pulpa dengan ekskavator tajam atau bur

kecepatan rendah.

5. Lakukan irigasi menggunakan cairan irigasi NaoCl (0,5%-5,25%)


6. Aplikasi bahan dressing pada kapas steril, lalu lakukan tumpatan sementara.

Kunjungan ketiga (setelah 2 – 10 hari)

1. Isolasi gigi dengan cotton roll atau rubber dam

2. Bongkar tambalan sementara, periksa keadaan kapas dressing. Apabila

kapas terlihat bersih dan tidak bau, lakukan pengisian


3. Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari ZnO,

eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 sampai pulpa terisi

4. Lakukan foto rongent pengisian kamar pulpa

5. Bila sudah baik  Restorasi permanen

c. Pulpotomi Nonvital5

Kunjungan pertama

1. Ro-foto, isolasi daerah kerja dengan cotton roll atau rubber dam.

2. Lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril kecepatan tinggi dan

semprotan air pendingin kemudian lakukan pemotongan atau amputasi

jaringan pulpa dalam kamar pulpa dengan ekskavator tajam atau bur

kecepatan rendah.

3. Lakukan irigasi menggunakan cairan irigasi NaoCl (0,5%-5,25%)


4. Aplikasi bahan dressing pada kapas steril, lalu lakukan tumpatan sementara.

Kunjungan kedua (setelah 2 – 10 hari)

1. Tidak ditemukannya rasa sakit atau tanda – tanda infeksi saat gigi diperiksa.

EO: Simetris. IO: Tumpatan sementara dalam keadaan baik perkusi (-),

palpasi (-), druk (-), hiperemi (-), mobility (-)

2. Isolasi gigi dengan cotton roll atau rubber dam

3. Bongkar tambalan sementara, periksa keadaan kapas dressing. Apabila

kapas terlihat bersih dan tidak bau, lakukan pengisian

4. Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari ZnO,

eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 sampai pulpa terisi

5. Lakukan foto rongent pengisian kamar pulpa


6. Bila sudah baik  Restorasi permanen

E. Bahan Irigasi dalam Pulpotomi

Bahan irigasi saluran akar memiliki beberapa syarat ideal yaitu:7,8

- Antimikroba

- Dapat melarutkan smear layer

- Tegangan permukaannya rendah

- Biokompatible dengan jaringan

- Tidak toksik

Kelebihan dan kekurangan bahan irigasi antara lain:

NaOCl (Sodium Hipoklorit) Chlorhexidin


konsentrasi yang sering digunakan Larutan chlorhexidine 0,1%-0,2%
adalah 0,5%, 1%, 2,5%, dan 5,2%. digunakan sebagai obat kumur, larutan
Definisi
chlorhexidine 2% digunakan sebagai
irigasi pada perawatan saluran akar
Mampu melarutkan jaringan pulpa vital Memiliki sifat antimikroba yang baik
dan nekrotik terhadap bakteri gram+, spora bakteri.
Kelebihan Menghilangkan debris Tidak mengiritasi jaringan periapikal
Bersifat anti mikroba dengan spekrum
luas
Menyebabkan iritasi bila terdorong ke Tidak dapat melarutkan jaringan
jaringan periapical nekrotik dan kurang efektif terhadap
bakteri gram negative.
Kekurangan
Kurang efektif dalam melarutkan smear Kombinasi NaOCl dan Chlorhexidine
layer dapat menyebabkan endapan toksik yg
berpotensi karsinogenik.

F. Bahan-bahan dalam Pulpotomi4

Gigi sulung karies yang dirawat dengan teknik pulpotomi, dimana pulpa

korona diamputasi memerlukan bahan medikamen dan pengisi yang tepat agar

dapat mempertahankan vitalitas pulpa radikuler yang tersisa. Terdapat beberapa

persyaratan bahan pulpotomy yang ideal, yaitu:

a. Bakteriasidal
b. Tidak merusak pulpa atau jaringan pendukung

c. Dapat menginduksi perbaikan pulpa radikuler

d. Kompatibel dengan proses normal resopsi akar

e. Radiopak

Bahan-bahan dalam pulpotomi terdiri atas bahan medikamen dan bahan pengisi

pulpotomi yakni sebagai berikut

Bahan Medikamen

Bahan medikamen adalah bahan antimikroba yang ditempatkan di dalam saluran

akar diantara kunjungan perawatan yang bertujuan untuk mengeliminasi

mikroorganisme dan mencegah terjadinya infeksi berulang. Beberapa bahan

medikamen yang biasa digunakan dalam perawatan pulpotomi yakni diantaranya

adalah formokresol, glutaraldehid, ferusulfat, kalsium hidroksida, MTA dan lain-

lain.

1. Formokresol

Formokresol mengandung Buckley’s solution 19%, formaldehid, 35%

kresol dan 15% gliserin dalam air. Gliserin dipakai untuk menghindarkan

polimerisasi formaldehid menjadi para formaldehid adalah bahan aktif dalam

proses fiksasi jaringan pulpa termasuk fiksasi sel bakteri. Jaringan pulpa

mengalami perubahan setelah diberi formokresol, yaitu dengan terbentuknya

zona fiksasi, diikuti dengan zona atropi yang berisi sel – sel dan serat yang

jumlahnya berkurang dan berikutnya zona yang sel – selnya mengalami

peradangan.
Penggunaan formokresol pada perawatan gigi dapat menimbulkan efek

samping :

 Kerusakan enamel pada gigi permanen penggantinya. Ada hubungan

dengan kadar formokresol yang dipakai, sebaiknya dipakai perbandingan

1:5.

 Potensi karsinogenik, mutagenik yang membahayakan jika dipakai

berlebihan pada tikus percobaan. Formokresol mengikuti aliran darah ke

ginjal, hati walaupun dalam jumlah kecil dapat menyebabkan perubahan

biokimia, imunologi dan mutagenik kumulatif.

2. Kalsium Hidroksida

Kalsium hidroksid dapat juga dipakai sebagai bahan pulpotomi pada gigi

sulung. Persentase keberhasilannya kurang memuaskan oleh karena

terbentuknya resorpsi interna yang tinggi maka hanya digunakan pada gigi

permanen muda yang apeksnya masih terbuka.

3. Feri Sulfat

Penggunaan feri sulfat dapat mengurangi perubahan inflamasi dan resorpsi

internal yang merupakan faktor penting dalam kegagalan pulpotomi

menggunakan kalsium hidroksida. Penggunaan feri sulfat dianjurkan pada

bagian dasar pulpa kemungkinan dapat mencegah masalah pembentukan blod

clot setelah penghilangan mahkota pulpa.

4. MTA

Keunggulan mineral trioxide aggregate bersifat hidrofilik alamiah

sehingga kebocorannya lebih rendah, meskipun di bawah kontaminasi dalam


kelembaban. Mineral trioxide aggregate tidak larut dalam air dan lebih

radiopak dari dentin sehingga akan mempermudah kemampuan untuk

membedakan dalam radiografi saat digunakan sebagai bahan pengisi pucuk

akar

Bahan Pengisi

Bahan pengisi merupakan bahan semen basis atau pasta yang digunakan untuk

mengisi kamar pulpa menggantikan jaringan pulpa koronal yang telah diamputasi.

Bahan ini merupakan lapisan pelindung yang lebih tebal yang ditempatkan dibawah

tambalan dan bertujuan mendukung pemulihan dari pulpa yang cedera dan

melindunginya dari berbagai trauma yang mungkin mengenainya.

1. Zinc Oxide Eugenol

Zinc Oxide Eugenol adalah bahan yang digunakan secara luas pada bidang

kedokteran gigi anak. Bahan ini dikemas dalam bentuk bubuk-cairan atau

terkadang sebagai 2 jenis pasta. Semen zinc oxide eugenol biasanya digunakan

sebagai bahan pelapis pada kavitas yang dalam tanpa menyebabkan iritasi

pulpa. Eugenol juga memiliki sifat bakterisid yang dapat membantu

mengurangi aktifitas invasi bakteri dan produksi eksotoksin yang dapat

menyebabkan kerusakan pulpa.

Indikasi Zinc oxide eugenol

 Sebagai restorasi sementara dan jangka menengah

 Sebagai pelapik kavitas

 Sebagai basis penahan panas

 Sebagai semen perekat sementara ataupun permanen


 Sebagai penutup saluran akar dan dressing periodontal

Keuntungan zinc oxide eugenol:

 Memiliki biokompatibilitas yang tingi karena pH-nya mendekati 7

sehingga tidak mengiritasi

 Memiliki kemampuan untuk meminimalkan kebocoran mikro

 Memberikan perlindungan terhadap pulpa

Kerugian

 Bersifat toksik dan mutagenic, terutama pada konsentrasi tinggi

 Waktu pengerasan yang lambat

 Dalam mengalami dekomposisi dalam cairan jaringan

Berikut beberapa tipe zinc oxide eugenol menurut ADA no. 30, yaitu:

 Tipe 1 digunakan untuk semen sementara

 Tipe 2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau alat yang dibuat

diluar mulut

 TIpe 3 digunakan untuk restorasi sementara dan bahan basis penahan panas

 TIpe 4 digunakan unttuk pelapik kavitas

2. Calcium Hydroxide

Calcium hydroxide pertama kali diperkenalkan sebagai satu-satunya obat yang

dapat memacu penyembuhan biologis dan pembentukan barrier jaringan keras di

atas pulpa radikular yang telah diamputasi. Karena sifat basanya (pH 12), bahan ini

sangat kausatik sehingga bila berkontak dengan pulpa vital akan menyebabkan

nekrosis pada lapisan superfisial pulpa.


Kelebihan Calcium Hydroxide:

 Bahan ini dapat menyingkirkan bakteri E. Facialis dengan mempengaruhi

pH

 Aktivitas antimikroba calcium hydroxide dapat melepaskan dan

mendifusikan ion OH-

 Calcium Hydroxide membentuk lingkungan yang basa pada dentin yang

dipengaruhi oleh aktivitas resorpsi dari dentioklas yang menyebabkan

lingkungan dentin menjadi asam yang dapat menyebabkan larutnya mineral

dentin

 Ion kalsium berperan dalam meningkatkan stimulasi, migrasi, proliferasi

dan mineralisasi sel

 Mengaktivasi LPS yang dapat mempercepat perbaikan jaringan periapikal

Kekurangan Calcium Hydroxide:

 Sulit menghilangkan bahan tersebut dari dinding saluran akar dan efeknya

dalam menurunkan waktu kerja dari semen saluran akar yang berbasis zinc

oxide eugenol

 Beberapa jenis bahan semen akan mudah pecah dan membentuk struktur

granul setelah berkontak dengan Calcium Hydroxide

 Dapat mengakibatkan resorpsi internal pada gigi sulung


DAFTAR PUSTAKA

1. American academy of pediatric dentistry. Guideline on Pulp Therapy

for Primary and Immature Permanent Teeth. 2016. Vol. 3. No.6.

2. Baik S.A, Abbas A.M, Abdulmomen K, Abdullah A, Ahmed A.M,

Haitham A, Ali A.K, Alanoud A, Doaa A, Alaa A. 2018. Review Article

Pulpotomy vs. pulpectomy techniques, indications and complications.

Int J Community Med Public Health. Vol. 5. No. 11.

3. Finn S.B., 2003, Clinical Pedodontics, 4th ed., W B., Saunder Company,

Philadelpia, 45- 71, 430-537.

4. Amalia Z, Harahap, A.H, Evaluasi keberhasilan klinis pasta zinc oxide

eugenol dan calcium hydroxide pada perawatan pulpotomy vital pada

gigi molar sulung: tinjauan literatur.2015. The 8th National scientific

meeting in pediatric dentistry. 318-325

5. Bakar,Abu. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2.Quantum Sinergis


Media.Yogyakarta.Indonesia
6. Tarigan, R. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Ed. 2. Jakarta:
EGC.
7. Panjaitan, H.F.R. Perawatan Pulpotomi Vital Pada Gigi Molar Dua Atas

Gigi Sulung. 2015. Jurnal Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumtra

Utara. Vol.1. No. 1

8. Parissay I, Jamileh G dan Maryam F. 2015. A Review on Vital Pulp

Therapy in Primary Teeth. Iran Endod Journal. 10 (1): 1-15.

Anda mungkin juga menyukai