BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hidrogen peroksida
No Keuntungan Kerugian
Bleaching (pemutihan gigi) dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu bleaching
secara eksternal yang dilakukan pada gigi vital yang mengalami perubahan warna dan
bleaching secara internal, dilakukan pada gigi non vital yang telah dirawat saluran
akar dengan baik.
A. Teknik Bleaching secara Eksternal
Pewarnaan pada gigi vital biasanya disebabkan oleh karena pewarnaan
tetrasiklin dan faktor ekstrinsik, misalnya karena fluorosis atau defek superfisial.
Yang termasuk teknik bleaching secara Eksternal (Walton & Torabinejab, 1996):
1. Teknik Bleaching pada Gigi Vital yang Berubah Warna karena Tetrasiklin
Bleaching secara eksternal dilakukan pada gigi vital yang berubah warna
karena tetrasiklin yang belum parah yaitu gigi berwarna kuning. Tekniknya bleaching
secara eksternal, sebagai berikut (Walton & Torabinejab, 1996) :
a. Bersihkan gigi, lindungi jaringan lunak dengan mengulaskan pasta
pelindung
mulut,pasang karet isolator (rubberdam), ikat dengan benang (dental floss)
pada gigi yang akan dirawat.
b. Letakkan sepotong kapas yang telah dibasahi larutan hidrogen peroksida
pada bagian labial dan palatinal gigi.
c. Pemanasan dilakukan dengan cara memakai lampu reostat controlled
Photoflood yang diletakan sekitar 30 cm dari gigi selama 10-30 menit atau
dengan hand-held thermostatically controlled yaitu dengan menempelkan
ujung alat ini pada permukaan gigi yang telah diberi gulungan kapas yang
dibasahi dengan superoxol.
d. Pemutihan gigi dilakukan selama 30-60 detik. Ulangi prosedur ini sebanyak
3 kali.
e. Kapas dilepas, gigi dibilas dengan air hangat, buka ikatan dental floss,
lepaskan karet isolator, bersihkan sisa pasta pelindung mulut.
f. Instruksikan pasien menyikat gigi kemudian lakukan pemolesan.
8
suatu teknik dekalsifikasi dan pembuangan selapis tipis email yang berubah warna
(Walton & Torabinejab, 1996).
Gambar 1.
10
d. Evaluasi warna gigi dilakukan dengan contoh warna dan membuat foto
pada saat awal kedatangan pasien dan selama prosedur dilakukan. Foto ini
sebagai acuan untuk pembanding.
e. Gigi diisolasi dengan isolator karet. Isolasi yang lebih baik dapat
diperoleh dengan memakai baji (wedge) interproksimal. Jika
menggunakan Superoxol, krim (misalnya vaselin, orabase, atau cocoa
butter) dipakai sebelum isolator karet dipasang untuk melindungi jaringan
gingiva. Prosedur ini tidak perlu dilakukan jika menggunakan Na-
perborat.
f. Pembongkaran tumpatan pada kavitas. Penghalusan akses dan
pengangkatan semua bahan pengisi lama dari kamar pulpa merupakan
tahap yang paling penting dalam proses pemutihan. Dokter gigi harus
memeriksa secara teliti bahwa tanduk pulpa atau daerah lain yang tidak
terbuka. Bahan tumpatan harus dibuang agar bahan pemutih dapat
berkontak dan masuk ke dalam dentin. Pembuangan bahan tumpatan
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari terpotongnya dentin
yang sehat.
Keterangan :
Restorasi korona dibuang semua, preparasi
akses diperbaiki dan gutta perca dibuang sampai
sebatas di bawah margin gingiva. Kemudian,
tanduk pulpa dibersihkan dengan bur bulat.
Gambar 2.
Tindakan ini dapat membuang bagian yang berubah warna (yang terpusat
di daerah permukaan pulpa) lebih banyak, juga dapat membuka tubulus
dentin agar masuknya bahan pemutih lebih baik.
h. Semua bahan harus diangkat sampai sedikit di bawah margin gingiva.
Untuk melarutkan sisa-sisa semen saluran akar, digunakan pelarut yang
sesuai (seperti pelarut oranye, kloroform, atau xylol dalam butiran kapas).
i. Jika yang digunakan adalah Superoxol, lapisan semen protektif seperti
semen polikarboksilat, Zn-fosfat, ionomer kaca, IRM, atau cavit,
diletakkan di atas material obturasi setebal 2 mm. Hal ini penting untuk
mencegah bocornya material pemutih. Barrier semen ini harus
melindungi tubulus dentin dan sesuai dengan perlekatan epitel eksternal.
Tinggi lapisan ini tidak boleh meluas melebihi margin gingiva.
Pengetsaan dentin sebelah dalam dengan asam fosfat (atau pengetsa lain)
untuk menghilangkan smear layer dan membuka tubulus dentin ternyata
tidak efektif. Tidak dianjurkan menggunakan zat kimia yang kaustik di
dalam kamar pulpa sebab dapat mengiritasi ligamen periodonsium dan
menyebabkan resorpsi eksternal dari akar.
j. Pasta walking bleach disiapkan dengan mencampurkan Na-perborat
dengan cairan yang inert seperti air, salin, atau cairan anestesi sehingga
membentuk konsistensi seperti pasir basah (kira-kira 2 g/ml). Meskipun
Na-perborat yang dicampur dengan H2O2 30% akan lebih cepat
memutihkan, dalam banyak kasus hasil jangka panjangnya sama dengan
yang menggunakan Na-perborat dicampur dengan air. Selanjutnya, kamar
pulpa dipenuhi dengan pasta menggunakan plastis instrumen. Kelebihan
cairan ditekan dengan butiran kapas. Hal ini akan memampatkan dan
mendorong pasta ke dalam ceruk-ceruk kamar pulpa.
Keterangan :
Keterangan :
Tutup akses dengan campuran tebal OSE (Z)
m. Pasien diminta datang kembali sesudah 2-6 minggu dan prosedur diulang.
Keterangan:- Jika warna yang dikehendaki telah dicapai, buat
restorasi permanen.
2. Teknik Termokatalitik
Teknik termokatalitik adalah teknik pemutihan dengan meletakkan material
oksidator di dalam kamar pulpa dan kemudian memanaskannya. Panas ini diperoleh
dari lampu, alat yang dipanaskan, atau alat pemanas listrik yang dibuat khusus untuk
memutihkan gigi (Torabinejad dan Walton, 2009). Teknik termokatalitik
menggunakan sepotong kapas kecil yang telah dibasahi dengan bahan pemutih yang
ditempatkan dalam kamar pulpa, kemudian dilakukan pemanasan selama dua menit.
bila perlu dapat juga pemanasan dilakukan pada sepotong kapas yang dibasahi larutan
pemutih dan ditempatkan dibagian labial gigi. Sumber panas yang dapat digunakan
adalah lampu pemanas, alat pemanas listrik, atau instrumen kecil yang ujungnya
dipanaskan (Andang dan Hidayat, 2002).
Pada teknik termokatalitik dengan menggabungkan pemanasan dan
konsentrasi hidrogen peroksida yang tinggi menyebabkan resorpsi dibagian servikal.
Teknik termokatalitik ini tidak sering digunakan lagi pada saat ini. Teknik ini
mengunakan panas untuk mempercepat proses oksidasi. Sumber panas yang dapat
digunakan adalah rheostat controlled photoflood, lihgt activited atau instrumen
Woodson. Prosedur teknik termokatalitik menurut Torabinejad dan Walton (2009)
adalah sebagai berikut:
a. Isolasi gigi yang akan dirawat dengan karet isolator. Lindungi jaringan
lunak dengan menggunakan petrolium jelly atau cocoabutter.
b. Dentin dibagian labial kamar pulpa dibuang dengan bur bulat kecepatan
rendah.
c. Membuang bahan pengisi dari kamar pulpa 2-3 mm ke apikal dibawah
gusi.
d. Membersihkan kamar pulpa dengan kloroform atau xylene, kemudian
keringkan dengan hembusan udara.
e. Jaringan lunak dan gigi tetangga dilindungi dari panas yang berasal dari
sumber panas dengan meletakkan kasa yang telah dibasahi air di bawah
karet isolator untuk menutup bibir dan jaringan lunak.
14
3. Teknik Kombinasi
Teknik kombinasi merupakan teknik bleaching gabungan antara teknik
walking bleach dan teknik termokatalitik. Keuntungan dari teknik kombinasi ialah
hasil lebih cepat dan memuaskan karena kedua teknik tersebut dilakukan dengan
bergantian. Prosedur awal teknik kombinasi ialah menggunakan teknik termokatalitik
dengan memanaskan gigi yang akan dilakukan pemutihan. Setelah dipanaskan, kapas
yang mengandung hidrogen peroksida dikeluarkan dari kamar pulpa dan gigi
dikeringkan. Kemudian dilakukan teknik walking bleach yaitu meletakkan pasta
campuran superoksol dan Na-perborat di dalam kamar pulpa. Prosedur selanjutnya
mengikuti teknik walking bleach hingga selesai (Walton dan Torabinejab, 1996).
memutihkan gigi vital yang berada di sebelahnya. Cara kerja teknik ini cepat karena
pasien dapat mengaplikasikan gel segar karbamid peroksida setiap hari (Deliperi,
2008). Home bleaching dilakukan pasien dengan pengarahan dan pemantauan oleh
dokter gigi, akan tetapi terdapat beberapa efek samping yang mungkin terjadi yaitu
iritasi gingiva, hipersensitif sementara pada gigi bagian servikal, mual jangka pendek,
dan nyeri pada regio TMJ.
Ada 2 efek samping yang paling sering terjadi yaitu gigi sensitif dan iritasi
pada gingiva. Selain itu, sakit tenggorokan, rasa perih pada jaringna rongga mulut dan
sakit kepala merupakan efek sampaing tetapi jarang dilaporkan. Ketika efek samping
pada seseorang trejadi secara kebetulan selama proses bleaching, proses ini harus
dihentikan. Bagi kebanyakan orang efek samping yang mereka rasakan tidak pernah
terlalu signifikan dibandingkan dengan proses bleachingnya. Umumnya efek samping
ringan pada seseorang yang dapat ditoleransi selama proses bleaching akan menurun
dalam beberapa hari setelah mereka menyalesaikan perawatannya (Greenwall, 2001).
1. Gigi sensitif
Kemungkinan efek samping paling banyak yang orang sadari pada saat proses
bleaching adalah gigi sensitif. Beberapa pasien mempunyai riwayat gigi sensitif
setelah sekali pengaplikasian dari bahan bleaching. Gigi menjadi lebih sensitif
terhadap udara, air panas dan dingin dan sensitif terhadap makanan dan minuman
yang manis. Bahan bleaching ini merusak prisma rod enamel, kerusakan prisma rod
enamel ini dapat menyebabkan tresingkapnya dentin secara mikroskopis. Hydrogen
peroxide dalam bentuk gel dan pasta, secara kimia memiliki sifat hypertonic
dibandingkan cairan pada struktur gigi dan jaringan sekitarnya. Kondisi tersebut
17
menyebabkan terjadinya penyerapan air dari tekanan yang lebih rendah.Dalam hal ini
dari email, tubulus dentin dan lapisan epitel mukosa atau gusi. Proses dehidrasi
tersebut menyebabkan rasa ngilu
dan sensitif.
3. Resorpsi eksternal
Pada laoran klinis dan pemeriksaan secara histologis menunjukkan bahwa
pemutihan secara eksternal biasanya merangsang resorpsi akar daerah serviks. Bahan
oksidator, terutama hydrogen peroxyde 30 % mungkin penyebabnya. Akan tetapi
mekanisme yang tepat mengenai dirusaknya periodontium atau sementum belum
dapat dijelaskan secara lengkap. Bisa jadi bahan iritasi kimia masuk melalui tubulus
dentin. Bahan kimia yang dikombinasikan dengan panas tampaknya menyebabkan
nekrosis sementum, inflamasi ligamen periodontium dan resorpsi akar. Proses ini
kemungkinan besar meningkat dengan adanya bakteri (Schmidseder, 2000).
B. Veneer Indirek
Suatu cara memperbaiki lapisan gigi yang memerlukan kerjasama dengan
tekniker lab. kedokteran gigi sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk proses
pembuatannya. Biasanya teknik ini terbuat dari bahan resin komposit, porselen dan
keramik. Teknik ini membutuhkan perlekatan pada enamel dengan bantuan bahan
adhesif dan light-cure self adhesif semen (Heymann dkk, 2011).
Veneer indirek ini memang membutuhkan waktu pembuatan yang lama tetapi
terdapat tiga keunggulan yang diberikan oleh teknik ini, yaitu:
1. Faktor keindahan yang lebih baik karena veneer ini membutuhkan seni dan
perhatian yang khusus dalam pembuatannya.
2. Memiliki kekuatan perlekatan yang baik.
3. Indirek veneer dapat bertahan lebih lama dibandingkan direk veneer terutama
jika terbuat dari bahan porselen (Heymann dkk, 2011).
Teknik indirect veneer dibuat dari bahan komposit, feldspathic
porcelain dan keramik (pressed or cast ceramic). Dengan teknik indirect
warna dan kontur veneer lebih mudah dikontrol dan tidak menghabiskan
waktu karena dibuat di laboraotrium. Feldspathic porcelain yang
ditempelkan ke preparasi intraenamel banyak dipilih dokter gigi karena
memiliki kekuatan dan ketahanan untuk mempertahankan struktur gigi pada
teknik indirect veneer. Pressed ceramic veneer memberikan estetik yang
baik, tetapi memerlukan preparasi yang lebih dalam. Penempelan dengan
teknik indirect veneer, veneer ditempelkan pada email dengan meggunakan
etsa asam dan bonding dengan semen resin light- cured (Victor,2005).
Pembuatan indirect veneer dapat dilakukan secara konvensional atau
dengan teknik CAD-CAM. Pembuatan veneer dan mahkota secara
konvensional dibuat menggunakan serbuk porselen dan melalui proses fusi
22
3. Overlapping incical
Preparasi ini sama dengan preparasi feathered incical, yang membedakan
hanya preparasi overlapping incical pengurangan enamel sampai pada
daerah palatal/lingual (Rosenstiel,2001).
2.3.5 Cara Penempelan veneer
Veneer dilekatkan pada gigi menggunakan air atau gel. Gel adalah bahan
larut air yang menempati ruang antara veneer dan permukaan gigi. Tanpa air atau gel,
cahaya yang ditransmisikan melalui veneer akan tersebar oleh udara, mengubah
penampilan veneer. Gel bisa jernih atau sedikit berbayang sesuai dengan nuansa
ikatan resin. Sebelum veneer terikat pada gigi, veneer keramik agak rapuh karena
sangat tipis. Veneer harus ditangani dengan hati-hati ketika dicoba pada gigi untuk
menyesuaikan kecocokan atau menyesuaikan daerah kontak. Veneer mungkin akan
retak jika terlalu banyak tekanan yang diterapkan. Setelah mereka terikat, mereka
mendapatkan dukungan dari struktur gigi yang mendasarinya dan kekuatannya sangat
meningkat (McCabe, 2008).
Veneer terikat pada gigi dengan semen resin menggunakan teknik etsa asam
dan resin bonding agent. Semen resin ada dalam berbagai
warna, termasuk resin terang/cerah. Jika diperlukan, warna resin dapat dipilih untuk
sedikit mengubah penampilan akhir dari veneer untuk membantu menutupi warna
yang mendasari gigi. Untuk mendapatkan resin yang melekat pada porselen,
permukaan internal veneer dibuat kasar melalui pengeetsaan dengan menggunakan
asam fluorida. Sebuah agen kopling, yang disebut silane, mungkin ditambahkan ke
permukaan porselen yang telah dietsa untuk meningkatkan ikatan dan membentuk
ikatan kimia antara porselen dan semen resin.
Setelah permukaan gigi dan permukaan internal veneer telah benar-benar
siap, semen resin ditempatkan pada veneer, penempatan dilakukan dengan hati-
hati untuk menghindari terperangkapnya udara. Veneer digetarkan secara
ringan dengan suatu alat atau jari untuk dilekatkan sepenuhnya dan membuang
semua gelembung udara yang terperangkap. Kelebihan semen bisa dihilangkan pada
tahap ini dengan kuas kecil, atau lampu curing dapat dilambaikan di atas
25