Anda di halaman 1dari 4

Mekanisme Ngilu Pada Gigi

Teori Hidrodinamika
Teori hidrodinamika adalah teori yang paling berkembang dan paling
didukung oleh banyak ilmuan. Teori ini dikemukakan pertama kali
oleh Brannstrom dan Astrom. Teori ini berlaku untuk segala macam
rangsangan seperti panas, dingin, tekanan udara, ataupun tekanan
mekanis. Tubulus dentinalis atau pada intertubular dentin, memiliki
substansi cairan. Setiap stimulus yang mengenai gigi, akan
menyebabkan cairan-cairan di dalam tubulus dentinalis bergerak.
Cairan ini bergerak secara bebas dan menimbulkan impuls negative
atau tekanan negative di dalam intertubuler. Selanjutnya, impuls
rangsangan ini akan diterima oleh tomes fiber yang terdapat di dalam
intertubuler juga. Rangsangan yang melewati tomes fiber akan
menyebabkan saraf ini terbuka dan beranastomose serta bergabung
dengan saraf selanjutnya, yakni plexus Raschkow. Dari sini, akan
menuju ke nerve ending dan innervasi selanjutnya akan diambil alih
oleh A delta fiber dan C fiber. A delta fiber terletak banyak pada
daerah dentin ke pulpa. A delta fiber memiliki myelin sehingga
mempunyai sifat menghantarkan rangsangan lebih cepat dan bereasi
cepat. Adapun, C fiber tidak memiliki myelin, terletak di daerah
pulpa ke bawah, dan memiliki sifat penghantaran saraf yang lama
dengan respon nyeri yang lama pula. Kecepatan A delta fiber berkisar
13 m/s sedangkan C fiber 1,3 m/s. Transmisi A delta fiber di dominasi
oleh rasa dingin sedangkan pada C fiber memiliki peran polimodal
nocireceptor di mana artinya memiliki daya hantar banyak, C fiber
mampu menghantarkan thermal, kimia, ataupun mekanik.
Selanjutnya, persarafan yang melewati myelin lebih cepat karena
adanya salvatactory efek yang menyebabkan rangsangan lompat
antara nervus satu ke lainnya. Rangsangan ini akan dibawa oleh saraf
V, trigeminus menuju otak dan menciptakan rasa nyeri atau ngilu
(Anonim, 2013).
Mekanisme Nyeri
Organ indra untuk nyeri adalah ujung-ujung saraf telanjang yang
dijumpai pada hampir semua jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke susunan
saraf pusat oleh dua sistem serabut. Satu sistem nosiseptor terbentuk dari serabut-
serabut A kecil bermielen dengan diameter 2-5 m. Sistem ini menghantarkan
dengan kecepatan 12-30 m/det. Sistem yang satu lagi terdiri dari serabut C tak
bermielin dengan diameter 0,4-1,2 m. Serabut yang terakhir ini ditemukan di
bagian lateral radiks dorsalis dan sering disebut serabut C radiks dorsalis. Serabut-
serabut ini menghantarkan dengan kecepatan yang lambat sebesar o,5-2 m/det.
Kedua kelompok serabut ini berakhir di kornu dorsalis, serabut A berakhir
terutama di neuron-neuron lamina I dan V, sementara serabut C radiks dorsalis
berakhir di neuri lamina I dan II. Transmiter sinaps yang disekresi oleh serabut
aferen primer yang menghantarkan nyeri ringan cepat adalah glutamat, dan
transmitter yang menghantarkan nyeri hebat lambat adalah substansi P (Ganong,
2008).

Taut sinaps antara serabut nosiseptor perifer dan sel kornu dorsalis di
medula spinalis merupakan bagian yang sangat plastis. Karena itu, kornu dorsalis
juga disebut sebagai gerbang atau pintu, tempat impuls nyeri dapat dimodifikasi
(Ganong, 2008).

Sebagai akson neuron kornu dorsalis berakhir di medula spinalis dan


batang otak. Sebagai lain masuk ke sistem ventrolateral, termasuk traktus
spinotalamikus lateral. Beberapa naik di bagian dorsal medula spinalis. Sebagian
serabut asendens membentuk proyeksi ke nukleus posterior ventralis, yang
merupakan inti pemancar sensorik spesifik di talamus, dan dari sini ke korteks
serebri. Pada penelitian dengan PET dan Fmri pada orang normal menunjukkan
bahwa rangsang nyeri mengaktifkan daerah korteks SI, SII, dan girus singuli di
sisi korteks yang berlawanan dengan rangsangan. Selain itu, korteks
mediofrontalis, korteks insula, dan serebrum juga diaktifkan. Pada hewan
percobaan dan manusia, lesi di korteks insula menyebabkan analgesia, demikian
juga pada peningkatan lokal GABA di daerah korteks ini pada hewan (Ganong,
2008).

Nyeri, oleh Sherrington, disebut sebagai aspek pelengkap fisik dari reflek
protektif mutlak. Rangsangan nyeri umumnya memicu respons menarik-diri atau
menghindar yang kuat. Selain itu, di antara berbagai sensasi,nyeri bersifat unik
yaitu bahwa nyeri memiliki pembawaan berupa efek yang tidak
menyenangkan (Ganong, 2008).
Anonim. 2013. Gambaran Klinis Atrisi, Abrasi dan Erosi Jaringan Keras gigi.
Medan: FKG Universitas Sumatera Utara

Ganong, Willian F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai