Anda di halaman 1dari 15

Referat Kecil

TRAKTUS SPINOTALAMIKUS

Oleh:
Insan Gahayu
NIM. 0508111792

Pembimbing:
Dr. Agus Tri Joko, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013

TRAKTUS SPINOTALAMIKUS
DEFINISI
Traktus spinotalamikus adalah suatu jalur asenden yang berasal dari medula spinalis
dan berjalan di sepanjang medula spinalis sampai bersinaps di talamus. Traktus ini membawa
sensasi nyeri, suhu, raba halus dan tekan. Ada 2 jalur yang tergabung di dalam sistem ini,
yaitu traktus spinotalamikus anterior dan traktus spinotalamikus lateral.1,2
Traktus spinotalamikus merupakan jalur asenden yang mengantarkan impuls sensorik
dari reseptor. Reseptor sendiri adalah organ sensorik khusus yang mampu mencatat
perubahan fisik dan kimia, serta mengubahnya menjadi impuls yang diproses oleh sistem
saraf.1 Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui reseptor sensorik, berupa
reseptor eksteroreseptif, propioseptif dan interoseptif. Reseptor eksteroseptif berespon
terhadap stimulus dari rangsangan lingkungan eksternal, termasuk visual, auditoar dan taktil.
Reseptor propioseptif membawa informasi mengenai posisi bagian tubuh. Sedangkan reseptor
interoseptif mendeteksi kejadian internal seperti perubahan tekanan darah.3
Terdapat 4 subkelas mayor dari sensasi somatik, yaitu:4
1. Sensasi nyeri yang dicetuskan oleh rangsangan yang mencederai
2. Sensasi suhu/termal yang terdiri dari panas dan dingin
3. Sensasi sikap yang dicetuskan oleh perubahan sikap dari otot dan persendian, mencakup
4.

rasa sikap anggota gerak serta gerakan anggota gerak (kinesthesia)


Sensasi tekan, dicetuskan oleh stimulasi mekanis yang diberikan pada permukaan tubuh.
Beberapa reseptor sensorik tubuh meliputi:3

Eksteroseptif: ujung saraf bebas yang berfungsi sebagai reseptor nyeri, badan ruffini
merupakan reseptor panas, krause sebagai reseptor dingin, badan merkel dan badan taktil
Meissner sebagai reseptor raba, vater paccini sebagai reseptor tekan. Ujung saraf
peritrichial ditemukan di seluruh tubuh yang terdapat folikel rambut dan diaktivasi oleh
pergerakan rambut.

Propioseptif: muscle spindle, organ tendon Golgi dan reseptor sendi.

Interoseptif: baroreseptor, kemoreseptor dan osmoreseptor.

Gambar 1. Reseptor 5
Rangsangan yang diterima oleh berbagai reseptor selanjutnya akan dilanjutkan oleh 3
neuron panjang dan interneuron akan mengkonduksi stimulus dari reseptor (atau ujung bebas)
ke korteks somatosensorik. 3 neuron tersebut adalah:6

Neuron pertama: badan sel dari neuron pertama terletak di ganglion radiks dorsalis (atau

ganglion aferen somatis dari saraf kranial).


Neuron kedua: sel neuron kedua menyilang dan berakhir biasanya di thalamus.
Neuron ketiga: sel neuron ketiga terletak di thalamus dan memproyeksikan rangsangan ke
korteks sensorik (untuk nyeri kronis diproyeksikan di thalamus). Lalu otak akan
memproses informasi yang dihantarkan oleh neuron ini, menginterpretasikan lokasi,
kualitas dan intensitas lalu memberikan respon yang sesuai.
Serabut saraf somatosensoris memasuki medula spinalis melalui zona masuk radiks

dorsalis (dorsal root entry zone; bisa juga disebut zona Redlich-Obersteiner). Lalu kemudian
akan terbentuk banyak kolateral yang akan membentuk sinaps dengan neuron-neuron lain
didalam medula spinalis. Serabut saraf yang menghantarkan berbagai macam modalitas
sensorik menempati posisi yang berbeda di dalam medula spinalis.3
Perjalanan serabut saraf aferen yang menghantarkan modalitas sensorik di dalam
medula spinalis terdiri atas traktus spinoserebellaris posterior dan anterior, kolumna posterior,
traktus spinothalamikus anterior dan lateral, serta traktus aferen lainnya yaitu spinoretikular,
spinotektal, spino-olivary dan traktus spinovestibular.3

Gambar 2. Pengaturan somatotopik dari jalur-jalur didalam medula spinalis pada potongan
melintang2.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Medulla Spinalis
Dari batang otak berjalan suatu silinder jaringan saraf panjang dan ramping, yaitu
medulla spinalis, dengan ukuran panjang 45 cm (18 inci) dan garis tengah 2 cm (seukuran
kelingking). Dari medulla spinalis spinalis keluar saraf-saraf spinalis berpasangan melalui
ruang-ruang yang dibentuk oleh lengkung-lengkung tulang mirip sayap vertebra yang
berdekatan. Saraf spinal berjumlah 31 pasang dapat diperinci sebagai berikut : 8 pasang saraf
servikal (C), 12 pasang saraf thorakal (T), 5 pasang saraf lumbal (L), 5 pasang saraf sakral
(S), dan 1 pasang saraf koksigeal (Co).5
Substansia grisea di medulla spinalis membentuk daerah seperti kupu-kupu di bagian
dalam dan dikelilingi oleh substansia alba di sebelah luar. Seperti di otak, substansia grisea
medulla spinalis terutama terdiri dari badan-badan sel saraf serta dendritnya antarneuron
pendek, dan sel-sel glia. Substansia alba tersusun menjadi traktus (jaras), yaitu berkas seratserat saraf (akson-akson dari antarneuron yang panjang) dengan fungsi serupa. Tiap-tiap
belahan substansia grisea dibagi menjadi kornu dorsalis (posterior), kornu ventralis (anterior),
dan kornu lateralis. Kornu dorsalis mengandung badan-badan sel antarneuron tempat

berakhirnya neuron aferen. Kornu ventralis mengandung badan sel neuron motorik eferen
yang mempersarafi otot rangka. Serat-serat otonom yang mempersarafi otot jantung dan otot
polos serta kelenjar eksokrin berasal dari badan-badan sel yang terletak di tanduk lateralis.6
Dalam medulla spinalis lewat dua traktus dengan fungsi tertentu, yaitu traktus
desenden dan asenden. Traktus desenden berfungsi membawa sensasi yang bersifat perintah
yang akan berlanjut ke perifer. Sedangkan traktus asenden secara umum berfungsi untuk
mengantarkan informasi aferen yang dapat atau tidak dapat mencapai kesadaran. Informasi
ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
(1) informasi eksteroseptif, yang berasal dari luar tubuh, seperti rasa nyeri, suhu, dan raba
(2) informasi proprioseptif, yang berasal dari dalam tubuh, misalnya otot dan sendi
B. Talamus
Jauh di dalam otak dekat dengan nukleus basal terdapat diensefalon, suatu struktur
garis-tengah (midline) yang membentuk dinding-dinding rongga ventrikel ketiga, salah satu
ruang tempat lewatnya cairan serebrospinalis. Diensefalon terdiri dari dua bagian utama,
talamus dan hipotalamus.6
Talamus berfungsi sebagai stasiun penyambung dan pusat integrasi sinaps untuk
pengolahan pendahuluan semua masukan sensorik dalam perjalanannya ke korteks. Bagian
ini menyaring sinyal-sinyal yang tidak bermakna dan mengarahkan impuls-impuls sensorik
penting ke daerah somatosensorik yang sesuai, serta ke daerah-daerah lain.7

Gambar 3. Anatomi Talamus8

Impuls sensorik akan disalurkan melalui radiks posterior medulla spinalis yang
dikenal sebagai ganglion spinalis, kemudian impuls tiba di nucleus propius disegmen medulla
spinalis. Nukleus propius merupakan neuron yang menghubungkan medulla spinalis dengan
nucleus ventro-postero-lateral dan ventro-postero-medial thalamus sisi kontralateral yang
dikenal dengan traktus spinotalamikus. Di kornu posterior mereka menyilang garis tengah
melalui komisura alba dan selanjutnya berkumpul di funikulus anterolateral. Pada tingkat
servikal serabut yang berasal dari tungkai menduduki daerah lateral, bagian torakal
menduduki daerah medial dan bagian brakioservikal menduduki bagian paling medial. Pada
tingkat medulla oblongata jaras spinotalamik terletak disebelah dorsolateral oliva inferior. Di
Pons ia berada diantara lemnikus medialis dan brakiu konjungtivum dan dimesensefalon
diatas ujung dorsal lemniskus medialis dekat kolikulus superior.3
Lebih kerostral serabut-serabut spinotalamik tidak berkumpul lagi sebagai berkas,
karena secara bertahap mengakhiri perjalanannya disepanjang nucleus ventro-postero-lateral
dan ventro-postero-medial di thalamus. Untuk jaras sensorik pada wajah dibawa oleh nervus
trigeminus. Setelah bersinaps di nukleus ventroposterolateral talamus selanjutnya membentuk
traktus talamokortikal, traktus ini berjalan naik melalui kapsula interna yang terletak di
posterior dari traktus piramidalis dan menyebar di corona radiata menuju ke korteks sensorik
di girus post sentralis.3

Traktus spinotalamikus

Gambar 4. Traktus spinothalamikus secara anatomis2

Gambar 5. Potongan melintang traktus spinothalamikus pada medula spinalis dan


gyrus post-sentralis7

Gambar 6. Traktus Spinotalamikus.2


Traktus spinotalamikus anterior
Traktus spinotalamikus anterior berhubungan dengan persepsi raba dan tekanan
ringan. Perjalanan modalitas sensorik pada traktus spinotalamikus anterior adalah sebagai
berikut, rangsangan yang muncul pada reseptor di permukaan kulit (ujung saraf peritrichial,
korpus taktil) dihantarkan melalui serabut saraf perifer yang bermyelin tebal (neuron

pertama) ke sel ganglion pseudounipolar radiks dorsalis, dan kemudian melalui radiks
posterior ke dalam medula spinalis.3
Di dalam medula spinalis, proses sentral dari sel ganglion radiks dorsalis berjalan
melalui kornu posterior sekitar 2-15 segmen keatas, sementara yang kolateral berjalan 1 atau
2 segmen ke bawah, menciptakan kontak sinaps pada sel-sel diberbagai tingkat dari segmen
di substansia nigra dari kornu posterior. Sel-sel (neuron kedua) kemudian membangkitkan
rangsangan di traktus spinotalamikus anterior, yang mana serabut-serabut tersebut menyilang
di komissura spinalis anterior, kemudian naik di funikulus anterolateral kontralateral dan
berakhir di nukleus ventro posterolateral (VPL) talamus, bersama dengan serabut-serabut
saraf dari traktus spinotalamikus lateral dan lemniscus medialis. Neuron ketiga di nukleus
talamus ini akan memproyeksikan akson-aksonnya ke gyrus post sentralis di lobus parietal
melalui traktus talamokortikalis.3

Gambar 7. Traktus spinotalamikus anterior3


Traktus spinotalamikus lateral
Traktus ini membawa sensasi nyeri dan suhu. Reseptor perifer adalah ujung saraf
bebas dalam kulit,yang merupakan organ akhir cabang perifer dari neuron pseudounipolar
gangguan spinalis. Ujung saraf ini merupakan akhir dari serabut-serabut saraf grup A yang
tipis dan juga sedikit serabut-serabut saraf grup C yang tidak bermyelin, berikutnya proses
perifer dari sel ganglion pseudounipolar pada ganglion spinalis. Proses sentral dari radiks

posterior ke medula spinalis dan kemudian terbagi secara longitudinal menjadi kolateral yang
pendek dan berakhir dalam satu atau dua segmen pada substansia gelatinosa, menciptakan
kontak sinaps dengan neuron funicular (neuron kedua). Neuron ini menyilang pada garis
tengah di komissura anterior medula spinalis sebelum naik pada funikulus lateral
kontralateral ke talamus. Traktus spinotalamikus lateral tersusun secara somatotopik, serabut
saraf dari ekstremitas inferior terletak di bagian lateral, sementara serabut saraf dari badan
dan ekstremitas superior terletak lebih medial.3
Serabut saraf yang memediasi rangsangan nyeri dan suhu terletak sangat berdekatan
satu sama lain sehingga tidak bisa dipisahkan secara anatomis. Lesi pada traktus
spinotalamikus meyebabkan kerusakan pada penghantaran kedua modalitas sensorik,
walaupun tidak selalu pada tingkat yang sama.3
Serabut saraf dari traktus spinotalamikus lateral berjalan melalui batang otak bersama
dengan serabut saraf dari lemniscus medialis pada lemniscus spinalis, yang berakhir pada
nukleus ventro posterolateral talamus. Neuron ketiga di nukleus ventro posterolateral
memproyeksikan melalui traktus thalamocorticalis ke girus post-sentralis di lobus parietal.
Rangsangan nyeri dan suhu diterima di rough manner di talamus, tetapi rangsangan yang
lebih halus tidak bisa dipersepsikan hingga impuls mencapai korteks serebri.3

Gambar 8. Traktus spinotalamikus lateral3

Gambar 9. Jalur asenden sensorik dan kelanjutannya ke target struktur di serebrum3


Lesi pada traktus spinotalamikus
l. Lesi pada traktus spinotalamikus anterior
Serabut saraf sentral dari neuron pertama dari traktus ini naik pada jarak yang berbeda
secara ipsilateral di kolumna posterior, menciptakan kolateral sepanjang jalan ke neuron
kedua. neuron kedua akan menyilang di bagian tengah dan naik lebih tinggi di bagian
kontralateral dari traktus spinotalamikus anterior. Lesi pada traktus ini yang terjadi setinggi
lumbal atau thorakal secara umum akan menyebabkan kerusakan yang minimal atau tidak ada
kerusakan sama sekali terhadap rangsangan yang berupa sentuhan karena banyaknya impuls
yang naik bisa menjauhi dari lesi dengan melalui jalur yang ipsilateral. Lesi traktus
spinotalamikus anterior setinggi servikal, bagaimanapun juga akan menyebabkan hipestesia
yang ringan dari sisi ekstremitas inferior yang kontralateral.2,3
2. Lesi pada traktus spinotalamikus lateral
Traktus spinotalamikus lateral adalah jalur utama untuk rangsangan nyeri dan suhu.
Traktus ini bisa ditranseksi secara neurosurgikal untuk menghilangkan rasa sakit
(cordotomy), operasi ini tidak banyak dilakukan sekarang, karena sudah digantikan dengan
metode yang tidak invasif dan juga karena hilangnya rasa sakit lebih sering temporer.3
Fenomena selanjutnya selama pengalaman klinis, menyimpulkan bahwa nyeri yang
diakibatkan oleh impuls, juga bisa naik melalui medula spinalis pada jalur lain. Sebagai
contoh neuron spinospinalis yang berada pada fasciculus proprius, jika traktus spinotalamikus
lateral dilakukan transeksi pada bagian ventral medula spinalis, rangsangan nyeri dan suhu
lebih sedikit terasa pada bagian yang berlawanan satu atau dua segmen dibawah lesi,
sementara rangsangan yang berupa sentuhan tetap ada (defisit sensorik disosiasi).3

Defisit somatosensorik yang dikarenakan oleh lesi spesifik sepanjang jalur


somatosensorik

Gambar 10. Beberapa letak potensial lesi sepanjang jalur somatosensorik3


Gambar 10 menunjukkan beberapa lesi tipikal sepanjang jalur somatosensorik, defisit
sensorik yang berhubungan dibahas dibawah ini:3
1) Lesi kortikal atau lesi subkortika di area sensori-motor berhubungan dengan tangan
atau lengan (a dan b) menyebabkan paresthesia dan kebas pada tungkai kontralateral,

terutama bagian distal. Lesi yang iritatif pada aerah ini bisa menyebabkan bangkitan
fokal sensorik, karena korteks motorik terletak langsung berdekatan. Oleh karena itu
sering juga terjadi gangguan motorik (Jacksonian seizure).
2) Lesi dari semua jalur sensorik dibawah thalamus (c) menghilangkan semua kualitas
rangsangan dari bagian tubuh yang berlawanan.
3) Jika semua jalur somatosensorik terkena kecuali jalur yang menghantarkan nyeri dan
suhu (d), terdapat hipestesia dari bagian tubuh yang berlawanan dan juga bagian
wajah, tetapi rangsangan nyeri dan suhu tidak mengalami kerusakan.
4) Sebaliknya, lesi pada lemniscus trigeminalis dan traktus spinotalamikus lateral (e) di
batang otak menyebabkan hilangnya rangsangan nyeri dan suhu pada bagian tubuh
dan wajah yang berlwanan, tetapi tidak menghilangkan rangsangan modalitas sensorik
yang lain.
5) Jika lemniskus medialis dan traktus spinotalamikus anterior (f) terkena lesi, semua
modalitas somatosensorik dari bagian tubuh yang kontralateral akan rusak kecuali
nyeri dan suhu.
6) Lesi pada nukleus spinalis dan traktus dari nervus trigeminalis serta traktus
spinotalamikus lateral (g) akan menyebabkan rusaknya rangsangan nyeri dan suhu
pada sisi wajah ipsilateral dan pada bagian tubuh yang kontralateral.
7) Lesi pada kolumna posterior (h) menyebabkan hilangnya sensasi posisi dan sensasi
vibrasi serta diskriminasi, yang berkombinasi dengan ataksia ipsilateral.
8) Lesi pada kornu posterior dari medula spinalis (i), rangsangan nyeri dan suhu yang
ipsilateral hilang, tetapi modalitas sensorik yang lain tetap utuh (defisit sonsorik
disosiasi).
9) Lesi multipel yang berdekatan dengan radik posterior (k) menyebabkan nyeri
radikuler dan parestesia, serta hilangnya semua modalitas sensorik pada area tubuh
yang terkena, dengan tambahan hipotonia atau atonia, arefleksia serta ataksia jika
radiks tersebut memberikan suplai ke ekstremitas superior ataupun inferior.

Anda mungkin juga menyukai