Saat ini penyebab yang paling mungkin terjadinya TTH dipercayai adalah
akibat sensitivitas neuronal yang abnormal dan fasilitasi nyeri, bukan
kontraksi otot abnormal. Berbagai studi menunjukkan bahwa TTH
berasosiasi dengan supresi eksteroseptif (ES2), serotonin platelet
abnormal, dan penurunan beta-endorfin likuor serebrospinal.
Nosisepsi miofasial ekstrakranial merupakan salah satu dari mekanisme
nyeri kepala tegang. Nyeri kepala tidak secara langsung berhubungan
dengan kontraksi otot, dan dipikirkan kemungkinan hipersensitivitas
neuron pada nucleus trigeminal kaudalis. Sensitisasi sentral tersebut
dikarenakan adanya input nosiseptif yang berkepanjangan yang dihasilkan
dari jaringan miofasial perikranial. Perubahan tersebut dapat
mempengaruhi mekanisme perifer dan menimbulkan peningkatan
aktivitas otot perikranial atau pelepasan neurotransmitter pada jaringan
miofasial. Sensitisasi sentral tersebut dapat bertahan bahkan setelah
factor pencetus awal telah dihilangkan sehingga menimbulkan konversi
dari nyeri kepala tegang episodik menjadi kronik.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya
terlibat antara lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m.
sternocleidomastoideus, m. trapezius, m. cervicalis posterior, dan m.
levator scapulae. Penelitian mengatakan bahwa para penderita nyeri
kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajah dan kepala yang
lebih besar daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih mudah
terserang sakit kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat
dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan
ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang salah.
Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan
kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi
pembuluh darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan
terhambatnya oksigen dan menumpuknya hasil metabolisme yang
akhirnya akan menyebabkan nyeri.
Rasa nyeri di dalam kepala, seperti halnya nyeri di bagian lain, akan
dihantarkan ke korteks serebri oleh serabut-serabut saraf sensorik. Nyeri
kepala dapat mempunyai distribusi permukaan yang terlokalisasi atau
terasa menyeluruh (difus) di dalam kepala sebagai suatu kesatuan. Nervus
yang terutama terlibat:
1. Nervus Trigeminus atau nervus kelima yang mempersarafi wajah
dan bangunan di wajah, bagian dua per tiga anterior kulit kepala
dan periosteum di bawahnya di luar tulang tengkorak. Di dalam
tengkorak, nervus ini mempersarafi dura mater dan pembuluhpembuluh darah pada fossa anterior dan media di depan tentorium
serebri.
2. Tiga nervus servikalis pertama yang mempersarafi bagian sepertiga
posterior kulit kepala serta periosteum dan muskulus trapezius di
luar tengkorak. Di dalam tengkorak, ketiga saraf ini mempersarafi
dura mater di sebelah posterior tentorium dan pembuluh-pembuluh
darah pada fossa posterior.
Migren
Patofisiologi Migren Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya
migren. Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan pembuluh
darah otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi otak yang dimulai pada
10
11
12
13
4
5
6
7
8
9
14
Migrain
+
Tension headache
-
Cluster
-
Perempuan
Tak berbeda
Pria
Remaja dewasa
dewasa
20 40 tahun
Lokasi sakit
Unilateral
Bilateral
Unilateral
Saat timbul
Pagi
Sore
Malam
Nyeri berdenyut
Intensitas nyeri
++
Sedang berat
Ringan sedang
Sangat hebat
Lama serangan
4 jam 3 hari
beberapa hari
15 menit 3 jam
Makin parah
Tak berpengaruh
Tak berpengaruh
Fotofobia
Fonofobia
Mata
merem/merah
Hidung keluar air
+
+
-
+++
+++
Leher kaku
++
Kelumpuhan
badan
Jenis kelamin
Usia
Pengaruh aktifitas
fisik
Nyeri hilang
timbul
Enek / muntah
TATALAKSANA
TTH
TERAPI FARMAKOLOGI
PENGOBATAN PROFILAKSIS
Meskipun sakit kepala NT umum dan berdampak besar pada masyarakat,
sangat sedikit studi yang terkontrol-baik dari pengobatannya yang telah
dilakukan.
Tidak ada obat baru yang disetujui oleh FDA khususnya untuk pengobatan
sakit kepala tension. Namun, mengingat sifat kronis gangguan ini dan risiko
penggunaan berlebihan-obat-obatan sakit kepala pada pasien dengan sakit
kepala sering, terapi profilaksis tampaknya terjamin untuk kebanyakan
pasien. Sejak sakit kepala tension-type kronis adalah sebuah gangguan
pengolahan nyeri sentral, obat dengan sentral efek modulasi nyeri
cenderung paling efektif.
Obat antidepresan
15
Antidepresan trisiklik obat pilihan untuk mencegah sakit kepala tensiontype kronis, dan beberapa daripadanya juga efektif sebagai profilaksis
migrain. Antidepresan diuji pada studi double-blind, dikontrol plasebo yang
mencakup amitriptyline, doxepin, dan maprotiline.
Amitriptyline mengurangi jumlah sakit kepala harian atau durasi sakit kepala
sekitar 50% pada sekitar sepertiga pasien dalam beberapa studi, meskipun
studi lain menemukan ini tidak lebih baik daripada placebo.
Pada anak dan pasien tua, dosis awal biasa amitriptyline (atau obat
serupa) adalah 10 mg pada waktu tidur. Pada dewasa, dosis awal biasa
adalah 25 mg pada waktu tidur. Dosis dapat ditingkatkan sampai hasil
terapeutik diperoleh atau efek samping tidak dapat ditoleransi. Antidepresan
biasanya diberikan dari 4 sampai 6 minggu untuk bisa menunjukkan efek
menguntungkan.
Antidepresan trisiklik lainnya mungkin juga efektif, sebagaimana
disarankan oleh pengalaman klinis, meskipun belum diteliti pada sakit
kepala tension-type kronis.
SSRI: fluoxetine, paroxetine, dan citalopram belum menunjukkan efikasi
studi-terkontrol. Obat ini sering digunakan, namun, karena mereka memiliki
insiden efek samping lebih rendah.
Relaksan otot
Cyclobenzaprine adalah relaksan otot struktural terkait dengan
amitriptyline. Pada 1972 studi double-blind, 10 dari 20 pasien menerima
cyclobenzaprine mengalami 50 % atau lebih perbaikan pada sakit
kepala tension-type, dibandingkan dengan 5 dari 20 pasien yang menerima
plasebo. Dosis biasa cyclobenzaprine adalah 10 mg pada waktu tidur.
Tizanidine, sebuah penghambat alfa-adrenergik, dilaporkan efektif untuk
sakit kepala tension typekronis pada percobaan plasebo-terkontrol tunggal.
Dosis biasanya dititrasi dari 2 mg pada waktu tidur hingga 20 mg per hari,
dibagi menjadi tiga dosis. Sedasi adalah efek samping paling umum dari
agen ini.
Valproate
Valproate, antikonvulsi agonis asam gamma-aminobutyric (GABA), telah
dievaluasi untuk keberhasilannya pada migraine, dan sakit kepala harian
kronis. Efek samping yang paling sering dilaporkan adalah berat bertambah,
gemetaran, rambut rontok, dan mual.
Obat anti-inflamasi non steroid
Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID) secara luas diresepkan baik
sebagai terapi tambahan sakit kepala tension-type dan untuk profilaksis dari
migraine.
Toksin botulinum
Suntikan toksin botulinum pada otot kepala dan leher ditemukan efektif
untuk meredakan sakit kepalatension-type kronis pada pasien.
TERAPI AKUT
Pengobatan akut sakit kepala tension-type harian sulit. NSAID mungkin
berguna sebagai analgesik untuk sakit kepala harian.
Relaksan otot seperti chlorzoxazone, orphenadrine sitrat, carisoprodol, dan
metaxalone umumnya digunakan oleh pasien dengan sakit kepala tensiontype kronis, tetapi belum terbukti efektif untuk melegakan nyeri akut.
16
Sumatriptan telah dievaluasi pada beberapa studi sakit kepala tensiontype. Obat ini tidak lebih efektif daripada plasebo untuk serangan akut pada
pasien dengan sakit kepala tension-type kronis; namun, sakit kepala tensiontype episodik berat pada pasien bersama dengan migraine tampaknya
merespon terhadap agen ini.
Agen untuk mencegah. Benzodiazepine, kombinasi butalbital, kombinasi
kafein, dan narkotika harus dihindari, atau gunakanlah obat-obatan tersebut
dengan kontrol yang cermat, karena risiko habituasi dan sakit kepala
diinduksi-pengobatan.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Manajemen stres dengan menggunakan terapi perilaku-kognitif sama
efektif dengan menggunakan relaksasi atau biofeedback dalam mengurangi
sakit kepala tension-type.
Terapi non-farmakologi terutama berguna untuk pasien yang enggan untuk
minum obat karena efek samping sebelumnya dari obat-obatan, seiring
masalah medis, atau ada keinginan untuk hamil. Sementara biofeedback dan
terapi manajemen stres biasanya memerlukan rujukan ke psikolog.
Cluster Headache
a) Istirahat total dan mengurangi atau menghindari faktor pencetus
b) Abortif :
- Oksigen : diberikan 7 liter per menit selama 10 15 menit
- Ergotamin
: Lebih dianjurkan dalam bentuk sublingual atau
supositoris (sesuai dengan terapi migren)
c) Preventif
Yang dianjurkan adalah sbb :
Di bawah 30 tahun : Metilsergid 2 mg tablet dengan dosis 4 8 mg sehari
dalam dosis terbagi selama 3 6 bulan.
30 -45 tahun : Prednison 5 mg tablet dengan dosis 4 mg sehari dalam
dosis terbagi selama 5 hari dan selanjutnya tapering off untuk 3 minggu.
Di atas 45 tahun : Litium karbonat dengan dosis permulaan 300 mg dan
perlahan lahan dinaikkan sampai 600 1200 mg sehari dalam dosis
terbagi. Zat ini sangat toksik bila kadarnya dalam darah melebihi 1,2
mg/dL . (Harsono.2005)
Migraine
Pada saat serangan (abortif), obat yang digunakan al:
Analgesik biasa : aspirin dan parasetamol.
Non steroid anti-inflamatory drugs : ibuprofen,naproxen.
Ergotamine
Sumatriptan
Untuk profilaksis digunakan:
beta bloker : propanolol,metoprolol
calsium antagonis : verapmil, flunarisin
methylsergide, pizotifen dan amitriptilin
17
18
19
berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat
berupa analgesia. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini
baik, dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat
disembuhkan. Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat obatan analgesia seperti aspirin,
asetaminofen, dll yang berlebihan.
Migren
Komplikasi Migren adalah rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh
penggunaan obat obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang
berlebihan.
LI.3. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoform
DEFINISI
Gangguan somatoform ialah suatu kelompok gangguan ditandai oleh keluhan
tentang masalah atau simptom fisik yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab
kerusakan fisik (Nevid, dkk, 2005). Pada gangguan somatoform, orang memiliki
simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik, namun tidak ada
abnormalitas organik yang dapat ditemukan sebagai penyebabnya. Gejala dan
keluhan somatik
menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada
kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan.
Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau
gangguan buatan.
ETIOLOGI
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik
dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya
penurunan metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis
dan hemisfer non dominan (Kapita Selekta, 2001).
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut
(Nevid dkk, 2005) :
1. Faktor-faktor Biologis Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan
pengaruh genetis (biasanya pada gangguan somatisasi).
2. Faktor Lingkungan Sosial Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang
lebih bergantung, seperti peran sakit yang dapat diekspresikan dalam
bentuk gangguan somatoform.
3. Faktor Perilaku. Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat
adalah:
o Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar
dari situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan
(keuntungan sekunder).
o Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit
o Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau
gangguan dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan
kecemasan yang
diasosiasikan dengan keterpakuan pada
kekhawatiran akan kesehatan atau
kerusakan fisik yang
dipersepsikan.
20
KLASIFIKASI
Ada lima gangguan somatoform yang spesifik adalah:
1. Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai
banyak sistem organ.
2. Gangguan konversi ditandai oleh satu atau dua keluhan neurologis.
3. Hipokondriasis ditandai oleh fokus gejala yang lebih ringan dan pada
kepercayaan pasien bahwa ia menderita penyakit tertentu.
4. Gangguan dismorfik tubuh ditandai oleh kepercayaan palsu atau persepsi
yang berlebih-lebihan bahwa suatu bagian tubuh mengalami cacat.
5. Gangguan nyeri ditandai oleh gejala nyeri yang semata-mata
berhubungan dengan faktor psikologis atau secara bermakna
dieksaserbasi oleh faktor psikologis.
DSM-IV juga memiliki dua kategori
somatoform:
diagnostik residual
untuk gangguan
21
22
23
Catatan: yang berikut ini tidak dianggap merupakan gangguan mental dan
dimasukkan untuk mempermudah diagnosis banding.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan
Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan,
keluhan gastrointestinal atau saluran kemih)
Salah satu (1)atau (2)
1. Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang diketahui atau oleh
efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat,
atau alkohol)
2. Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik
atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah
melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratonium.
Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau
gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain
(misalnya gangguan somatoform, disfungsi seksual, gangguan mood,
gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura)
24
25
TATALAKSANA
1. Terapi farmakologis : terapi yang diberikan untuk kasus dengan gangguan
somatoform bersifat simtomatik sesuai dengan keluhan somatik pasien
dan dapat berupa : analgetika, relaksan otot, antasida. Bila ditemuka n
gejala depresi : tambahkan anti depresan bila ditemukan gejala anxietas
berikan anti anxietas,
2. Psikoterapi suportif
3. Terapi remedial / edukatif
4. Terapi keluarga
Gangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik,
perjanjian teratur, dan intervensi krisis.
Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi
dengan berbagai teknik. Strategi penatalaksanaan pada hipokondriasis
meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan psikoterapi.
Gangguan dismorfik tubuh diterapi dengan ikatan terapeutik,
penatalaksanaan stres, psikoterapi, dan pemberian antidepresan.
Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan
kembali tujuan terapi, dan pemberian antidepresan.
Antidepresan
Golongan
Anti depresan trisiklik
SSRIs (selective
serotonin
reuptake inhibitors
Mixed DA/NE reuptake
Inhibitor
MAO inhibitors
Mekanisme Kerja
Menghambat reuptake
5-HT/NE secara tidak
selektif
Menghambat secara
selektif reuptake 5-HT
Contoh
Amitriptilin, imipramin,
desipramin, nortriptilin,
klomipramin
Fluoksetin, paroksetin,
sertralin, fluvoksamin
Menghambat reuptake
DA/NE secara tidak
selektif
Menghambat aktivitas
enzim MAO
Trazodon, nefazodon,
mirtazapin, bupropion,
maprotilin, venlafaksin
Phenelzine,
tranylcypromine
26
dengan fitrah manusia. Karenanya Islam tidak melepaskan kendali naluri seksual
secara bebas yang dapat membahayakan diri manusia dan kehidupan
masyarakat. Islam telah membatasi hubungan khusus pria dan wanita hanya
dengan pernikahan. Dengan begitu terciptalah kondisi masyarakat penuh
kesucian, kemuliaan, sangat menjaga kehormatan setiap anggotanya, dan dapat
mewujudkan ketenangan hidup dan kelestarian keturunan umat manusia.
Tujuan Mulia Pernikahan dalam Islam
Islam memandang pernikahan bukan sebagai sarana untuk mencapai
kenikmatan lahiriah semata, tetapi bagian dari pemenuhan naluri yang
didasarkan pada aturan Allah (bernilai ibadah). Tujuannya sangat jelas, yaitu
membentuk keluarga yang sakinah (tenang), mawaddah (penuh cinta), dan
rahmah (kasih sayang) (QS. Ar-Rum [30] : 21). Dengan begitu, pernikahan akan
mampu memberikan kontribusi bagi kesatabilan dan ketentraman masyarakat,
karena kaum pria dan wanita dapat memenuhi naluri seksualnya secara benar
dan sah. Berbeda dengan pandangan Barat yang memandang interaksi dalam
bentuk pernikahan adalah hal yang kolot dan terbelakang. Dalam pandangan
mereka, kalau dapat memenuhi hasrat seksualnya dengan melacur, hidup
bersama tanpa nikah, dan sebagainya, maka hal itu sah saja. Akibatnya dalam
tatanan masyarakat Barat, lembaga pernikahan telah runtuh dan dipandang
sebagai pembelenggu kebebasan. Wajar jika kemudian praktek perzinaan secara
massal
(pelacuran),
perselingkuan,
perkosaan,
pelecehan
seksual,
homoseksualitas, lesbianisme, dan aborsi dianggap lumrah. Lebih dari itu,
pernikahan dalam Islam adalah bagian dari proses keberlangsungan generasi
manusia secara universal (QS. al-Hujurat [49] : 13). Kita dapat melihat, upaya
sebagian manusia untuk meruntuhkan dan menganggap rendah pernikaan,
berujung pada kegoncangan keluarga, orang takut atau kalau menikah takut
punya anak, praktek aborsi marak. Dalam level negara, kita lihat struktur
kependudukan (demografis) suatu bangsa dapat mengalami kekurangan atau
minim anak dan generasi muda serta overload generasi renta (kasus Perancis
dan Jerman). Ini jelas berbahaya bagi kelangsungan negara tersebut. Selain itu,
tingginya angka perceraian mendorong maraknya pola orangtua tunggal (single
parent).
MEMBINA KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH
Kriteria Memilih Isteri
a. Beragama Islam dan shalehah (QS. Al-Nis/4: 34)
Rasul Allh SAW bersabda, Perempuan dinikahi karena empat faktor:
Pertama, karena harta; Kedua, karena kecantikan; Ketiga, kedudukan;
dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih yang taat
beragama, engkau pasti bahagia. (HR. Bukhriy dan Muslim).
b. Berasal dari keturunan yang baik-baik
Rasul Allh SAW bersabda, Jauhilah oleh kamu sicantik yang beracun!,
lalu sahabat bertanya: Wahai Rasul Allh, siapakah perempuan yang beracun
itu? jawab Rasul Allh,Perempuan yang cantik tapi berada dalam lingkungan
yang jahat. (HR. Dr al-Quthniy).
c. Masih perawan
27
Diriwayatkan dari Jabir, Rasul Allh SAW bersabda, Sesungguhnya Rasul Allh
telah berkata kepadanya : Hai Jabir, apakah engkau kawin dengan perawan atau
dengan janda? Jawab Jabir: Saya kawin dengan janda. Kata beliau kepada
Jabir;
28
Seorang suami atau isteri harus tahu latar belakang pribadi masing-masing.
Karena pengetahuan terhadap latar belakang pribadi masing-masing adalah
sebagai dasar untuk menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah
seorang suami atau isteri tidak akan memaksakan egonya. Banyak keluarga
hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya seorang suami tetap bertahan
dengan keinginannya dan begitu pula isteri.
Seorang suami atau isteri hendaklah mengetahui hal-hal sebagai berikut :
a). Perjalanan hidup masing-masing,
b). Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami isteri berbeda suku dan atau
daerah),
c). Kebiasaan masing-masing,
d). Selera, kesukaan atau hobi,
e). Pendidikan,
f). Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari masing-masing, maupun
dari orang-orang terdekatnya, seperti orang tua, teman ataupun saudaranya,
dan yang relevan dengan ketentuan yang dibenarkan syari`at.
2. Saling Menerima
Suami isteri harus saling menerima satu sama lain. Suami isteri itu ibarat satu
tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si isteri suka
warna putih, tidak perlu ada penolakan. Dengan keredhaan dan saling
pengertian, jika warna merah dicampur dengan warna putih, maka akan terlihat
keindahannya.
3. Saling Menghargai
Seorang suami atau isteri hendaklah saling menghargai:
a. Perkataan dan perasaan masing-masing
b. Bakat dan keinginan masing-masing
c. Menghargai keluarga masing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah
jembatan menuju terkaitnya perasaan suami-isteri.
4. Saling Memercayai
Jika suami isteri saling mempercayai, maka kemerdekaan dan kemajuan
meningkat, serta hal ini merupakan amanah Allh.
5. Saling Mencintai
Suami isteri saling mencintai akan memunculkan beberapa hal seperti,
lemah lembut dalam bicara, selalu menunjukkan perhatian, bijaksana dalam
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R.I. 1993.Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III cetakan pertama. Direktorat Jenderal Pelayanan
MedikDepartemen Kesehatan RI : Jakarta
http://emedicine.medscape.com/article/1142908-overview#a0104
http://www.med.nyu.edu/pmr/residency/resources/general%20MSK%20and
%20Pain/headache%20tension_neuro%20clinics.pdf
http://www.who.int/mental_health/management/who_atlas_headache_disorders.p
df
ICSI.2011. Health Care Guideline : Diagnosis and Treatment of Headache
ISH Classification ICHD II ( International Classification of Headache Disorders)
available at http://ihs-classification.org/_downloads/mixed/ICHD-IIR1final.doc
Kaplan & Saddock. 1997.
Aksara
Mansjoer, Arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
Price, Sylvia dan Lorraine M.Wilson.Nyeri. Huriawati,dkk.Patofisiologi edisi
6.Jakarta : EGC.2003.
Sherwood, laura.Susunan Saraf Pusat.Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.2001;115-119.
31