DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
Oleh:
STIKes KEPANJEN
2021
LANDASAN TEORI
menerangkan suatu penyakit pada seseorang yang mengalami kejang rekuren non
metabolik yang disebabkan oleh suatu proses kronik yang mendasarinya (Price
2015). Kejang adalah suatu kejadian proksimal yang disebabkan oleh lepas
muatan hipersinkron abnormal dari suatu kumpulan neuro SSP. Kejang demam
(kejang tonik-klonik demam) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu mencapai >38°c). kejang demam dapat terjadi karena proses
berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun, paling sering pada anak usia 17-23 bulan
(Keliat, 2015).
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal di atas 38°c) yang disebabkan oleh proses ektrakranium (diluar
rongga tengkorak). Kejang tersebut biasanya timbul pada suhu badan yang tinggi
(demam). Demanya sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab, tetapi yang
paling utama adalah infeksi dan virus. Demam yang disebabkan oleh imunisasi
singkat, kurang dari 15 menit, umumnya berhenti sendiri, bentuk kejang umum
berlangsung singkat kurang dari 15 menit dan umumnya berhenti sendiri, kejang
di seluruh tubuh, kaku, tanpa gerakan disatu bagian tubuh. Kejang tidak berulang
dalam 24 jam, kejang demam sederhana merupakan 80 persen dari seluruh kejang
demam.
Sederhana terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38°c yang disebabkan oleh
proses ekstrakranial. Dimana kejang demam sering terjadi pada anak usia 6 bulan
hingga 5 tahun.
mengoordinasi sebagaian besar gerakan, perilaku dan fungsi tubuh. Sistem saraf
terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling berhubung dan vital untuk
perkembangan bahasa, pikiran dan ingatan. Unit terkecil dalam sistem saraf
adalah neuron yang diikat oleh sel – sel gelia. Fungsi sistem saraf adalah sebagai
Sistem saraf tersusun atas miliaran sel yang sangat khusus yang disebut sel
saraf (neuron). Setiap neuron tersusun atas badan sel, dendrit dan akson (neurit).
Badan sel merupakam bagian sel saraf yang mengandung nucleus (inti sel) dan
juga terdapat membran sel, nucleolus (anak inti sel), dan retikulum endoplasma.
badan nissl.
Pada badan sel terdapat bagian yang berupa serabut dengan penjuluran
pendek. Bagian ini disebut dendrit, dendrit memiliki struktur yang bercabang-
cabang (seperti pohon) dengan berbagai bentuk dan ukuran. Fungsi dendrit
Selain itu, pada badan sel juga terdapat penjuluran panjang dan
berperan dalam menghantarkan impuls dari badan sel menuju efektor, seperti otot
dan kelenjar. Walaupun diameter akson hanya beberapa mikrometer, namun
Agar informasi atau impuls yang dibawah tidak bocor (sebagai isolator),
akson dilindungi oleh selubung lemak yang kemilau. Kita bisa menyebutnya
Sementara itu, pada akson terdapat bagian yang tidak terlindungi oleh selubung
meilin. Bagian ini disebut nodus ranvier, yang berfungsi memperbanyak impuls
saraf pusat, yaitu otak (ensevalon) dan sum-sum belakang (medulla spinalis).
Ujung akson dari saraf sensorik berhubungan dengan saraf asosiasi atau
penghubung (intermediet).
2) Saraf motorik, mengirim impuls dari sistem saraf pusat keotot atau kelenjar
yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf
panjang terhadap sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf
motorik dengan sel saraf sensorik atau berhubungan dengan sel saraf lainnya
yang ada didalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls
saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk
urat
saraf. Sedangkan badan sel saraf, berkumpul membentuk ganglion atau
simpuls saraf.
3) Saraf asosiasi (penghubung), terdapat pada sistem saraf pusat yang berfungsi
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada didalam sistem saraf pusat.
Sel saraf asosiasi menerima impuls dari reseptor sensorik atau sel saraf
asosiasi lainnya.
Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi. Sel saraf yang sedang tidak aktif
mempunyai potensial listrik yang disebut potensial istirahat jika ada rangsangan,
aksi merambat dalam bentuk arus listrik yang disebut impuls yang merambat dari
sel saraf ke sel saraf berikutnya sampai ke pusat saraf atau sebaliknya. Jadi,
1) Sinapsis, dalam pelaksanaannya, sel-sel saraf bekerja bersam sama. Pada saat
datang rangsangan, impuls mengalir dari satu sel saraf ke saraf penghubung,
sampai ke pusat saraf atau sebaliknya dari pusat saraf ke sel saraf terus ke
mengimkan sinyal-sinyal listrik yang sangat kecil dan bolak balik, dengan
membawa informasi dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Sinya
dilakukan
neuron sensorik untuk menghantarkan impuls tersebut, yakni melalui
3) Macam-macam gerak, Gerakan biasa atau gerak sadar yaitu gerak yang
terjadi melalui serangkaian alur impuls, alur impuls tersebut dimulai dari
penghantar impuls kemudian dibawa ke saraf pusat yaitu otak untuk di otak.
menuju ke efektor dalam bentuk gerak yang disadari. Gerakan yang tidak
disadari atau gerakan refleks merupakan suatu reaksi yang bersifat otomatis
atau tanpa disadari. Impuls saraf pada gerak refleks melalui alur impuls
kemudian dibawa oleh neuron ke sumsum tulang belakang tanpa diolah oleh
1) Saraf pusat, seluruh aktivitas tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf
pusat. Sistem ini mengintegrasika dan mengolah semua pesan yang masuk
saraf motorik ke otot atau kelenjar. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan
belakang. Otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu otak depan, otak tengah, dan
perkembangan otak fase embrio. Otak pada manusia dewasa terdiri dari
belahan (hemiver) besar, yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Otak tengah
otak tengah manusia berbentuk kecil dan tidak terlalu mencolok. Didalam otak
tengah terdapat bagian-bagian seperti lobus optik yang mengatur gerak bola
terdiri atas dua belahan dan permukaanya berlekuk-leku. Otak belakang terdiri
dari tiga bagian utama yaitu: jembatan varol (pons varolli), otak kecil
2) Sistem saraf tepi, sistem saraf tepi (sistem saraf perifer) merupakan bagian
dari sistem saraf tubuh yang meneruskan rangsangan (impuls) menuju dan
dari sistem saraf pusat. Karena itu didalamnya terdapat serabut saraf
sensorik (saraf aferen) dan serabut saraf motorik (saraf eferen). Saraf kranial
merupakan saraf yang keluar dari permukaan dorsal otak. Saraf spinal ialah
semua saraf yang keluar dari kedua sisi tulang belakang. Masing-masing
saraf ini mempunyai karakteristik fungsi dan jumlah saraf yang berbeda.
membentuk simpul- simpul saraf dan di luar sistem saraf pusat. Beradasrkan
cara kerjanya sistem saraf tepi dibedakan menjadi dua yaitu: Sistem saraf
3) Sistem saraf tak sadar (saraf otonom), sistem saraf tak sadar disebut juga
saraf otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa diperintah oleh
sistem saraf
pusatdan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Berdasarkan sifat
kerjanya, sistem saraf otnom dibedakn menjadi dua yaitu saraf simpatik dan
yang panjang. Serabut pra-ganglion yaitu serabut saraf yang menuju ganglion
dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion.
ganglion yang tersebar diseluruh tubuh. Sebelum sampai pada organ serabut
saraf akan mempunyai sinaps pada sebuah ganglion seperti pada bagan
2.1.6 Klasifikasi
Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit, kejang fokal atau parsial satu
sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial dan kejang berulang 2 kali
1) Intrakranial:
2) Ekstrakranial:
6) Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
2.1.7 Etiologi
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu
populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga mengganggu fungsi normal
otak dan juga dapat terjadi karena keseimbangan asam bsa atau electrolit yang
terganggu. Kejang itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit
secara cepat yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya
kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin dapat
3) Tingginya suhu badan sebelum kejang, makin tinggi suhu sebelum kejang
demam dengan kejang, makan semakin besar resiko kejang demam berulang.
2.1.8 Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh mebran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+ ) dan sangat
sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-).
Akibat konsetrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsetrasi Na+ rendah,
sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konstrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofiologi dari
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari mebran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan
disertai apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontrasi otot
oleh metabolism anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas
Reaksi inflamasi
Perubahan konsetrasi ion diruang Kelainan neurologis
ekstraseluler perintal/prenatal
Proses demam
kejang klonik berlangsung 10 sampai dengan 15 menit, bisa juga lebih. Takikardi:
pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit. Pulsasi arteri melemah dan
tekanan nadi mengecil yang terjadi sebagai akibat menurunnya curah jantung.
walaupun mungkin berubah; fokus disatu bagian tetapi dapat menyebar kebagian
inkontenensia urin dan alvi; menggigit lidah; face pascaiktus, Absence adalah
Sering salah didiagnosa sebagai melamun, menatap kosong, kepala sedikit lunglai,
kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus postural tidak hilang,
mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai; cenderung singkat. Atonik
adalah Hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh
(drop attacks).
atau multiple dilegan, tungkai atau torso. Tonik dimana Peningkatan mendadak
tonus otot ( menjadi kaku, kontraksi), wajah dan tubuh bagian atas; fleksi lengan
dan ekstensi tungkai, Mata kepala mungkin berputar ke satu sisi Dapat
meningkatnya suhu pusat tubuh dan meningkatnya sel darah putih. Kemudian
kejang lanjutan 15-30 menit, menurunnya tekanan darah, menurunnya gula darah,
disritmia dan edema paru non jantung. Kejang berkepanjangan lebih dari 1 jam,
serebrum dan gangguan sawar darah otak yang menyebabkan edemam serebrum
(Price, 2006).
2.1.11 Pencegahan
Menurut Greene, et all (2005) anak yang mengalami panas tinggi dan
Basahi tubuhnya dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kearah
tenangkan dirinya.
2.1.12 Penatalaksanaan
obat yaitu:
saat kejang sangat efektif dalam menghentikan kejang. Dosis pemberian yaitu
5 mg untuk anak <3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun atau 5 mg
dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang. Diazepam tidak dianjurkan
diberikan IM karena tidak diabsorbsi dengan baik. Bila tetap masih kejang,
perlu.
diberikan 4 kali atau tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangkan efek
kali. Antikonvulsan yaitu berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap
8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang atau Diazepam
asam valproate denga dosis asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3
Indikasi untuk diberikan pengobatan rumatan adalah kejang lama >15 menit,
dalam 24 jam dan Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan
2.1.13 Komplikasi
yaitu:
dapat menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak
2) Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakkan atau
dengan kejang demam meliputi bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal
pungsi karena gejalah meningitis sering tidak jelas. Bayi antara 12 bulan – 1
meningitis.
3) Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.
4) Pemeriksaan foto kepala, CT-scan dan MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa
normal. CT scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk
2.2.1 Pengkajian
1) Anamanesis
demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh
berbagai sebab, tetapi yang paling utama adalah infeksi. Demam yang
demam.
>38 °c, pasien mengalami kejang dan bahkan pada pasien kejang
dari orang tuanya ada yang memiliki riwayat kejang demam sejak
kecil.
influenza.
2) Pemeriksaan fisik keadaan umum biasanya anak rewel dan selalu menangis,
compos mentis.
b. TTV (tanda-tanda vital) suhu tubuh biasanya >38 °c, respirasi untuk
anak 20-30 kali / menit, nadi pada anak usia 2 - 4 tahun 100 - 110 kali
/menit.
e. Mata, kedua mata simetris antara kiri dan kanan, sklera anemis dan
konjungtiva pucat.
g. Mulut, gigi lengkap dan tidak ada caries, mukosa bibir pucat dan
teraba. Perkusi, batas kiri jantung: ICS II kiri di line parastrenalis kiri
dup.
k. Abdomen, lemas dan datar, tidak ada kembung, tidak ada nyeri tekan.
l. Anus, biasanya tidak terjadi kelainan pada genitalia dan tidak ada
lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9-7. Stupor (spoor
terhadap nyeri, nilai GCS: 6-4. Coma (comatose), yaitut idak biasa
respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pada autoerotik atau daerah kemaluan. Menurut Freud, pada fase ini
tahap ini saya merasa dekat dengan kedua orangtua, termasuk ayah.
sehingga jarang bertemu. Saat itu saya sempat berpikir “kenapa ayah
perasa. Dari
perilaku mengidentifikasikan diri dengan ibu, saya dapat memahami
(2) Teori perkembangan menurut Erik Erikson. Otonomi, malu dan ragu-
ragu, masa bayi (1-3 tahun), anak cenderung aktif dalam segala hal.
diri membuat anak memiliki kemauan yang baik dan bangga yang
tehadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentanan respon dari
diidentifikasi.
2) Resti atau resiko tinggi. Menurut SDKI, diagnosa keperawatan resiko tinggi
terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan actual atau resiko tinggi yang
Adapaun diagnosa keperawatan yang muncul menurut buku SDKI, SLKI, dan
otak.
2.2.3 Perencanaan
preventif, kuratif, dan rehabilitasi sesuai wewenang, tanggung jawab, etika profesi
demam yaitu:
Kriteria hasil: suhu dalam batas normar 36°c-37°c, nadi dan RR dalam rntang
Intervensi:
keperawatan selanjutnya.
kurang.
tubuh.
pakaian.
tinggi.
kejang.
Intervensi:
(1) Jelaskan pada keluarga akibat-akibat yang terjadi saat kejang berulang
(lidah tergigit)
tidur.
Rasional: sebagai pengatur gerak motorik dalam hal ini anti konvulsan
otak
Kriteria hasil: tekanan darah sistolik dalam batas normal, kekuatan nadi
Intervensi:
(4) Monitor tekanan darah pada saat klien berbaring , duduk dan
Kriteria hasil: Ibu klien dapat mejelaskan secara singkat tentang KDS, Ibu,
Intervensi:
(1) Kaji tingkat pengetahuan ibu klien tentang proses penyakit anaknya.
anaknya.
(2) Jelaskan pada ibu klien tentang pengertian, tanda dan gejalah, penyebab,
Rasional: agar ibu klien dapat mengetahui tentang tanda dan gejalah,
belum dimengerti
diberikan informasi.
Kriteria hasil:
Intervensi:
klien.
2.2.4 Implementasi
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan dari hasil keputusan bersama, seperti dokter
2.2.5 Evaluasi
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi
menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari
DEPARTEMEN
KEPERAWATAN ANAK
Oleh:
STIKes KEPANJEN
2021
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. “R” No Reg : 120755
Usia : 1 th, 10 bl, Tanggal MRS : 20.04.2021
Nama orang tua : Ny. D Tanggal Pengkajian : 21.04.2021
Pekerjaan orang tua : IRT
Alamat : Poncokusumo
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMA
Diagnosa Medis : KDS
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Anak R demam sekitar sudah satu hari, batuk dan pilek sudah 3
hari dan kejang satu kali di IGD
b. Saat Pengkajian : Anak R demam sudah satu hari, batuk dan pilek sudah 3 hari
= Laki-laki
= Perempuan
= klien
= Garis perkawinan
= Garis keturunan
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : lemah
b. Tanda-tanda Vital :
Nadi 125x/mnt
SPO2 98%
RR 27x/mnt
S 39°c
BB 10 kg
Pemeriksaan Kepala : simetris, tidak ada luka atau benjolan pada kepala, rambut
hitam dan tipis
c. Pemeriksaan Leher : simetris, tidak ada bendungan vena jugularis
d. Pemeriksaan Thorax
1) Jantung : bentuk dada cembun, ronki () wheezing (+)
2) Paru : hyperpnoea hiperventilasi : napas cepat
3) Mammae : Bentuk normal tidak ada kelainan
4) Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Eritrosit 3.9 10^6/uL 3.5 – 5.5
Hemoglobin 11.8 g/Dl 11.4 – 15.1
hematokrit 26.7 % 38 – 42
MCV 68.0 fL 82 – 92
MCH 30.3 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 44.3 % 32.0 – 37.0
RDW-CV 15.6 % 11.0 – 17.0
RDW-SD 40.1 Fl 37.0 – 49.0
Trombosit 397,000 10/uL 150000 – 450000
Lekosit 11,600 Sel/uL 4.700 – 11.300
Hitung jenis
Neutrofil 68.3 % 40.0 – 73.0
Limfosit 29.0 % 15.0 – 45.0
Monosit 4.0 % 4.0 – 12.0
Eosinofil 0.6 % 0.5 – 7.0
Basophil 0.2 % 0.0 – 2.0
LIC 0,7 % 0.0 – 1.0
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu 120 mg/dL <200
IMUNOSEROLOGI
Anti SARS-CoV-2 IgG/IgM
Anti SARS-CoV-2IgG Non reaktif NEGATIF
10. TERAPI
1. Ivfd NS 14 tpm makro
2. Iv Diazepum IV 3.5 ms
3. Iv norages 3x100 mg
4. Paracetamol 4x5cc
11. KESIMPULAN
An. R dengan diagnosa KDS (kejang demam), kejang satu selama MRS di IGD durasi kurang
lebih 2 menit, masih demam, batuk, dan pilek
( )
ANALISA DATA
Nama : An. R
Usia : 1 Tahun 10 Bulan
No Reg : 120755
DS : D.0143 Kejang
DO :
Nadi 125x/mnt
SPO2 98%
RR 27x/mnt
S 39°c
BB 10 kg
2. DS : D.0111 kurang minat dalam belajar
Nama : An R.
Usia : 1 tahun 10 Bulan
No Reg : 120755
Nama : An. R
Usia : 1 tahun 10 bulan
No Reg : 12075