Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN NY.

E DENGAN
G2P1001AB000 UK 36-37 DENGAN INPARTU KALA I FASE
AKTIF+KPD+FETAL DISTRESS
DI RUANG KABER RUMAH SAKIT UMUM MITRA DELIMA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun Oleh:
Fara Dian Nur Firdaus
(21.30.014)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

FETAL DISTRESS

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi Fetal Distres dan KPD
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim (Mitayani, 2011).
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguan
oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), sub akut
(kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi).
Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang
secara serius, yang mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal distress)
terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis. Ketidakpastian dalam
diagnosis gawat janin yang didasarkan pada interpretasi pola frekuensi denyut
jantung janin menyebabkan munculnya istilah-istilah deskriptif misalnya "reassuring"
(meyakinkan) atau "nonreassuring" (meragukan, tidak meyakinkan). Gawat janin
juga umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan
penyelamatan akan berakibat buruk yaitu menyebabkan kerusakan atau kematian
janin jika tidak diatasi secepatnya atau janin secepatnya dilahirkan. Hipoksia ialah
keadaan jaringan yang kurang oksigen, sedangkan hipoksemia ialah kadar oksigen
darah yang kurang. Asidemia ialah keadaan lanjut dari hipoksemia yang dapat
disebabkan menurunnya fungsi respirasi atau akumulasi asam (Muctar, 2013).
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early premature of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum terdapat tanda
persalinan yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan pada multipara
kurang dari 5 cm. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
sebelum pembukaan 5 cm.
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada
saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2011). Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu
satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan
aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak.
2. Etiologi Fetal Distres
a. Penyebab fetal distress (manuaba, 2011) adalah :
1) Kelainan pasokan plasenta : solutio plasenta, plasenta previa, postterm,
prolapsus tali pusat, lilitan tali pusat, pertumbuhan janin terhambat,
insufisiensi plasenta, kompresi tali pusat.
2) Kelainan arus darah plasenta : hipotensi ibu, hipertensi, kontraksi hipertonik,
Saturasi oksigen ibu berkurang: hipoventilasi, hipoksia, penyakit jantung.
b. Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut
1) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah abnormal dan uterus
dalam keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi sirkulasi utero
plasenta, ketika kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia uterus.
2) Kompresi tali pusat
Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi darah fetus dan dapat
mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan pada prolapsus, lilitan talu
pusat.
3) Kondisi tali pusat
Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal ini berhubungan dengan
kelainan fetus.
4) Depresi pusat pada sistem pernafasan
Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir sebagai akibat pemberian
analgetika pada ibu dalam persalinan dan perlukaan pada proses kelahiran
menyebabkan hipoksia.
c. Faktor yang mempengaruhi fetal distress kronis. Fetal distress kronis berhubungan
dengan faktor sosial yang kompleks.
1) Status sosial ekonomi rendah
Hal ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Status
sosial ekonomi adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan tetapi juga
kekurangan pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.
2) Umur maternal
Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35 tahun merupakan umur
resiko tinggi.
3) Merokok
Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan menyebabkan penurunan aliran
darah uterus dimana karbonmonoksida mengurangi transport oksigen.
4) Penyalah gunaan obat terlarang
Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan berhubungan dengan banyak
komplikasi meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan preterm yang semuanya
meningkatkan resiko kematian perinatal.
5) Riwayat obstetrik yang buruk
Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm atau lahir mati berhubungan
dengan resiko tinggi pada janin dalam kehamilan ini.
6) Penyakit maternal
Kondisi yang meningkatkan resiko fetal distress kronis dapat mempengaruhi
sistem sirkulasi maternal dan menyebabkan insufisiensi aliran darah dalam
uterus seperti: Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi kronik,
diabetes, penyakit ginjal kronis. Sedangakan faktor yang mempengaruhi
penurunan oksigenasi arteri maternal seperti: penyakit skle sel, anemia berat
(Hb kurang dari 9% dl atau kurang), penyakit paru-paru, penyakit jantung,
epilepsi (jiak tidak terkontrol dengan baik), infeksi maternal berat. Kondisi
tersebut meliputi insufisiensi plasenta, post matur, perdarahan antepartum
yang dapat mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
7) Kondisi plasenta
Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur, perdarahan
antepartum yang dapat mengakibatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini
mengakibatkan pengurangan suplai oksigen ke fetus.
8) Kondisi fetal
Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan incompatibilitas resus
yang meningkatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini meningkat pada
kehamilan ganda.
9) Faktor resiko inta partum
Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko fetal
distress, yaitu: malpresentasi seperti presentasi bokong, kelahiran dengan
forcep, SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi anastesi
(meliputi: hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau partus lama

3. Anatomi Fisiologi
a. Genetalia Eksterna (vulva)
Yang terdiri dari:
1) Tundun (Mons veneris): Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa
pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis
2) Labia Mayora: Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.
Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia
mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa
à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara
à kedua labia mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora: Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang
lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil
ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
4) Klitoris: Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans,
corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi): Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna,
introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid
ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi
masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen
6) Himen (selaput dara): Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis
ini yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-
masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi
ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat
dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior
7) Perineum (kerampang): Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang
lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus.
Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani
b. Genetalia Interna

1) Vagina: Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim


dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus
sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut portio
2) Uterus: Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas
tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus
seperti bola lampu dan gepeng.
a) Korpus uteri : berbentuk segitiga
b) Serviks uteri : berbentuk silinder
c) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
3) Tuba Fallopii: Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm
dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat
pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk
blastula yang siap melakukan implantasi.
4) Ovarium: Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.
Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam
ovariumnya, bila habis menopause (Manuaba, 2010).
4. Klasifikasi Fetal Distres
Jenis gawat janin menurut muchtar (2013) yaitu :
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
b. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik
atau kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah
mengungkapkan patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman
pemantauan jantung janin. Kejadian yang dapat menimbulkan gawat janin
iatrogenik adalah:
1) Posisi tidur ibu: Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta
dan Vena Kava sehingga timbul Hipotensi.Oksigenisasi dapat diperbaiki
dengan perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.
2) Infus oksitosin: Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat
kerap, maka relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus
darah uterus mengalami kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi.
Pengawasan kontraksi harus ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti
kontrkasi fisiologik.
3) Anestesi Epidura: lBlokade sistem simpatik dapat mengakibatkan
penurunan arus darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus.
Obat anastesia epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung
janin yaitu berupa penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi
lambat. Diperkirakan ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap
otot jantung janin dan vasokontriksi arteri uterina.
c. Gawat janin sebelum persalinan
1) Gawat janin kronik: Dapat timbul setelah periode yang panjang selama
periode antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal
dan normal terganggu.
2) Gawat janin akut,yaitu suatu kejadian bencana yang tiba – tiba
mempengaruhi oksigenasi janin.
d. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung
janin kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada
kontraksi uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam
laktat dengan pH janin yang menurun.
5. Patofisiologi Fetal Distres
Kontrol fisiologis dari fetal distress dilihat dari denyut jantung janin yang
dipengaruhi oleh aliran darah dan atau oksigenasi. Pada kasus insufisiensi plasenta
kronik terjadi gangguan mekanisme kontrol fisiologis denyut jantung janin yang
disebabkan oleh penurunan kadar oksigenasi pada janin. Pada kasus akut seperti
prolaps tali pusat, penurunan aliran darah ke janin lebih berperan dalam proses
terjadinya fetal distress. Selain itu proses persalinan normal juga berperan dalam
terjadinya fetal distress. Penurunan aliran darah dan atau oksigenasi ke janin akan
mengakibatkan terjadinya hipoksia janin. Keadaan ini akan meningkatkan kadar CO 2
dan penurunan kadar O2di dalam tubuh janin.
Berkurangnya kandungan oksigen dalam darah (hipoksemia) akan merangsang syaraf
simpatis, sehingga akan menimbulkan takikardi. Bila kondisi hipoksemia tidak
teratasi dan berlanjut jadi hipoksia, akan menyebabkan perubahan aktivitas biofisik.
Menurut Manuaba (2011), respon biofisik terhadap kondisi hipoksia terbagi menjadi
2 kategori yaitu pertama respons akut/intermediat (yakni perubahan atau hilangnya
aktivitas yang diregulasi oleh sistim syaraf pusat/SSP), dan kedua respons kronik
(yakni berkurangnya produksi air ketuban/ oligohidramnion, gangguan pertumbuhan,
dan meningkatnya risiko komplikasi neonatal).
6. Pathway Fetal Distres
Malpresentasi janin Riwayat KPD
Infeksi bakteri vaginosis Gemeli/hidramnio
(letak sungsang/ lintang sebelumnya Pekerjaan
n

Ketegangan rahim Kelelahan


Penurunan kandungan kolagen
meningkat dalam membrane amnion

Lemahnya
KPD (Ketuban Pecah Dini) karion amnion

Ansietas
Cairan amnion merembes dari
jalan lahir

Terjadi perubahan flora Tali pusat terdorong


normal di vagina menjadi Oligohidramnion
ke arah vagina
bakteri patogen

Terhambatnya Fetal distress Hipoksia dan afiksia


Infeksi&inflamasi
pertumbuhan janin
umbilical cord

Cacat/deformitas janin Gangguan pertukaran gas


Risiko infeksi pada janin

Kelahiran premature

Risiko gangguan
hubungan ibu/janin
7. Tanda dan gejala Fetal Distres
a. Gerakan janin menurun DJJ abnormal :
1) Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit
Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan
adanya kegawatan janin.
2) Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang
dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu
tidak mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan adanya
anval hipoksia
b. Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak
bertambah besar. Uterus yang lebih kecil daripada umur kehamilan yang
diperkirakan memberi kesan retardasi pertumbuhan intrauterin atau
oligohidramnion.
c. Riwayat dari satu atau lebih faktor-faktor risiko tinggi, masalah-masalah obstetri,
persalinan prematur atau lahir mati dapat memberi kesan suatu peningkatan risiko
gawat janin. Faktor-faktor risiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, isoimunisasi Rh
dan penyakit ginjal.
d. Mekoneum: Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban
yang sedikit (Prawiroharjo, 2010).
8. Komplikasi Fetal Distres
Hipoksi dan asidosis yang terjadi pada fetal distress dapat menyebabkan kematian
pada janin. Selain itu, keadaan ini bisa menimbulkan kerusakan pada otak janin.
Berdasarkan penelitian Rochtar (2004) dalam prawiroharjo (2010) pada spesies
primata, oklusi tali pusat menunjukkan gambaran nekrosis pada otak janin yang
semakin berat sesuai dengan tingkat oklusi dan lama oklusi yang terjadi.
9. Pemeriksaan diagnostik Fetal Distres
a. USG (Ultrasonographi): Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta
tapi apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
b. Sinar X: Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagianbagian tubuh dari janin.
c. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan laborat yaitu ada hemoglobin dan
hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.
d. Pengkajian vaginal: Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi
seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan
ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada
vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek
kelahiran secara cesar.
e. Isotop Scanning: Atau lokasi penempatan placenta. Yaitu untuk mengetahu letak
atau posisi plasenta (Manuaba, 2011).
10. Penatalaksanaan medis Fetal Distres
Prinsip penatalaksanaan fetal distress adalah:
a. Meningkatkan oksigenasi janin dan aliran darah uteroplasenta
b. Menurunkan aktivitas kontraksi uterus
c. Membebaskan kompresi tali pusat
d. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau terminasi kehamilan
merupakan indikasi. Rencana kelahiran didasarkan pada faktor-faktor etiologi,
kondisi janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Bentuk intervensi:
1) Merubah posis ibu dari terlentang menjadi miring, sebagai usaha untuk
memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan aliran darah
uteroplasental. Perubahan dalam posisi ini juga dapat membebaskan
kompresi tali pusat.
2) Pemberian oksigensi yang adekuat kepada ibu dengan nonrebreathing mask
sebanyak 5-10 L/menit, sebagai usaha meningkatkan penggantian oksigen
fetomaternal.
3) Pemberian cairan intra vena 500-1000 ml Ringer Laktat dalam waktu > 20
menit.
4) Menurunkan frekuensi kontraksi uterus dengan menghentikan pemberian
oksitosin atau prostaglandin. Hal ini dilakukan karena kontraksi uterus akan
mengganggu sirkulasi darah keruang intervilli.
5) Memberikan tokolitik sesuai rekomendasi American
College of
Obstetricians and Gynecologist tahun 2013, seperti injeksi terbutalin sulfat
subkutan 0,25 mg atau injeksi nitrogliserin intravena dosis rendah 60-180
μg.
e. Pemantauan DJJ, untuk gawat janin saat persalinan:
1) Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ selama persalinan: 8
a) Setiap 15 menit selama kala I
b) Setiap setelah his pada kala II
c) Hitung selama satu menit bila his telah selesai
2) Kasus resiko tinggi – penggunaan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan dengan penyediaan sarana pemeriksaan pH darah janin
(muchtar, 2013).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi: hipertensi, terdapat perdarahan vagina
b. Integritas ego: dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
c. Makanan cairan: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, dan edema sebagai
tanda-tanda hipertensi karena kehamilan
d. Nyeri/ketidaknyamanan: distosia, persalinan lama/disfungsional, kegagalan
induksi, terdapat nyeri tekan uterus.
e. Keamanan: penyakit hubungan seksual aktif, prolaps tali pusat, distres janin,
ancaman kelahiran janin yang prematur, presentasi bokong dengan versi sefalik
eksternal yang tidak berhasil, ketuban pecah selama 24 jam atau lebih lama,
adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal atau jantung serta
infeksi asendens.
f. Seksualitas: disproporsi sefalopelvik, kehamilan multiple atau gestasi, melahirkan
secara bedah uterus atau servik sebelumnya, tumor yang menghambat pelvis.
g. Penyuluhan/pembelajaran: kelahiran caesar yang tidak direncanakan, dapat
memengaruhi kesiapan dan pemahaman ibu terhadap prosedur (Mitayani, 2011).
2. Diagnosis keperawatan
a. Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan, harapan, regimen
pascaoperasi yang berhubungan dengan kurang pemahaman tidak mengenal
informasi, kesalahan interpretasi
b. Ansietas yang berhubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri, ancaman
yang dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin
transmisi interpesonal.
c. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketubah,
kerusakan kulit, penurunan HB (Mitayani, 2011).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kriris situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin transmisi interpersonal
Tujuan: ansietas pada ibu dapat teratasi
Kriteria hasil:
1) Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin
2) Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesar
3) Klien tampak benar-benar rileks
4) Menggunakan sumber pendukung dengan efektif Intervensi:
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
2) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan
3) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati
4) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin
5) Anjurkan ibu pasangan mengungkapkan perasaan
6) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan
b. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan HB
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Klien bebas dari infeksi
2) Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi:
1) Tinjau ulang kondisi faktor risiko yang ada sebelumnya
2) Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah
pecah
3) Catat HB dan HT catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
4) Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada pra-operasi 5) Kaji
terhadap tanda dan gejala infeksi (mitayani, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B.G. 2010. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: Penerbit
EGC
Manuaba, I.B. 2011. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Muctar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. 3rd. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba medika
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2010. Ilmu Kandungan Edisi 2.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. E DENGAN G2P1001AB000
UK 36-37 DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF+KPD+FETAL
DISTRESS
DI RUANG KABER RUMAH SAKIT UMUM MITRA DELIMA

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun Oleh:
Fara Dian Nur Firdaus
(21.30.014)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2021
ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS

Nama Mahasiswa : Fara Dian N. Firdaus Tempat Praktik: R. Kamar Bersalin


NIM : 2130014 Tgl. Praktik : 25 Oktober 2021

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E No Reg : 138437
Usia : 24 Th Tanggal MRS : 17 Oktober 2021
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 18 Oktober 2021
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku : Jawa
Agama : Islam
Nama Suami : Tn. F
Usia : 30 Th
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Turen
Diagnosa Medis : G2P1001Ab000 dengan prologed fase aktif+KPD>6jam+Fetal
distress

2. Keluhan Utama
Klien mengatakan kenceng-kenceng

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien datang ke IGD rujukan dari PKM Turen pada tanggal 25 Oktober 2021 dengan
keluhan kenceng-kenceng sejak tanggal 24 Oktober jam 06.00, ketuban pecah warna
kehijauan tanggal 24/10/21 jam 13.00, dirujuk karena tidak ada kemajuan persalinan.

4. Riwayat Obstetri
Amenorhea : - Teratur/tidak : Teratur
Menarche : saat usia 12 tahun Dismenorhea : Tidak Nyeri haid
Lama : 1 Mingu Fluor Albus : Keputihan bening dan tidak
gatal
Siklus : 28 hari
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
No Tahun Tipe Jenis BB Kondisi Masalah
Persalinan Kelamin Bayi Kehamilan
1 Usia 6th NP Perempuan 3.1kg Normal -
2 Hamil ini

6. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Riwayat kehamilan ini : G2P1001Ab000
b. HPHT : 20/02/2021 HPL: 16/11/2021
c. Usia Kehamilan : 36 Minggu
d. Keluhan hamil muda : mual pada trimestre pertama
e. ANC 2 x di Puskesmas
f. Terapi yang diberikan Tablet Fe
7. Riwayat KB
KB suntik 3 bulanan.
8. Riwayat Pernikahan
Usia 10 tahun berapa kali 1
Jarak perkawinan dan kehamilan pertama 1bln
9. Riwayat Psikososial & Keluarga
- Lingkungan dan sosial
Pasien mengatakan sehari-hari bertugas mengurus rumah, rumah terletak dipinggir
jalan yang tidak terlalu besar sehingga hanya terpapar debu rumah, pasien mengatakan
jika dirumah suaminya merokok. Kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, dan
pasien mengatakan ia sering bersosialisasi dan mengikuti kegiatan di masyarakat.
- Spiritual
Pasien mengatakan beragama islam dan menjalankan ajaran agama yang dianut.
Pasien mengatakan selalu bersyukur dengan yang dimiliki.
10. Pola Aktifitas
Kebutuhan Dasar Sebelum MRS Saat MRS
Cairan & Makanan Pasien makan 1 hari 3-4x Klien terakhir makan tadi
minum air 4-5 gelas/hari malam, hari ini saat puasa
karena rencana operasi
Eliminasi Pasien BAB 1 kali/hari, Pasien belum BAB sejak
BAK kurang lebih 7 MRS, BAK 2 kali
kali/hari.
Istirahat & Tidur Klien biasa tidur 7-8 Klien tidak bisa tidur
jam/hari karena Nyeri bagian perut.
Tidur hanya kurang lebih 4
jam
Personal Hygiene Kliene biasa mandi 2 kali Klien seka 1kali sehari
sehari
Aktivitas Klien beraktivitas secara Aktivitas pasien dibantu
mandiri oleh keluarga

11. Data Objektif


a. Keadaan Umum
- Kesadaran : composmentis
- TTV : TD: 90/77mmHg Nadi: 139x/menit S: 370C
RR: 20 SpO2: 98% dengan nasal 4lpm (Djj:
163x/mnt)
- TB/BB : Tidak dikaji
b. Pemeriksaan Fisik
- Kepala :
Bentuk : bulat Massa : tidak ada
Distribusi rambut : Hitam Warna kulit kepala: sawo matang
- Mata :
Bentuk : Bulat Konjungtiva : ananemis
Pupil : ( √) reaksi terhadap cahaya (√) Isokor
Fungsi penglihatan : (√) Baik ( ) Kabur
Penggunaan alat bantu : ( ) Ya (√ ) Tidak
Pemeriksaan mata terakhir : -
Riwayat Operasi : (-)
- Hidung :
Bentuk: Simetris Warna : Sawo matang
Pembengkakan : (-) Nyeri tekan : (-)
Perdarahan : (-) Riw. Alergi : (-)
Penyakit yg pernah terjadi : (-)
- Mulut dan Tenggorokan :
Warna bibir : Coklat
Mukosa : Lembab Lesi : Tidak ada
Massa : (-) Warna Lidah : merah muda
Perdarahan gusi : (-) Karies : (-)
Kesulitan menelan : (-) Sakit tenggorok : (-)
Gangguan bicara : (-)
- Telinga :
Bentuk : Simetris Warna : Sawo matang
Lesi : (-) Massa : (-) Nyeri : (-)
Pendengaran : Normal Alat bantu pendengaran : (-)
- Leher :
Kekakuan : (-) Nyeri/Nyeri tekan : (-)
Benjolan/massa : (-) Keterbatasan gerak : (-)
- Dada :
Bentuk : Simetris Pergerakan Dada : dinding dada normal
Nyeri/nyeri tekan : (-) Massa : (-) Peradangan : (-)
- Jantung :
Perkusi : Pekak (tidak ada suara tambahan)
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan (lup dup)
Ictus Cordis : ICS V ( Tidak mengalami pembesaran )
- Paru :
Inspeksi : Simestris
Perkusi : Sonor
Palpasi : Vocal Vermitus
Auskultasi : Tidak ada suara nafas tambahan (vesikuler)
Ronchi : (-) Wheezing : (-)
- Payudara Dan Ketiak :
Benjolan/massa : (-) Nyeri/nyeri tekan : (-)
Bengkak : (-) Kesimetrisan : (-)
Edema : (-) Lesi : (-)
- Abdomen :
Inspeksi : Terdapat linea nigra
Palpasi : TFU 30
Leopold I: bokong
Leopold II: puki
Leopold III: kepala
Leopold IV: kepala sudah masuk pap
Auskultasi : Bising usus 8kali/menit
DJJ: 163
- Genetalia : Tidak terpasang kateter
VT portio 4cm eff 25%
- Ekstremitas :
Atas :Terpasang infus pada tangan sebelah kiri
Bawah : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada varises, kaki oedem
Kekuatan otot :
5 5
5 5
Keterangan Kekuatan Otot :
1 : Paralisi, Tidak ada kontraksi otot sama sekali
2 : Teraba dan terlihat getaran kontraksi otot tetapi tidak ada gerakan sama sekali
3 : Dapat menggerakkan anggota gerak tanpa gravitasi
4 : Dapat menggerakkan anggota gerak untuk menahan berat (gravitasi)
5 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan minimal
6 : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif dan melawan tahanan dengan maksimal
(kekuatan normal)
c. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium.USG : Terlampir
Hasil Laboratorium Ny. E
Tanggal : 17 Oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 13.8 g/dL 13.4 – 17.7
Hematokrit 41.4 % 38-42
Lekosit 14.790 Sel/uL 4.300 – 10.300
Eritrosit 5.1 10^6/uL 3.5 – 5.5
Trombosit 232.000 /uL 150.000 – 450.000
MCV 80.7 ulm^3 82 – 92
MCH 27 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 33.4 % 32.0 – 37.0
RDW-CV 12.3 % 11.0 – 17.0
RDW-SD 43.7 ulm^3 37.0-49.0
Hitung Jenis
Neutrofil 89.2 % 40.0-73.0
Limfosit 4.9 % 15.0 – 45.0
Monosit 5.6 % 4.0 – 12.0
Eosinofil 0.2 % 0.5-7.0
Basofil 0.1 % 0.0-2.0
LIC 0.6 % 0.0-1.0
HEMOSTASIS
PT Pasien 14.6 detik 11-18
INR 0.97 detik 0.8-1.2
APTT Pasien 31.5 detik 27-42
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 112 mg/dl < 200
IMUNOSEROLOGI
SARS-CoV-2 Antigen Negatif Negatif

d. Terapi
Infus RL 20tpm
Ceftriaxone 1x1g
Ketorolac 1x30mg
Piralen 1x5mg
ANALISA DATA
Nama : Ny. E No Reg : 138437
Usia : 24 Tahun
No Data Pendukung SDKI Etiologi
1. DS : Nyeri melahirkan Nyeri melahirkan b/d
Pasien mengatakan nyeri b.d dilatasi dilatasi serviks
25/10/21 pada perut bagian bawah serviks d.d
- P : Nyeri semakin berasa mengeluh nyeri Kontraksi uterus
Ketika digunakan miring (D.0077)
atau bergerak. Dilatasi serviks (PO:
- Q: Rasanya sakit seperti 4cm)
ditusuk-tusuk
- R: Rasa sakitnya berfokus Nyeri Melahirkan
pada satu titik, di perut
saja
- S: Skala nyeri pasien 5
dari 1-10
- T: Nyeri hilang timbul

DO:
- Klien tampak meringis
nyeri kesakitan
- Tampak tidak nyaman dan
dibantu keluarga untu
menggosok perutnya
- TD: 90/77mmHg
- Nadi: 139x/menit
- S: 370C
- RR: 20
- SpO2: 98% dengan nasal
4lpm
- VT portio 4cm eff 25%
2. DS: Klien mengatakan dan Risiko infeksi b.d Faktor Predisposisi
25/10/21 merembes sejak kemarin. ketuban pecah
DO: sebelum waktunya KTD
- Rembesan ketuban (D.0142)
berwarna hijau Tidak adanya
- Usia kehamilan belum pelindung daerah
cukup bulan (kelahiran Rahim dari luar
premature)
- SpO2: 98% dengan Mudahnya
nasal 4lpm mikroorganisme
- Djj: 163x/mnt masuk
- Leukosit: 14.790
Risiko infeksi
3. Ds: Pasien mengatakan Ansietas b.d Gravida
25/10/21 cemas keluar cairan dan ancaman terhadap
gelisah akan dilakukannya konsep diri d.d Ketuban pecah
operasi SC. merasa khawatir
Do: Pasien tampak tampak dengan akibat dari Air ketuban terlalu
gelisah dan bingung kondisi yang banyak keluar
- TD: 90/77mmHg dihadapi dan
- Nadi: 139x/menit tampak gelisah Kecemasan ibu
- S: 370C (D.0080) terhadap
- RR: 20 keselamatan janin
- SpO2: 98% dengan nasal dan dirinya
4lpm
Ansietas

DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)


NO SDKI
1. Nyeri melahirkan b.d dilatasi serviks d.d mengeluh nyeri (D.0077)
2. Risiko infeksi b.d ketuban pecah sebelum waktunya (D.0142)
3. Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri d.d merasa khawatir dengan
akibat dari kondisi yang dihadapi dan tampak gelisah (D.0080)
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri Tujuan : Manajemen Nyeri (I.08238)
melahirkan b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Definisi : Mengidentifikasi dan

dilatasi serviks selama 1x24 jam diharapkan tingkat mengelola pengalaman sensorik
nyeri menurun. Dengan kriteria hasil: atau emosional yang berkaitan
d.d mengeluh
SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) dengan kerusakan jaringan atau
nyeri (D.0077)
No Indikator 1 2 3 4 5 fungsional.
1B Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri  Observasi
2C Frekuensi 1 2 3 4 5 - Identifikasi lokasi,
nadi
Keterangan: karakteristik, durasi,
B: frekuensi, kualitas,
1 : Meningkat
2: Cukup meningkat intensitas nyeri.
3 : Sedang
- Identifikasi skala nyeri
4 : Cukup menurun
5 : Menurun - Identifikasi factor yang
C: memperberat dan
1 : Memburuk meringankan nyeri
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang - Monitor efek samping
4 : Cukup membaik
5 : Membaik penggunaan analgetik
 Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(relaksasi napas dalam)
- Fasilitas istirahat dan
tidur
 Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic
2. Risiko infeksi Tujuan : Perawatan Kehamilan Resiko
b.d ketuban Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tinggi (I.14560)

pecah sebelum selama 1x24 jam diharapkan tingkat  Observasi


infeksi menurun. Dengan kriteria hasil:
waktunya - Identifikasi factor
SLKI: Tingkat Infeksi (L.14137)
(D.0142) risiko kehamilan (KPD)
No Indikator 1 2 3 4 5
1C Kadar sel 1 2 3 4 5 - Identifikasi Riwayat
darah
putih obstetric (postdate)
Keterangan: - Monitor status fisik dan
C:
1 : Memburuk psikososial selama
2 :Cukup memburuk kehamilan
3 : Sedang
4 : Cukup membaik  Terapeutik
5 : Membaik
- Dampingi ibu saat
merasa cemas
- Diskusikan persiapan
persalinan dan
kelahiran
 Edukasi
- Jelaskan risiko janin
kelahiran premature
- Informasikan
kemungkinan intervensi
selama proses
kehamilan (mis.
perawatan SC)
 Kolaborasi

Kolaborasi dengan spesialis


jika ditemukan tanda dan
bahaya kehamilan
3. Ansietas b.d Tujuan : SIKI : Terapi Relasasi
ancaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan (I.09326)
Observasi
selama 2x24 jam diharapkan tingkat
terhadap konsep - Identifikasi teknik
nyeri menurun. Dengan kriteria hasil: relaksasi yang penah
diri d.d merasa
SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066)
khawatir dengan No Indikator 1 2 3 4 5 digunakan
akibat dari 1A Verbalisasi 1 2 3 4 5 - Monitor terhadap respon
kebingungan terpi relaksasi
kondisi yang 2A Verbalisasi 1 2 3 4 5
khawatir Terapeutik
dihadapi dan
akibat - Ciptakan lingkungan
tampak gelisah kondisi yang tenang dan tanpa
(D.0080) dihadapi gangguan dengan
3A Perilaku pencahayaan dan suhu
gelisah ruang nyaman, jika
Keterangan: memungkinkan
A:
1 : Menurun Edukasi
2: Cukup menurun - Jelaskan tujuan, manfaat,
3 : Sedang batasan dan jenis relaksasi
4 : Cukup meningkat
5 : Meningkat yang tersedia
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal : 25 Oktober 2021
N SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI
O
1. Nyeri melahirkan b.d  Observasi S:
dilatasi serviks d.d
- Mengidentifikasi lokasi, DS :
mengeluh nyeri
(D.0077) karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan
kualitas, intensitas nyeri. nyeri pada perut

- Mengidentifikasi skala nyeri bagian bawah


- P : Nyeri semakin
- Mengidentifikasi factor yang
berasa ketika
memperberat dan meringankan
digunakan miring
nyeri
atau bergerak.
- Memonitor efek samping
- Q: Rasanya sakit
penggunaan analgetik
seperti ditusuk-
 Terapeutik
tusuk
- Memberikan teknik
- R: Rasa sakitnya
nonfarmakologis untuk
berfokus pada satu
mengurangi rasa nyeri
titik, di perut saja
(relaksasi napas dalam)
- S: Skala nyeri
- Memfasilitas istirahat dan pasien 4
tidur - T: Nyeri hilang
 Edukasi timbul
- Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri O:
 Kolaborasi - Klien tampak
meringis nyeri
Berkolaborasi pemberian analgetic
kesakitan
- Tampak tidak
nyaman dan
dibantu keluarga
untuk menggosok
perutnya
-
VT portio 4cm eff
25%
A: Masalah teratasi
Sebagian
P: Lanjutkan
intervensi di OKA
dan Nifas
2. Risiko infeksi b.d Perawatan Kehamilan Resiko Tinggi S: Klien mengatakan
ketuban pecah (I.14560) masih ada rembesan
sebelum waktunya ketuban
(D.0142)  Observasi
O:
- Mengidentifikasi factor risiko
Rembesan ketuban
kehamilan (KPD)
berwarna kehijauan
- Mengidentifikasi Riwayat
Spo2: 98%
obstetric (postdate)
Djj: 163x/mnt
- Memonitor status fisik dan
Leukosit: 14,790
psikososial selama kehamilan
A: Masalah belum
 Terapeutik teratasi
- Mendampingi ibu saat merasa P: Lanjutkan
cemas Intervensi di OKA
dan Nifas
- Mendiskusikan persiapan
persalinan dan kelahiran
 Edukasi
- Menjelaskan risiko janin
kelahiran premature
- Menginformasikan
kemungkinan intervensi
selama proses kehamilan (mis.
perawatan SC)
 Kolaborasi

Berkolaborasi dengan spesialis jika


ditemukan tanda dan bahaya
kehamilan
3. Ansietas b.d ancaman SIKI : Terapi Relasasi (I.09326) S: Pasien
terhadap konsep diri Observasi mengatakan cemas
d.d merasa khawatir - Mengidentifikasi keluar cairan dan
teknik
dengan akibat dari relaksasi yang penah digunakangelisah akan
kondisi yang dihadapi - Memonitor terhadap respon dilakukannya
dan tampak gelisah terpi relaksasi operasi SC.
O:
(D.0080)
Terapeutik - Pasien tampak
- Menciptakan lingkungan tenang gelisah dan
dan tanpa gangguan dengan bingung
pencahayaan dan suhu ruang A:
nyaman, jika memungkinkan - Masalah
belum teratasi
Edukasi P:
- Menjelaskan tujuan, manfaat, - Lanjutkan
batasan dan jenis relaksasi yang intervensi
tersedia (Rencana Op SC)

Anda mungkin juga menyukai