E DENGAN
G2P1001AB000 UK 36-37 DENGAN INPARTU KALA I FASE
AKTIF+KPD+FETAL DISTRESS
DI RUANG KABER RUMAH SAKIT UMUM MITRA DELIMA
Disusun Oleh:
Fara Dian Nur Firdaus
(21.30.014)
FETAL DISTRESS
3. Anatomi Fisiologi
a. Genetalia Eksterna (vulva)
Yang terdiri dari:
1) Tundun (Mons veneris): Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa
pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis
2) Labia Mayora: Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong.
Kedua bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia
mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada
mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa
à panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara
à kedua labia mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora: Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang
lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu
membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil
ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
4) Klitoris: Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil.
Glans clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris
sehingga sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans,
corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi): Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna,
introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid
ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi
masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen
6) Himen (selaput dara): Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis
ini yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang
supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-
masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi
ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat
dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan,
biasanya pada bagian posterior
7) Perineum (kerampang): Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang
lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus.
Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani
b. Genetalia Interna
Lemahnya
KPD (Ketuban Pecah Dini) karion amnion
Ansietas
Cairan amnion merembes dari
jalan lahir
Kelahiran premature
Risiko gangguan
hubungan ibu/janin
7. Tanda dan gejala Fetal Distres
a. Gerakan janin menurun DJJ abnormal :
1) Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit
Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan
adanya kegawatan janin.
2) Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang
dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu
tidak mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan adanya
anval hipoksia
b. Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak
bertambah besar. Uterus yang lebih kecil daripada umur kehamilan yang
diperkirakan memberi kesan retardasi pertumbuhan intrauterin atau
oligohidramnion.
c. Riwayat dari satu atau lebih faktor-faktor risiko tinggi, masalah-masalah obstetri,
persalinan prematur atau lahir mati dapat memberi kesan suatu peningkatan risiko
gawat janin. Faktor-faktor risiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, isoimunisasi Rh
dan penyakit ginjal.
d. Mekoneum: Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban
yang sedikit (Prawiroharjo, 2010).
8. Komplikasi Fetal Distres
Hipoksi dan asidosis yang terjadi pada fetal distress dapat menyebabkan kematian
pada janin. Selain itu, keadaan ini bisa menimbulkan kerusakan pada otak janin.
Berdasarkan penelitian Rochtar (2004) dalam prawiroharjo (2010) pada spesies
primata, oklusi tali pusat menunjukkan gambaran nekrosis pada otak janin yang
semakin berat sesuai dengan tingkat oklusi dan lama oklusi yang terjadi.
9. Pemeriksaan diagnostik Fetal Distres
a. USG (Ultrasonographi): Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta
tapi apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
b. Sinar X: Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagianbagian tubuh dari janin.
c. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan laborat yaitu ada hemoglobin dan
hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.
d. Pengkajian vaginal: Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi
seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai
(lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan
ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada
vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek
kelahiran secara cesar.
e. Isotop Scanning: Atau lokasi penempatan placenta. Yaitu untuk mengetahu letak
atau posisi plasenta (Manuaba, 2011).
10. Penatalaksanaan medis Fetal Distres
Prinsip penatalaksanaan fetal distress adalah:
a. Meningkatkan oksigenasi janin dan aliran darah uteroplasenta
b. Menurunkan aktivitas kontraksi uterus
c. Membebaskan kompresi tali pusat
d. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau terminasi kehamilan
merupakan indikasi. Rencana kelahiran didasarkan pada faktor-faktor etiologi,
kondisi janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Bentuk intervensi:
1) Merubah posis ibu dari terlentang menjadi miring, sebagai usaha untuk
memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan aliran darah
uteroplasental. Perubahan dalam posisi ini juga dapat membebaskan
kompresi tali pusat.
2) Pemberian oksigensi yang adekuat kepada ibu dengan nonrebreathing mask
sebanyak 5-10 L/menit, sebagai usaha meningkatkan penggantian oksigen
fetomaternal.
3) Pemberian cairan intra vena 500-1000 ml Ringer Laktat dalam waktu > 20
menit.
4) Menurunkan frekuensi kontraksi uterus dengan menghentikan pemberian
oksitosin atau prostaglandin. Hal ini dilakukan karena kontraksi uterus akan
mengganggu sirkulasi darah keruang intervilli.
5) Memberikan tokolitik sesuai rekomendasi American
College of
Obstetricians and Gynecologist tahun 2013, seperti injeksi terbutalin sulfat
subkutan 0,25 mg atau injeksi nitrogliserin intravena dosis rendah 60-180
μg.
e. Pemantauan DJJ, untuk gawat janin saat persalinan:
1) Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ selama persalinan: 8
a) Setiap 15 menit selama kala I
b) Setiap setelah his pada kala II
c) Hitung selama satu menit bila his telah selesai
2) Kasus resiko tinggi – penggunaan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan dengan penyediaan sarana pemeriksaan pH darah janin
(muchtar, 2013).
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi: hipertensi, terdapat perdarahan vagina
b. Integritas ego: dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
c. Makanan cairan: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, dan edema sebagai
tanda-tanda hipertensi karena kehamilan
d. Nyeri/ketidaknyamanan: distosia, persalinan lama/disfungsional, kegagalan
induksi, terdapat nyeri tekan uterus.
e. Keamanan: penyakit hubungan seksual aktif, prolaps tali pusat, distres janin,
ancaman kelahiran janin yang prematur, presentasi bokong dengan versi sefalik
eksternal yang tidak berhasil, ketuban pecah selama 24 jam atau lebih lama,
adanya komplikasi ibu seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal atau jantung serta
infeksi asendens.
f. Seksualitas: disproporsi sefalopelvik, kehamilan multiple atau gestasi, melahirkan
secara bedah uterus atau servik sebelumnya, tumor yang menghambat pelvis.
g. Penyuluhan/pembelajaran: kelahiran caesar yang tidak direncanakan, dapat
memengaruhi kesiapan dan pemahaman ibu terhadap prosedur (Mitayani, 2011).
2. Diagnosis keperawatan
a. Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan, harapan, regimen
pascaoperasi yang berhubungan dengan kurang pemahaman tidak mengenal
informasi, kesalahan interpretasi
b. Ansietas yang berhubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri, ancaman
yang dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin
transmisi interpesonal.
c. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketubah,
kerusakan kulit, penurunan HB (Mitayani, 2011).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kriris situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin transmisi interpersonal
Tujuan: ansietas pada ibu dapat teratasi
Kriteria hasil:
1) Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin
2) Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesar
3) Klien tampak benar-benar rileks
4) Menggunakan sumber pendukung dengan efektif Intervensi:
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
2) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan
3) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati
4) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin
5) Anjurkan ibu pasangan mengungkapkan perasaan
6) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan
b. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan HB
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Klien bebas dari infeksi
2) Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi:
1) Tinjau ulang kondisi faktor risiko yang ada sebelumnya
2) Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah
pecah
3) Catat HB dan HT catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur
pembedahan
4) Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada pra-operasi 5) Kaji
terhadap tanda dan gejala infeksi (mitayani, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. 2010. Memahami Kesehatan Reroduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: Penerbit
EGC
Manuaba, I.B. 2011. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Muctar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. 3rd. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba medika
Prawirohardjo, S., Wiknjosastro, H., Sumapraja, S. 2010. Ilmu Kandungan Edisi 2.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. E DENGAN G2P1001AB000
UK 36-37 DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF+KPD+FETAL
DISTRESS
DI RUANG KABER RUMAH SAKIT UMUM MITRA DELIMA
Disusun Oleh:
Fara Dian Nur Firdaus
(21.30.014)
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. E No Reg : 138437
Usia : 24 Th Tanggal MRS : 17 Oktober 2021
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 18 Oktober 2021
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku : Jawa
Agama : Islam
Nama Suami : Tn. F
Usia : 30 Th
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Turen
Diagnosa Medis : G2P1001Ab000 dengan prologed fase aktif+KPD>6jam+Fetal
distress
2. Keluhan Utama
Klien mengatakan kenceng-kenceng
4. Riwayat Obstetri
Amenorhea : - Teratur/tidak : Teratur
Menarche : saat usia 12 tahun Dismenorhea : Tidak Nyeri haid
Lama : 1 Mingu Fluor Albus : Keputihan bening dan tidak
gatal
Siklus : 28 hari
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan yang Lalu
No Tahun Tipe Jenis BB Kondisi Masalah
Persalinan Kelamin Bayi Kehamilan
1 Usia 6th NP Perempuan 3.1kg Normal -
2 Hamil ini
d. Terapi
Infus RL 20tpm
Ceftriaxone 1x1g
Ketorolac 1x30mg
Piralen 1x5mg
ANALISA DATA
Nama : Ny. E No Reg : 138437
Usia : 24 Tahun
No Data Pendukung SDKI Etiologi
1. DS : Nyeri melahirkan Nyeri melahirkan b/d
Pasien mengatakan nyeri b.d dilatasi dilatasi serviks
25/10/21 pada perut bagian bawah serviks d.d
- P : Nyeri semakin berasa mengeluh nyeri Kontraksi uterus
Ketika digunakan miring (D.0077)
atau bergerak. Dilatasi serviks (PO:
- Q: Rasanya sakit seperti 4cm)
ditusuk-tusuk
- R: Rasa sakitnya berfokus Nyeri Melahirkan
pada satu titik, di perut
saja
- S: Skala nyeri pasien 5
dari 1-10
- T: Nyeri hilang timbul
DO:
- Klien tampak meringis
nyeri kesakitan
- Tampak tidak nyaman dan
dibantu keluarga untu
menggosok perutnya
- TD: 90/77mmHg
- Nadi: 139x/menit
- S: 370C
- RR: 20
- SpO2: 98% dengan nasal
4lpm
- VT portio 4cm eff 25%
2. DS: Klien mengatakan dan Risiko infeksi b.d Faktor Predisposisi
25/10/21 merembes sejak kemarin. ketuban pecah
DO: sebelum waktunya KTD
- Rembesan ketuban (D.0142)
berwarna hijau Tidak adanya
- Usia kehamilan belum pelindung daerah
cukup bulan (kelahiran Rahim dari luar
premature)
- SpO2: 98% dengan Mudahnya
nasal 4lpm mikroorganisme
- Djj: 163x/mnt masuk
- Leukosit: 14.790
Risiko infeksi
3. Ds: Pasien mengatakan Ansietas b.d Gravida
25/10/21 cemas keluar cairan dan ancaman terhadap
gelisah akan dilakukannya konsep diri d.d Ketuban pecah
operasi SC. merasa khawatir
Do: Pasien tampak tampak dengan akibat dari Air ketuban terlalu
gelisah dan bingung kondisi yang banyak keluar
- TD: 90/77mmHg dihadapi dan
- Nadi: 139x/menit tampak gelisah Kecemasan ibu
- S: 370C (D.0080) terhadap
- RR: 20 keselamatan janin
- SpO2: 98% dengan nasal dan dirinya
4lpm
Ansietas
dilatasi serviks selama 1x24 jam diharapkan tingkat mengelola pengalaman sensorik
nyeri menurun. Dengan kriteria hasil: atau emosional yang berkaitan
d.d mengeluh
SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) dengan kerusakan jaringan atau
nyeri (D.0077)
No Indikator 1 2 3 4 5 fungsional.
1B Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri Observasi
2C Frekuensi 1 2 3 4 5 - Identifikasi lokasi,
nadi
Keterangan: karakteristik, durasi,
B: frekuensi, kualitas,
1 : Meningkat
2: Cukup meningkat intensitas nyeri.
3 : Sedang
- Identifikasi skala nyeri
4 : Cukup menurun
5 : Menurun - Identifikasi factor yang
C: memperberat dan
1 : Memburuk meringankan nyeri
2 :Cukup memburuk
3 : Sedang - Monitor efek samping
4 : Cukup membaik
5 : Membaik penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(relaksasi napas dalam)
- Fasilitas istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic
2. Risiko infeksi Tujuan : Perawatan Kehamilan Resiko
b.d ketuban Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tinggi (I.14560)