Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIFE CARE REGIONAL ANESTESI

PADA Ny.A DENGAN KEJADIAN KPD DI RUANG INSTALASI BEDAH


SENTRAL RSU AGHISNA MEDIKA KROYA

Disusun untuk Melengkapi Salah Satu Laporan Kasus Praktik Klinik Stase Peminatan
Perioperatif Care Tahun Akademik 2023/2024

Disusun Oleh :
Syaif Al-Islam
Nomor Induk Mahasiswa A12020142

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
UNIVERISTAS MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2024
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa “Asuhan Keperawatan


General Anestesi Pada Ny A dengan Fetal Distress Di Ruang IBS (Instalasi
Bedah Sentral) RS Aghisna Medika Kroya”

Disusun oleh : Syaif Al-Islam


NIM : A12020142

Telah disetujui pada tanggal 20 Januari 2024

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Fajar Agung Nugroho, MNS Wahyu Koko Wijanarko,


A.Md.Kep., CAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Definisi Fetal Distres
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim (Mitayani, 2011). Fetal distress adalah adanya suatu
kelainan pada fetus akibat gangguan oksigenasi dan atau nutrisi yang bisa bersifat akut
(prolaps tali pusat), sub akut (kontraksi uterus yang terlalu kuat), atau kronik (plasenta
insufisiensi).
Gawat janin menunjukkan suatu keadaan bahaya yang relatif dari janin yang
secara serius, yang mengancam kesehatan janin. Istilah gawat janin (fetal distress)
terlalu luas dan kurang tepat menggambarkan situasi klinis. Ketidakpastian dalam
diagnosis gawat janin yang didasarkan pada interpretasi pola frekuensi denyut jantung
janin menyebabkan munculnya istilah-istilah deskriptif misalnya "reassuring"
(meyakinkan) atau "nonreassuring" (meragukan, tidak meyakinkan). Gawat janin juga
umum digunakan untuk menjelaskan kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan
penyelamatan akan berakibat buruk yaitu menyebabkan kerusakan atau kematian janin
jika tidak diatasi secepatnya atau janin secepatnya dilahirkan. Hipoksia ialah keadaan
jaringan yang kurang oksigen, sedangkan hipoksemia ialah kadar oksigen darah yang
kurang. Asidemia ialah keadaan lanjut dari hipoksemia yang dapat disebabkan
menurunnya fungsi respirasi atau akumulasi asam (Muctar, 2013).

Etiologi Fetal Distres


a. Penyebab fetal distress (manuaba, 2011) adalah :
1) Kelainan pasokan plasenta : solutio plasenta, plasenta previa, postterm, prolapsus
tali pusat, lilitan tali pusat, pertumbuhan janin terhambat, insufisiensi plasenta,
kompresi tali pusat.
2) Kelainan arus darah plasenta : hipotensi ibu, hipertensi, kontraksi hipertonik,
Saturasi oksigen ibu berkurang: hipoventilasi, hipoksia, penyakit jantung.
b. Faktor yang mempengaruhi fetal distress akut
1) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus hipertonik yang lama dan kuat adalah abnormal dan uterus dalam
keadaan istirahat yang lama dapat mempengaruhi sirkulasi utero plasenta, ketika
kontraksi sehingga mengakibatkan hipoksia uterus.
2) Kompresi tali pusat
Kompresi tali pusat akan mengganggu sirkulasi darah fetus dan dapat
mengakibatkan hipoksia. Tali pusat dapat tertekan pada prolapsus, lilitan talu
pusat.
3) Kondisi tali pusat
Plasenta terlepas, terjadi solusio plasenta. Hal ini berhubungan dengan kelainan
fetus.
4) Depresi pusat pada sistem pernafasan
Depresi sistem pernafasan pada bayi baru lahir sebagai akibat pemberian
analgetika pada ibu dalam persalinan dan perlukaan pada proses kelahiran
menyebabkan hipoksia.
c. Faktor yang mempengaruhi fetal distress kronis. Fetal distress kronis berhubungan
dengan faktor sosial yang kompleks.
1) Status sosial ekonomi rendah
Hal ini berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Status sosial
ekonomi adalah suatu gambaran kekurangan penghasilan tetapi juga kekurangan
pendidikan, nutrisi, kesehtan fisik dan psikis.
2) Umur maternal
Umur ibu yangg sangat muda dan tua lebih dari 35 tahun merupakan umur resiko
tinggi.
3) Merokok
Nikotin dapat menyebabkan vasokontriksi, dan menyebabkan penurunan aliran
darah uterus dimana karbonmonoksida mengurangi transport oksigen.
4) Penyalah gunaan obat terlarang
Penyalah gunaan obat terlarang dalam kehamilan berhubungan dengan banyak
komplikasi meliputi IUGR, hipoksia dan persalinan preterm yang semuanya
meningkatkan resiko kematian perinatal.
5) Riwayat obstetrik yang buruk
Riwayat abortus sebelumnya, persalinan preterm atau lahir mati berhubungan
dengan resiko tinggi pada janin dalam kehamilan ini.
6) Penyakit maternal
Kondisi yang meningkatkan resiko fetal distress kronis dapat mempengaruhi
sistem sirkulasi maternal dan menyebabkan insufisiensi aliran darah dalam uterus
seperti: Hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi kronik, diabetes, penyakit
ginjal kronis. Sedangakan faktor yang mempengaruhi penurunan oksigenasi arteri
maternal seperti: penyakit skle sel, anemia berat (Hb kurang dari 9% dl atau
kurang), penyakit paru-paru, penyakit jantung, epilepsi (jiak tidak terkontrol
dengan baik), infeksi maternal berat. Kondisi tersebut meliputi insufisiensi
plasenta, post matur, perdarahan antepartum yang dapat mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.
7) Kondisi plasenta
Kondisi tersebut meliputi: insufisiensi plasenta, postmatur, perdarahan antepartum
yang dapat mengakibatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini mengakibatkan
pengurangan suplai oksigen ke fetus.
8) Kondisi fetal
Malformasi konginetal tertentu, infeksi intra uterin dan incompatibilitas resus
yang meningkatkan resiko hipoksia intra uterin. Resiko ini meningkat pada
kehamilan ganda.
9) Faktor resiko inta partum
Selama persalinan faktor yang berhubungan dengan peningkatan resiko fetal
distress, yaitu: malpresentasi seperti presentasi bokong, kelahiran dengan forcep,
SC, sedatif atau analgetik yang berlebihan, komplikasi anastesi (meliputi:
hipotensi dan hipoksia), partum presipitatus atau partus lama
Anatomi Fisiologi
a. Genetalia Eksterna (vulva)

Yang terdiri dari:


1) Tundun (Mons veneris): Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari
jaringan dan lemak, area ini mulai ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas.
Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas simfisis pubis
2) Labia Mayora: Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua
bibir ini bertemu di bagian bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian
luar tertutp rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.
Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung
kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à panjang 7- 8
cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia
mayora sangat berdekatan.
3) Labia Minora: Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia
mayora), tanpa rambut. Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang
lembab dan berwarna kemerahan;Bagian atas labia minora akan bersatu membentuk
preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian. Di Bibir kecil ini mengeliligi
orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
4) Klitoris: Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans
clitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga
sangat sensitif. Analog dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2
buah crura, dengan panjang rata-rata tidak melebihi 2 cm.
5) Vestibulum (serambi): Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia
minora). Pada vestibula terdapat 6 buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna,
introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini, dan 2 buah muara kelenjar
paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan cairan mukoid
ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi masuknya
bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen
6) Himen (selaput dara): Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini
yang menutupi sabagian besar dari liang senggama, di tengahnya berlubang supaya
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar. Bentuk dari himen dari masing-masing
wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan sabit, konsistensi ada yang
kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.
Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada bagian
posterior
7) Perineum (kerampang): Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4
cm. Dibatasi oleh otot-otot muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot
berfungsi untuk menjaga kerja dari sphincter ani
b. Genetalia Interna
1) Vagina: Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim
dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter
ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak
antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan
dinding belakangnya sekitar 11 cm. Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina
disebut portio
2) Uterus: Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara
kandung kemih dan rektum. Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup
peritonium, sedangkan bagian bawah berhubungan dengan kandung
kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang merupakan cabang
utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna). Bentuk uterus seperti
bola lampu dan gepeng.
a) Korpus uteri : berbentuk segitiga
b) Serviks uteri : berbentuk silinder
c) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.
3) Tuba Fallopii: Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm
dan diameternya antara 3 sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk
menangkap ovum yang di lepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa
ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan dan
perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula yang siap
melakukan implantasi.
4) Ovarium: Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada
saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi. Ovulasi adalah
pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika dilahirkan, wanita
memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila habis
menopause (Manuaba, 2010).

Klasifikasi Fetal Distres


Jenis gawat janin menurut muchtar (2013) yaitu :
a. Gawat janin yang terjadi secara ilmiah
b. Gawat janin iatrogenic
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik atau
kelalaian penolong. Resiko dari praktek yang dilakukan telah mengungkapkan
patofisiologi gawat janin iatrogenik akibat dari pengalaman pemantauan jantung
janin. Kejadian yang dapat menimbulkan gawat janin iatrogenik adalah:
1) Posisi tidur ibu: Posisi terlentang dapat menimbulkan tekanan pada Aorta dan
Vena Kava sehingga timbul Hipotensi.Oksigenisasi dapat diperbaiki dengan
perubahan posisi tidur menjadi miring ke kiri atau semilateral.
2) Infus oksitosin: Bila kontraksi uterus menjadi hipertonik atau sangat kerap, maka
relaksasi uterus terganggu, yang berarti penyaluran arus darah uterus mengalami
kelainan. Hal ini disebut sebagai Hiperstimulasi. Pengawasan kontraksi harus
ditujukan agar kontraksi dapat timbul seperti kontrkasi fisiologik.
3) Anestesi Epidura: lBlokade sistem simpatik dapat mengakibatkan penurunan
arus darah vena, curah jantung dan penyuluhan darah uterus. Obat anastesia
epidural dapat menimbulkan kelainan pada denyut jantung janin yaitu berupa
penurunan variabilitas, bahkan dapat terjadi deselerasi lambat. Diperkirakan
ibat-obat tersebut mempunyai pengaruh terhadap otot jantung janin dan
vasokontriksi arteri uterina.
c. Gawat janin sebelum persalinan
1) Gawat janin kronik: Dapat timbul setelah periode yang panjang selama periode
antenatal bila status fisiologi dari ibu-janin-plasenta yang ideal dan normal
terganggu.
2) Gawat janin akut,yaitu suatu kejadian bencana yang tiba – tiba mempengaruhi
oksigenasi janin.
d. Gawat janin selama persalinan
Menunjukkan hipoksia janin tanpa oksigenasi yang adekuat, denyut jantung janin
kehilangan varibilitas dasarnya dan menunjukkan deselerasi lanjut pada kontraksi
uterus. Bila hipoksia menetap, glikolisis anaerob menghasilkan asam laktat dengan
pH janin yang menurun.

Patofisiologi Fetal Distres


Kontrol fisiologis dari fetal distress dilihat dari denyut jantung janin yang dipengaruhi
oleh aliran darah dan atau oksigenasi. Pada kasus insufisiensi plasenta kronik terjadi
gangguan mekanisme kontrol fisiologis denyut jantung janin yang disebabkan oleh
penurunan kadar oksigenasi pada janin. Pada kasus akut seperti prolaps tali pusat,
penurunan aliran darah ke janin lebih berperan dalam proses terjadinya fetal distress.
Selain itu proses persalinan normal juga berperan dalam terjadinya fetal distress.
Penurunan aliran darah dan atau oksigenasi ke janin akan mengakibatkan terjadinya
hipoksia janin. Keadaan ini akan meningkatkan kadar CO 2 dan penurunan kadar O2di
dalam tubuh janin.
Berkurangnya kandungan oksigen dalam darah (hipoksemia) akan merangsang syaraf
simpatis, sehingga akan menimbulkan takikardi. Bila kondisi hipoksemia tidak teratasi
dan berlanjut jadi hipoksia, akan menyebabkan perubahan aktivitas biofisik. Menurut
Manuaba (2011), respon biofisik terhadap kondisi hipoksia terbagi menjadi 2 kategori
yaitu pertama respons akut/intermediat (yakni perubahan atau hilangnya aktivitas yang
diregulasi oleh sistim syaraf pusat/SSP), dan kedua respons kronik (yakni berkurangnya
produksi air ketuban/ oligohidramnion, gangguan pertumbuhan, dan meningkatnya risiko
komplikasi neonatal).
Pathway Fetal Distres

Riwayat KPD Merokok


Infeksi bakteri vaginosis Gemelli/hidramnion Malpresentasi janin Pekerjaan
vv (letak sungsang/lintang) sebelumnya

Overdistensi uterus Bekerja terlalu


Bakteri naik ke uterus Pe↓ kandungan Vaskulopati Me↓ kadar asam
berat (≥3 jam/hari)
melalui vagina kolagen dalam desidua amino, asam
Ketegangan Rahim ↑ membrane amnion askorbat
Inkompetensi Kelelahan
Mikroorganisme Iskemi &
serviks
menghasilkan enzim nekrosis selaput Mengganggu
proteolitik amnion pembentukan
(fosfolipase A2) Difisiensi Lemahnya
kolagen pada
pengetahuan Dinding ketuban karionamnion
karionamnion
paling bawah
mendapatkan Usia ibu < 20
Mengkatalis pemecahan Hamil usia tua
Jarang memeriksaan tekanan yang tahun
fosfolipid
kehamilan ke fasilitas semakin tinggi
Keadaan uterus
kesehatan
kurang matur Selaput ketuban
Asam arachidonic kurang kuat
Kurang pengetahuan
Degradasi kolagen tetang cara merawat &
menjaga kehamilan

Penurunan lubrikasi Membrane amnion tipis


karion & amnion dan mudah pecah
Risiko tinggi ketuban
pecah sebelum waktu
KETUBAN PECAH DINI
persalinan
(PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE)

Ansietas
Cairan amnion merembes dari jalan lahir

Terjadi perubahan flora Oligohidramnion Tali pusat terdorong ke


normal di vagina menjadi (cairan amnion ≤500 cc arah vagina
bakteri patogen
Bakteri pathogen masuk ke Mengurangi cairan Janin tidak dapat Kompresi tali pusat Prolapse tali pusat
rongga intrauterine dan amoniak bergerak dengan langsung
berada di desidua leluasa dalam rongga
intrauterine
Berkurangnya aliran
Infeksi & inflamasi Terhambatnya Fetal distress darah pada uterus
Terjadi inflamasi lokal umbilical cord pertumbuhan janin
pert Menekan organ-organ
janin
Desiduitis Risiko Infeksi pada Berkurangnya aliran
janin oksigen ke placenta
Cacat dan/atau dan janin
Deformitas janin
Bakteri masuk ke karion
dan amnion
Kelahiran premature Hipoksia & Asfiksia

Infeksi menyebar ke
pembuluh darah Risiko Gangguan
Gangguan Pertukaran
(kardiovaskulitis)/melalui Hubungan Ibu/Janin
Gas
amnion (amnionitis) ke
dalam amnion

Invasi mikroba pada Infeksi menyebar


ruang amnion/infeksi
intra amnion
Sepsis & fetal
Bakteremia
Aspirasi cairan amnion
yang terinfeksi oleh fetus

Pneumonia congenital
Tanda dan gejala Fetal Distres
a. Gerakan janin menurun DJJ abnormal :
1) Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit
Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan
adanya kegawatan janin.
2) Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang
dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak
mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan adanya anval
hipoksia
b. Pasien mengalami kegagalan dalam pertambahan berat badan dan uterus tidak
bertambah besar. Uterus yang lebih kecil daripada umur kehamilan yang
diperkirakan memberi kesan retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion.
c. Riwayat dari satu atau lebih faktor-faktor risiko tinggi, masalah-masalah obstetri,
persalinan prematur atau lahir mati dapat memberi kesan suatu peningkatan risiko
gawat janin. Faktor-faktor risiko tinggi meliputi penyakit hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, postmaturitas, malnutrisi ibu, anemia, isoimunisasi Rh dan
penyakit ginjal.
d. Mekoneum: Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang
sedikit (Prawiroharjo, 2010).

Komplikasi Fetal Distres


Hipoksi dan asidosis yang terjadi pada fetal distress dapat menyebabkan kematian pada
janin. Selain itu, keadaan ini bisa menimbulkan kerusakan pada otak janin. Berdasarkan
penelitian Rochtar (2004) dalam prawiroharjo (2010) pada spesies primata, oklusi tali
pusat menunjukkan gambaran nekrosis pada otak janin yang semakin berat sesuai
dengan tingkat oklusi dan lama oklusi yang terjadi.
Pemeriksaan diagnostik Fetal Distres

a. USG (Ultrasonographi): Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placnta tapi


apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
b. Sinar X: Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-
bagian tubuh dari janin.
c. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan laborat yaitu ada hemoglobin dan
hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas normal.
d. Pengkajian vaginal: Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi
seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih
baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda
(double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara
cesar.
e. Isotop Scanning: Atau lokasi penempatan placenta. Yaitu untuk mengetahu letak atau
posisi plasenta (Manuaba, 2011).

Penatalaksanaan medis Fetal Distres


Prinsip penatalaksanaan fetal distress adalah:
a. Meningkatkan oksigenasi janin dan aliran darah uteroplasenta
b. Menurunkan aktivitas kontraksi uterus
c. Membebaskan kompresi tali pusat
d. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau terminasi kehamilan
merupakan indikasi. Rencana kelahiran didasarkan pada faktor-faktor etiologi,
kondisi janin, riwayat obstetri pasien, dan jalannya persalinan.
Bentuk intervensi:
1) Merubah posis ibu dari terlentang menjadi miring, sebagai usaha untuk
memperbaiki aliran darah balik, curah jantung, dan aliran darah uteroplasental.
Perubahan dalam posisi ini juga dapat membebaskan kompresi tali pusat.
2) Pemberian oksigensi yang adekuat kepada ibu dengan nonrebreathing mask
sebanyak 5-10 L/menit, sebagai usaha meningkatkan penggantian oksigen
fetomaternal.
3) Pemberian cairan intra vena 500-1000 ml Ringer Laktat dalam waktu > 20
menit.
4) Menurunkan frekuensi kontraksi uterus dengan menghentikan pemberian
oksitosin atau prostaglandin. Hal ini dilakukan karena kontraksi uterus akan
mengganggu sirkulasi darah keruang intervilli.
5) Memberikan tokolitik sesuai rekomendasi American College of Obstetricians
and Gynecologist tahun 2013, seperti injeksi terbutalin sulfat subkutan 0,25 mg
atau injeksi nitrogliserin intravena dosis rendah 60-180 μg.
Pemantauan DJJ, untuk gawat janin saat persalinan:
1) Kasus resiko rendah – auskultasi DJJ selama persalinan:
a) Setiap 15 menit selama kala I
b) Setiap setelah his pada kala II
c) Hitung selama satu menit bila his telah selesai
2) Kasus resiko tinggi – penggunaan pemantauan DJJ elektronik secara
berkesinambungan dengan penyediaan sarana pemeriksaan pH darah janin
(muchtar, 2013).

Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sirkulasi: hipertensi, terdapat perdarahan vagina
b. Integritas ego: dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.
c. Makanan cairan: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, dan edema sebagai tanda-
tanda hipertensi karena kehamilan
d. Nyeri/ketidaknyamanan: distosia, persalinan lama/disfungsional, kegagalan induksi,
terdapat nyeri tekan uterus.
e. Keamanan: penyakit hubungan seksual aktif, prolaps tali pusat, distres janin, ancaman
kelahiran janin yang prematur, presentasi bokong dengan versi sefalik eksternal yang
tidak berhasil, ketuban pecah selama 24 jam atau lebih lama, adanya komplikasi ibu
seperti HKK, diabetes, penyakit ginjal atau jantung serta infeksi asendens.
f. Seksualitas: disproporsi sefalopelvik, kehamilan multiple atau gestasi, melahirkan
secara bedah uterus atau servik sebelumnya, tumor yang menghambat pelvis.
g. Penyuluhan/pembelajaran: kelahiran caesar yang tidak direncanakan, dapat
memengaruhi kesiapan dan pemahaman ibu terhadap prosedur (Mitayani, 2011).
2. Diagnosis keperawatan
a. Kurang pengetahuan mengenai prosedur pembedahan, harapan, regimen pasca-
operasi yang berhubungan dengan kurang pemahaman tidak mengenal informasi,
kesalahan interpretasi
b. Ansietas yang berhubungan dengan kritis situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin transmisi interpesonal.
c. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketubah,
kerusakan kulit, penurunan HB (Mitayani, 2011).
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kriris situasi, ancaman konsep diri, ancaman yang
dirasakan/aktual dari kesejahteraan maternal dan janin transmisi interpersonal
Tujuan: ansietas pada ibu dapat teratasi
Kriteria hasil:
1) Mengungkapkan rasa takut pada keselamatan ibu dan janin
2) Mendiskusikan perasaan tentang kelahiran caesar
3) Klien tampak benar-benar rileks
4) Menggunakan sumber pendukung dengan efektif
Intervensi:
1) Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sistem pendukung
2) Pastikan apakah prosedur direncanakan atau tidak direncanakan
3) Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati
4) Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin
5) Anjurkan ibu pasangan mengungkapkan perasaan
6) Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan
b. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban,
kerusakan kulit, penurunan HB
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Klien bebas dari infeksi
2) Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi
Intervensi:
1) Tinjau ulang kondisi faktor risiko yang ada sebelumnya
2) Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah
3) Catat HB dan HT catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan
4) Berikan antibiotik spektrum luas parenteral pada pra-operasi
5) Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (mitayani, 2011).
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari : Rabu
Tanggal : 10 Januari 2024
Tempat : IBS RSU Aghisna Medika Kroya
Jam : 14.00
Metode : Wawancara dan observasi
Sumber : Pasien
Oleh : Syaif
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Binangun 5/1 Cilacap
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Diagnosa : G1P0A0 dengan fetal distres
No. RM : 000155xx
Tanggal Masuk : 10 Januari 2024
B. Penanggung jawab
Nama : Tn.C
Umur : 30 tahun
Alamat : Binangun 5/1 Cilacap
Hubungan dengan pasien : Suami
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan kenceng kenceng
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 10 Januari 2024 pasien dibawa ke ruang IBS RSU Aghisna Medika
Kroya dengan diagnosa medis G1P0A0 dengan fetal distres. Pasien merasa cemas
dan takut karena pertama kali melakukan pembedahan.
3. Riwayat Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya pernah memiliki riwayat miom
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
hipertensi, asma dan diabetes mellitus.

D. Pola fungsional menurut Virginia Henderson


1. Pola Bernafas dengan Normal
Sebelum sakit : pasien bernafas secara normal
Saat dikaji : pasien bernafas secara normal dengan RR 23 x/menit
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan sehari 3x/hari dan dalam porsi yang sedang
dengan menu sayuran dan lauk. Minum 6-7 gelas/hari
Saat dikaji : pasien mengatakan sedang berpuasa
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : pasien BAK sekitar 5x sehari berwarna kuning terang.
BAB 1x sehari
Saat dikaji : pasien mengatakan sudah BAB 1x
4. Pola Gerak dan kesetimbangan tubuh
Sebelum sakit : pasien beraktifitas seperti biasa dan tidak mengalami
gangguan dalam melakukan aktivitas
Saat dikaji : pasien mengatakan aktivitasnya terhambat karena
terpasang infus
5. Pola stirahat dan Tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan biasanya tidur sekitar jam 9 malam
dan bangun jam 5 pagi
Saat dikaji : pasien mengatakan terkadang merasa sulit tidur jika
merasa kenyi karena kontraksi perutnya
6. Pola Berpakaian
Sebelum sakit : pasien berpakain sesuai kebutuhan, ganti baju 2x sehari
Saat dikaji : pasien mengatakn memakai pakaian dibantu oleh keluarga
atau perawat karena terpasang infus dan pakaian yang dipakai yaitu pakaian
rumah sakit
7. Pola Mempertahankan Suhu Tubuh dan Temperature
Sebelum sakit : pasien mampu menyesuaikan suhu tubuh dengan
lingkungan sekitar suhu normal
Saat dikaji : pasien mampu menyesuaikan suhu tubuh dengan
lingkungan sekitar. Suhu 36,80C
8. Pola Personal Hygine
Sebelum sakit : pasien mampu memenuhi kebutuhan personal hygine
secara mandiri, mandi 2x sehari. Selalu cuci tangan ketika mau makan
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak ada masalah mandi seperti biasa,
cuci tangan seperti biasa ketika akan makan
9. Pola Rasa Aman dan Nyaman
Sebelum sakit : pasien mengatakan merasa nyaman dan aman berada
ditengah-tengah keluarganya.
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak merasa aman dan nyaman di
rumah sakit
10. Pola Komunikasi dengan Orang Lain
Sebelum sakit : pasien dengan keluarganya biasa berkomunikasi
menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia.
Saat dikaji : pasien masih mampu berkomunikasi
11. Pola Spiritual
Sebelum sakit : pasien beragama islam dan melaksanakan ibadah sholat 5
waktu
Saat dikaji : pasien mengatakan menjalankan shalat seperti biasa
namun dengan berbaring di bed
12. Pola Bekerja
Sebelum sakit : pasien mengatakan pekerjaan sehari-hari sebagai ibu
rumah tangga
Saat dikaji : pasien mengatakan tidak bisa bekerja selama di rumah
sakit
13. Pola Rekreasi
Sebelum sakit : pasien mengatakan senang jalan-jalan ke tempat rekreasi
dengan keluarganya
Saat dikaji : pasien mengatakan hanya bisa ditemani keluarganya
selama di rumah sakit
14. Pola Belajar
Sebelum sakit : pasien mengatakan mendapatkan informasi dari televisi
dan handphone
Saat dikaji : pasien mengatakan mendapatkan informasi dari perawat
dan dokter.
E. Keadaan Umum
a. Suhu : 35,3oC
b. Nadi : 102 x/menit
c. TD : 140/90 mmHg
d. RR : 23 x/menit
e. BB : 59 kg
f. TB : 157 cm
F. Pemeriksaan fisik
a. KU : sadar penuh
b. Kesadaran : Composmentis
c. Kepala : Mesosephal, tidak ada nyeri tekan, rambut berwarna hitam.
d. Mata : Simetris, konjungtiva anemis, sklera anikterik, reflek cahaya
langsung positif pada mata kanan dan kiri.
e. Telinga : Tidak ada penumpukan serumen pada telinga kanan maupun kiri,
fungsi pendengaran baik.
f. Hidung : Simetris, tidak ada sekret yang keluar dari hidung, tidak ada
pernafasan cuping hidung.
g. Mulut : Bibir normal, tidak pucat, tidak ada sianosis.
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
i. Thorax
a) Paru-paru
Inspeksi : Pengembangan paru kiri dan kanan sama
Palpasi : Gerak simetris vocal fremitus sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara vesikuler
b) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Redup
Auskultasi : S1 dan S2 reguler
j. Abdomen
Inspeksi : tampak linea sigra, tidak ada lesi, simetris kanan dan kiri
Auskultasi : Bising usus 15x/menit, DJJ : 186x/menit
Palpasi :
- Leopod 1: : tinggi fundus uteri 3 jari dibawah px pada fundus teraba
lunak(bokong), TFU 31 cm
- Leopod 2 : Teraba bagian yang rata dan memanjang (punggung)
bagian puki
- Leopod 3: pada segmen bawah rahim teraba ada 1 bantalan yang
mengganjal peut ibu
- Leopod 4: kepala belum masuk PAP (Konvergen)
Perkusi : Timpani
k. Genetalia : Terpasang DC.
l. Ekstremitas
a) Atas : Tidak ada kelemahan otot, tangan kiri terpasang infus futrolit 20
tpm, akral dingin, CRT : 3 detik
b) Bawah : Tidak ada kelemahan otot, tampak sedikit oedem

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Item Hasil Satuan Normal
Hemoglobin 12.1 g/dL 12.0-16.0
Lekosit 10,010 /uL 4.500-11.000
Trombosit 171,000 /uL 150.000-45.000
Hematrokit 35 % 35.00-47.00
Eritrosit 3.8 juta/uL 3.80-5.80
MCV 93.60 fL 80.00-96.00
MCH 32.00 pg/mL 28.00-33.00
MCHC 34.20 g/dL 33.00-36.00
SGOT 25 U/L < 35
SGPT 12 U/L <= 45
Ureum 12.1 mg/dL 17.00-43.00
Kreatinin 0.59 mg/dL 0.80-1.30
Gula Darah Sewaktu 74 g/dL 60-120
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif
Golongan Darah ABO B

2. Diagnosis Anestesi
Perempuan 28 tahun, diagnosa medis G1P0A0 dengan Fetal Distres. Riwayat
direncanakan dilakukan SC dengan status fisik ASA II, direncanakan regional
anestesi dengan teknik SAB.
3. Persiapan Anestesi
a) Persiapan alat
- Peralatan spinal anestesi seperti kom berisi betadine dan alcohol, jarum
spinocan no 26, spuit 3cc, sarung tangan steril dan Bupivacaine
- Mesin anestesi yang dihubungkan dengan sumber gas dan mengecek ulang
kelengkapan serta fungsinya, pastikan vaporizer sudah terisi agen,
absobser tidak berubah warna, dan sambungkan dengan sumber listrik.
- Pastikan bag mask, circuit, konektor sesuai tempatnya
- Siapkan monitor lengkap dengan manset, finger sensor dan lead ekg
- Persiapan alat regional anestesi dengan Spinal Anestasi : Bupivacain,
sarung tangan steril, spuit 3cc, jarum spinal anestesi ukuran 26
- Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri dan tensi
- O2, N2O, sevoflurane berjaga-jaga jika diperlukan
- Menyiapkan lembar laporan durante anestesi dan balance cairan
b) Persiapan obat
- Ondansentron 4 mg
- Asam tranexamat 500 mg
- Ketorolac 30 mg
- Bupivacain 4 ml
- Methylergometrine Maleate 0,2 mg
- Oxytocin 10mg
- Ephedrine
- IVFD futrolit
- O2 4 liter/menit
c) Persiapan pasien
- Pasien masuk ke IBS pukul 14.00 WIB
- Periksa status pasien termasuk informed consent, profilaksis, hasil lab dan
obat-obatan yang telah diberikan diruang perawatan.
- Mengecek ulang identitas pasien, nama, alamat dan menanyakan ulang
kapan terakhir kali klien mengkonsumsi makanan dan minuman, riwayat
penyakit dan alergi, berat badan saat ini, serta penggunaan perhiasan yang
belum dilepas
- Mempersiapkan pasien di meja operasi
Memasang monitor tanda vital (monitor tekanan darah, saturasi oksigen)
TD : 140/90 mmHg, N : 102x/mnt, Spo2: 99 %, RR : 23 x/mnt dan
memeriksa kelancaran infus dan alat kesehatan yang terpasang pada
pasien
H. Therapi
No Nama Obat Dosis Fungsi
1 IVFD futrolit 20 tpm Mempertahakan hidrasi
pada pasien
2 Ondansentron 1x4 mg Antimual
3 Ketorolac 1x30 mg Meredakan nyeri
4 Asam tranexamat 1x500mg Mencegah perdarahan
5 Oxytoxin 1 ampl/10 mg Memperkuat kontraksi
rahim
6 Methylergometrine 0,2 mg Membantu mempercepat
Maleate 0,2 mg pemulihan pada ibu yang
mengalami perdarahan
setelah melahirkan.
7 Bupivacain 1 ampl/20mg konduksi impuls saraf

8 O2 3 liter/menit Meningkatkan kadar


oksigen dalam tubuh

PENGKAJIAN INTRA ANESTESI

1. Jenis Pembedahan : SC
2. Jenis Anestesi : Regional Anestesi (SAB)
3. Mulai Anestesi : 14.55 WIB
4. Mulai Operasi : 15:00 WIB
5. Posisi : Supine
6. Premedikasi
Pasien dilakukan pemberian premedikasi yaitu Ondansentron 4 mg, ketorolak 30 mg
dan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 140/90 mmHg, N : 102 x/menit, RR :
23 x/menit, S : 35,3‫ﹾ‬C, SPO2 : 99%, pernafasan spontan.
7. Melakukan Regional Anestesi (SAB)
Pasien dilakukan regional anestesi menggunakan Bupivacain 20mg
Monitoring selama operasi

Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan


14.55 140/90 102 99% 3 l/menit 23 x/menit Pemberian obat
bucain spinal
14.55 129/91 85 99% 3 l/menit 23 x/menit Pemberian O2
15.00 110/80 75 99% 3 l/menit 22 x/menit Melakukan
pembedhan
15.05 115/76 78 100% 3 l/menit 22 x/menit Monitor TTV
15.10 98/88 80 100% 3 l/menit 21 x/menit Monitor TTV
15.15 105/66 80 99% 3 l/menit 23 x/menit Pemberian
oxytocin dan
methylergometri
0,2 mg
15.20 113/68 86 99% 3 l/menit 22 x/menit Monitor TTV
15.25 95/76 92 97% 3 l/menit 21 x/menit Monitor TTV
15.30 89/73 88 98% 3 l/menit 22 x/menit Monitor TTV
15.35 109/79 88 99% 3 l/menit 20 x/menit Monitor TTV
15.40 120/82 84 99% 3 l/menit 20 x/menit Monitor TTV
15.45 120/80 84 99% 3 l/menit 20 x/menit Pasien dipindahan
ke RR

Pengakhiran Anestesi

a) Pasien selesai operasi pukul 15.45 WIB, nafas spontan 19x/menit


b) Pasien dipindahkan keruang RR pukul 15.45 WIB
c) Pasien menggunakan nasal canul dengan oksigen 3 lt/menit
d) Monitor tanda-tanda vital sebelum pasien dibawah keruang pemulihan TD: 120/80
mmHg, N : 84 x/menit, SpO2 : 99%, RR : 20 x/menit
e) Pasien dipindahkan ke recovery room dan dilakukan monitor selama 25 menit, lalu
dipindahkan keruang perawatan dengan Bromage score < 3.
PENGKAJIAN POST ANESTESI
Pasien di RR dilakukan pemantauan tanda-tanda vital dan pengawasan post operasi
apakah ada tanda-tanda perdarahan, perubahan hemodinamik akibat operasi dan
anestesi, keluhan pasien post operasi. Pasien masuk ke ruang recovery room pukul
16.45 WIB.

Pemantauan di Recovery Room

Jam TD N SPO2 O2 RR Tindakan


15.45 125/80 80 100% 3 l/menit 20 x/menit Pasien tiba di RR
dilkukan monitor
15.55 105/89 85 99% 3 l/menit 21 x/menit Monitor TTV
16.00 125/80 75 99% 3 l/menit 21 x/menit Monitor TTV
16.05 117/76 78 100% 3 l/menit 20 x/menit Monitor TTV
16.10 110/88 80 100% 3 l/menit 21 x/menit Pasien
dipindah
keruang
perawatan

SKORE BROMAGE

Skor Waktu
Kriteria
e 5 15 30 45 60 90 120 Keluar
Gerakan penuh dari tungkai
Tidak mampu mengeksiensi
tungkai
Tidak mampu memfleksi 
tungkai
Tidak mampu memfleksik
pergelangan kaki
Skor saat dipindahkan 1

I. ANALISA DATA
1. Pre Anestesi
Hari/Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem
Rabu, 10 DS : Kurang Ansietas
Januari - Pasien mengatakan terpapar (D.0080)
2024/14.50 cemas informasi
- Pasien mengatakan
takut akan menjalani
operasi SC karena
ini yang pertama kali
DO :
- Pasien tampak
tegang
- TTV
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 102 x/menit
RR : 23 x/menit

2. Intra anestesi
Hari/Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem
Rabu, 10 DS : - Tindakan Resiko
januari DO : pembedah pendaraha
2024/14.50 - Pasien tampak pucat an (SC) n (D.
- Pasien tampak 0012)
diaphoresis
- S : 35,3oC
- N: 102 x/menit
- Akral dingin
- CRT: 3 detik
- Dilakukan spinal
anestesi
- Pendarahan + 200cc

3. Post Anestesi
Hari/Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem
Rabu, 10 DS : Pasien mengatakan Efek agen Gangguan
Januari kedua kakinya terasa lemah farmakolo mobilitas
2024/16:00 dan belum bisa digerakan gis fisik
DO : (anestesi (D.0054)
- Pasien post anestesi spinal)
Pasien tampak
berbaring ditempat
tidur dan kakinya
belum bisa
digerakkan
J. Diagnosa Keperawatan
1. Pre anestesi
Ansietas b.d kurang terapar informasi (D.0080)
2. Intra anestesi
Resiko pendarahan d.d tindakan pembedahan (D. 0012)
3. Post anestesi
Gangguan mobilitas fisik b.d efek agen farmakologis (anestesi spinal) (D.0054)
K. Intervensi
1. Pre Anestesi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
kurang keperawatan selama 1 x 20 (I.09326)
terapar menit diharapkan masalah Observasi
informasi keperawatan ansietas dapat 1. Identifikasi
diatasi dengan kriteria relaksasi yang
hasil : pernah efektif
Tingkat Ansietas digunakan
(L.09093) 2. Periksa ketegangan
- Perilaku gelisah cukup otot, frekuensi nadi,
menurun (4) tekanan darah dan
- Perilaku tegang cukup suhu sebelum dan
menurun (4) sesudah latihan
- Frekuensi nadi cukup 3. Monitor terhadap
menurun (4) terapi relaksasi
- Frekuensi darah cukup Terapeutik
menurun (4) 1. Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
2. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik tau
tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis.
musik, meditasi
nafas dalam,
relaksasi otot
progresif)
2. Anjurkan sering
mengulang atau
melatih teknik yang
dipilih
3. Mendemonstrasikan
melatih teknik nafas
dalam

2. Intra Anestesi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan
pendarahan keperawatan selama 1 x 20 pendarahan ( I.
d.d tindakan menit diharapkan masalah 02067)
pembedahan keperawatan resiko Observasi:
(D. 0012) pendarahan dapat diatasi - Monitor tanda
dengan kriteria hasil : dan gejala
Tingkat Pendarahan pendarahan
(L.02017) - Monitor tanda
- Pendarahan pasca tanda vital
operasi dari 3 ortostatik
menjadi 5 Terapeutik:
- Suhu tubuh dari 2 - Pertahankan bed
menjadi 4 rest selama
pendarahan
Edukasi:
- Anjurkan
meningkatkan
asupan makanan
dan vit K
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian obat
pengontrol
pendarahan
(asam
tranexamat 500
mg)
3. Post anestesi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
mobilitas keperawatan selama 1 x 30 (I.05173)
fisik b.d efek menit diharapkan masalah 1. Identifikasi
agen keperawatan gangguan adanya nyeri
farmakologis mobilitas fisik dapat atau keluhan
(anestesi diatasi dengan kriteria fisik lainnya
spinal) hasil : 2. Identifikasi
Mobilitas fisik (L.05042) toleransi fisik
- Pergerakan ektremitas melakukan
sedang (3) pergerakan
- Gerakan terbatas 3. Fasilitasi
cukup menurun (4) aktivitas
mobilisasi
dengan alat
bantu
4. Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

L. Implementasi
1. Pre Anestesi
Diagnos Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
a
Ansietas 10 Januari Mengidentifikasi DS : Pasien
b.d 2024/14:40 relaksasi yang pernah mengatakan untuk
kurang efektif digunakan menengkan diri
terapar biasanya dengan
informasi istighfar
DO : Pasien tampak
beristighfar

Memonitor terhadap DS : -
terapi relaksasi DO : Pasien tampak
tenang setelah
berdzikir

Menjelaskan tujuan, DS : Pasien mengtakan


manfaat, batasan dan paham dengan
menggunakanrelaksasi penjelasan perawat
nafas dalam DO : Pasien dapat
menjelaskan kembali
penjelasan dari
perawat
Menganjurkan sering
mengulang atau melatih DS : Pasien
teknik yang dipilih mengatakan bersedia
DO : Pasien
mengangguk

Mendemonstrasikan DS : Pasien
melatih teknik nafas mengatakan paham
dalam DO : Pasien dapat
mempraktekan teknik
reaksasi nafas dalam
yang sudah dianjurkan

2. Intra Anestesi
Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi
Resiko 10 januari Memonitor tanda dan Ds: -
pendarahan 2024/ 15:15 gejala pendarahan Do:
d.d tindakan (jumlah cairan pada - Cairan +100 cc
pembedaha suction dan kassa) - Kassa 60
n
Memonitor tanda- Ds: -
tanda vital dan CRT Do:
- TD: 115/76
- N: 78x/menit
- Suhu: 360C

Berkolaborasi dalam DS: -


pemberian asam DO:
Traneksamat 500 mg - Inj asam
traneksamat 50
mg

3. Post Anestesi
Diagnosa Tanggal/ Implementasi Evaluasi
Jam
Gangguan 10 januari Mengidentifikasi DS : Pasien
mobilitas 2024/16:00 adanya nyeri atau mengatakan kedua
fisik b.d efek keluhan fisik lainnya kakinya belum bisa
agen digerakan
farmakologis DO : Pasien tampak
(anestesi berbaring ditempat
spinal) tidur

Memfasilitasi aktivitas DS : Pasien


mobilisasi dengan alat mengatakan masih
bantu susah untuk
melakukan aktivitas
DO : Pasien tampak
lemas

Melibatkan keluarga DS : Pasien


untuk membantu pasien mengatakan masih
dalam meningkatkan susah dalam
pergerakan menggerakan kedua
kakinya sehingga
dalam melakukan
pergerakan dibantu
oleh keluarganya
DO : Pasien tampak
dibantu oleh
keluarganya

M. Evaluasi
1. Pre Anestesi
Tgl/Jam Evaluasi TTD
10 januari S : Syaif
2024/14.45 - Pasien mengatakan cemas
berkurang
- Pasien mengatakan masih merasa
takut
O:
- Pasien gelisah
- Pasien sudah tidak tegang
A : Masalah keperawatan ansietas belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Lakukan relaksasi nafas dalam
2. Intra Anestesi
Tgl/Jam Evaluasi TTD
10 januari S : - Syaif
2024/ 15:30 O :
- Pendarahan ±200 cc
- TD : 100/80 mmHg
- Nadi : 75x/menit
- Suhu : 36,10C
A : Masalah keperawatan resiko
pendarahan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Monitor tanda dan gejala
pendarahan

3. Post Anestesi
Tgl/Jam Evaluasi TTD
10 Januari S : Pasien mengatakan kedua kakinya Syaif
2024/16.05 belum bisa digerakan
O:
- Pasien hanya berbaring ditempat
tidur
- Gerak pasien masih terbatas dan
dibanu oleh keluarga maupun
perawat
A : Masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Memfasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
- Melibatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
BAB IV
PEMBAHASAN

Terdapat beberapa definisi Sectio Caesarea (SC). SC adalah suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram (Prawirohardjo, 2010).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan asuhan kepenataan anestesi pada Ny. A dengan Fetal Distress
di Intalasi Bedah Sentral RS Aghisna Medika Kroya, dapat disimpulkan:
1. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian ditemukan data- data sesuai dengan penyakit pasien
yaitu Fetal Distress dan nantinya data tersebut akan menjadi dasar bagi penulis
untuk menegakkan diagnosa dalam melakukan tindakan keperawatan.
2. Diagnosa berdasarkan data yang didapat, ditemukan 4 diagnosa pada kasus Fetal
Distress ini :
a. Pre anestesi
1) Ansietas b.d krisis situasional (terjadinya Fetal Distress)
2) Risiko cedera bayi b.d
b. Intra anestesi
1) Perdarahan b.d tindakan invasif
c. Pasca anestesi
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan mengacu kepada diagnosa yang ditegakkan dan dibuat
sesuai pada buku rencana asuhan keperawatan dapat berupa tindakan mandiri
maupun tindakan kolaborasi.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan secara kontinue dilakukan di Ruang Perawat
5. Evaluasi
Evaluasi dapat berupa respon verbal, respon non verbal dan hasil
pemeriksaan.Tidak semua masalah dapat teratasi, karena adanya keterbatasan
waktu bagi penulis untuk melakukan Asuhan Keperawatan dan keadaan klien yang
sudah membaik seutuhnya.
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan dan daftar pustaka bagi Mahasiswa
Keperawatan Anestesi Universitas Muhammadiyah Gombong dalam menerapkan
ilmu dan asuhan keperawatan anetesi Fetal Distress
2. Bagi Penata Anestesi
Diharapkan bagi penata anestesi untuk menerapkan asuhan kepenataan anestesi Fetal
Distress
3. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menjadi koreksi dan pedoman bagi penulis tentang asuhan
kepenataan anestesi Fetal Distress

Anda mungkin juga menyukai