Anda di halaman 1dari 93

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM

BLUES DI RS PKU MUHAMMADIYAH


PETANAHAN

Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kebidanan

Diajukan oleh :

Nur Wakhidah
NIM 202206028

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2023
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM
BLUES DI RS PKU MUHAMMADIYAH
PETANAHAN

Skripsi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kebidanan

Diajukan oleh :

Nur Wakhidah
NIM 202206028

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2023
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang saya ajukan tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis digunakan sebagai rujukan dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka, dan sudah dinyatakan lolos uji plagiarism. Apabila dikemudian hari
ditemukan seluruh atau sebagian dari skripsi tersebut terdapat indikasi
plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Demikianlah pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa
unsur paksaan dari siapapun.

Gombong, Desember 2023

Nur Wakhidah
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Muhammadiyah Gombong, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nur Wakhidah
NIM : 202206028
Program studi : S1 Kebidanan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Gombong Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-
exclusive Royalty-Freee right) atas skripsi saya yang berjudul

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM BLUES


DI RS PKU MUHAMMADIYAH PETANAHAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak cbebas royaltu
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Gombong berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempubllikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.
Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gombong
Skripsi, Januari 2023
Nur Wakhidah1, Kusumastuti2

INTISARI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM BLUES


DI RS PKU MUHAMMADIYAH PETANAHAN

Latar belakang: Kejadian postpartum blues pada wanita pasca melahirkan


mencapai 50-70%. Faktor resiko terjadinya postpartum blues dapat berasal dari
internal maupun eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan postpartum
blues yaitu perubahan hormonal yang fluktuatif setelah bersalin. Sedangkan faktor
dari luar disebabkan karena dukungan suami, dukungan keluarga dan lingkungan
yang kurang dan kondisi sosial ekonomi.
Tujuan : Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya
postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan rancangan korelasional pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang berjumalh 40 wanita. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling
sehingga diperoleh sampel sebanyak 40 ibu nifas. Dalam menganalisis data secara
bivariat, pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji Rank Spearman
dengan taraf signifikan 95%.
Hasil:. Hasil uji statistik Rank Spearman menyatakan bahwa Faktor internal (usia,
pendidikan, pengetahuan, paritas) dan Faktor eksternal (dukungan suami,
pekerjaan, mitos mempengaruhi kejadian postpartum blues di RS PKU
Muhammadiyah petanahan dengan p value <0.05
Kesimpulan : Faktor internal (usia, pendidikan, pengetahuan, paritas) dan Faktor
eksternal (dukungan suami, pekerjaan, mitos mempengaruhi kejadian postpartum
blues.
Kata kunci : postpartum blues, nifas, faktor pengaruh
Kepustakaan : 27 sumber (tahun 2015-2021)
Jumlah halaman: x + 65 halaman + 7 lampiran,
1
Mahasiswa Prodi S1 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Gombong
2
Dosen Universitas Muhammadiyah Gombong
3
Dosen Universitas Muhammadiyah Gombong
Undergraduate Midwifery Study Program
Faculty of Health Sciences
Universitas Muhammadiyah Gombong
Thesis, January 2023
Nur Wakhidah1, Kusumastuti2

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING POSTPARTUM BLUES AT PKU


MUHAMMADIYAH PETANAHAN HOSPITAL

Background: Postpartum blues in postpartum women reach 50-70%. Risk factors


for postpartum blues can come from internal or external. Internal factors that can
cause postpartum blues are fluctuating hormonal changes after childbirth. While
external factors are caused by husband support, family support and insufficient
environment and socioeconomic conditions.
Objective: To find out the factors that influence the occurrence of postpartum
blues at PKU Muhammadiyah Petanaha Hospitaln.
Method: The type of this research used quantitative research with a correlational
design of cross sectional approach. The population in this study was all
postpartum mothers totaling 40 women. The sampling technique in this study
used purposive sampling. In analyzing the data bivariately, data testing was
carried out using the Spearman Rank test with a significant level of 95%.
Results:. Rank Spearman stated that internal factors (age, education, knowledge,
parity) and external factors (husband support, work, myths influenced the
incidence of postpartum blues at PKU Muhammadiyah Petanahan Hospital with p
value <0.05
Conclusion: Internal factors (age, education, knowledge, parity) and
external factors (husband support, occupation, myths influence the incidence
of postpartum blues.
Keywords: postpartum blues, puerperium, influence factor
Bibliography : 27 sources (2015-2021)
Number of pages: x + 65 pages + 7 attachments,
1
Student of S1 Midwifery Study Program, Universitas Muhammadiyah
Gombong
2
Lecture of Universitas Muhammadiyah Gombong
3
Lecture of Universitas Muhammadiyah Gombong
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Faktor yang mempengaruhi Postpartum Blues Di RS PKU Muhammadiyah
Petanahan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
tugas akhir sebagai mahasiswa Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Universitas Muhammadiyah Gombong. Penyusunan skripsi ini tentunya tidak
terlepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai macam pihak. Untuk itu penulis
ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, serta dorongan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimasih kepada :
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan kemudahan pada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
2. Dr. Hj. Herniyatun, M.Kep, Sp. Mat selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gombong.
3. Eka Riyanti, M.Kep.,Sp.Kep.Mat selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gombong
4. Dyah Puji Astuti, S.SiT., M.P.H. selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kebidanan Universitas Muhammadiyah Gombong yang telah memberikan
dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Kusumastuti, S.SiT.,M.Kes PH selaku Pembimbing I yang telah banyak
memberikan arahan, bimbingan, dukungan, masukan, dan motivasi dalam
penyusunan proposal ini.
6. Hastin Ika Indryastuti, S., SiT., MPH selaku anggota penguji yang telah
banyak memberikan arahan, bimbingan, dukungan, masukan, dan motivasi
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Orang tua, sahabat, serta teman-teman sekalian yang selalu memberikan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa banyak sekali kekurangan pada skripsi ini. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan dan saran untuk ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat terhadap ilmu pengetahuan khususnya
pada bidang kesehatan.

Gombong, Juli 2023

Nur Wakhidah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN............................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................................v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
INTISARI........................................................................................................vii
ABSTRACT.....................................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A Latar Belakang ................................................................................. 1
B Rumusan Masalah ............................................................................ 6
C Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
D Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
E Keaslian Penelitian ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9
A Tinjauan Teori .................................................................................. 9
B Kerangka Teori ................................................................................ 25
C Kerangka Konsep ............................................................................. 26
D Hipotesis .......................................................................................... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 27
A Desain Penelitian ............................................................................. 27
B Populasi Dan Sampel ....................................................................... 29
C Tempat Dan Waktu Penelitian ......................................................... 29
D Variable Penelitian ........................................................................... 30
E Definisi Operasional ......................................................................... 32
F Instrumen Penelitian ......................................................................... 32
G Validitas Dan Reliabilitas ................................................................ 32
H Etika Penelitian ................................................................................ 34
I Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 35
J Teknik Analisa Data .......................................................................... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................46
A Hasil Penelitian..................................................................................46
B Pembahasan........................................................................................50
C Keterbatasan Penelitian......................................................................62
BAB V PENUTUP..........................................................................................63
A Kesimpulan .......................................................................................64
B Saran...................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keaslian Penelitian ........................................................................... 7


Tabel 2. Definisi Operasional .........................................................................31
Tabel 3. Distribusi frekuensi karateristik responden………………..............36
Tabel 4 Distribusi frekuensi kejadian postpartum blues ............................. 35
Tabel 5 Hubungan umur dengan kejadian postpartum blues....................... 35
Tabel 6 Hubungan pendidikan dengan kejadian postpartum blues............. 35
Tabel 7 Hubungan pengalaman dengan kejadian postpartum blues............ 35
Tabel 8 Hubungan dukungan suami dengan kejadian postpartum blues..... 35
Tabel 9 Hubungan pekerjaan dengan kejadian postpartum blues................ 35
Tabel 10 Hubungan mitos dengan kejadian postpartum blues.................... 35
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori .............................................................................. 25


Gambar 2. Kerangka Konsep ........................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informed Consent


Lampiran 2. Lembar Kesediaan menjadi subyek penelitian
Lampiran 3. Lembar EPDS
Lampiran 4. Lembar kuesioner
Lampiran 5. Uji Turnitin skripsi
Lampiran 6. Hasil analisa data
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Postpartum merupakan periode krisis bagi ibu, pasangan, maupun

keluarga. Periode ini memerlukan proses penyesuaian yang baik karena

terjadinya perubahan secara fisik, psikologis, maupun pada struktur

keluarga (Silbert & Pillitteri, 2018). Saat melalui proses transisi ini,

kerentanan ibu mengalami peningkatan dan akan menghadapi banyak

tantangan dapat memicu beberapa kondisi perubahan emosi pada ibu

(Ricci, Kyle, & Carman, 2019). Emosi yang muncul tidak hanya

kebahagiaan tetapi juga kecemasan dan paranoid. Ibu akan merasakan

perasaan sedih, setelah melahirkan atau sering disebut postpartum blues

(Tindaon, 2018).

Postpartum blues sendiri memiliki arti perasaan sedih dan depresi

yang muncul pada hari ketujuh setelah persalinan (Silbert & Pillitteri,

2018). Puncak kecemasan ini dapat terakumulasi menjadi depresi jika

diabaikan (Sarli & Ifayanti, 2018). Penyebab pasti postpartum blues masih

belum diketahui, namun diduga ada dua faktor baik faktor internal yang

mengarah pada faktor psikologis dan kepribadian dan faktor eksternal,

yang mengarah pada dukungan sosial, kondisi dan kualitas bayi, status

mental suami, (Mansur & Budiarti, 2019), serta coping stress (Ningrum

2017).
Di Indonesia masih belum banyak diketahui angka kejadian

postpartum blues, mengingat belum adanya lembaga terkait yang

melakukan penelitian terhadap kasus tersebut, namun tanpa kita sadari

ternyata gangguan ini mulai menunjukkan presentase yang cukup besar,

penelitian yang dilakukan pun masih jarang, sehingga perlu dilakukan

penelitian-penelitian yang berkaitan dengan postpartum blues (Fitrah and

Helina, 2017). Masalah postpartum blues di Indonesia juga kurang

mendapat perhatian, hal ini disebabkan oleh budaya dan sifat orang

Indonesia yang cenderung lebih sabar dan menerima apa yang dialaminya

baik itu peristiwa yang menyenangkan maupun menyedihkan dan tidak

sedikit orang yang menganggap postpartum blues hanya dialami orang

wanita-wanita diluar Indonesia (Hidayah, 2016).

Kejadian postpartum blues pada wanita pasca melahirkan mencapai

50-70% (Katona et al, 2019). Angka kejadian postpartum blues di Asia

yakni 26% sampai 85%. Di Indonesia dijelaskan sebanyak 50% ibu nifas

mengalami depresi setelah melahirkan dan hampir 80% ibu baru

mengalami perasaan sedih setelah melahirkan atau sering disebut

postpartum blues (WHO, 2018). Angka kejadian depresi postpartum di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2021 sebanyak 4.40% (Dinkes Prov Jawa

Tengah, 2021). Di Kabupaten Kebumen didapatkan hasil bahwa angka

kejadian postpartum blues tahun 2021 yaitu 15,4% (Dinkes Kebumen,

2021). Berdasarkan penelitian Desti (2022) menyebutkan bahwa angka

kejadian postpartum blues di RS PKU Petanahan mencapai 47.8% .


Kebijakan program nasional kunjungan masa nifas dilakukan 4 kali

untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi

dan menangani masalah yang terjadi. Peran dan tanggung jawab dari

tenaga kesehatan dalam masa nifas tidak hanya melakukan pemeriksaan

fisik ibu saja, seperti tanda-tanda vital ibu dan ada tidaknya perdarahan

abnormal, namun juga keadaan psikologis ibu. Di Indonesia masalah

psikilogis pada ibu postpartum belum tergali oleh tenaga kesehatan.

Pengkajian kondisi psikologis ibu postpartum belum dilaporkan secara

pasti, biasanya penderita baru akan dikenali bila kondisi sudah mengalami

depresi berat (Fairus, 2018).

Faktor resiko terjadinya postpartum blues dapat berasal dari internal

maupun eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan postpartum

blues yaitu perubahan hormonal yang fluktuatif setelah bersalin, faktor

psikologis dan kepribadian, pernah mengalami depresi sebelumnya. Faktor

internal lainnya juga didapat dari perempuan yang memiliki riwayat

kehamilan dan persalinan dengan komplikasi, persalinan section caesarea,

kehamilan yang tidak direncanakan, bayi berat badan lahir rendah

(BBLR), dan pada ibu yang menyusui dan mengalami kesulitan dalam

menyusui serta ibu yang tidak mempunyai pengalaman merawat bayi.

Sedangkan faktor dari luar disebabkan karena dukungan suami, dukungan

keluarga dan lingkungan yang kurang dan kondisi sosial ekonomi

(Qiftiyah, 2018). Penelitian Kusumastuti, et al (2022) menjelaskan ada

143 dari 247 ibu nifas yang mengalami postpartum blues, dengan faktor

dominan penyebab postpartum blues adalah dukungan sosial dengan nilai


p-value 0.000, faktor umur dengan p-value 0.002 dan juga faktor

pemberian ASI dengan p-value 0.05. Penelitian Kusumastuti et al (2022)

juga menjelaskan bahwa penting untuk mengikutsertakan peran suami dan

keluarga sebagai upaya pencegahan terjadinya postpartum blues.

Dampak postpartum blues yang dikenal sebagai bentuk depresi

tingkat ringan dapat berkembang menjadi depresi postpartum dan

psikologi postpartum, yang mempunyai dampak lebih buruk (Padila,

2014). Postpartum blues pada ibu yang sedang menyusui akan

menghambat pengeluaran oksitoksin yang akhirnya mengurangi produksi

ASI. Ibu yang mengalami postpartum blues cenderung enggan

memberikan ASI dan enggan berinteraksi dengan bayinya. Akibatnya,

dalam jangka waktu pendek bayi akan mengalami kekurangan nutrisi

karena tidak mendapatkan asupan ASI dan hubungan emosional kurang

terjalin. Dampak jangka waktu panjang akan menyebabkan keterlambatan

perkembangan, mengalami gangguan emosional dan masalah sosial

(Susanti, 2016). Dampak lainya juga seperti masalah perilaku pada anak,

masalah tidur, tantrum, agresif dan hiperaktif, kemudian terganggunya

perkembangan kognitif anak seperti lambat bicara (Astuti, 2019).

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan adalah salah satu

rumah sakit yang terletak di Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen.

Jumlah persalinan pada bulan Juni 2023 baik persalinan pervaginam

maupun SC berjumlah 40 pasien. Berdasarkan hasil studi pendahuluan

yang telah peneliti lakukan pada tanggal 1 Juli 2023 dengan membagikan

kuesioner karakteristik responden dan kuesioner dukungan suami kepada


10 ibu nifas diperoleh hasil bahwa kejadian postpartum blues di PKU

Muhammadiyah Petanahan sebagian besar terjadi pada wanita usia 20-25

tahun karena belum mempunyai pengalaman melahirkan sebelumnya,

faktor lain yang melatarbelakangi terjadinya postpartum blues adalah

kurangnya dukungan dari suami

Mengingat begitu banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya

postpartum blues, maka peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian

tentang faktor yang mempengaruhi terjadinya Postpartum Blues Di RS

PKU Muhammadiyah Petanahan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas

maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa saja faktor yang

mempengaruhi Postpartum Blues Di RS PKU Muhammadiyah

Petanahan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang mempengaruhi postpartum blues di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (umur, paritas, pekerjaan,

pendidikan) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan.


b. Mengetahui kejadian postpartum blues di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Petanahan

c. Menganalisis faktor internal (umur, pendidikan, pengalaman) yang

mempengaruhi terjadinya postpartum blues

d. Menganalisis faktor eksternal (dukungan suami, pekerjaan,

budaya) yang mempengaruhi terjadinya postpartum blues

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi Bidan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan peran bidan

dalm mengurangi kejadian postpartum blues di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Petanahan.

2) Bagi Institusi

Sebagai tambahan bahan pustaka bagi Universitas

Muhammadiyah

Gombong khususnya Program Studi Sarjana Kebidanan Tentang faktor

faktor yang mempengaruhi kejadian postpartum blues di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Petanahan.

3) Bagi Penulis

Mampu mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kejadian

postpartum blues.
E. Keaslian penelitian

Tabel 1 Keaslian penelitian

Nama Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan dan


Peneliti dan Penelitian Penelitian Perbedaan dengan
Tahun Penelitian ini
Susilawati, Faktor-Faktor Cross sectional Mayoritas responden Perbedaan : Lokasi
Dewayani, yang Teknik dengan umur < 20 tahun penelitian, jumlah sampel
Oktaviani, mempengaruhi pengambilan dan > 35 tahun, dengan dalam penelitian, teknik
Subekti (2020) kejadian Post sampel dengan status pendidikan tinggi, analisa data yang digunakan
Partum Blues di metode simple pendapatan tinggi,
RS Akademik random sampling. primipara, status Persamaan : Desain
Universitas Jumlah sampel kehamilan yang tidak penelitian yang digunakan
Gadjah Mada pada penelitian ini diinginkan, tidak ada menggunakan pendekatan
sebanyak 31 dukungan suami, cara cross sectional
responden yang persalinan dengan sectio
bersalin di RS caesarea, dan ibu yang
Akademik UGM bekerja lebih dari 50% ibu
yang diobservasi mengalami postpartum
dan di interview blues. Analisa data
secara terstruktur menggunakan logistik
menggunakan regresi faktor- faktor yang
kuesioner mempengaruhi kejadian
postpartum blues adalah
umur, paritas, dan status
pekerjaan (p-values <
0,05).

2. Purwati, Faktor-Faktor Metode penelitian Hasil penelitian Perbedaan : Lokasi


Noviana yang ini menggunakan menunjukkan Usia dan penelitisn, jumlah sampel
(2020) menyebabkan kualitatif melalui paritas tidak selalu
kejadian Post pendekatan menjadi faktor pencetus Persamaan : Teknik
Partum Blues fenomenologi gejala postpartum blues, pengambilan sampel, teknik
dengan penyebab postpartum analisa data yang digunakan
pengambilan blues adalah khawatir
populasi dengan dengan bayi, factor
cara purposive kelelahan ibu, komentar
sampling orang sekitar tentang ibu,
dukungan dan kehadiran
suami, adaptasi terhadap
kehadiran bayi.
3. Karolina Relationship Sebanyak 101 Hasil:Probabilitas Perbedaan : Lokasi
maliszweska, Social wanita dalam postpartum blues penelitian, teknik
Malgorzata SOPPORT, and minggu pertama terdeteksi pada 16,8% pengambilan sampel
Swiatkowska- Personality as postpartum responden. Risiko
Freud, Mariola Psychosocial dilibatkan dalam menurun dengan Persamaan : Instrumen yang
Bizan, Krzysztof determinants of penelitian ini. kepuasan yang lebih digunakan, dan teknik
Preis (2016) the risk for post Skala Depresi tinggi dengan keintiman analisa data yang digunakan
partum blues Postnatal (OR = 0,81), kesamaan menggunakan Kendal Tau
Edinburgh, pasangan (OR = 0,78),
pertanyaan dan kepuasan keseluruhan
tentang status dengan hubungan (OR =
medis dan sosial 0,94), sedangkan
mereka, dan tes kekecewaan yang lebih
psikologis (Neo- tinggi meningkatkan
Five Factor risiko tersebut (OR =
Personality 1,12). Sejauh menyangkut
Inventory NEO- dukungan sosial, faktor
FFI, Kuesioner independen lebih lanjut
Pernikahan termasuk dukungan sosial
Mieczysław Plopa yang dirasakan tersedia
dan Jan (OR = 0,31), dukungan
Rostowski, dan sosial instrumental yang
Skala Dukungan dirasakan (OR = 0,24),
Sosial Berlin) kebutuhan akan dukungan
digunakan. (OR = 2,74), dan
dukungan penyangga
pelindung (OR = 3,41) .
Tingkat neurotisme yang
tinggi serta ketakutan
akan persalinan
meningkatkan risiko
postpartum blues (OR =
2,17 dan OR = 1,30,
masing-masing). Tingkat
ekstraversi yang tinggi
dan kualitas tidur yang
lebih baik merupakan
faktor pelindung (OR =
0,74 dan OR = 0,60,
masing-masing).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Masa Postpartum

a. Definisi

Masa nifas atau yang biasa disebut dengan puerperium adalah

permulaan setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ rahim

kembali ke fungsi sebelum kehamilan. Berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari. Namun, itu akan pulih sepenuhnya dalam waktu 3 bulan.

Dan akan mengalami perubahan fisik dan mental. Masa ini sangat kritis

bagi ibu dan bayinya, oleh sebab itu diperlukan perawatan nifas yang

tepat karena jika tidak ditangani dengan baik maka ibu dan bayinya akan

terancam (Sulistyawati, 2018)

b. Perubahan pada kondisi psikis ibu nifas.

Ibu nifas membutuhkan adaptasi setelah persalinan. Keluarga

diharapkan harus selalu menyemangati ibu dan memberikan motivasi

kepada si ibu akan peran barunya. Beberapa tahapan ibu setelah

melahirkan antara lain:

1) Fase taking in
Merupakan fase dimana ibu memerlukan bantuan. Fase ini

terjadi di hari ke 1 dan ke 2 setelah proses bersalin. Ibu lebih

cenderung fokus ke dirinya. Fase ini merupakan periode

ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari

kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu

terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses

persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu

cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah

tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif

terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu

dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Gangguan

psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:

a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan

tentang bayinya misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit,

jenis rambut dan lain-lain.

b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisk yang

dialami ibu misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi

untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri

luka jahitan.

c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.

d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat

bayinya dan cenderung melihat tanpa membantu.

2) Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.


Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir atau ketidak mampuan

dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu

perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan

dukungan karena saat ini merasakan kesempatan yang baik untuk

menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri:

3) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase

ini.

c. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas, memiliki tahapan menurut (Winarni et al., 2020) adalah :

1) Puerperium Dini

Masa pemulihan, yaitu ketika ibu diizinkan untuk berdiri dan

berjalan.

2) Puerperium Intermedial

Di masa ini ibu nifas mengalami kepulihan yang menyeluruh dari

organ-organ genetal yang berlangsung sekitar 6-8 minggu.

3) Remote Puerperium

Merupakan waktu yang diperlukan untuk ibu nifas agar kembali

sehat dan sempurna terutama sebelum hamil.


2.Postpartum Blues

a. Definisi

Postpartum blues merupakan problem psikis sesudah

melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan

depresi pada ibu (Rukiyah dan Yulianti, 2017). Menurut Siti dan Ade,

(2013). Postpartum Blues merupakan perwujudan fenomena

psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan

bayinya atau ketidakmampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu

keadaan baru dimana kehadiran anggota baru dalam pola asuhan bayi

dan keluarga.

b. Tanda dan Gejala Postpartum blues

Menurut Suherni, (2019) Postpartum Blues atau sering disebut

juga maternity blues atau sindroma ibu baru dimengerti sebagai suatu

sindoma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu

pertama setelah persalinan ditandai dengan gejala sebagai berikut :

1) Reaksi depresi / sedih/ disforia

2) Sering menangis.

3) Mudah tersinggung (iritabilitas).

4) Cemas.

5) Labilitas perasaan.

6) Cenderung menyalahkan diri sendiri.

7) Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

8) Kelelahan.

9) Mudah sedih.
10) Cepat marah

11) Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih dan cepat pula

menjadi gembira

12) Perasaan terjebak, marah kepada pasangan.

13) Perasaan bersalah

14) Sangat pelupa.

Postpartum Blues tidak berhubungan langsung dengan kesehatan ibu

atau bayinya maupun komplikasi obstetric tetapi bagaimanapun

faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perubahan mood ibu.

Gejala-gejala tersebut timbul setelah persalinan dan pada umumnya

akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa

hari setelah persalinan. Namun pada saat beberapa kasus gejala-gejala

tersebut terus bertahan dan baru hilang setelah beberapa hari, minggu

atau bulan bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih

berat. Postpartum Blues dikategorikan sebagai sindroma gangguan

mental yang ringan oleh sebab ini sering tidak diperdulikan dan

diabaikan sehingga tidak terdiagnosa dan tidak dilakukan asuhan

sebagai mana mestinya (Karolina, 2016)

Hal tersebut dapat menimbulkan masalah yang menyulitkan

dan dapat membuat perasaan tidak nyaman bagi ibu yang

mengalaminya. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa

saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada sesuatu hal yang

salah namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang

sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau tenaga


kesehatan untuk memeinta pertolongan seringkali hanya mendapatkan

saran untuk beristirahat atau lebih banyak tidur, tidak gelisah, minum

obat, atau berhenti mengasihi diri sendiri dan mulai merasa gembira

menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai

c. Faktor Penyebab

Faktor penyebab Postpartum Blues. Menurut Herni dkk (2016).

Beberapa penyebab Postpartum Blues diantaranya :

1) Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan

gangguan pada emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan,

rasa mules.

2) Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan

emosional yang kompleks.

3) Faktor umur dan paritas (jumlah anak).

Kejadian postpartum blues lebih banyak dialami oleh wanita yang

berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun. Postpartum

blues juga lebih banyak dialami oleh ibu primipara karena ibu

belum mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya (Intan,

2019).

4) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.

d. Patofisiologi postpartum blues

. Patofisiologi depresi postpartum hingga saat ini belum diketahui

dengan pasti, di mana terdapat beberapa teori termasuk faktor genetik,


hormonal, dan psikologis. Stresor kehidupan sosial dipercaya

berperan dalam perkembangan depresi postpartum. Menurut

Roswiyani (2015) produksi hormon progesteron dan esterogen

menurun tajam setelah persalinan selesai hingga kurang lebih 72 jam.

Disamping itu disebabkan mental ibu sendiri ketidaksiapan ibu,

keluarga yang tidak mau kooperatif, masalah sebelum persalinan atau

kehamilan dan ketidaktahuan ibu akan perawatan bayi. Banyak sekali

aspek yang mempengaruhi ibu post partum mengalami postpartum

blues. Tidak hanya secara biologis namun lingkungan juga berpotensi

menyumbangkan munculnya post partum blues pada ibu nifas

e. Penanganan Postpartum blues

Menurut Suherni (2019). Dalam menjalani adaptasi setelah

melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :

1) Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin

diungkapkan.

2) Bicarakan rasa cemas yang dialami.

3) Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru

setelah melahirkan.

4) Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mengurus

bayi atau rumah tangga.

5) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan mediasi.

6) Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur.

7) Berolahraga ringan.

8) Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.


9) Dukungan tenaga kesehatan.

10) Dukungan suami, keluarga, teman-teman sesama ibu.

11) Konsultasikan pada dokter atau orang yang professional agar

dapat meminimalisasikan faktor resiko lainya dan membantu

melakukan pengawasan.

f. Dampak Postpartum blues

Jika kondisi baby blues syndrome tidak disikapi dengan benar, bisa

berdampak pada hubungan ibu dengan bayinya, bahkan anggota keluarga

yang lain juga merasakan dampak dari baby blues syndrome tersebut. Jika

baby blues dibiarkan, dapat berlanjut menjadi depresi pasca melahirkan,

yaitu berlangsung lebih dari hari ke-7 pasca persalinan. Depresi setelah

melahirkan rata-rata berlangsung tiga sampai enam bulan, bahkan

terkadang sampai delapan bulan.

Pada keadaan lanjut dapat mengancam keselamatan diri dan anaknya

(Kasdus, 2017).

1) Pada ibu

a) Menyalahkan kehamilannya

b) Sering menangis

c) Mudah tersinggung

d) Sering terganggu dalam waktu istirahat atau insomnia berat

e) Hilang percaya diri mengurus bayi, merasa takut dirinya tidak bisa

memberikan ASI bahkan takut apabila bayinya meninggal

f) Muncul kecemasan terus menerus ketika bayi menangis


g) Muncul perasaan malas untuk mengurus bayinya

h) Mengisolasi diri dari lingkungan masyarakat

i) Frustasi hingga berupaya untuk bunuh diri

2) Pada anak

Masalah perilaku Anak-anak yang dari ibu yang mengalami

postpartum blues lebih memungkinkan memiliki masalah perilaku,

termasuk masalah tidur, tantrum, agresif, dan hiperaktif.

g. Pencegahan Postpartum blues

Menurut Saleha (2016) respon yang terbaik dalam menangani kasus

depresi postpartum adalah kombinasi antara psikoterapi, dukungan sosial

dan medikasi seperti anti depresan. Suami dan anggota keluarga yang lain

harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling, sehingga dapat dibangun

pemahaman dari orang orang terdekat ibu terhadap apa yang dirasakan

dan dibutuhkan. Beberapa intervensi berikut dapat membantu seseorang

wanita terbatas dari ancaman gangguan psikologi setelah melahirkan :

1) Pelajari diri sendiri.

Pelajari dan mencari informasi mengenai depresi postpartum,

sehingga anda sadar terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka anda

akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.

2) Tidur dan makan yang cukup.

Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang

terbaik dengan makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting

selama periode postpartum dalam kehamilan.

3) Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan

peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga

membuat anda merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan

dalam diri anda.

4) Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan.

Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti

membeli rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan.

Tetaplah hidup secara sederhana dan menghindari stress, sehingga

dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan postpartum yang

diderita.

5) Beritahukan perasaaan anda jangan takut untuk berbicara dan

mengekpresikan perasaan yang anda inginkan dan butuhkan demi

kenyamanan, anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak

nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau

orang terdekat.

6) Persiapkan diri dengan baik.

Ikuti kelas senam hamil yang akan sangat membantu serta buku atau

artikel lainya yang diperlukan. Kelas senam hamil akan sangat

membantu dalam mengetahui berbagai informasi yang diperlukan.

Sehingga nantinya anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar

bersalin. jika anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis

saat melahirkan akan dapat dihindari.

7) Lakukan pekerjaan rumah tangga.

Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu anda melupakan


golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi

yang belum stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau

membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan

lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga telah melakukan

segalanya.

8) Dukungan emosional.

Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu

Anda dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada

mereka bagaimana perasaan serta perubahan kehidupan, hingga

merasa lebih baik setelahnya.

9) Dukungan kelompok postpartum Blues. Dukungan terbaik datang dari

orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama

dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok

postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga tidak merasa

sendirian menghadapi persoalan ini.

h. Cara Mengukur Depresi Postpartum

Cara mengukur depresi postpartum adalah dengan menggunakan

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah alat yang

dirancang khusus untuk menyaring penyimpangan suasana hati ibu.

EPDS dikembangkan pada tahun 1987. EPDS terdiri dari 10 pertanyaan

yang harus dijawab oleh ibu sendiri yang dapat diselesaikan kurang dari

5 menit. EPDS yang digunakan pada hari ke tujuh postpartum untuk

mengkaji kejadian postpartum blues

Dalam penelitian (Ningrum, 2017) Beck dan Gable (2001)


menyebutkan bahwa validasi EPDS tercatat sebagai berikut sensitivity=

86%, specificity= 78%, positive predictive value= 73%, dan coefficient

alpha= 0.87 dengan sampel 84 wanita nifas. EPDS yang dilakukan pada

minggu pertama pada wanita yang tidak menunjukkan gejala depresi

dapat memprediksi kemungkinan terjadinya depresi pasca persalinan

pada minggu ke 4 dan 8. Jika postpartum blues tidak segera ditangani

dengan baik akan mengakibatkan keadaan gangguan mental yang lebih

parah lagi atau biasa disebut depresi postpartum yang salah satu tanda

gejalanya adalah keinginan untuk menyakiti bayi atau dirinya sendiri.

Saat ini di Indonesia, wanita dengan depresi postpartum belum

dilaporkan secara pasti insidensinya. Biasanya penderita baru akan

dikenali bila kondisinya sudah mengalami depresi berat (postpartum

psychosis). Pentingnya petugas kesehatan untuk mengkaji kondisi

psikologis ibu masa nifas dan menangani kasus postpartum blues agar

tidak berlanjut kepada depresi postpartum (Ningrum, 2017).

i. Menurut Fatmawati (2019), faktor – faktor yang mempengaruhi

terjadinya post partum blues terbagi menjadi faktor internal dan faktor

eksternal antara lain adalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Usia

Menurut Chasanah dan Pratiwi (2019) pada umumnya,

persalinan dilakukan oleh individu yang sudah berusia diatas 20

tahun, hal ini terjadi karena adanya batas usia dalam pernikahan.

Batas usia dalam pernikahan sangat penting karena hal ini


berkaitan dengan kematangan emosional, fisik maupun psikologis.

2) Pengetahuan atau ketrampilan merawat bayi

Wanita yang belum mempunyai pengalaman dalam merawat

anak sehingga timbul rasa takut dan khawatir melakukan

kesalahan dalam merawat bayi. Begitu pula dalam melakukan

tugas sebagai seorang ibu, dapat merasa bingung, lebih terbebani

dan merasa kebebasannya berkurang dengan hadirnya seorang

anak menurut Fatimah (2019).

3) Pendidikan

Perempuan yang memiliki pendidikan tinggi menghadapi peran

dan konflik, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki

keinginan untuk bekerja atau melakukan kegiatan mereka di luar

rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang

tua dari anak-anak mereka menurut Lonstein (dalam Sarli, 2019).

4) Pengalaman Kehamilan dan Persalinan

Kondisi komplikasi kehamilan tidak mempengaruhi kondisi ibu

dalam masa nifas, terutama jika didapati kondisi anak yang

normal dan proses persalinan yang berjalan lancar. Namun jika

ternyata kondisi anak tidak normal dan proses persalinan tidak

berjalan dengan lancar, maka akan mempengaruhi kondisi ibu

menurut Kurniasari dan Astuti (2015).

b. Faktor Eksternal

1) Dukungan suami

Suami sebagai pasangan hidup yang mempunyai frekuensi


kualitas pertemuan lebih tinggi dibanding dengan dukungan sumber

yang lain dapat mengurangi kejadian post partum blues. Sehingga

pemberian dukungan sosial harus lebih sering diberikan oleh suami

dari pada sumber lainnya menurut Hasanah (2014). Dukungan suami

yang dimaksud disini berupa perhatian, komunikasi dan hubungan

emosional yang intim, merupakan faktor yang paling bermakna

menjadi pemicu terjadinya post partum blues menurut Kurniasari dan

Astuti (2015).

2) Pekerjaan

Wanita pekerja lebih banyak akan kembali pada rutinitas bekerja

setelah melahirkan dan cenderung memiliki peran ganda yang

menimbulkan gangguan emosional. Wanita yang bekerja dapat

mengalami postpartum blues disebabkan adanya konflik peran ganda

yang menimbulkan masalah baru. Wanita yang bekerja merasa

mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dalam rumah tangga

yaitu sebagai seorang istri dan seorang ibu yang juga memiliki

tanggung jawab dalam pekerjaannya.

3) Budaya atau kebiasaan masyarakat terkait persalinan

Kegiatan yang saling berinteraksi antar anggota keluarga, memiliki

masing-masing peran dan membuat serta mempertahankan sebuah

budaya menurut Megasari (2016). Hal ini memicu ibu post partum

dituntut untuk menyesuaikan budaya / kebiasaan setempat yang mana

belum tentu sesuai dengan suasana hatinya.


B. Kerangka Teori

Perubahan Psikologis
masa nifas

Fase taking in Fase taking hold Fase Letting go

Postpartum blues Patofisiologi


1. Hormonal
2. genetik
3. psikologis

Faktor internal Faktor eksternal


1. Usia 1. Dukungan suami
2. Pendidikan 2. Pekerjaan
3. Pengalaman 3. Budaya
4. Pengetahuan
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Suherni (2019), Sari dan Kurnia (2018)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka konsep penelitian dalam suatu

uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap

konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain

dari permasalahan yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2018).

Variabel Bebas Variabel Terikat

Faktor internal
1. Usia
2. Pendidikan
3. Pengalaman
Postpartum blues

Faktor eksternal
1. Dukungan
suami
2. Pekerjaan
3. Budaya

Gambar 2 Kerangka Konsep

D. Hipotesa
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pernyataan

penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat

(Sujarweni, 2014). Hipotesis merupakan dugaan sementara dari 2

kemungkinan jawaban yang disimbolkan dengan H. Dimana Ho merupakan

hipotesis nol dan Ha merupakan hipotesis alternatif (Sujarweni, 2014).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Faktor internal (usia, pendidikan, pengetahuan, paritas) dan faktor

eksternal (dukungan suami, pekerjaan, mitos) mempengaruhi kejadian

postpartum blues di RS PKU Muhammadiyah Petanahan

H0 : Faktor internal (usia, pendidikan, pengetahuan, paritas) dan faktor

eksternal (dukungan suami, pekerjaan, mitos) tidak mempengaruhi kejadian

postpartum blues di RS PKU Muhammadiyah Petanahan


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain atau Pancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan rancangan korelasional pendekatan cross sectional.

Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor memiliki kaitan

dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada

koefisien korelasi (Notoatmodjo, 2018). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui dua

variabel atau lebih berdasarkan koefisien korelasi.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas obyek/subyek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,

2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum di RS


PKU Muhammadiyah Petanahan. Jumlah populasi dalam penelitian ini

dalam kurun waktu bulan Januari-Juni 2023 dengan jumlah rata rata 45

orang.

2. Sampel

Menurut (Notoatmodjo, 2018) sampel adalah bagian dari populasi

yang dianggap mewakili populasinya. Besar sampel pada penelitian ini

ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2018). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu

cara pengambilan sampel tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

anggota populasi (Notoatmodjo, 2018).

Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini akan dihitung

menggunakan rumus Slovin yaitu :

N
n= 2
1+ Ne

45
n= 2
1+ 45(0.05)

n=40

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = ukuran populasi

e = batas ukuran kesalahan (eror tolerance) 5%

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum dari subyek penelitian

atau populasi target yang akan diteliti (Nursalam, 2018). Kriteria

inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


1) Bersedia menjadi responden

2) Bayi yang dilahirkan tidak mengalami kelainan kongenital

3) Ibu nifas hari 7 postpartum fase takinghold

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan proses mengeluarkan subjek yang tidak

memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian (Nursalam, 2018). Kriteria

eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Ibu Nifas dengan penyulit

2) Bayi yang meninggal setelah dilahirkan

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Petanahan yang

dimulai sejak Agustus 2023 sampai Oktober 2023

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2018) Dalam penelitian ini terdapat 2

variabel yaitu:

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain (Nursalam, 2018). Variabel independen dalam penelitian ini adalah


faktor yang mempengaruhi postpartum blues yaitu umur, pendidikan,

pengalaman, pekerjaan, dukungan, kepercayaan terhadap mitos

2. Variabel Dependent (Terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang diukur untuk menetukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2018).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah postpartum blues

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2018).

Tabel 2. Definisi Operasional


Variabel Definisi Cara Hasil Ukur Skala
Operasional ukur ukur
Variabel terikat: Gangguan Mengguna Kriteria penilaian : Ord
Pos emosional yang kan 1. Normal 0-9 inal
t terjadi pada ibu Kuesioner 2. Terjadi
part postpartum. EPDS postpartum blues
um Postpartum Blues (Edinburg ≥10
blu merupakan hPostnatal
es perwujudan Depression
fenomena scale)
psikologis yang dengan 10
dialami oleh wanita pertanyaan
yang terpisah dari
keluarga dan
bayinya atau
ketidakmampuan
seorang ibu untuk
menghadapi suatu
keadaan baru
dimana kehadiran
anggota baru dalam
pola asuhan bayi
dan keluarga
Variabel bebas’ Lama waktu Lembar 1= N
Umur hidup seseorang kuesioner usia omi
resiko nal
= <20
tahun
> 35
tahun

2=
usia
tidak
resiko
= 20-
35
tahun
Pendidikan Sebuah proses Lembar 1 N
pembelajaran kuesioner =Pendi omi
yang ditempuh dikan nal
seseorang dasar
2=
Pendid
ikan
menen
gah
3=
Pendid
ikan
lanjuta
n
Pengalaman Peristiwa yang Lembar 1= N
melahirkan dan pernah dialami kuesioner Ada omi
mengurus bayi seseorang terkait 2. = nal
proses Belum
pernah
persalinan dan
merawat bayi

Variabel bebas : Dukungan suami Mengguna Kriteria penilaian : Or


Dukung merupakan kan 1 Rendah < dina
an dukungan yang Kuesioner 81 l
Suami disampaikan oleh tertutup 2. Sedang =
suami kepada dengan 40 82-134
istrinya sebagai pertanyaan 3. Tinggi >134
wujud perhatian,
kasih sayang dan
tanggung jawab
atas kehidupan
istrinya.

Pekerjaan Aktivitas yang Lembar 1= N


dilakukan kuesioner Bekerj omi
manusia untuk a nal
memenuhi 2=
Tidak
kebutuhan
bekerj
a
Budaya Mitos terkait ibu Kuesioner 1= N
nifas percay omi
a nal
2
Tidak
percay
a

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah

(Anggraeni, 2018) Jenis instrumen penelitian dapat berupa : angket,

checklist, pedoman wawancara, pedoman pengamatan, alat pemeriksaan

laboratorium dan lain-lain (Anggraeni, 2018). Adapun isntrumen dalam

penelitian ini adalah :

1. Kuesioner EPDS

Kuesioner ini terdiri atas 10 pertanyaan dengan 4 plihan jawaban

berupa sering dengan skor 3, kadang kadang dengan skor 2, jarang

dengan skor 1 dan tidak pernah dengan skor 0. Instrumen yang

digunakan dari Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) yang

dikembangkan oleh cox, holden dan sagovsky sejak tahun 1987. EPDS

dipilih sebagai instrumen pada penelitian ini karena EPDS merupakan

instrumen baku dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya

dinyatakan bahwa instrumen tersebut telah teruji dan diakui validitas


dan reliabilitasnya. Uji validitas tersebut juga telah dilakukan pada

berbagai budaya dan tersedia dalam berbagai bahasa. Hasil uji coba

tersebut didapatkan nilai sensivitasnya 86% dan spesivitasnya 78%

(Scott, 2018).

Jumlah pernyataan instrumen EPDS ada 10 pernyataan positif

item, dimana pernyataan tersebut mudah dipahami, yang

memungkinkan klien dapat mengisinya serta tidak membuat klien

kelelahan saat menjawab kuesioner tersebut. Nilai maksimum EPDS

adalah 30 dengan interval 0-9 normal, ≥ 10 post partum blues.

2. Kuesioner dukungan suami

Kuesioner ini terdiri atas 40 pertanyaan dengan 5 pilihan jawaban yaitu

selalu, sering, kadang kadang, pernah dan tidak pernah. Kuesioner ini

diadopsi dari penelitian Hasanah (2019).

Nomor pertanyaan Jenis pertanyaan

1,2,3,4,5,6,8,9,11,14,16,17,19,2 Favorable
2,24,25,27,30,31,32,33,34,46,37
,38,39
7,10,12,13,15,18,2
0,21,23,26,28,29, unfavorable
35,40

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas

Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu harus melakukan uji

validitas untuk memastikan bahwa instrumen tersebut valid. Uji validitas

harus dipenuhi sebelum alat tersebut digunakan (Natoatmodjo, 2018).

a. Kuesioner EPDS
Kuesioner Edinburgh postnatal depression scale (EPDS) tidak

dilakukan uji validitas karena sudah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya yaitu Kurniasari (2015) dengan nilai validitas 0.756.

b. Kuesioner dukungan suami

Peneliti tidak melakukan uji validitas karena peneliti mengadopsi

kuesioner dukungan suami dari penelitian Hasanah (2019) dengan

nilai validitas 0.631

2. Uji Reliabilitas

Setelah uji validitas, instrument juga perlu dilakukan uji Reliabilitas

untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan dapat dipercaya (Riyanto,

2017).

a. Kuesioner EPDS

Kuesioner depresi tidak dilakukan uji reliabilitas karena sudah

dilakukan uji reliabilitas oleh peneliti sebelumnya yaitu Kurniasari

(2015) dengan hasil cronbach alpha >0.6.

b Kuesioner dukungan suami

Peneliti tidak melakukan uji reliabilitas karena peneliti mengadopsi

kuesioner dukungan suami dari penelitian Hasanah (2019) dengan

hasil cronbach alpha >0.6.

G. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti perlu

mendapatkan rekomendasi dari institusi dengan mengajukan permohonan

ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Setelah mendapatkan


persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika penelitian yang meliputi:

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan

tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden dengan cara tidak memberikan

nama responden pada lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya data tertentu

yang dilaporkan sebagai hasil penelitian (Notoatmodjo, 2018).

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan proses dalam penelitian dengan

tujuan utama dalam memperoleh data (Sugiyono, 2018). Teknik

pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan lembar

kuesioner. Tahap pengambilan data penelitian meliputi :

1. Tahap awal

a. Mengajukan studi pendahuluan.

b. Melaksanakan studi pendahuluan oleh peneliti terhadap fenomena

yang ada di RS PKU Muhammadiyah Petanahan


c. Mengajukan proposal penelitian Kebidanan Program Sarjana

kepada RS PKU Muhammadiyah Petanahan

d. Mengajukan uji etik yang diajukan kepada komite etik Universitas

Muhammadiyah Gombong.

2. Tahap Penelitian

a. Peneliti melakukan identifikasi responden RS PKU

Muhammadiyah Petanahan sesuai dengan kriteria inklusi penelitian

yang telah ditentukan.

b. Memberikan informasi tentang maksud dan tujuan penelitian

kepada responden

c. Memberikan surat persetujuan responden dan kuesioner untuk diisi

oleh responden yang memenuhi kriteria inklusi.

d. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner

terlebih dahulu sebelum diisi oleh responden, setelah itu peneliti

meminta responden mengisi dengan jujur.

e. Setelah kuesioner telah terisi lalu diserahkan ke peneliti, peneliti

melakukan pengecekan ulang kelengkapan isian.

3. Tahap Akhir

Setelah dilakukan pengecekan ulang dan kuesioner terisi dengan

lengkap, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data, Selanjutnya

peneliti melakukan penulisan laporan data.

Selain itu jenis data dapat di kelompokan menjadi :

1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data yang

dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini data

primer didapatkan langsung dari responden dengan membagikan

kuesioner yang sudah diujicobakan dan pengisian kuesioner penelitian

oleh responden dan mengisi lembar observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari bermacam sumber data

yang telah ada, misalnya data ini didapatkan dari jurnal, dokumen,

laporan dan lain-lain (Sugiyono, 2018). Data sekunder dalam penelitian

ini adalah dari rekam medis

I. Teknik Analisis data

1. Tehnik Pengumpulan data

a. Editing

Editing ini dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diproses

yang meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi

jawaban.

b. Scoring

Scoring adalah memberikan skor (scoring) atau penilaian terhadap item-

item yang perlu diberi penilaian (Arikunto, 2019)

1) Skoring untuk kuesioner EPDS

Pertanyaan positif

a) Sering = 3

b) Kadang kadang = 2

c) Sangat jarang = 1
d) Tidak pernah = 0

Pertanyaan negatif

a). Sering = 0

b) Kadang kadang = 1

c) Sangat jarang = 2

d) Tidak pernah = 3

2) Kuesioner dukungan suami

a) Sangat sering = 4

b) Sering = 3

c) Tidak sering = 2

d) Sangat tidak sering = 1

c. Coding

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah

mengolah data, semua variabel diberi kode dengan kata lain coding adalah

kegiatan merubah bentuk data yang lebih ringkas dengan menggunakan

kode-kode tertentu

1) Umur

Usia resiko = 1

Usia tidak resiko= 2

2) Pendidikan

Dasar =1

Menengah = 2

Atas = 3

3) Pengalaman melahirkan
Ada = 1

Belum pernah = 2

4) Dukungan suami

Rendah = 1

Sedang =2

Tinggi = 3

5) Pekerjaan

Bekerja= 1

Tidak bekerja =2

6) Budaya akan mitos

Percaya = 1

Tidak percaya = 2

d. Tabulating Data

Sebelum diklasifikasikan, data terlebih dahulu dikelompokkan menurut

kategori yang telah ditentukan selanjutnya data ditabulasikan sehingga

diperoleh frekuensi dari masing-masing variabel.

e.Entry data

Merupakan suatu proses memasukkan data ke dalam komputer yang

selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan program Statistical

Programe for Sosial Science (SPSS).

f. Cleaning

Sebelum dilakukan proses analisa data, terlebih dahulu dilakukan kegiatan

pembersihan data supaya terbebas dari kesalahan (Notoatmodjo, 2018).


J. Analisa Data

Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun

menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis.

Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikannya dan menginterpretasikan

data yang telah diolah. Tujuan dilakukan analisa data adalah memperoleh

gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian,

membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan, dan

memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian yang merupakan

kontribusi dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan (Notoatmodjo,

2018). Analisis data yang akan dilakukan :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabiel dari hasil penelitian. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk

menggambarkan tiap variabel yang diteliti secara terpisah dengan cara

membuat tabel distribusi mean dan median dari masing-masing variabel.

Gambaran distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel disajikan

dalam bentuk tabel dan narasi. Rumus distribusi frekuensi yaitu

P= F/N x 100%

Keterangan :

P : Persentase

F= Frekuensi / jumlah jawaban responden

N= Jumlah responden

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

kedua variabel. Pada penelitian ini uji bivariat dilakukan untuk melihat

hubungan antar variabel. Dalam menganalisis data secara bivariat,

pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Dalam

menganalisis data secara bivariat, pengujian data dilakukan dengan

menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan taraf signifikan 95%

untuk mengetahui hubungan antar variabel dengan skala minimal ordinal.

Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai p<0.05 (Sugiyono, 2018)


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi penelitian

Penelitian dengan judul “Analisis faktor yang mempengaruhi

terjadinya Postpartum Blues di RS PKU Muhammadiyah Petanahan” telah

dilakukan. Terdapat 40 subyek penelitian sesuai kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan merupakan satu-

satunya fasilitas Kesehatan dibagian selatan Kebumen beralamatkan di Jln.

Daendels KM 1 yang terletak di desa petanahan kecamatan petanahan

Kabupaten Kebumen. Instalansi Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Petanahan terdapat di Ruang VK UGD, VK Rawat

Inap, Ruang Nifas, Peristi serta POLIKLINIK Kebidanan dan Kandungan.

Di RS PKU Muhammadiyah Petanahan terdiri dari 4 kelas yaitu kelas 3, 2, 1

dan VIP. Pelayanan Kebidanan yang Memerlukan tindakan di Ruang VK

UGD dan VK rawat Inap, Untuk Ruang perawatan post tindakan atau

penyakit lainnya berada di Ruang Nifas Sesuai dengan Kelasnya.

Diantaranya seperti kehamilan bermasalah, masa nifas baik fisiologis

maupun patologis, kasus gangguan reproduksi.

B. Hasil Penelitian

1. Mengetahui karakteristik responden

Penelitian ini diikuti oleh responden dengan karakteristik yang

variatif, dibawah ini merupakan distribusi frekuensi responden

berdasarkan karakteristik.

54 Universitas Muhammadiyah Gombong


55

Tabel 3. Distribusi Frekuensi karakteristik Responden di RS PKU


Muhammadiyah Petanahan
Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)
Umur
< 20 tahun 6 15
20-35 tahun 29 72.5
>35 tahun 5 12.5

Paritas
Primigravida 29 72.5
Multigravida 9 22.5
Gandemultigravida 2 5

Pekerjaan
Bekerja 14 35
IRT 26 65

Pendidikan
Dasar 8 20
Menengah 29 72.5
Lanjutan 3 7.5

Total 40 100%
Sumber : Data Primer, 2023

Berdasarkan pemaparan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden berumur 20-35 tahun (72.5%), sebesar 72.5% adalah seorang

primigravida, sebesar 65% merupakan seorang IRT dan sebesar 72.5%

responden memiliki riwayat pendidikan menengah

2. Mengidentifikasi kejadian postpartum blues di Rumah Sakit PKU

Muhammadiyah Petanahan

Berikut tabel distribusi frekuensi kejadian postpartum blues pada

responden di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan

Tabel 4. Distribusi frekuensi kejadian postpartum blues pada


responden di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Petanahan
Psikologi nifas Frekuensi Presentase (%)
Normal 26 65
Postpartum blues 14 35
Jumlah 40 100
Sumber : Data Primer, 2022

Universitas Muhammadiyah Gombong


56

Kejadian postpartum blues pada tabel 4 menyatakan bahwa sebagian besar

responden tidak mengalami postpartum blues yaitu sebanyak 26 responden

(65%).

3. Menganalisis faktor internal (umur, pendidikan, pengalaman) yang

mempengaruhi terjadinya postpartum blues

a. Hubungan umur terhadap kejadian postpartum blues di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Petanahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5 Hubungan antara umur terhadap kejadian postpartum


blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan

Psikologi masa nifas


Umur Normal Postpartum blues Total p-value
f % f % f %
<20 th 2 33.3 4 66.7 6 100.0 0,002
20-35 th 21 72.4 8 27.6 29 100.0
>35 th 3 60 2 40 5 100.0

Tabel 5 mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah usia <20 tahun dengan presentase

66.7%, sedangkan sebagian besar responden dengan psikologis masa

nifas normal berumur 20-35 tahun dengan presentase 72.4%. Dari hasil

uji statistik Rank Spearman diperoleh nilai p-value 0,002< 0,05.

b. Hubungan pendidikan terhadap kejadian postpartum blues di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 6. Hubungan antara pendidikan terhadap kejadian


postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Petanahan

Psikologi masa nifas


pendidikan Normal Postpartum blues Total p-value
f % f % f %
Dasar 2 25 6 75 8 100.0 0,000
Menengah 21 52.5 8 47.5 29 100.0
Atas 3 100 0 0 3 100.0

Universitas Muhammadiyah Gombong


57

Tabel 6. mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah responden dengan riwayat

pendidikan dasar dengan presentase 75%, sedangkan sebagian besar

responden dengan psikologis masa nifas normal memiliki riwayat

pendidikan atas dengan presentase 100%. Dari hasil uji statistik Rank

Spearman diperoleh nilai p-value 0,000< 0,05.

c. Hubungan pengalaman terhadap kejadian postpartum blues di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 7. Hubungan antara pengalaman terhadap kejadian


postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Petanahan

Psikologi masa nifas


Normal Postpartum Total p-
pengalaman
blues value
f % f % f %
Ada 9 81.8 2 18.2 11 100.0 0,000
Belum pernah 17 58.6 12 48.4 29 100.0
Tabel 7 mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah responden yang belum

mempunyai pengalaman dengan presentase 48.4%, sedangkan

sebagian besar responden dengan psikologis masa nifas normal

mempunyai pengalaman dengan presentase 81.8%. Dari hasil uji

statistik Rank Spearman diperoleh nilai p-value 0,000< 0,05.

4. Menganalisis faktor eksternal (dukungan suami, pekerjaan, mitos) yang

mempengaruhi terjadinya postpartum blues

Universitas Muhammadiyah Gombong


58

a. Hubungan dukungan suami terhadap kejadian postpartum blues di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 8. Hubungan antara dukungan suami terhadap kejadian


postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Petanahan

Psikologi masa nifas


Normal Terjadi Total p-value
Dukungan
postpartum
Suami
blues
f % f % f %
Rendah 2 22.2 7 77.8 9 100.0 0,001
Sedang 15 81.9 7 18.1 22 100.0
Tinggi 9 100 0 0 9 100.0

Tabel 8 mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues memiliki dukungan suami yang rendah

dengan presentase 77.8%, sedangkan sebagian besar responden dengan

psikologis masa nifas normal memiliki dukungan suami tinggi dengan

presentase 100%. Dari hasil uji statistik Rank Spearman diperoleh nilai

p-value 0,001< 0,05.

b. Hubungan pekerjaan terhadap kejadian postpartum blues di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 9. Hubungan antara pekerjaan terhadap kejadian


postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Petanahan

Psikologi masa nifas


Normal Postpartum Total p-
pekerjaan
blues value
f % f % f %
Bekerja 10 71.4 4 Universitas
28.6 Muhammadiyah
14 100.0Gombong
0,000
IRT 16 61.5 10 38.5 26 100.0
59

Tabel 9 mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah responden yang menjadi IRT

dengan presentase 38,5%, sedangkan sebagian besar responden dengan

psikologis masa nifas normal adalah ibu yang bekerja dengan

presentase 71.4%. Dari hasil uji statistik Rank Spearman diperoleh

nilai p-value 0,000< 0,05.

c. Hubungan mitos terhadap kejadian postpartum blues di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Petanahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 10.Hubungan antara mitos terhadap kejadian postpartum


blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan

Psikologi masa nifas


Normal Postpartum Total p-
Mitos
blues value
f % f % f %
Percaya 6 42/8 8 57.2 100.0 0,004
Tidak 20 76.9 6 23..1 100.0
Tabel 10 mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah responden yang percaya dengan

mitos dengan presentase 57.2%, sedangkan sebagian besar responden

dengan psikologis masa nifas normal tidak percaya dengan mitos

dengan presentase 76.9%. Dari hasil uji statistik Rank Spearman

diperoleh nilai p-value 0,004< 0,05.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Universitas Muhammadiyah Gombong


60

Hasil penelitian yang dilakukan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Petanahan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35

tahun yaitu sebesar 29 responden (72.5%). Hal tersebut menandakan

bahwa sebagian besar responden berada pada umur reproduksi sehat.

Menurut Nugroho (2018) mengatakan bahwa umur reproduktif (20-35

tahun) adalah usia yang sehat dan aman untuk kehamilan dan persalinan.

Teori lain mengatakan bahwa usia reproduksi sehat (20-35 tahun) alat

reproduksi pada umur tersebut telah berkembang dan berfungsi secara

maksimal, begitu juga faktor kejiwaannya sehingga mengurangi berbagai

resiko ketika hamil (Gunawan, 2019).

Hasil penelitian yang dilakukan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Petanahan menunjukkan bahwa umur responden yang kurang dari 20

tahun sebanyak 6 responden (15%) dan responden yang berusia lebih dari

35 th sebanyak 5 responden (12.5%). Umur saat hamil yang masih terlalu

muda atau <20 tahun dapat menjadi penyebab terjadinya postpartum blues

karena belum matangnya kesiapan menjadi seorang ibu. Dalam umur ibu

yang terlalu tua atau >35 tahun juga dapat memicu terjadinya postpartum

blues karena mengalami penurunan fungsi fisiologis menyebabkan tidak

dalam kondisi baik dan siap untuk hamil dan melahirkan sehingga memicu

kelelahan dan stress yang merupakan gejala postpartum blues (Masithoh et

al, 2019). Hal ini juga didukung oleh penelitian Sari, et al (2020) bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan dengan kejadian

postpartum blues dengan nilai p-value 0,038, hal ini dikarenakan usia

Universitas Muhammadiyah Gombong


61

yang di bawah 20 tahun belum siap menerima peran baru dalam merawat

bayi dan perubahan masa nifas yang dialami oleh ibu.

Umur merupakan faktor risiko terhadap kejadian postpartum blues,

penderita postpartum blues pada rentang umur <20 tahun atau >35 tahun,

diketahui berisiko 3,5 kali lebih besar dibanding penderita yang berumur

20 sampai 35 tahun (Yuniwati et al, 2018). Umur ibu yang belum

mencapai 20 tahun dan lebih 35 tahun saat hamil pertama kali merupakan

salah satu faktor penyebab terjadinya komplikasi dalam persalinan, dimana

kondisi rahim yang belum matur untuk proses pembuahan, kekurangan zat

besi, abortus, ketuban pecah dini, serta kondisi ibu yang mudah lelah

karena umur yang terlalu tua saat hamil, keadaan itu akan membuat

kondisi ibu tidak stabil secara psikologis yang akan berujung pada

kejadian postpartum blues (Syahda, 2018).

Pada penelitian lainnya juga didapatkan data bahwa ibu yang berusia

<20 tahun memiliki peluang 3,4 kali lebih besar untuk mengalami

postpartum blues. Hal ini dikarenakan umur ibu yang dibawah 20 tahun

kurang memiliki pengalaman dan juga kedewasaan selain itu umur yang

terlalu muda saat kehamilan dapat beresiko tinggi untuk mengalami

komplikasi saat melahirkan seperti anemia, hipertensi, dan juga beresiko

tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah. Ibu yang

umur diatas 35 tahun cukup memiliki pengalaman dan juga kesiapan

secara mental akan tetapi sudah menurunnya fungsi reproduksi dan juga

menurunnya energi yang dimiliki saat melahirkan sehingga dapat

menyebabkan postpartum blues (Fatmawati, 2019).

Universitas Muhammadiyah Gombong


62

Hasil penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah

Petanahan menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah primipara

yaitu sebanyak 29 responden (72.5%). Paritas adalah banyaknya kelahiran

hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2016). Paritas

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan postpartum blues.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan di daerah Bandung oleh Fitriana

Nurbaeti (2016) angka kejadian postpartum blues berdasarkan paritas ibu,

sebagian besar adalah primipara. Ibu primipara mempunyai risiko lebih

besar untuk mengalami postpartum blues dibandingkan dengan ibu

multipara terlihat bahwa dari 7 responden primipara 6 responden

mengalami postpartum blues (Risnawati & Susilawati, 2018).

Paritas dapat mempengaruhi kecemasan karena terkait dengan aspek

psikologis. Menurut Handayani (2015) dengan semakin dekatnya

persalinan, terutama pada persalinan pertama, wajar jika timbul rasa cemas

ataupun takut. Gangguan postpartum berkaitan dengan status paritas

adalah riwayat obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin

serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya

dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih

umum menderita postpartum blues karena setelah melahirkan wanita

primipara berada dalam proses adaptasi, sebelum melahirkan hanya

memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia

akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat (Bobak et al,

2015).

Universitas Muhammadiyah Gombong


63

Hasil penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah

Petanahan menyatakan bahwa sebesar 72.5% responden mempunyai

tingkat pendidikan menengah. Tingkat pendidikan mungkin secara

langsung dapat diasosiasikan dengan pendapatan rumah tangga, yang

dimana akan berdampak terhadap pertimbangan ibu di dalam memenuhi

kebutuhan bayinya, akan tetapi kondisi ini berbeda setiap negara dan

budaya (Goker et al., 2019).

Penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Petanahan

menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah seorang IRT dengan

presentase sebesar 65%. Hal ini karena ibu yang menghabiskan lebih

banyak waktunya di rumah dengan bayinya, akan menimbulkan perasaan

bosan dan jenuh. Sehingga risiko terjadinya gangguan mood yang menjadi

salah satu faktor terjadinya depresi postpartum, akan meningkat

2. Kejadian postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan

Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden tidak

mengalami postpartum blues yaitu sebanyak 26 responden (65%). Hal ini

disebabkan oleh adanya faktor yang melatarbelakanginya seperti adanya

dukungan suami dan keluarga yang baik. Teori Qiftiyah (2018) menyatakan

bahwa dukungan yang positif dari suami sangat diperlukan dalam membantu

kondisi ibu selama masa nifas. Apabila suami tidak mendukung ibu

postpartum maka dapat membuat ibu merasa sedih dan kewalahan dalam

mengasuh bayinya pada minggu pertama postpartum (Qiftiyah, 2018).

Dukungan suami merupakan bentuk interaksi yang didalamnya terdapat

Universitas Muhammadiyah Gombong


64

hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata.

Sehingga dapat memberikan rasa cinta dan perhatian. Sesuai dengan penelitian

Karolina (2016) menyebutkan bahwa 16,8% ibu mengalami postpartum blues

di minggu pertama masa nifas karena faktor dukungan suami yang kurang baik.

Penelitian Kusumastuti, et al (2022) menjelaskan ada 143 dari 247 ibu nifas

yang mengalami postpartum blues, dengan faktor dominan penyebab

postpartum blues adalah dukungan sosial dengan nilai p-value 0.000, faktor

umur dengan p-value 0.002 dan juga faktor pemberian ASI dengan p-value

0.05. Penelitian Kusumastuti et al (2022) juga menjelaskan bahwa penting

untuk mengikutsertakan peran suami dan keluarga sebagai upaya pencegahan

terjadinya postpartum blues.

Postpartum Blues tidak berhubungan langsung dengan kesehatan ibu atau

bayinya maupun komplikasi obstetric tetapi bagaimanapun faktor-faktor

tersebut dapat mempengaruhi perubahan mood ibu. Gejala-gejala tersebut

timbul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu

antara beberapa jam sampai beberapa hari setelah persalinan. Namun pada saat

beberapa kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru hilang setelah

beberapa hari, minggu atau bulan bahkan dapat berkembang menjadi keadaan

yang lebih berat. Postpartum Blues dikategorikan sebagai sindroma gangguan

mental yang ringan oleh sebab ini sering tidak diperdulikan dan diabaikan

sehingga tidak terdiagnosa dan tidak dilakukan asuhan sebagai mana mestinya

(Karolina, 2016)

Hal tersebut dapat menimbulkan masalah yang menyulitkan dan dapat

membuat perasaan tidak nyaman bagi ibu yang mengalaminya. Banyak ibu

Universitas Muhammadiyah Gombong


65

yang berjuang sendiri dalam beberapa saat setelah melahirkan. Mereka

merasakan ada sesuatu hal yang salah namun mereka sendiri tidak benar-benar

mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila mereka pergi mengunjungi dokter

atau tenaga kesehatan untuk memeinta pertolongan seringkali hanya

mendapatkan saran untuk beristirahat atau lebih banyak tidur, tidak gelisah,

minum obat, atau berhenti mengasihi diri sendiri dan mulai merasa gembira

menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai

3. Hubungan faktor internal (umur, pendidikan, pengalaman) yang mempengaruhi

terjadinya postpartum blues terhadap kejadian postpartum blues di Ruang

Rahmah Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengatakan bahwa sebagian

besar responden yang mengalami postpartum blues adalah usia <20 tahun

dengan presentase 66.7%, sedangkan sebagian besar responden dengan

psikologis masa nifas normal berumur 20-35 tahun dengan presentase 72.4%.

Dari hasil uji statistik Rank Spearman diperoleh nilai p-value 0,002< 0,05.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima yang

berarti umur berpengaruh terhadap kejadian postpartum blues di Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Petanahan. Hal tersebut menandakan bahwa sebagian

besar responden berada pada umur reproduksi sehat. Menurut Nugroho (2018)

mengatakan bahwa umur reproduktif (20-35 tahun) adalah usia yang sehat dan

aman untuk kehamilan dan persalinan. Teori lain mengatakan bahwa usia

reproduksi sehat (20-35 tahun) alat reproduksi pada umur tersebut telah

Universitas Muhammadiyah Gombong


66

berkembang dan berfungsi secara maksimal, begitu juga faktor kejiwaannya

sehingga mengurangi berbagai resiko ketika hamil (Gunawan, 2019).

Hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah responden dengan riwayat pendidikan

dasar dengan presentase 75%, sedangkan sebagian besar responden dengan

psikologis masa nifas normal memiliki riwayat pendidikan atas dengan

presentase 100%. Dari hasil uji statistik Rank Spearman diperoleh nilai p-

value 0,000< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak

dan Ha diterima yang berarti pendidikan berpengaruh terhadap kejadian

postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Petanahan.

Tingkat pendidikan mungkin secara langsung dapat diasosiasikan dengan

pendapatan rumah tangga, yang dimana akan berdampak terhadap

pertimbangan ibu di dalam memenuhi kebutuhan bayinya, akan tetapi

kondisi ini berbeda setiap negara dan budaya (Goker et al., 2019).

Hasil penelitian mengatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues adalah responden yang belum mempunyai

pengalaman dengan presentase 48.4%, sedangkan sebagian besar

responden dengan psikologis masa nifas normal mempunyai pengalaman

dengan presentase 81.8%. Dari hasil uji statistik Rank Spearman diperoleh

nilai p-value 0,000< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan Ha diterima yang berarti pengalaman berpengaruh terhadap

kejadian postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Petanahan. Paritas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

Universitas Muhammadiyah Gombong


67

postpartum blues. Menurut hasil penelitian yang dilakukan di daerah

Bandung oleh Fitriana Nurbaeti (2016) angka kejadian postpartum blues

berdasarkan paritas ibu, sebagian besar adalah primipara. Ibu primipara

mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami postpartum blues

dibandingkan dengan ibu multipara terlihat bahwa dari 7 responden

primipara 6 responden mengalami postpartum blues (Risnawati &

Susilawati, 2018).

4. Menganalisis faktor eksternal (dukungan suami, pekerjaan, mitos) yang

mempengaruhi terjadinya postpartum blues

Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden yang

mengalami postpartum blues memiliki dukungan suami yang rendah

dengan presentase 77.8%, sedangkan sebagian besar responden dengan

psikologis masa nifas normal memiliki dukungan suami tinggi dengan

presentase 100%. Dari hasil uji statistik Rank Spearman diperoleh nilai p-

value 0,001< 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak

dan Ha diterima yang berarti dukungan suami berpengaruh terhadap

kejadian postpartum blues di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Petanahan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tang et al (2016) yang menyatakan bahwa 28 dari 38 responden yang tidak

memperoleh dukungan suami mengalami potpartum blues. Seorang suami

merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat dekat dengan ibu.

Segala bentuk tindakan yang dilakukan suami yang berkaitan dengan masa

nifas ibu akan berdapak pada keadaan psikologis ibu serta kelancaran ibu

Universitas Muhammadiyah Gombong


68

dalam menjalani masa nifasnya. Dukungan yang positif dari suami sangat

diperlukan dalam membantu kondisi ibu selama masa nifas. Apabila suami

tidak mendukung ibu postpartum maka dapat membuat ibu merasa sedih

dan kewalahan dalam mengasuh bayinya pada minggu pertama postpartum

(Qiftiyah, 2018).

Penelitian lain menyebutkan bahwa 16,8% ibu mengalami postpartum

blues di minggu pertama masa nifas karena faktor dukungan suami yang

kurang baik (Karolina et al, 2016). Dukungan suami merupakan bentuk

interaksi yang didalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan

menerima bantuan yang bersifat nyata. Sehingga dapat memberikan rasa cinta

dan perhatian. Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil pengolahan data

tersebut menunjukkan bahwa responden yang mengalami post partum blues

rata-rata adalah ibu-ibu yang tidak mendapatkan perhatian lebih dari

keluarganya terutama suami. Ibu yang melahirkan dianggap sudah siap untuk

mengasuh bayinya dan memenuhi kewajibanya sebagai ibu. Berdasarkan hasil

wawancara peneliti dengan responden pada saat penelitian, hal tersebut

disebabkan karena suami responden memiliki pekerjaan baik itu PNS maupun

Wirausaha selain itu kurangnya perhatian dari keluarga/ orang tua yang

disebabkan karena responden tinggal berjauhan dengan orang tuanya dan juga

mertuanya atau sebagian diantara mereka sudah tidak mempunyai orang tua.

Ibu postpartum dikatakan postpartum blues ketika ibu post partum mengalami

perubahan mood yang terjadi setiap waktu setelah ibu melahirkan, tetapi sering

terjadi pada hari ke-3 dan ke-4 post partum dan memuncak antara hari ke-5 dan

ke-14 pospartum yang ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau

Universitas Muhammadiyah Gombong


69

ditolak, cemas,bingung, gelisah, letih, pelupa, dan tidak dapat tidur (Fatmawati,

2019).

Penyebab dari postpartum blues belum diketahui secara pasti, tapi diduga

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan biologis, stress dan

penyebab sosial atau lingkungan. Perubahan kadar hormon estrogen,

progesteron, konrtikotropin dan endorphin serta prolaktin diduga menjadi

faktor pendukung terjadinya postpartum blues. Faktor sosial dan lingkungan

yang dapat menjadi faktor pendukung terjadinya postpartum blues antara lain

tekanan dalam hubungan pernikahan dan hubungan keluarga, riwayat

syndrome pramenstruasi, rasa cemas dan takut terhadap persalinan dan

penyesuaian yang buruk terhadap peran maternal (Kurniasari, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliawan, D, (2014) mengenai

dukungan suami terhadap kesejahteraan ibu nifas didapatkan hasil bahwa nilai

rata-rata 296,61 dengan nilai terendah 156 dan nilai tertinggi 402 dan standar

deviasi 50,257. Persentase dukungan suami pada penelitian yang dilakukanoleh

Fatimah, S (2014) yaitu responden yang mendapatkan dukungan suami kurang

sebanyak 4 orang (16%), sedangkan responden yang mendapatkan dukungan

suami sedang sebanyak 15 orang (60%), dan responden yang mendapatkan

dukungan suami tinggi sebanyak 6 orang (24%).

Dari hasil penelitian sebagian besar responden tidak mendapatkan

dukungan tersebut secara maksimal. Sebagaimana diketahui bahwa dukungan

penuh dari suami adalah hal yang terpenting bagi ibu postpartum. Dukungan

suami tidak dapat diremehkan dan sangat penting dalam membangun suasana

Universitas Muhammadiyah Gombong


70

positif. Oleh karena itu, dukungan atau sikap positif dari suami akan

memberikan kekuatan tersendiri bagi ibu selama menjalani masa nifasnya.

Sesuai dengan pendapat Nirwana (2018) yaitu faktor yang mempengaruhi

post partum blues adalah faktor psiologis yang meliputi dukungan keluarga

khususnya suami. Dalam asuhan pasca persalinan dukungan keluarga sangat

diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia keputusan suami dan arahan

dari ibu sangat berpengaruh dan menjadi pedoman penting bagi ibu dalam

praktek asuhan bayinya sehari-hari. Bila suami dan keluarga tidak mendukung

ibu pasca melahiran biasanya merasa sedih dan kewalahan dalam mengauh

bayinya dihari-hari pertama setelah melahirkan. Dukungan suami dapat

melemahan dampak stres atau tekanan dan secara lansung memperkokoh

kesehatan mental individu dan keluarga, maka dukungan suami sangat

dibutuhkan perempuan setelah mengalami persalinan.

Postpartum Blues atau gangguan mental pasca persalinan sering kali

ditangani dan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam beberapa saat

setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu hal yang salah namun merea

sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi. Apabila pergi

mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainya untuk minta pertolongan,

seringkali hanya mendapatan saran untuk beristirat atau tidur lebih banyak,

tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri sendiri dan mulai

merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka cintai (Astuti,

2019).

Setelah masa nifas , ibu akan mengalami adaptasi psikologis Fase pertama

adalah taking in yang merupakan fase dimana ibu memerlukan bantuan. Fase ini

Universitas Muhammadiyah Gombong


71

terjadi di hari ke 1 dan ke 2 setelah proses bersalin. Ibu lebih cenderung fokus ke

dirinya. Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian

ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering

berulang diceritakannya. Fase berikutnya adalah taking hold ini berlangsung

antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir

atau ketidak mampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi.

Selain itu perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika

komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan

karena saat ini merasakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya

diri. Selanjtnya Fase letting go Fase ini merupakan fase menerima tanggung

jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan

untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menghadapi beberapa keterbatasan

diantaranya adalah :

1. Kesulitan dalam mencari responden

2. Banyaknya variabel yang diteliti cukup memakan waktu dalam proses

analisa data.

Universitas Muhammadiyah Gombong


72

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor yang

mempengaruhi terjadinya Postpartum Blues di RS PKU Muhammadiyah

Petanahan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden menyatakan bahwa sebagian besar responden

berumur 20-35 tahun (72.5%), sebesar 72.5% adalah seorang

primigravida, sebesar 65% merupakan seorang IRT dan sebesar 72.5%

responden memiliki riwayat pendidikan menengah

2. Kejadian postpartum blues di RS PKU Muhammadiyah Petanahan yaitu

sebanyak 14 responden (35%).

3. Faktor internal (usia, pendidikan, pengetahuan, paritas) mempengaruhi

kejadian postpartum blues di RS PKU Muhammadiyah petanahan

dengan p value <0.05

Universitas Muhammadiyah Gombong


73

4. Faktor eksternal (dukungan suami, pekerjaan, mitos) mempengaruhi

kejadian postpartum blues di RS PKU Muhammadiyah petanahan

dengan p value <0.05.

B. Saran

1. Bagi Bidan

Perlunya memberikan dukungan atau support secara psikologis

terhadap ibu postpartum sebagai salah satu upaya untuk mencegah

terjadinya postpartum blues.

2. Bagi Institusi

Menambah bahan pustaka terbaru tentang kejadian psikologi masa

nifas

3. Bagi Penulis

Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh untuk ikut melakukan upaya

upaya pencegahan postpartum blues

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Dapat meneliti postpartum blues secara kualitatif dengan metode

wawancara mendalam.

5. Bagi tempat penelitian

Melakukan upaya dalam bentuk dukungan/support bagi ibu postpartum

untuk mencegah terjadinya postpartum blues

Universitas Muhammadiyah Gombong


74

DAFTAR PUSTAKA

Dira I, Wahyuni AAS. (2016). Prevalensi dan faktor risiko depresi postpartum di
Kota Denpasar menggunakan Edinburgh Postnatal Depression Scale. E-
jurnal Med. 5(7).

Fairus and S. Widiyanti. (2014). “Hubungan Dukungan Suami dengan Kejadian


Depresi Postpartum pada Ibu Nifas,” J. Kesehat. Metro Sai Wawai, vol.
VII, no. 1.

Farhana, Kazmi. (2013). Relationship between social support and postpartum


depression. Pakistan Journal. 9(4).

Fatmawati, A., & Gartika, N. (2019). Hubungan Dukungan Psikososial dan


Perencanaan Kehamilan dengan Kejadian Postpartum Blues pada Ibu
Remaja. Jurnal BIMTAS, 3(2).

Fatmawati, Diah Ayu. (2015). Faktor Risiko Yang Berpengaruh terhadap


Kejadian Postpartum Blues. Jurnal Edu Health, 5(2).

Fitrah, A., & Helina, S. (2017). Hubungan Dukungan Suami Terhadap Kejadian
Postpartum Blues Di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota
Pekanbaru Tahun 2017. Jurnal Ibu Dan Anak, 5(1).

Hidayah N, Rahmawanti JED, Azizah N. (2017).Support Sistem, Pengalaman


Persalinan Dengan Resiko Post Partum Blues Di Bpm Yayuk Kalbariyanto
Kudus Tahun 2015. J Ilmu Keperawatan dan Kebidanan.8(2).

Universitas Muhammadiyah Gombong


75

Nufus H, Santi RK. (2016). Hubungan Status Gravida Dengan Depresi


Postpartum (Studi Di Rsia Muslimat Jombang). J Kebidanan. 6(1)

Nurhayati, dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Jakarta: Salemba.

Nurjannah, S. N., Maemunah, A. S., & Badriah, D. L. (2013). Asuhan Kebidanan


Postpartum: Dilengkapi dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesaria.
Bandung: PT Refika Aditama.

Qiftiyah. (2018). “Gambaran Faktor-Faktor (Dukungan Keluarga, Pengetahuan,


Status Kehamilan Dan Jenis Persalinan) Yang Melatarbelakangi Kejadian
Post Partum Blues Pada Ibu Nifas Hari Ke-7 (Di Polindes Doa Ibu
Gesikharjo dan Polindes Teratai Kradenan Palang),” J. Kebidanan, vol. 10,
no. 2, p. 9,
Riani EN.(2017). Dukungan Suami Dan Keluarga Terhadap Angka Kejadian
Baby Blues Di Puskesmas II Kembaran Banyumas. J Ilm Medsains. 3(2).

Ristanti and E. D. Masita. (2020). “The Influence Of Husband ’ S Support On


Health-Seeking Behavior In Madurese Mothers With Postpartum Blues
The 7th International Conference on Public Health The 7th International
Conference on Public Health Solo , Indonesia , November 18-19

Riyanto. A (2013) Aplikasi metodelogi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Sari, E, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : CV. Trans Info
Media.

Suherni. (2015). Perawatan masa nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Suryani, I. et. al. (2019). Faktor psikologis dan psikososial yang mempengaruhi
postpartum blues di Ruang Nifas Hibrida RSU Sembiring. Jurnal
Keperawatan Medik, 2(1), 7–13.

Susanti. (2016).“Faktor Terjadinya Baby Blues Syndrom pada Ibu Nifas di BPM
Suhatmi Puji Lestari,” Matern. J. Kebidanan dan Ilmu Kesehanatan, vol. 3,
no. 2.

Universitas Muhammadiyah Gombong


76

Universitas Muhammadiyah Gombong


LAMPIRAN

Universitas Muhammadiyah Gombong


Lampiran 1
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Proposal


dan Hasil Penelitian

No Kegiatan April Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb
1. Penentuan tema
2. Penyusunan
Proposal
3. Uji Turnitin
sebelum ujian
proposal
4. Ujian Proposal
5. Uji Etik
6. Pengambilan
Data Hasil
Penelitian
7. Penyusunan
Hasil Penelitian
8. Uji Turnitin
sebelum ujian
hasil penelitian
9. Ujian Hasil
Penelitian

Universitas Muhammadiyah Gombong


Lembar Informed Consent Penelitian

FORMULIR PERSETUJUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM


PENELITIAN

Judul Penelitian :
ANALISIS FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI KEJADIAN
POSTPARTUM BLUES DI RS PKU MUHAMMADIYA PETANAHAN

Saya (Nama Lengkap) : Nur Wakhidah


 Secara suka rela menyetujui bahwa saya terlibat dalam penelitian di
atas.
 Saya yakin bahwa saya memahami tentang tujuan, proses, dan efek yang
mungkin terjadi pada saya jika terlibat dalam penelitian ini.
 Saya telah memiliki kesempatan untuk bertanya dan saya puas dengan
jawaban yang saya terima
 Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan saya dapat keluar sewaktu-waktu dari penelitian
 Saya memahami bahwa saya akan menerima salinan dari lembaran
pernyataan informasi dan persetujuan

Nama dan Tanda Tanggal


tangan responden No. HP

Nama dan Tanda


Tanggal
tangan saksi
Nama dan Tanda
tangan wali (jika Tanggal
diperlukan)

Saya telah menjelaskan penelitian kepada pastisipan yang bertandatangan diatas,


dan saya yakin bahwa responden tersebut paham tentang tujuan, proses, dan efek
yang mungkin terjadi jika dia ikut terlibat dalam penelitian ini.

083866700167
Nama dan Tanda Tanggal
Nur Wakhidah
tangan peneliti No HP

Universitas Muhammadiyah Gombong


Lampiran 2
LEMBAR KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Judul : analisis faktor yang mempengaruhi terjadinya Postpartum Blues Di RS


PKU Muhammadiyah Petanahan
Peneliti : Nur Wakhidah
Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam penelitian ini sebagai
subjek peneliti dengan mengisi kuesioner yang disediakan oleh peneliti.
Sebelumnya saya telah diberi penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan
saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun
informasi yang saya berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya
berhak mengundurkan diri.
Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada
unsur paksaan dari siapapun, saya menyatakan:
Bersedia Menjadi subjek penelitian

Responden

( )

Universitas Muhammadiyah Gombong


EDINBURGH POSPARTUM DEPRESSION SCALE (EPDS)
Inisial nama :
Umur :
Riwayat pendidikan :
Pekerjaan :
Paritas :

Petunjuk kuesioner
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab
dengan kondisi anda saat ini dengan memberi tanda
cheklist (√).
2. Jumlah pernyataan ada 10 item dengan empat pilihan jawaban.
3. Kode pilihan S = Sering , KK = Kadang-kadang , SJ = Sangat Jarang
dan TP =Tidak Pernah

No Pernyataan S KK SJ TP

1 Saya dapat tertawa saat melihat kejadian yang lucu

2 Saya dapat mengerjakan banyak hal dengan senang

3 Saya menyalahkan diri sendiri apabila terjadi hal yang tidak


menyenangkan
4 Saya merasa khawatir dan cemas tanpa alasan yang jelas

5 Saya merasa ketakutan tanpa alasan yang jelas

6 Saya merasa Segala sesuatu terasa membebani saya

7 Saya merasa tidak bahagia sehingga membuat saya sulit untuk tidur

8 Saya merasa sedih dan jengkel tanpa alasan

9 Saya merasa sangat tidak bahagia sehingga membuat saya menangis

10 Pernah ada pikiran untuk menyakiti diri sendiri

Kuesioner Dukungan Suami


Petunjuk Kuesioner
1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan jawab

Universitas Muhammadiyah Gombong


dengan kondisi anda saat ini dengan memberi tanda
cheklist (√).
2. Jumlah pernyataan ada 40 item dengan empat pilihan jawaban.
3. Kode pilihan SS=Sangat Sering , S= Sering, TS= Tidak Sering, STS=
Sangat Tidak Sering

No Pernyataan SS S TS STS
1 Suami saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa
yang sedang saya ceritakan

2 Suami menegur bila saya salah dalam mengurus anak


3 Suami membantu mempersiapkan peralatan mandi anak
4 Ketika saya curhat keadaan saya, suami tidak pernah
memberikan nasehat kepada saya

5 Suami kurang memberikan perhatian kepada saya


6 Suami mendorong saya untuk merealisasikan ide-ide saya
7 Suami tidak pernah membantu saya saat merawat bayi
8 Suami saya membelikan buku-buku cara merawat bayi
9 Suami saya meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah
Saya

10 Suami jarang memberikan nasehat saat saya membutuhkan


11 Suami membantu bersih-bersih rumah
12 Ketika saya mendapatkan masalah, suami tidak pernah
memberikan solusi kepada saya

13 Suami tidak memberikan perhatiaannya kepada anak


14 Saat saya berhasil melakukan sesuatu, suami memberikan
Pujian

15 Akhir-akhir ini suami jarang membantu dalam mengerjakan


pekerjaan rumah

16 Suami sering memberikan nasehat kepada saya


17 Suami menghibur saya saat sedih
18 Suami jarang memberikan pujian kepada saya
19 Saat saya lapar, suami menyiapkan makanan untuk saya
20 Suami tidak mau mencarikan informasi tentang perawatan
bayi

Universitas Muhammadiyah Gombong


21 Suami kurang peduli dengan kegiatan saya
22 Suami menyakinkan saya bahwa saya mampu mengatasi
kesulitan dalam merawat bayi
23 Suami menolak mengantarkan saya ke puskesmas saat tiba
waktu imunisasi
24 Suami membelikan saya majalah atau buku yang berisi
tentang merawat bayi
25 Suami sering menanyakan keadaan saya dan anak saya
melalui telepon
26 Suami kurang menyetujui setiap ide yang saya ajukan
27 Suami menawarkan bantuan saat saya kerepotan dalam
merawat anak
28 Suami menyalahkan saya ketika saya meminta pendapat
untuk memecahkan masalah yang saya hadapi akhir-akhir ini
29 Suami tidak mau mendengarkan keluhan-keluhan saya
30 Suami menyetujui ide-ide saya tentang perawatan bayi
31 Suami tidak memberikan uang lebih untuk membeli
perlengkapan bayi
32 Saya dan suami saling mengingatkan ketika melakukan
kesalahan dalam merawat anak
33 Suami saya sering memotivasi saya untuk menjalankan
kegiatan sehari-hari
34 Suami saya menabung untuk kebutuhan saya dan anak
35 Suami saya tidak memperdulikan keinginan saya untuk
membeli barang yang saya butuhkan
36 Suami bersikap acuh walaupun saya melakukan kesalahan
dalam merawat anak
37 Suami saya tidak akan memarahi saya jika saya melakukan
kesalahan dalam mengurus anak
38 Suami sangat peduli terhadap perkembangan anak
39 Suami membiarkan saya sendiri mengerjakan semua
pekerjaan rumah
40 Suami saya membiarkan saja ketika saya melakukan
keslahan dalam mengurus anak

Universitas Muhammadiyah Gombong


HASIL ANALISA DATA

Statistics
psikologi masa
umur paritas pekerjaan pendidikan nifas
N Valid 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0

umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 th 6 15.0 15.0 15.0
20-35 th 29 72.5 72.5 87.5
>35 th 5 12.5 12.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid primipara 29 72.5 72.5 72.5
multipara 9 22.5 22.5 95.0
grandemultipara 2 5.0 5.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid BEKERJA 14 35.0 35.0 35.0
TIDAK BEKERJA 26 65.0 65.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

psikologi masa nifas


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 26 65.0 65.0 65.0
postpartum blues 14 35.0 35.0 100.0
Total 40 100.0 100.0

Universitas Muhammadiyah Gombong


pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DASAR 8 20.0 20.0 20.0
MENENGAH 29 72.5 72.5 92.5
LANJUTAN 3 7.5 7.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

UJI BIVARIAT

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur * psikologi masa nifas 40 100.0% 0 0.0% 40 100.0%

umur * psikologi masa nifas Crosstabulation


Count
psikologi masa nifas
postpartum
normal blues Total
umur <20 th 2 4 6
20-35 th 21 8 29
>35 th 3 2 5
Total 26 14 40

Correlations
psikologi masa
umur nifas
umur Pearson Correlation 1 -.165
Sig. (2-tailed) .002
N 40 40
psikologi masa nifas Pearson Correlation -.165 1
Sig. (2-tailed) .002
N 40 40

Universitas Muhammadiyah Gombong


pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid DASAR 8 20.0 20.0 20.0
MENENGAH 29 72.5 72.5 92.5
LANJUTAN 3 7.5 7.5 100.0
Total 40 100.0 100.0

Correlations
psikologi masa
pendidikan nifas
pendidikan Pearson Correlation 1 -.437**
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
psikologi masa nifas Pearson Correlation -.437** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

pengalaman * psikologi Crosstabulation


Count
psikologi
postpartum
normal blues Total
pengalaman ada 9 2 11
belum ada 17 12 29
Total 26 14 40

Correlations
pengalaman psikologi
pengalaman Pearson Correlation 1 .217
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40

Universitas Muhammadiyah Gombong


psikologi Pearson Correlation .217 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40

dukungan suami * psikologi Crosstabulation


Count
psikologi
postpartum
normal blues Total
dukungan suami rendah 2 7 9
sedang 15 7 22
tinggi 9 0 9
Total 26 14 40

pekerjaan * psikologi Crosstabulation


Count
psikologi
postpartum
normal blues Total
pekerjaan BEKERJA 10 4 14
TIDAK BEKERJA 16 10 26
Total 26 14 40

mitos * psikologi Crosstabulation


Count
psikologi
postpartum
normal blues Total
mitos percaya 6 8 14
tidak percaya 20 6 26
Total 26 14 40

Correlations
dukungan suami psikologi
dukungan suami Pearson Correlation 1 -.547**
Sig. (2-tailed) .001
N 40 40
psikologi Pearson Correlation -.547** 1

Universitas Muhammadiyah Gombong


Sig. (2-tailed) .001
N 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations
pekerjaan psikologi
pekerjaan Pearson Correlation 1 .099
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40
psikologi Pearson Correlation .099 1
Sig. (2-tailed) .000
N 40 40

Correlations
mitos psikologi
mitos Pearson Correlation 1 -.341*
Sig. (2-tailed) .004
N 40 40
*
psikologi Pearson Correlation -.341 1
Sig. (2-tailed) .004
N 40 40
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Universitas Muhammadiyah Gombong


Universitas Muhammadiyah Gombong
Universitas Muhammadiyah Gombong
Universitas Muhammadiyah Gombong
Universitas Muhammadiyah Gombong

Anda mungkin juga menyukai