SKRIPSI
OLEH :
ZAKIAH KHAIRANI SIREGAR
21061208
SKRIPSI
OLEH :
ZAKIAH KHAIRANI SIREGAR
21061208
rangka penulisan skripsi yang menjadi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
1. Dr. Anto, SKM, M.Kes, M.M selaku Rektor Universitas Aufa Royhan
3. Nurelila Sari Siregar, SST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan
Padangsidimpuan.
4. Sri Sartika Sari dewi, SST, M.Keb selaku pembimbing utama yang telah
Padangsidimpuan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI……. ............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Praktis................................................................................. 5
1.4.2 Manfaat Teoritis ............................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Waktu Penelitian…………………………………………………... 25
Table 3.2 Defenisi Operasional………………………………………………. 29
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 23
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Permohonan Kesediaan Menjadi Responden ................................................. 58
2. Formulir Persetujuan Menjadi Responden ..................................................... 59
3. Kuesioner ..................................................................................................... 60
4. Surat Izin Survey ............................................................................................ 65
5. Surat Balasan Izin Survey .............................................................................. 66
11. Lembar Konsultasi ........................................................................................ 79
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Nama
ASI Air Susu Ibu
AKB Angka Kematian Bayi
IMD Inisiasi Menyusui Dini
UNICEF United Nations
WHO World Health Organization
BAB 1
PENDAHULUAN
diberikan kepada bayi sejak pertama lahir. Pemberian kolostrum menjadi salah
satu masalah kesehatan yang diakibatkan rendahnya informasi yang diterima oleh
Bayi (AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian
Bayi yang cukup tinggi di dunia pada tahun 2020 sebesar 35 per 1000 kelahiran
hidup. Rendahnya tingkat pemberian kolostrum menjadi salah satu pemicu status
gizi bayi dan balita. Semua bayi perlu mendapat kolostrum untuk melawan infeksi
yang diperkirakan menyelamatkan satu juta nyawa bayi. Lebih dari 90% ibu-ibu
kolostrum dapat kita lihat dari data proporsi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada
bayi 0-23 bulan yang ada di Indonesia yaitu sebesar 58,2%. Proporsi perilaku ibu
Sibolga (46,7%), Kota Medan (6,77%), Tebing Tinggi (7,4%). Provinsi Aceh,
keberhasilan pemberian kolostrum dapat kita lihat dari data proporsi Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) pada bayi 0-23 bulan sebesar 40% dari total bayi yang lahir
seluruh provinsi Aceh. Perlakuan ibu bayi terhadap kolostrum yaitu diberikan
215 orang dari 618 orang jumlah sasaran bayi. Pemahaman masyarakat bahwa
susu yang keluar pertama kali adalah “susu basi” atau kotor sehingga harus
dibuang terlebih dahulu (Profil Dinas Kesehatan Padang Lawas Utara, 2020).
Faktor perilaku ibu tidak memberikan kolostrum pada bayi baru lahir dapat
kesehatan dalam memberi penambahan ilmu bagi ibu-ibu yang menyusui Suwardi
dkk, 2019). Kendala pemberian kolostrum disebabkan oleh pengetahuan ibu yang
belum baik tentang kolostrum, sehingga banyak ibu yang baru melahirkan tidak
(kolostrum) sengaja diperah dengan tangan dan dibuang dan tidak diberikan
bayi baru lahir, adanya penyuluhan atau konseling tenaga kesehatan terhadap ibu
tentang bagaimana pentingnya ASI bagi bayi sejak ibu hamil. Mengajarkan ibu
untuk melakukan perawatan payudara agar ASI bisa keluar lancar dan bayi nya
juga bisa menerima ASI dengan baik, dan dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini
ibu tentang kolostrum dengan pemberian kolostrum di Desa Kuok Wilayah Kerja
berhunganan dengan pemberian kolostrum pada bayi usia 0-10 hari. Ibu tidak
mengetahui manfaat dari kolostrum dan berasumsi kolostrum susu basi yang
keluar dan harus dibuang sebelum ASI berwarna putih seperti susu. Sikap
larangan orang tua, ASI yang belum lancar hanya keluar beberapa tetes saja
kasian bayinya kalau nanti kelaparan, sehingga tidak disusui terlebih dahulu dan
bayi. Ibu post partum tidak memberikan kolostrum dengan segera, takut bayi
kedinginan, ibu lelah untuk segera menyusui bayinya, kolostrum tidak keluar,
serta kolostrum tidak baik bagi bayi. Hal ini tidak akan terjadi bila seorang ibu
post partum mempunyai pengetahuan yang bagus serta mendapat support dari
keluarga.
bayi. Ibu post partum tidak memberikan kolostrum dengan segera, takut bayi
kedinginan, ibu lelah untuk segera menyusui bayinya, kolostrum tidak keluar,
serta kolostrum tidak baik bagi bayi. Hal ini tidak akan terjadi bila seorang ibu
post partum mempunyai pengetahuan yang bagus serta mendapat support dari
keluarga.
pengetahuan dan sikap ibu dengan pemberian kolostrum pada bayi. Hal ini
disebabkan perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih permanen dari pada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan juga seseorang yang mempunyai
sikap positif memiliki peluang lebih besar untuk memberikan kolostrum jika
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan, data yang diperoleh peneliti
dari Wilayah Kerja Puskesmas Sibuhuan bulan awal bulan Maret 2022, diperoleh
jumlah bayi sebanyak 41 orang. Hasil wawancara pada 10 orang ibu menyusui,
sebanyak 7 orang ibu yang tidak memberikan kolostrum dan yang memberikan
kolostrum sebanyak 3 orang. Alasan ibu tidak memberikan kolostrum pada bayi
baru lahir karena ibu percaya bahwa ASI yang keluar pertama kali itu kotor dan
kesehatan, serta memberikan upaya promotif dan preventif untuk perilaku ibu
a. Bagi Peneliti
upaya promotif dan preventif untuk pengelolaan perilaku ibu dengan status
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kolostrum
Kolostrum adalah cairan pelindung yang kaya akan zat anti infeksi dan
berprotein tinggi yang keluar dari hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh
setelah melahirkan. (Utami Roesli, 2004) Kolostrum adalah cairan pertama yang
Kolostrum adalah ASI stadium I dari hari pertama sampai hari keempat.
berwarna kuning keemasan yang disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan
melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh) dan immunoglobulin (zat
kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang
terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare (Pudjiadi, 2019).
1. Protein : 8,5%
2. Lemak : 2,5%
3. Karbohidarat : 3,5%
5. Air : 85,1%
6. Vitamin A,B,C,D,E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.
vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrum yang
meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus
menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke
payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui. Kandungan kolostrum
inilah yang tidak diketahui ibu sehingga banyak ibu dimasa setelah persalinan
tidak memberikan kolostrum kepada bayi baru lahir karena pengetahuan tentang
Tubuh ibu mulai memproduksi kolostrum pada saat usia kehamilan tiga
sampai empat bulan. Tapi umumnya para ibu tidak memproduksinya kecuali saat
ASI ini bocor sedikit menjelang akhir kehamilan. Pada tiga sampai empat bulan
kelenjar air susu untuk menghasilkan kolostrum. Pada masa ini pengeluaran
kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin
2018).
seorang ibu yang melahirkan bayi berumur empat bulan dimana bayinya
Susu
1. Refleks prolaktin
lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka estrogen dan
(Maryunani, 2014).
ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi membuat air susu. Pada ibu
menyusui kadar prolaktin akan normal tiga bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak. Sedangkan pada ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin akan
sel-sel miopitel. Hisapan bayi memicu pelepasan dari alveolus mamma melalui
duktus ke sinus laktiferus dimana ia akan disimpan. Pada saat bayi menghisap,
ASI di dalam sinus akan tertekan keluar kemulut bayi. Pelepasan dapat terjadi bila
ibu mendengar bayi menangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya. Ibu-ibu
memberikan kolostrum tersebut secara nyata pada bayi baru lahir (Maryunani,
2014).
sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima
ASI.
diberitakan melalui media, ataupun melalui penyuluhan yang diberikan oleh bidan
desa. Namun banyak ibu tetap tidak mau segera memberikan kolostrum kepada
bayi baru lahir dengan alasan mereka belum diberitahu tentang manfaat kolostrum
1. Immunoglobin
antibody yang terdapat di dalam darah ibu dan yang melindungi terhadap penyakit
karena bakteri dan virus yang pernah diderita ibu atau yang telah memberikan
immunitas pada ibu. Immunoglobulin ini bekerja setempat dalam saluran usus dan
dapat juga diserap melalui dinding usus dalam sistem sirkulasi bayi. Yang
termasuk dalam antibody ini adalah IgA, IgB, IgM, IgD, dan IgE (Widowati,
2017).
2. Laktoferin
terhadap zat besi. Bersamaan dengan salah satu immunoglobulin (IgA), laktoferin
stafilokokus dan ragi. Kadar yang paling tinggi dalam kolostrum adalah 7 hari hari
Bersama dengan IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga menghambat
ASI lebih besar dibandingkan dalam air susu sapi (Widowati, 2017).
4. Faktor antitripsin
Enzim tripsin berada di saluran usus dan fungsinya adalah untuk memecah
(Widowati, 2017).
5. Faktor bifidus
pertumbuhan organisme yang tidak diinginkan, seperti E.coli, dan ini hanya
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Faktor pelindung ini semua ada di
dalam ASI yang mature maupun di dalam kolostrum. Pemberian kolostrum secara
awal pada bayi dan pemberian ASI terus menerus merupakan perlindungan
terbaik yang dapat diberikan kepada bayi terhadap penyakit (Ratnawaty, 2014).
Kolostrum mengandung anti kekebalan tidak menjadi suatu hal yang
terpenting buat masa depan bayi mereka. Serta akibat dari pengetahuan yang serba
2.1.7 Empat Belas Hal Terpenting Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi
Baru Lahir
1. Kolostrum (sering disebut ASI jolong) adalah ASI pertama yang diproduksi
2. Kolostrum adalah air susu yang keluar sejak ibu melahirkan sampai usia bayi
4-7 hari. Bisa berupa cairan bening atau kuning keemasan kental. Jumlah
3. Komposisi kolostrum berbeda dengan ASI yang keluar pada hari ke 4-7
sampai hari ke-10 – 14 kelahiran (ASI transisi) dan juga berbeda dengan ASI
sejumlah besar sel-sel hidup sehingga kolostrum bisa dianggap vaksin alami
dibandingkan susu matang yang berfungsi melindungi bayi dari diare dan
infeksi.
6. Kolostrum juga mengandung leukosit atau sel darah putih dalam jumlah
dan klorida yang berfungsi dalam gerak peristaltic usus dan menjaga
sehingga zat anti infeksi yang umumnya terdiri dari protein tidak akan rusak.
bagi bayi.
11. Kolostrum mempunyai peran special dalam saluran pencernaan bayi baru
sebagian besar zat-zat asing dapat dicegah untuk membuat alergi atau
penyakit.
12. Kolostrum dihasilkan saat pertahanan bayi paling rendah. Sehingga dikatakan
Lahir
1. Pengetahuan
terhadap objek tertentu. Penginderaan ini melalui panca indera manusia yaitu
seseorang untuk berperilaku sehat atau tidak seperti perilaku pemberian kolostrum
hasil bahwa dari 183 responden, 96,2% memberikan ASI tetapi hanya 63,9% yang
(p<0,05).
2. Sikap
keputusan positif atau negatif. Terdapat tiga komponen dari sikap yakni kognitif
2014).
dan sikap ibu nifas dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir
menunjukkan hasil bahwa faktor kognitif atau keyakinan adalah faktor yang
Faktor lain yang juga berhubungan dengan perilaku menurut Green (1980)
dalam Notoatmodjo (2014) adalah adanya dukungan sosial. Dukungan sosial ini
dapat berasal dari keluarga terdekat seperti suami, orangtua/mertua dan saudara.
pemberian kolostrum pada bayi baru lahir menunjukkan hasil bahwa dukungan
petugas kesehatan dan dorongan dari keluarga sangat mempengaruhi perilaku ibu
kolostrum.
4. Sosial budaya
penuntun, keputusan dan tindakan atau perilaku seseorang. Selain itu nilai budaya
adalah merupakan suatu keinginan individu atau cara bertindak yang dipilih atau
yang memiliki anak. Mempunyai anak merupakan pengalaman hidup yang kritis
yang sering dilakukan dalam masa menyusui seperti menunda menyusui 2-3 hari
makanan selain ASI sebelum ASI keluar. Perilaku pemberian ASI kolostrum,
Perilaku ibu adalah semua kegiatan atau aktivitas ibu, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut
adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah
berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau
“observable bahvior”.
sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku
perilaku masyarakat.
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku yang
diamati dapat diukur dengan berbagai skala, salah satunya adalah skala Guttman.
Skala ini memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban atas pernyataan/
pertanyaan: ya, tidak, positif, negatif, setuju-tidak setuju, serta benar dan salah
(Notoatmodjo, 2012).
2. Pengetahuan (knowledge)
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
2) Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
3) Aplikasi (Application)
4) Analisis (Analysis)
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
5) Sintesis (Synthesis)
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan
1) Pendidikan
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
seseorang.
4) Lingkungan
tersebut.
3. Sikap (attitude)
baik-tidak baik). Dengan kata lain, sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan
gejala-gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan
terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam bagian lain Notoatmodjo (2012)
Dalam penentuan sikap yang utuh ini , penetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi
suatu perbuatan nyata oleh suatu individu disebut dengan tindakan. Tindakan
dalam pilihan seseorang didasari oleh nilai, sehingga tindakan dan perbuatan
kualitasnya, yaitu :
1. Praktik terpimpin
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
3. Adopsi
Artinyaa, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi
2022
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
METODE PENELITIAN
2022 karena masih terdapat ibu menyusui tidak mengetahui dan kurangnya
2022.
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di wilayah kerja
3.3.2. Sampel
sebanyak 41 orang.
1. Informed consent
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
3. Confidentiality (kerahasiaan)
(Nursalam, 20117).
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mery Krista (2019) “Perilaku Ibu
Nifas 0-5 Hari Dalam Pemberian Kolostrum Pada Bayi Di Klinik Bersalin Martini
guttman, yaitu jawaban responden “ya” dan “tidak”. Jika jawaban benar
pertanyaan dengan skala guttman, yaitu jawaban responden “ya” dan “tidak”.
Jika jawaban benar diberi nilai 1, dan jika jawaban salah nila 0.
a. Tidak <50%
b. Ya ≥50%
6. Setiap ibu yang datang dan memenuhi kriteria inklusi diberikan informed
dilakukan pengecekan ulang dengan tujuan agar data yang masuk dapat diolah
2. Coding
Pemberian kode pada setiap data yang telah dikumpulkan untuk
3. Skoring
Jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0,
4. Tabulating
(Notoatmodjo, 2014).
1. Analisa Univariat
HASIL PENELITIAN
Jenis Pekerjaan
IRT 23 56,1
PNS 3 7,3
Wiraswasta 15 36,6
Jumlah 41 100
Pendapatan
Rendah 31 75,6
Tinggi 10 24,4
Jumlah 41 100
Suku
Minang 11 26,8
Jawa 4 9,8
Batak 26 63,4
Jumlah 41 100
Sumber: Data Primer, 2021
bersuku batak sebanyak 26 orang (63,4%) dan minoritas bersuku jawa sebanyak 4
orang (9,8%).
5.1.1 Umur
berumur 20-35 tahun sebanyak 26 orang (63,4%) dan minoritas berumur <20
kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui
bayinya. Sedangkan ibu yang berumur 20 -35 tahun, disebut sebagai masa dewasa
dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah
kolostrum pada bayi di Desa Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dengan
nilai p=0,016. Ibu yang memberikan kolostrum adalah ibu yang berusia 20-35
tahun dikarenakan ibu yang berusia 20-35 tahun disebut juga masa reproduksi, di
mana pada masa ini orang telah mampu untuk memecahkan masalah yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ratna (2018) mengatakan ibu
yang berusia 20-35 tahun tergolong dalam kelompok wanita subur (WUS) yang
mana seorang wanita pada usia ini dianggap sudah cukup matang dan mampu
untuk bereproduksi termasuk didalam pemberian kolostrum dan ASI eksklusif.
Ditinjau dari segi fisik maupun kejiwaan wanita pada usia tersebut dianggap telah
siap untuk mempunyai seorang anak dan sanggup untuk memelihara anak yang
telah lahir.
Responden dalam rentang usia 20-35 tahun juga lebih banyak memberikan
pemberian kolostrum jauh lebih baik dibandingkan dengan ibu berusia 35 tahun
mulai mengalami perubahan pada hormon sehingga produksi ASI yang dihasilkan
berkurang.
Asumsi peneliti bahwa umur yang kurang dari 20 tahun merupakan masa
35 tahun organ reproduksi sudah lemah dan tidak optimal dalam pemberian
kolostrum pada bayi, sehingga kemampuan seorang ibu untuk menyusui secara
eksklusif juga sudah tidak optimal lagi karena penurunan fungsi dari organ
reproduksi seperti payudara. Alasan ibu usia remaja yang tidak memberikan ASI
eksklusif adalah karena mereka kurang paham manfaat dari ASI eksklusif untuk
ibu dan bayi, sebagian besar ibu bekerja, mereka mengatakan jika masih ingin
bebas, mereka melihat keluarga dan teman yang memberi susu formula, ibu
mengatakan jika kolostrum adalah ASI kotor sehingga memberikan susu formula,
tidak ada dukungan dari keluarga, jika menyusui ibu akan mudah lapar itu
Sebaliknya pada umur 20-35 tahun termasuk kelompok umur reproduksi sehat
sehingga ibu mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan lebih matang
merawat bayinya.
penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih
baik. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal akan semakin luas wawasan
kolostrum, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang
yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas
pemberian kolostrum pada bayi usia 0-3 bulan di RSUD Kota Kendari p=0,002.
tidak lagi memberikan ASI kolostrum pada bayinya, karena takut ASI nya kotor
atau basi. Pendidikan adalah aktifitas proses belajar mengajar yang memberikan
tambahan ilmu pengetahuan, keterampilan serta dapat mempengaruhi proses
Belimbing tahun 2018. Hasil uji chi- square didapatkan p value = 0,015, artinya
terhadap ASI kolostrum rendah adalah rata rata tingkat pendidikan informan
Pendapat ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nurita (2019),
(kolostrum). Pendidikan ibu yang lebih tinggi cenderung pengetahuan ibu juga
semakin luas, namun perlu disertai niat yang kuat untuk memberi kolostrum.
bahwa dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung lebih mudah
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.
Sedangkan semakin rendah pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
seseorang
pendidikan rendah juga memberikan kolostrum. Dan juga adanya peran bidan
dalam pemberian kolostrum setelah ibu melahirkan dan juga pengeluaran ASI ibu
lancar, sehingga ibu termotivasi untuk memberikan kolostrum. Dan juga bisa
tidak memberikan kolostrum disebabkan karena ASI belum keluar atau tidak
lancar. Akan tetapi responden dengan kategori tingkat pendidikan tinggi, terdapat
dan pengetahuan tentang pemberian kolostrum, dan didukung oleh keluarga dan
5.1.3 Paritas
terhadap aplikasi sehari hari terlampaui karena semakin cukup usia, tingkat
kematangan akan berkembang secara optimal termasuk didalamnya pengalaman
serta kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja. Semakin banyak anak
Belimbing tahun 2018. Hasil uji chi-square didapatkan p value = 0,005, ada
tentang pengetahuan ibu dalam menyusui. Pengalaman yang diperoleh ibu dapat
Eksklusif. Pada saat itu susu ibu menghasilkan kolostrum, susu jolong, atau susu
awal. Kolostrum akan muncul lagi 30 jam kemudian. Itu artinya jika bayi tidak
segera mendapat kolostrum pertama, bayi kehilangan zat bergizi tinggi dari
ibunya. Kesiapan fisik dan psikologis ibu fisik dan psikologi ibu harus sudah
kategori paritas primipara, masih ada memberikan dikarenakan ASI ibu yang
kolostrum dapat disebabkan karena ASI belum keluar atau tidak lancar. Namun
dengan kategori paritas multipara, ada yang memberikan kolostrum dapat
responden sudah mengetahui manfaat ASI pada hari pertama setelah melahirkan.
paritas multipara. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anak semakin
sadar ibu post partum untuk memberikan kolostrum kepada bayinya. Sebaliknya,
mayoritas bekerja IRT sebanyak 23 orang (56,1%) dan dan minoritas bekerja PNS
kolostrum pada bayi. Pengetahuan yang bekerja lebih baik jika dibandingkan
dengan pengetahuan yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang
bekerja diluar rumah (sektor formal) memiliki akses lebih baik terhadap berbagai
2019).
pekerjaan ibu dengan waktu pemebrian kolostrum pada bayi. Sementara dalam
penelitian ini, baik ibu bekerja dan tidak bekerja, masing-masing sebagian besar
responden memberikan kolostrum > 6 jam kelahiran, hal ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
Hasil penelitian Ayunsari (2013) untuk status pekerjaan ibu dengan
menunjukkan bahwa responden yang bekerja 0.985 kali lebih sedikit yang
nilai CI : 0.795 – 1.221 yang menunjukkan bahwa hasil tidak signifikan hal ini
menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan
pemberian kolostrum.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Djaiman & Sihadi (2015) yang
menemukan bahwa seorang ibu yang bekerja mempunyai peluang kecil untuk
memberikan ASI pertama kali diatas 1,85 jam dibanding ibu yang tidak bekerja.
Ibu yang bekerja akan mengalami kendala waktu dan tempat untuk proses
Asumsi peneliti sebagian besar ibu nifas bekerja sebagai ibu rumah tangga,
bahwa manusia menelusuri kelakuan dari orang lain di lingkungan sosialnya. Ibu
rumah tangga secara sosial mempunyai lingkungan pergaulan yang kurang luas
terhadap tingkat perolehan informasi, sehingga ibu yang tidak bekerja mempunyai
luas bagi responden untuk menerima informasi kesehatan dari lingkungan bekerja
maupun fasilitas atau media informasi yang lebih maju, misalnya dengan
pengetahuannya.
5.1.5 Pendapatan
keluarga yang tersusun mulai dari rendah, sedang, hingga tinggi. Tingkat
penghasilan yang diperoleh suami dan istri dari berbagai kegiatan ekonomi sehari-
hari, misalnya gaji. ASI memiliki kualitas baik hanya jika ibu mengkonsumsi
bahwa hasil tidak signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan
untuk memberi ASI kolostrum daan Eksklusif lebih tinggi dibanding keluarga
yang tidak memiliki cukup pangan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kondisi
sosial ekonomi yaang saling terkait yaitu pendapatan keluarga memiliki hubungan
dengan keputusan untuk memberikan ASI kolostrum dan Eksklusif bagi bayi.
5.1.7 Suku
bersuku batak sebanyak 26 orang (63,4%) dan dan minoritas bersuku jawa
kekerabatan yang dipengaruhi oleh adat istiadat yang diteruskan secara turun
pada setiap saat dimanapun dia berada. Kebudayaan berperan terhadap perilaku
perilaku pemberian ASI ekslusif yang tidak terlepas dari pandangan budaya yang
seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu
dan anak khususnya dalam pemberian kolostrum pada bayi (Firanika, 2019).
mayoritas suku ibu adalah suku Batak sebanyak 21 orang (43,8%). Anggota suatu
suku bangsa pada umumnya ditentukan menurut garis keturunan ayah (patrilineal)
seperti suku bangsa Batak, dan menurut garis keturunan ibu (matrilineal) seperti
terhadap pemberian kolostrum pada bayi dapat menyebabkan anak sakit atau
diare. Selanjutnya berbagai faktor sosial budaya yang melatar belakangi perilaku
pemberian kolostrum menghambat sebagian besar ibu-ibu dalam memberikan
memberikan makanan pada bayi yang baru lahir. Menurut sebagian besar
masyarakat kebiasaan memberikan madu, madu ditambah dengan gula merah dan
masyarakat, terutama pada bayi baru lahir, asi kolostrum dibuang karena basi atau
kotor.
Asumsi peneliti ibu masih banyak membuang ASI yang pertama kali
ASI yang pertama kali keluar ASI basi atau kotor yang dapat menyebabkan bayi
sakit atau mengalami diare, sehingga mereka memberikan madu/minum air putih
atau makanan tambahan tersebut pada bayi yang masih berusia dini adalah karena
adanya anggapan kalau bayi nangis terus menerus berarti bayi tersebut lapar,
sehingga harus diberi makanan. Pemberian kolostrum dan ASI saja tidak cukup
menurut mereka untuk kebutuhan bayi, dan jika bayi sudah diberi makananan bayi
(2014), bahwa pengetahuan diperngaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal antara lain persepsi, motivasi dan pengalaman. Faktor internal ilmiah
pentingnya kolostrum bagi bayi yang baru dilahirkan, karena tanpa adanya latar
belakang pendidikan dan motivasi yang kuat kemungkinan responden tidak
dengan pemberian kolostrum pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas
baik berpotensi memiliki motivasi pemberian kolostrum yang tinggi. Baik dan
pendidikan.
kolostrum pada bayi baru lahir di Puskesmas Ulu Kecamatan Siau Timur
yang baik akan berpengaruh pada cara pemberian kolostrum ibu dan bayi baru
kolostrum tidak baik, hal ini sebagai suatu perilaku dimana seorang ibu yang
bahwa pengetahuan ibu yang baik tentang kolostrum menyebabkan ibu bersedia
kolostrum pada bayinya karena sudah mengetahui begitu besar manfaat ASI
terutama kolostrum.
kolostrum oleh ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Belakang Padang Kota
Batam dengan nilai p=0,009. Kurangnya pengetahuan yang didapatkan oleh ibu
nifas disebabkan karena motivasi masyarakt sendiri untuk mencari tahu segala yag
Kotobangon dengan nilai p=0,000. Pengetahuan ibu yang baik tentang kolostrum
tentang kolostrum, peneliti beranggapan bahwa ada beberapa hal yang dapat
seperti masih banyaknya ibu yang memang tidak tahu bahkan sebelumnya ibu
dimiliki oleh kolostrum itu sendiri, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor
bayinya serta manfaat kepada ibu post partum, juga faktor kurangnya sarana atau
prasarana yang dapat memberikan informasi dari tenaga kesehatan, baik dari
media elektronik yaitu televisi dan radio, maupun dari media cetak yaitu koran
dan majalah.
orang ibu tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Hal ini disebabkan karena
merupakan susu basi yang keluar dan harus dibuang sebelum ASI berwarna putih
seperti susu. Dan juga karena larangan orang tua, ASI yang belum lancar hanya
keluar beberapa tetes saja kasian bayinya kalau nanti kelaparan, sehingga tidak
6.1 Kesimpulan
pendidikan SMP 41,5%, paritas primipara 56,1%, jenis pekerjaan IRT 56,1%,
6.2 Saran
a. Bagi Peneliti
dalam hal perilaku ibu dengan status emberian kolostrum pada bayi.
b. Bagi Responden
memberikan kolostrum saat bayi baru lahi dan diberika ASI selama enam
bulan penuh.
bayi dengan metode yang lebih baik lagi dalam menyempurnakan penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Astutik. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Trans Info Media.
Jakarta
Ahmadi. (2017). Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta: Prestasi
Pustaka Publish
Ainun Nur. (2019). Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Post Partum Dalam
Pemberian ASI Di RSU Sundari Medan. Universitas Sumatera Utara
Ayunsari Diah. (2015). Faktor-Faktor Determinan Pemberian Kolostrum Dan
ASI Ekslusif Pada Baduta (0-24 Bulan) Di Indonesia Berdasarkan Data
Riskesdas. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 2, Noor 2, April 2015
Azwar, Saefuddin. (2016). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Budiman Agus dan Riyanto. (2017). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan
Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Budianti. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Nifas
Tentang Kolostrum Dengan Pemebrian Kolostrum Pada Bayi Usia 0-3
Hari Di Ruang Nifas RSUD Kota Kendari. Skripsi Politeknik Kesehatan
Kendari
Devita Risa, Desi Ulandari dan Lin Karlina. (2020). Analisis Pemberian
Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan Dari Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Ibu Nifas. Jurnal ‘Aisyiyah Medika. Volume 5, Nomor 2,
Agustus 2020
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. (2020). Profil Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2019. Diperoleh 15 Februari 2021, dari
http://www.dinkes.sumutprov.go.id
Dinkes Paluta. (2020). Profil Dinas Kesehatan Padang Lawas Utara Tahun 2020
Djaiman, Sri & Sihadi. (2015). Probalititas Waktu Seorang Ibu Menyusui
Pertama Kali Bayinya Dan Faktor Yang Mempengaruhi. Bulletin
Penelitian Kesehatan. Vol.43(4).Pp.239-249
Elviani Wisda. (2020). Gambaran Pemberian Perakteal Pada Neonates Di Eilayah
Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru. JOM Fkp, Vol 7 No 1 (Januari-Juni
2020)
Ernawati, Bakhtiar Dan Tahil. (2016). Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan
Tindakan Ibu Dalam Memberikan ASI Ekslusif Melalui Edukasi
Kelompok. Jurnal Ilmu Keperawatan. ISSN:2338-6371
Firanika Rahayu. (2019). Aspek Budaya Dalam Pemberian Asi Ekslusif Di
Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun 2010. Fakultas Kedokteran Dan
Ilmu Kesehatan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Hasanah Khuswatun. (2016). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Kolostrum Terhadap Perilaku Pemberian Kolostrum Di Puskesmas
Sungai Durian. Jurnal Kesehatan Khatulistiwa, Volume 2, Nomor 1,
Januari 2016
Hazen Azis. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dalam Pemberian
Kolostrum Oleh Ibu Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Belakang Padang
Kota Batam. Jurnal Bidan Komunitas Vol III, No 3, Hal 99-10
Hamzah Rahmawati. (2021).Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Kotobangon.
Prosding Seminar Nasional Penelitian Dan Pengabdian 2021
Jumriati. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Kolostrum Pada
Bayi Baru Lahir Di Rskdia Pertiwi Makassar Tahun 2016.
http//ejurnalkesehatan//pdf..//65.
Kementeria Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia.
Pusdatin Kemnekes RI
Khosidah A. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Kolostrum
Pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Batu Raden Kabupaten Banyumas
Tahun 2016. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 9(1), 75–81.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v9i1.406
Kusuma Lina Yudie. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang
Kolostrum Dengan Motivasi Pemberian Kolostrum Di RSUD Prambanan
Sleman Yogyakarta. Stikes Yogyakarta
Maryunani Anik. (2014). Inisiasi Menyusui Dini, Asi Eksklusif, dan Manajemen
Laktasi. Jakarta: Trans Info Media
Mustafa Mardiana dan Suhartatik. (2015). Hubungan Antara Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Nifas Dengan Pemberian Kolostrum Pada Bayi Baru Lahir Di
RSKD Ibu Dan Anak Pertiwi Makassar. Poltekkes Kemenkes Makassar
Nasihah Mimatun. (2019). Hubungan Paritas Dengan Pemberian Kolostrum
Pada Ibu Post Partum. Jurnal Midpro, Vol 2/No 2/ Desember
Nepal. (2012). Across-Sectional, Healthy Facility Based Survey. International
Breastfeed J. 2012;7(1):1
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Nugroho. (2018). ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurita Suci Rahmani. (2019). Pemberian Kolostrum Pertama Pada Bayi Baru
Lahir Dan Faktor Terkait. Jurnal Akademika Baiturrahim. Vol 8, No 2,
September 2019
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarata: Salemba
Medika
Papona Novita, Laoh Joice dan Palandeng Hendry. (2017). Hubungan
Pengetahuan Dan Sikap Ibu Nifas Tentang Pemberian Kolostrum Pada
Bayi Baru Lahir Di Puskemas Ulu Kecamatan Siau Timur Kabupaten
Kepulauan Sitaro. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 1, Nomor 1.
http://www.digilib.unimus.ac.id. diakses pada tanggal. 09 Oktober 2015,
11:41:2
Pudjiadi. (2019). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: DPN
Purwanti, Sri H. (20190. Konsep Penerapan ASI Eksklusif: Buku Saku Untuk
Bidan. Jakarta: EGC
Rahayu Ety. (2020). Hubungan Usia Ibu Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di Desa
Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun 2019. Skripsi Thesis,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Ratna Susanti. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan, Uur Dan Pengetahuan Ibu
Tentang ASI Dengan Pemberian Kolostrum Dan ASI Ekslusif (Studi Di
Desa Tidu, Kecamatan Bukateja, Kabupaten Purbalingga). Thesis
Diponegoro University
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian Di Wilayah Puskesmas Sibuhuan
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Universitas
Aufa Royhan di Kota Padangsidimpuan Program Studi Kebidanan Program
Sarjana.
Nama : Zakiah Khairani Siregar
NIM : 21061120
Dengan ini menyampaikan bahwa saya akan mengadakan penelitian
dengan judul: “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Kolostrum di Wilayah Kerja
Puskesmas Sibuhuan Tahun 2022”.
Hormat saya
Peneliti,
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Saya mengerti dan memahami bahwa penelitian ini tidak akan beraibat
negative terhadap saya, oleh karena itu saya bersedia untuk menjadi responden
pada penelitian ini.
Sibuhuan, 2022
Responden,
…………………………...
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KOLOSTRUM DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBUHUAN TAHUN 2022
⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺⸺
I. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah petunjuk pengisian dan pertanyaan sebelum menjawab
2. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√)
di kolom yang telah di sediakan
3. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
A. Kuesioner
Inisial Nama :
20-35 tahun
>35 tahun
Paritas : Primipara
Multipara
Petani Wiraswasta
≥ Rp. 1.500.000
Suku :
B. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Kolostrum
No Pernyataan Ya Tidak
1. Kolostrum adalah cairan kekuningan yang dikeluarkan
oleh payudara ibu pada hari-hari pertama setelah
persalinan.
2. Manfaat kolostrum membantu zat kekebalan yang
dibutuhkan oleh bayi.
3. Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi
oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ke
3-5.
4. ASI stadium I adalah kolostrum.
5. ASI stadium II adalah ASI peralihan.
6. ASI stadium III adalah ASI matur.
7. Sebaiknya ibu memberikan kolostrum pada bayinya
segera setelah lahir.
8. Pada hari pertama bayi memerlukan kalori dalam
kolostrum sebanyak 20-30 cc.
9. Kolostrum tidak berbahaya dan tidak dapat
menyebabkan warna kunig pada bayi.
10. Total kalori dalam kolostrum adalah 58 kal/100 ml
Sumber : Mery (2019)
HASIL SPSS
Analisa Univariat
Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
tingkat pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendapatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Nama Mahasiswa :
NIM :
Nama Pembimbing :