DISUSUN OLEH :
1. Lala Dhamayanti ( PO7120520014 )
2. M. Aufa Rico ( PO7120520029 )
3. Lola Paulina ( PO7120520037 )
Terima kasih atas puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “Manajemen Keperawatan
Bencana pada Lanjut Usia” dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegawat Daruratan.
Dalam pembuatan makalah ini banyak pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya, oleh karena itu
kami mengucapkan banyak terima kasih
Keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, membuat banyak
sekali kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................2
1. Tujuan Umum................................................................................2
2. Tujuan Khusus...............................................................................2
D. Manfaat Penulisan..............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kegawat Daruratan................................................................4
B. Konsep Lansia....................................................................................5
C. Konsep Bencana.................................................................................6
D. Dampak Bencana pada Lanjut Usia....................................................7
E. Manajemen Keperawatan Bencana pada Lansia Saat
Bencana..............................................................................................8
F. Manajemen Keperawatan Bencana pada Lansia Pasca
Bencana..............................................................................................9
G. Manajemen Keperawatan Bencana pada Lansia Sebelum
Bencana..............................................................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................17
B. Saran...................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan proses
alamiah yang tidak bisa dihindari oleh tiap individu. Lansia dimulai setelah
pensiun biasanya pada usia 65-75 tahun (Potter dan Perry, 2009). Menurut
Undang—Undang No. 13 Tahun 1998 Bab I Pasal 1 ayat 2, lansia dalah
penduduk yang beusia 60 tahun ke atas.
Sejak tahun 2000, Indonesia telah memasuki era berstruktur tua (aging
structured) karena 7,18 % dari penduduk Indonesia berusia 60 tahun ke atas
(Saputri & Indriwati, 2011). Berdasarkan Komisi Nasional Lanjut Usia
(2010), selain memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia,
Indonesia juga merupakan negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak
setelah China, Amerika dan India. Jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia
pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dan tahun 2010 jumlah lanjut usia di
Indonesia sebesar 23,9 juta jiwa.
Indonesia sendiri memiliki kondisi geografis, geologis dan demografis
yang menyebabkan negeri ini dikenal sebagai laboratorium bencana. Sesuai
dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Bab I, tentang ketentuan umum, pasal 1, jenis-jenis bencana dapat
dikelompokkan menjadi bencana alam, antara lain (1) gempa bumi, (2)
tsunami, (3) gunung meletus, (4) bajir, (5) kekeringan, (6) angin topan, (7)
tanah longsor. Sedangkan bencana non alam, seperti (8) gagal teknologi, (9)
gagal modernisasi, (10) epidemi, (11) wabah penyakit, dan bencana sosial,
(12) konflik sosial kelompok atau antar komunitas dan (13) teror.
Dari jenis-jenis bencana tersebut, terdapat enam bencana yang paling
mengancam daerah-daerah di Indonesia. Bencana itu yakni gempa bumi,
kebakaran gedung, tsunami, banjir dan banjir bandang, tanah longsor, serta
1
2
letusan gunung api. Bencana tersebut tentu akan memberikan dampak yang
besar bagi kelompok rentan khususnya pada lansia (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana, 2017).
Seseorang yang usianya di atas 65 tahun besar kemungkinan untuk
mengalami penyakit kronis, seperti : hipertensi, jantung, diabetes, dll. 80 %
dari kelompok lansia ini memiliki penyakit kronis, dan 50 % memiliki
komplikasi. Lansia juga mengalami gangguan gerak, kognitif, sensori, sosial
dan keterbatasan dari segi ekonomi. Semuanya dapat mempengaruhi proses
adaptasi dan kemampuan berfungsi selama bencana. Selama bencana lansia
bisa saja menjadi sangat sensitif, mengalami gangguan tidur, disorientasi,
depresi dan trauma. Kemudian setelah bencana selesai resiko untuk kondisi
fisik lansia menurun sangat tinggi karena kurang nutrisi, suhu yang ekstrim,
terpapar dengan infeksi, dan gangguan emosional.
Berdasarkan data di atas, maka dalam makalah ini penulis akan
membahas lebih dalam mengenai manajemen keperawatan bencana pada
kelompok lanjut usia (lansia).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
manajemen keparawatan bencana pada lanjut usia.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui konsep kegawat daruratan
b. Mengetahui konsep lanjut usia
c. Mengetahui konsep bencana
d. Mengetahui dampak bencana pada lanjut usia
3
D. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kegawatdaruratan
1. Definisi Kegawatdaruratan
4
5
Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan proses
alamiah yang tidak bisa dihindari oleh tiap individu. Lansia dimulai
setelah pensiun biasanya pada usia 65-75 tahun (Potter dan Perry, 2009).
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 Bab I Pasal 1 ayat 2, lansia
dalah penduduk yang beusia 60 tahun ke atas.
Menurut WHO (dalam Gibert 2013), Lanjut usia (lansia) adalah
seseorang yang berumur ≥60 tahun ke atas, dengan usia 45-60 tahun
(middle age), usia 60-75 tahun (elderly), usia 75-90 tahun (old), usia diatas
90 tahun (very old).
6
C. Konsep Bencana
1. Definisi Bencana
1. Fisik Lansia
Pertambahan usia adalah normal, dan fungsi fisiologis menurun secara
perlahan-lahan. Namun demikian, derajat tersebut tidak sama dan terdapat
perbedaan antara setiap individu. Oleh karena itu, pengaruh dari bencana
terhadap lansia pun beraneka ragam sesuai dengan fungsi fisiologis yang
dimiliki oleh setiap individu.
2. Mental Lansia
Lansia telah memiliki beberapa pengalaman kehilangan. Bencana pun
akan menjadi pengalaman kehilangan. Bettis, dkk mengatakan bahwa pada
proses menua terdapat dua proses, yakni proses memungkinkan
beradaptasi diri pada kehilangan dan proses yang membuat yang
bersangkutan sulit mengadaptasikan diri terhadap kehillangan.
3. Sosial Lansia
Jika melihat sisi ekonomi, penyokong nafkah di rumah lansia adalah lansia
itu sendiri, dan banyak yang hidup dari uang pensiunan. Kehilangan rumah
dan harta akan mengakibatkan harapan untuk membangkitkan kehidupan
dan harapan untuk masa depan.
1. Tempat Aman
Pada saat terjadi bencana yang paling diprioritaskan adalah memindahkan
kelompok lansia ke tempat aman. Kelompok lansia biasanya sulit
mendapatkan informasi karena penurunan daya pendengaran dan
penurunan komunikasi dengan orang luar.
2. Rasa Setia
Selain itu karena mereka memiliki rasa setia yang dalam pada tanah dan
rumah diri sendiri, maka tindakan untuk mengungsi pun berkecenderungan
terlambat dibanding dengan kelompok yang lain.
3. Penyelamatan Darurat
Bencana menimbulkan ketakutan kematian kepada orang lansia.
Selain itu, mereka mengalami sejumlah kehilangan secara serentak, seperti
9
distribusi makanan yang dingin, tidak sesuai dengan daya kunyah, dan
gizinya tidak seimbang; terkena flu dan penyakit infeksi karena
lingkungan hidup yang buruk. Berdasarkan pengalaman, sebagian lansia
yang keadaannya susah bergerak, kamar mandinya jauh, dan tidak ada
ruang untuk bertukar popok/lampin, membuat lansia berusaha untuk
membatasi minum air supaya mengurangi pembuangan air besar dan kecil,
sehingga mengakibatkan dehidrasi, infeksi saluran kencing, dan sroke.
Selain itu, kebanyakan orang lansia memiliki beberapa penyakit kronis
sejak sebelum bencana. Pada kehidupan yang seadanya saja, dengan
otomatis pengobatan penyakit masing-masing pasien lansia dihentikan,
maka gejala yang sebenarnya sudah stabil sebelum bencana pun akan
menjadi parah.
Oleh karena itu kita harus memanfaatkan keterampilan keperawatan
dasar seperti observasi, pengukuran, dan mendengarkan. Memulai
pemeriksaan kesehatan dan konsultasi kesehatan secepatnya untuk
menggali dan mengetahui keadaan kesehatan dan kebutuhan kesehatan
dari orang lanjut usia dan menemukan penyakit baru. Kemudian perlu
mempertimbangkan perlu atau tidaknya pengobatan berdasarkan keadaan
pengobatan dan manajemen penyakit kronis dan mengkoordinasikan
metode pengobatan.
3. Orang Lanjut Usia dan Perawatan pada Kehidupan di Rumah Sendiri
Lansia yang sudah kembali ke rumahnya, pertama memberes-bereskan
di luar dan dalam rumah. Dibandingkan dengan generasi muda, sering kali
lansia tidak bisa memperoleh informasi mengenai relawan, sehingga tidak
bisa memanfaatkan tenaga tersebut dengan optimal. Oleh karena itu,
mereka sering mengerjakan dengan tenaga diri sendiri saja, sehingga
mudah tertumpuk kelelahannya. Diperlukan memberikan informasi
mengenai relawan terutama kepada rumah tangga lansia yang
membutuhkan tenaga orang lain. Selain itu, diperlukan koordinasi supaya
relawan bisa beraktivitas demi lansia. Peranan ini setelah masa/fase ini
diharapkan dilanjutkan sambil melihat keperluannya. Kemudian perlu
12
beristirahat dengan baik. Selain itu jika perlu pengobatan, segera hubungi
dokter spesialis.