Anda di halaman 1dari 48

MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN PELAYANAN


KEBIDANAN

DOSEN MATA KULIAH :


ULVI MARIATI, S.Kep, M.Kes

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. DINA TAUFIA 1820332003


2. RANI PURWANI 1820332004

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas karunia Allah SWT, akhirnya


tugas makalah mata kuliah Manajemen Pelayanan Kebidanan dengan judul perencanaan
dan pengorganisasian pelayanan kebidanan dapat diselesaikan tepat pada waktu.
Materi tugas ini diambil dari berbagai sumber ilmiah. Tugas ini disusun terutama
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pelayanan Kebidanan, dengan harapan
dapat memperdalam wawasan keilmuan penulis sebagai mahasiswa Pascasarjana Ilmu
Kebidanan tentang perencanaan pengorganisasian pelayanan kebidanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen
Pelayanan Kebidanan, ibu Ulvi Mariati, S.Kep, Mkes yang telah memberi kesempatan
dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran serta masukan yang bermanfaat dalam kesempurnaan
makalah ini

Padang, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Perencanaan Pelayanan Kebidanan ……................................................... 3
2.1.1
Defenisi Perencanaan……………………...……………………….3
2.1.2
Ciri-Ciri Perencanaan………………………………………………4
2.1.3
Jenis Perencanaan……………………...…………………………...4
2.1.4
Manfaat Perencanaan……………………………………………….6
2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan………...…….………….6
2.1.6 Unsur Pokok Perencanaan ………..……………..………………….7
2.1.7 Langkah-Langkah Perencanaan………..…………………………..12
2.1.8 Metode Perencanaan……………………………………………….25
2.1.8.1 Diagram Fishbone………………………....……………….25
2.1.8.2 Analisis SWOT……………………………...……………..32
2.2 Pengorganisasian Pelayanan Kebidanan ……..............................................40
2.2.1 Defenisi Organisasi………………………………...………………40
2.2.2 Defenisi Pengorganisasian…………………………………………41
2.2.3 Tujuan Organisasi……………………...…………………………..42
2.2.4 Unsur-Unsur Pokok Pengorganisasian…………………………….42
2.2.5 Prinsip Pokok Organisasi……………….………...…….………….43
2.2.6 Manfaat Pengorganisasian ………..……………..………………...46
2.2.7 Langkah-Langkah Pengorganisasian………..……………………..46

BAB III ANALISA JURNAL


BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………..…………………..70

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan harus dapat melaksanakan
pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan
berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola segala sesuatu tentang kliennya
sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di
perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar manajemen dan perencanaan
pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan sehingga pelayanan yang diberikan
berkualitas.
Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan pemberian
pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien dengan tujuan
menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan
sebagai provider.
Perencanaan adalah suatu proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan,
menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien. Di
bidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk menumbuhkan,
merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan kebutuhan dan
sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan
menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga mempunyai
peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengorganisasian
seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi akan diatur penggunaannya secara
efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

1
2

Adapun tujuan penulisan makalah ini agar penulis memahami tentang membuat
perencanaan dan pengorganisasian pelayanan kebidanan.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Memahami tentang perencanaan
b. Memahami tentang pengorganisasian
c. Memahami tentang perencanaan dan pengorganisasian dalam pelayanan
kebidanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Pelayanan Kebidanan


2.1.1 Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan
tujuan, menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan unutk mencapainya.
Rencana merupakan suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan suatu
tujuan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.
Perencanaan adalah suatu proses penyusunan rencana yang menggambarkan
keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu kegiatan dengan
mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia. (Mubarak,
2009)
Perencanaan (Planning) adalah fungsi manajemen yang harus bisa
menjawab rumus 5W+1H.What (apa) yang akan dilakukan, why (mengapa) harus
melakukan apa, when (kapan) melakukan apa, where (dimana) melakukan apa,
who (siapa) yang melakukan apa, how (bagaimana) cara melakukan apa.
(syafrudi, 2011)
Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh
kelompok untuk mencapai tujuan yang telah digariskan mencakup kegiatan
pengambilan keputusan. (Ulfayani,2012)
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan
seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang
melakukannya. Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai
proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan
tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Menurut Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan merupakan landasan
dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan
tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan

3
4

dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan


secara efektif dan efesien. Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi
terpenting dalam manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-
fungsi manajemen lainnya.
Dapat ditarik kesimpulan:
a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisa dan pemahaman system dengan
baik
b. Perencanaan pada hakiaktnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi
c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari
depan yang lebih baik

2.1.2 Ciri-ciri Perencanaan


Menurut Korompis (2016). Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa
ciri yang harus diperhatikan yaitu:
a. Bagian dari sistem administrasi
Perencanaan yang baik dan berhasil adalah perencanaan yang menempatkan
pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari sistem administrasi secara
keseluruhan. Perencanaan pada dasarnya merupakan salah satu fungsi
administrasi yang sangat penting. Pekerjaan administrasi yang tidak didukung
oleh perencanaan, bukan merupakan pekerjaan administrasi yang baik.
b. Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dilakukan terus secara terus
menerus dan berkesinambungan. Perencanaan yang dilakukan hanya sekali
bukanlah perencanaan yang dianjurkan. Meurut Mary Arnold, ada hubungan
berkelanjutan antara perencanaan dan berbagai fungsi administrasi lain yang
dikenal. Perencanaan merupakan hal penting untuk pelaksanaan, yang apabila
hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan, demikian
seterusnya hingga terbentuk suatu spiral yang tidak mengenal titik air.
c. Berorientasi pada masa depan
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang berorietasi pada masa depan.
Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila dilaksanakan,
5

dapat mendatangkan berbagai kebaikan, tidak hanya pada saat ini, tetapi pada
masa yang akan dating.
d. mampu menyelesaikan masalah
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang mampu menyelesaikan
berbagai masalah dan/atau tantangan yang dihadapi. Penyelesaian masalah
dan/atau tantangan yang dimaksudkan tentu harus disesuaikan dengan
kemampuan. Hal ini berarti bahwa penyelesaian masalah dan/atau tantangan
tersebut dilakukan secara bertahap, yang harus tercermin pada penahapan
perencanaan yang akan dilakukan.
e. Mempunyai tujuan
Perencanaan yang baik mempunya tujuan yang tercantum dengan jelas.
Tujuan yang dimaksudkan biasanya dibedakan menjadi dua macam, yakni
tujuan umum yang berisikan uraian secara garis besar dan tujuan khusus yang
berisikan uraian lebih spesifik.
f. Bersifat mampu kelola
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang bersifat mapu kelola, dalam
arti bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtut, fleksibel, dan telah disesuaikan
dengan sumberdaya. Perencanaan yang disusun tidak logis serta tidak runtut,
apalagi yang tidak sesuai dengan sumberdaya, bukanlah perencanaan yang
baik.
2.1.3 Jenis Perencanaan
Perencanaan banyak jenisnya, untuk keberhasilan pekerjaan perencanaan, perlu
dipahami berbagi jenis perencanaan tersebut (Korompis,2016).
2.1.3.1 Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana
Jika ditinjau dari jangka waktu berlakunya rencana, perencanaan dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
a. Perencanaan jangka panjang (long-range planning) : Jika masa
berlaku rencana tersebut antara 12 -25 tahun
b. Perencanaan jangka menengah (medium range planning) : Jika masa
berlaku rencanatersebut antara antara 5-7 tahun
c. Rencana jangka pendek (short range planning) : Jika masa berlaku
rencana tersebut hanya untuk jangka waktu 1 tahun.

2.1.3.2 Ditinjau dai frekuesnsi penggunaan


6

Jika ditinjau dari frekuensi penggunaan rencana yang baik dihasilkan,


perencanaan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
a. Digunakan satu kali (single-use planning) : dibuat jika rencana yang
dihasilkan hanya dapat dipergunakan satu kali. Perencanaan seperti
ini dapat secara sengaja dilakukan, atau karena mamang tidak dapat
digunakan lagi antara lain, karena keadaan lingkungan yang telah
berubah.
b. Digunakan berulang kali (repeat-use planning) : dapat terjadi apabila
rencana yang dihasilkan dapat digunakan lebih dari satu kali. Menurut
Newman, perencanaan model ini hanya dapat dilakukan, apabila
situasi dan kondisi lingkungan normal serta tidak terjadi perubahan
yang terlalu mencolok. Perencanaan berulang kali ini disebut pula
dengan nama perencanaan standart (standart planning).

2.1.3.3 Ditinjau dari tingkatan rencana


Jika dari tingkatan (hierarki), perencanaan dpat dibedakan menjadi tiga
macam, yakni :
a. Perencanaan induk (master planning), dapat digunakan apabila
rencana yang dihasilkan lebih menitik beratkan uraian kebijakan,
mempunyai ruang lingkup yang amat luas, dan berlaku untuk jangka
waktu yang panjang.
b. Perencanaan operasional (operational planning) : berlaku apabila
rencana yang dihasilkan lebih menitik beratkan pada aspek pedoman
pelaksanaan yang akan dipakai sebagai petunjuk pada waktu
melaksanakan kegiatan.
c. Perencanaan harian (day to day planning): berlaku apabila rencana
yang dihasilkan telah disusun secara rinci. Rencana harian ini
biasanya disusun untuk program yang telah bersifat rutin

2.1.3.4 Ditinjau dari filosofi perencanaan


Jika ditinjau dari filosofi yang dianut pada waktu melaksanakan
perencanaan, perencanaan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni :
a. Perencanaan memuaskan (satisfying planning) : apabila filosofi yang
dianut pada waktu melakukan perencanaan tidak terlalu
mementingkan keuntungan golongan, melainkan kepuasan semua
pihak yang terlibat.
7

b. Perencanaan optimal (optimizing planning) : apabila filosofi yang


dianut pada waktu melakukan perencanaan sangat mementingkan
pencapaian tujuan. Pada perencanaan ini, ukuran-ukuran kuantitas
menjadi penting, dan karena itu, perhatian lebih diutamakan pada
bagian-bagian yang produktif.
c. Perencanaan adaptasi (adaptivizer planning) : apabila filosofi yang
dianut pada waktu melakukan perencanaan cenderung berupaya
untuk selalu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.

2.1.3.5 Ditinjau dari orientasi waktu


Jika ditinjau dari orientasi waktu, perencanaan dapat dibedakan menjadi
dua macam, yakni :
a. Perencanaan berorientasi masa lalu-kini (past-present planning) :
apabila rencana yang dihasilkan semata-mata bertitik tolak dari
pengalaman yang pernah diperoleh pada masa lalu saja.
Perencanaan model ini biasanya dilakukan dalam menghadapi
keadaan wabah. Perencanaan masa lalu – kini disebut pula dengan
nama ameliorative planning.
b. Perencanaan berorientasi masa depan (future-oriented planning) :
apabila rencana yang dihasilkan memperhitungkan perkiraan yang
dapat terjadi pada masa yang akan datang.

Perencanaan model ini dibedakan menjadi tiga macam, yakni :


 Perencanaan redistributive : sekalipun orientasinya adalah masa
depan, tetapi rencana yang disusun tidak berdasarkan kajian masa
depan yang terlalu mendalam, perencanaan ini dilakukan karena
kebutuhan yang mendesak saja. Pada umumnya, perencanaan model
ini merupakan kelanjutan dari perencanaan masa lalu-kini (past
present planning).
 Perencanaan spekulatif : sifat spekulatif pada perencanaan ini
sangat dirasakan. Kajian tentang masa depan, sekalipun mungkin
dilakukan sengan menggunakan data, tetapi terlalu berani.
8

 Perencanaan kebijakan (policy planning) : perencanaan yang sangat


berorientasi pada masa depan dan disusun berdasarkan kajian yang
saksama serta mendalam terhadap berbagai data yang tersedia.

2.1.3.6 Dilihat dari lingkupnya


a. Perencanaan strategis (strategic planning) : berarti bahwa rencana
yang dihasilkan menguraikan dengan lengkap kebijakan jangka
panjang yang ingin diterapkan, tujuan yang jangka panjang yang
ingin dicapai, dan rangkaian, serta penahapan kegiatan yang akan
dilakukan. Perencanaan strategis umumnya sulit diubah.
b. Perencanaan taktis (tactical planning) : berarti bahwa rencana yang
dihasilkan hanya mengandung uraian tentang kebijakan, tujuan serta
kegiatan jangka pendek. Perencanaan taktis mudah menyesuaikan diri
dengan perkembangan situasi dan kondisi.
c. Perencanaan menyeluruh (comprehensive planning) : berarti bahwa
rencana yang dihasilkan mengandung uraian yang bersifat
menyeluruh. Hal ini berarti mencakup seluruh aspek dan ruang
lingkup berbagai kegiatan yang akan dilakukan.
d. Perencanaan terpadu (integrated planning) : berarti bahwa rencana
yang dihasilkan jelas menggambarkan keterpaduan antar kegiatan
yang dilakukan, dan/atau dengan kegiatan yang lain yang telah ada.

2.1.4 Manfaat Perencanaan


Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh staf dan pimpinan jika
organisasi memiliki sebuah perencanaan. Mereka akan mengetahui :
a. Tujuan yang ingin dicapai organisasi dan cara mencapainya
b. Jenis dan struktur organisasi yang dibutuhkan
c. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, uraian tugasnya
d. Sejauh mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan
e. Bentuk dan standar pengawasan yang dilakukan. (Muninjaya, 2004)

2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan


Keuntungan dalam perencanaan adalah:
a. Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktivitas organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu dan dapat dilakukan secara teratur
b. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang
tidak produktif.
9

c. Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai
karena dalam perencanaan ditetapkan sebagai standar.
d. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya,
terutama untuk fungsi pengawasan.
Sedangkan kelemahan dari perencanaan adalah:
a. Perencanaan mempunyai keterbatasan mengukur informasi dan fakta-fakta di
masa yang akan datang dengan tepat.
b. Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.
c. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staf karena
harus menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.
d. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk
mengadakan perubahan harus ditunda sampai tahap perencanaan berikutnya.
e. Perencanaan juga akan menghambat tindakan baru yang harus diambil oleh
staf. (Muninjaya, 2004)

2.1.6 Unsur-unsur dalam perencanaan pelayanan kebidanan


2.1.6.1 Input
Merujuk pada sumber-sumber yang dipelukan untuk melaksanakan
aktifitas yang meliputi :
a. Man : Tenaga yang di manfaatkan.
Contoh : Staf atau Bidan yang kompeten
b. Money : Anggaran yang di butuhkan atau dana untuk program
c. Material : materi ( sarana dan prasarana ) yang dibutuhkan
d. Metode: Cara yang dipergunakan dalam bekerja atau prosedur kerja
e. Minute / Time : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program
f. Market: Pasar dan pemasaran atau sarana program

2.1.6.2 Proses
Memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan. Meliputi
manajemen operasional dan manajemen asuhan :
a. Perencanaan (P1)
10

Perencanaan adalah proses untuk merumuskan masalah


kegiatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan kegiatan yang paling pokok dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(landasan dasar).
Contoh perencanaan adalah:
1) Jadwal Pelayanan ANC di Posyandu, Puskesmas.
2) Rencana Pelatihan untuk kader, nakes
b. Pengorganisasian (P2)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan
menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai kegiatan, penetapan
tugas-tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasian wewenang
dalam rangka pencapaian tujuan layanan kebidanan. Inti dari
pengorganisasian adalah merupakan alat untuk memadukan atau
sinkronisasi semua kegiatan yang berasfek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan pelayanan
kebidanan yang telah di tetapkan.
Contoh pengorganisasian adalah:
1) Puskesmas
2) Puskesmas Pembantu
3)Polindes dan Pembantu
4) Balai Desa
c. Penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian (P3)
Penggerakan dan Pelaksanaan adalah suatu usaha untuk
menciptakan iklim kerja sama di antara pelaksanaan program
pelayanan kebidanan sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan
efisien.
Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana
seseorang manajer pelayanan kebidanan mengarahkan dan
menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pelayanan kebidanan yang telah di sepakati.
11

Contoh penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian


adalah:
1) Pencatatan dan pelaporan (SP2TP)
2) Supervisi
3) Stratifikasi Puskesmas
4) Survey

2.1.6.3 Output
Cakupan Kegiatan Program:
a. Jumlah kelompok masyarakat yang sudah menerima layanan kebidanan
(memerator), dibandingkan dengan jumlah kelompok masyarakat yang
menjadi sasaran program kebidanan (denominator).
b. Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan (mulai
dari KIE, Asuhan Kebidanan, dsb).
Contoh: Untuk BPS: Outputnya adalah Kesejahteraan ibu dan janin,
Kepuasan Pelanggan, Kepuasan bidan sebagai provider.

2.1.6.4 Effect
Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat yang diukur
dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kebidanan yang
ada di sekitarnya (Posyandu, BPS, Puskesmas dsb) yang tersedia.

2.1.6.5 Out come (Impact)


Di pergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact) suatu
program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan
masyarakat. (Syafrudin, 2009)

2.1.7 Langkah-langkah Perencanaan


Langkah awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah
gagasanatau cita-cita yang terfokus pada situasi tertentu. Sebagai suatu proses,
perencanaan kesehatan mempunyai beberapa langkah. Ada lima langkah yang
perlu dilakukan pada prosespenyusunan sebuah perencanaan terdiri dari:
12

2.1.7.1 Analisis Situasi


Analisis situasi adalah langkah pertama proses penyusunan
perencanaan. Langkah ini dilakukan dengan analisis data laporan yang
dimiliki oleh organisasi (data pimer) atau mengkaji laporan lembaga lain
(data sekunder) yang data nya dibutuhkan, observasi, dan wawancara.
Agar mampu melaksanakan analisis situasi dengan baik, manajer dan staf
sebuah organisasi atau mereka yang diberikan tugas sebagai tim
perencana harus dibekali ilmu epidemiologi, ilmu antropologi, ilmu
demografi, ilmu ekonomi dan ilmu statistik.
Analisis situasi merupakan langkah awal perencanaan yang
bertujuan untuk identifikasi masalah. Yang dihasilkan dari proses analisis
situasi adalah rumusan masalah kesehatan dan berbagai faktor yang
berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat yang sedang diamati
serta potensi organisasi yang dapat digunakan untuk melakukan
intervensi. Dari penjelasan di atas, langkah analisis situasi bertujuan
untuk mengumpulkan berbagai jenis data atau fakta yang berkaitan
dengan masalah kesehatan masyrakat yang dijadikan dasar penyusunan
perencanaan. Data yang diperlukan untuk menyusun perencanaan
kesehatan terdiri dari:
a. Data tentang penyakit dan kejadian sakit
Untuk menyusun perencanaan kesehatan, analisis situasi
diarahkan untuk menghimpun data tentang masalah kesehatan
masyarakat. Untuk menjelaskan masalah kesehatan masyarakat yang
sedang diamati, data penyakit yang tercatat pada catatan surveilan
harus diolah lagi dengan pendekatan epidemiologi dan informasinya
disajikan dengan menggunakan statistik. Dengan memproses data
penyakit menggunakan pendekatan epidemiologi akan diketahui
wilayah mana saja penyakit atau masalah kesehatan masyarakat
tersebut berkembang, kapan terjadinya, siapa saja kelompok
penduduk di wilayah tersebut yang menderita penyakit tersebut, apa
13

saja faktor yang terkait dengan penyakit yang sudah berkembang


menjadi masalah kesehatan masyarakat.
b. Data kependudukan
Data kependudukan yang perlu dihimpun yang ada kaitannya
dengan penyakit yang sedang diamati adalah jumlah dan distribusi
penduduk per wilayah, per jenis kelamin, dan per kelompok umur,
dan tingkat kepadatan penduduknya. Vital statistik tentang kelahiran,
kematian akibat penyakit tersebut.
c. Data potensi organisasi kesehatan
Data yang juga perlu dihimpun untuk menyusun perencanaan
kesehatan adalah jumlah RS (kapasitas tempat tidur, jumlah dan
kualifikasi tenaga medis/para medis yang dimiliki. Data ini akan
bermanfaat jika tim perencana ingin mengadakan kerjasama dengan
lembaga lain yang juga menyediakan pelayanan kesehatan. Analisis
situasi juga dilakukan untuk menganalisis potensi dan kelemahan
organisasi (pelaksana program). Manfaat semaksimal mungkin
potensi organisasi dan lingkungan sosial yang ada di suatu wilayah,
tetapi waspadai kelemahan yang mungkin akan menjadi kendala atau
menghambat pelaksanaan kegiatan program di lapangan.
d. Keadaan lingkungan dan geografi
Data ini dikaitkan dengan perkembangan penyakit atau
masalah kesehatan yang diamati di masayrakat. Data lingkungan
desa dan tempat-tempat umum di wilayah tersebut yang perlu dicatat
adalah sekolah, pasar, tempat ibadah, sumber air, dan mutu air
minum yang digunakan oleh masyarakat, sistem pembuangan air
limbah/sampah, jamban keluarga. Data ini dikaji untuk mengetahui
keterkaitan nya dengan perkembangan berbagai vektor dari penyakit
yang sedang diamati di suatu wilayah.
e. Data sarana dan prasarana
Data tentang sarana transportasi dan komunikasi yang
tersedia di suatu wilayah juga mendapat perhatian tim perencana.
Data ini penting diketahui pada saat tim menyusun rencana
14

pebgembangan program kesehatan yang membutuhkan informasi


tentang mobilitas penduduk, pengiriman data dan logistik, supervisi,
kemudian rujukan pasien dan sebagainya.
Semua data yang diperoleh dari hasil analisis situasi diolah
dan dijadikan informasi. Berbagai jenis informasi yang sudah
dihimpun dibahas bersama dengan program terkait, dikoordinasikan,
diintegrasikan, dan ditukar dengan program lainnya sehingga semua
informasi yang terkait akan menjadi pengetahuan bersama yang
sangat berharga untuk menyusun perencanaan terpadu.
Data yang dikumpulkan dari analisis situasi dapat diperoleh
dari catatan rutin organisasi kesehatan (kegiatan surveilan program
puskesmas atau dinkes kabupaten/kota) atau dapat diambil dari
sektor lainnya yang ada di desa, kantor kecamatan, atau kantor
dinkes kabupaten/kota. Dari laporan kegiatan program puskesmas
atau dinkes kesehatan kabupaten/kota akan diperoleh data tentang
jenis dan distribusi penyakit, jumlah dan kualifikasi tenaga
kesehatan, jumlah anggaran yang dialokasikan untuk sektor
kesehatan.
Data dari kantor kecamatan atau kelurahan adalah daa
tentang kependudukan, data sosial ekonomi, data geografi dan dat
organisasi sosial kemasyarakatan. Data ini setelah diolah harus
dipilah-pilah lagi agar diketahui mana informasi potensi dan
kelemahan organisasi dan mana yang mungkin menjadi peluang dan
ancaman pada saat pelaksanaan program.

2.1.7.2 Mengidentifikasi Masalah dan Prioritasnya


Melalui analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam data. Data
dianalisis lebih lanjut menggunakan pendekatan epidemiologi untuk dapat
dijadikan informasi tentang distribusi di suatu wilayah, berdasarkan kurun
waktu tertentu dan pada kelompok masyarakat tertentu. Informasi lain yang
perlu dicari adalah bagaimana tanggapan masyarakat tentang maslah kesehatan
masyarakat tersebut dan bagaimana potensi organisasi untuk memecahkannya.
15

Informasi tersebut dibutuhkan oleh pimpinan untuk mengambil keputusan


tentang bagaimana puskesmas akan mengembangkan program intervensi.
Semua aktivitas tersebut di atas adalah bagian dari proses identifikasi
masalah, mulai dari langkah awal mengkaji berbagai masalah kesehatan yang
berkembang di wilayah kerja puskesmas, potensi puskesmas untuk
mengatasinya, sejauh mana bantuan dari dinkes yang dapat diperoleh.
Model identifikasi masalah di atas akan membantu untuk mengkaji suatu
masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor risikonya (lingkungan dan
perilaku masyarakat). Yang perlu dibedakan adalah masalah program (input,
proses, output, efek) dan yang mana masalah kesehatan masyarakat
(outcome/dampak dari sebuah sistem). Berikut ini adalah contoh enam
pertanyaan kritis yang diajukan untuk mengindentifikasi masalah kesehatan.
a. Apa jenis masalah kesehatan yang dihadapi (what is the problem)
b. Apa faktor-faktor penyebabnya (why the problem does exist)
c. Siapa atau kelompok masyarakat mana yang paling banyak menderita (who
is most affected by the problem)
d. Kapan masalah tersebut terjadi (when was the problem exist)
e. Setelah keempat pertanyaan tersebut diajukan, penanggung jawab program
akan dapat menyusun rumusan masalah kesehatan masyarakat yang sedang
dihadapi. Untuk menyusun langkah-langkah penanggulangan masalah
tersebut, ada dua pertanyaan penting yang perlu dirumuskan yaitu: “Apa
kemungkinan dampak (akibat) yang muncul apabila masalah kesehatan
tersebut tidak terpecahkan (What kind of impact will be happen) dan apa
kegiatan program yang bisa dikembangkan untuk menagatasi (what plan of
action should be taken).

2.1.7.3 Menentukan Tujuan Program


Setelah prioritas masalah kesehatan ditetapkan, kemudian menetapkan
tujuan program. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan masyarakat dengan
menggunakan kriteria di atas akan semakin mudah menyusun tujuan program.
Sebelum rencana kerja operasional disusun, beberapa pertanyaan berikut ini
wajib dipahami oleh tim perencana:
16

a. Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (potensi organisasi-
how many)?
b. Seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat akan dipecahkan (potensi
organisasi-how many)?
c. Kapan target tersebut akan dicapai (target waktu-when)?
Merumuskan tujuan program operasional berdasarkan jawaban ketiga
pertanyaan tersebut di atas akan bermanfaat untuk:
a. Menetapkan langkah-langkah operasional program
b. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program
Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus bersifat
smart: spesifik, (jelas sasarannya, dan mudah dipahami oleh staf pelaksana),
measurable (dapat diukur kemajuannya), appropriate (sesuai dengan strategi
nasional, tujuan program dan visi/misi institusi atau sebagainya), realistik (dapat
dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang tersedia), time
bound (sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk
mencapai tujuan program sesuai dengan target waktu yang ditetapkan).
Beberapa penjelasan berikut ini perlu diperhatikan untuk menyusun
tujuan program yaitu:
a. Tujuan program adalah hasil akhir sebuah kegiatan. Oleh karena itu, tujuan
program dipakai untuk mengukur keberhasilan kegiatan program.
b. Tujuan harus sesuai dengan masalah, target ditetapkan sesuai dengan
kemampuan organisasi, dan dapat diukut.
c. Tujuan penting untuk menyususn perencanaan dan evaluasi hasil akhir.
d. Target operasional biasanya ditetapkan dengan waktu (batas pencapaiannya)
dan hasil akhir yang akan dicapai pada akhir kegiatan program (deadline). Di
tingkat pelaksana, tujuan program kesehatan dijabarkan dalam bentuk tujuan
operasional (jelas besarnya sasaran dan target). Semakin tinggi jenjang
organisasi, semakin umum rumusan tujuannya.
e. Berbagai macam kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan program.
Kegiatan untuk mencapai tujuan program. Kegiatan untuk mencapai tujuan
dikembangkan dari beberapa program terkait.
17

f. Masalah dan faktor-faktor penyebab masalah serta dampak masalah yang


telah dan mungkin terjadi di masa depan sebaiknya dikaji lebih dahulu
sebelum tujuan dan target operasionalnya ditetapkan.

2.1.7.4 Mengkaji Hambatan Dan Kelemahan Program


Langkah keempat proses penyusunan rencana adalah mengkaji kembali
hambatan dan kelemahan program yang pernah dilaksanakan. Tujuannya adalah
untuk mencegah atau mewaspadai timbulnya hambatan serupa.
Selain mengkaji hambatan yang pernah dialami, juga dibahas prediksi
kendala dan hambatan yang mungkin akan terjadi dilapangan pada saat program
dilaksanakan. Jenis hambatan atau kelemahan program dapat dikategorikan ke
dalam:
a. Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi
Hambatan ini merupakan aspek kelemahan organisasi. Motivasi kerja
staf rendah, pengetahuan dan keterampilan kurang, staf belum mampu
mengembangkan partisifasi masyarakat setempat. Peralatan sterilisasi belum
tersedia atau dana untuk membeli peralatan tersebut tidak dialokasikan. Arus
informasi tentang pelaksanaan program sangat lamban karena data yang
tersedia kurang dapat dipercaya, kurang akurat dan diolah secara manual.
Laporan kegiatan program tidak dimanfaatkan untuk menyusun rencana
kegiatan program sehingga terperangkap pada rutinitasme; laporan kegiatan
program dibuata asal jadi saja, laporan ada tetapi kegiatan sering tidak
dilakukan, supervisi lemah. Jumlah dana operasional masih kurang, waktu
yang tersedia tidak dimanfaatkan untuk menyusun rencana kerja. Semua jenis
hambatan ini sebenarnya harus dilakukan pada saat melakukan analisis
situasi.
b. Hambatan yang terjadi pada lingkungan
Hambatan geografis (jalan rusak), iklim atau musim hujan, masalah
tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, sikap dan budaya
masyarakat yang tidak kondusif (masih banyak tabu, salah persepsi, mitos
dan sebagainya). Semua kendala dan hambatan yang bersumber pada
lngkungan seperti ini sebaiknaya dianalisis pada saat melakukan kajian
18

terhadap perilaku sehat-sakit masyarakat. Perilaku masyarakat yang kurang


partisipatif merupakan kendala utama pelaksanaan program. Di satu sisi,
keadaan lingkungan ini tidak selalu dianggap sebagai kendala tetapi
dijadikan sebuah tantangan yang perlu diantisipasi atau diatasi agar tidak
menjadi hambatan dalam pelaksanaan program. Masalah rendahnya
pendidikan, rendah nya pendapatan, jalan rusak, kurang air minum adalah
kendala yang seharusnya ditangani oleh sektor lain (pendidikan,
pembangunan ekonomi, PU, dan PDAM).
Setelah hambatan dianalisis, kemudian ditetapkan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Susun daftar hambatan. Hambatan mungkin terjadi pada staf atau para
pelaksana, peralatan, informasi, biaya dan waktu, geografis, iklim, dan
peran serta masyarakat.
b. Pilih hambatan dan kendala yang dapat dihilangkan; mana yang dianggap
sebagai tantangan untuk dimodifikasi atau dikurangi dan mana yang sama
sekali tidak dapat dihilangkan.
c. Kaji kembali tujuan operasional kegiatan yang sudah disusun tetapi tetap
waspada dengan berbagai hambatan dan kendala di lapangan. Alternatif
kegiatan yang dipilih untuk mencapai tujuan program dan sudah
mempertimbangkan berbagai hambatan dan kendala di lapangan
diharapkan akan memberikan hasil yang lebih optimal sehingga
pelaksanaan manajemen program di lapangan lebih efektif, efisien dan
rasional.

2.1.7.5 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)


Hambatan (kelemahan) yang bersumber dari dalam organisasi harus
dikaji dahulu sebelum rencana kerja operasional disusun. Jika tidak, program
yang akan dilaksanakan akan terhambat oleh faktor organisasi. Faktor
lingkungan di luar organisasi seperti peran serta masyarakat dan kerja sama lintas
sektor juga penting dikaji sebagai bagian dari strategi pengembangan program di
lapangan.
19

Pada saat memasuki fase ini, tim perencana sudah menetapkan tujuan dan
target yang ingin dicapai. Langkah ini dilakukan sebelum proses penyusunan
rencana kerja operasional. Format rencana kerja operasional yang lengkap terdiri
dari:
a. Alasan utama disusunnya rencana kerja operasional (mengapa program ini
dilaksanakan-why)
Latar belakang penyusunan RKO adalah masalah utama yang akan
dipecahkan, dituangkan dalam bentu ktujuan yang ingin dicapai. Latar belakang
RKO berisi penjelasan terhadap pertanyaan mengapa kegiatan program penting
dilaksanakan. Informasi ini sudah dikumpulkan pada langkah analisis situasi
b. Tujuan (apa yang ingin dicapai-what).
Tulis dengan jelas tujuan operasional program untuk mengukur
keberhasilan program, misalnya: untuk program penanggulangan diare perlu
ditetapkan tujuan dengan target yang jelas yaitu turunnya kejadian diare sampai
30% dalam kurun waktu 3 tahun di kalangan masyarakat desa.
c. Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya-how)
Jelaskan langkah-langkah praktis (kegiatan) yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan program termasuk bagaimana mengatasi berbagai hambatan
kendala yang mungkin muncul selama kegaiatan berlangsung.
d. Pelaksana dan sasaran (siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaram kegiatan
program-who)
Berbagai kegiatan program harus ada penanggung jawabnya dan staf
yang akan melaksanakan rencana kegiatan tersebut. Pada bagian ini perlu ada
penjelasan tentang jumlah dan jenis kualifikasi (jenis keterampilannya) yang
perlu dimiliki. Demikian pula dengan uraian tugasnya, sasaran kegiatan program
dan jumlah kelompok penduduk yang diaharpakan menerima pelayanan
kesehatan untuk kurun waktu tertentu (target cakupan) misalnya dibutuhkan
kader aktif dan tiga petugas lapangan yang bertugas melakukan supervisi.
e. Sumber daya pendukung (what kind of support)
Buat daftar jenis dan jumlah peralatan (equipment support) yang
diperlukan dan yang sudah tersedia untuk mendukung pelaksanaan kegiatan.
20

Berapa dana yang diperlukan, berapa besar alokasinya untuk setiap jenis
kegiatan, apakah ada kebutuhan dana tambahan yang tidak diduga.
f. Tempat (di mana kegiatan akan dilaksanakan (kapan kegiatan akan dilaksanakan-
where)
Di bagian ini diberikan penjelasan tentang tempat kegiatan program. Hal
ini penting untuk dijelaskan fase atau tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Kapan dimulai dan kapan berakhirnya. Untuk kegiatan tahunan, fase kegiatannya
dibagi dalam bulan. Kegiatan bulanan dibagi ke dalam fase mingguan atau
harian.

Dari penjelasan tentang fungsi perencanaan di atas, perencanaan


mengandung lima unsur penting yaitu:
a. Unsur tujuan. Tujuan perencanaan harus jelas dirumuskan sesuai dengan
hierarkinya. Tujuan operasional harus mengikuti kaidah penyusunan sebuah
tujuan.
b. Unsur kebijakan. Kebijakan dalam perencanaan harus tercermin dalam strategi
yang disusun oleh pimpinan untuk mencapai tujuan program. perencanan
c. Unsur prosedur. Dalam konsep perencanaan harus jelas standar operating
prosedur setiap kegiatan. Pembagian tugas dan hubungan kerja akan tercermin
dalam unsur perencanaan ini.
d. Unsur kemajuan/progress. Di dalam perencanaan harus ditulis dengan jelas target
atau standar keberhasilan program yang dipakai untuk melakukan evaluasi
keberhasilan kegiatan.
e. Unsur program. Program harus disusun berdasarkan prioritas masalah dan
prioritas alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan perencanaan.

Untuk membuat RKO kita harus mengetahui:


a. Why: Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang jelas.
b. What: Apa tujuan yang ingin dicapai
c. How : Bagaimana cara mengerjakannya
d. Who : siapa yang akan mengerjakan, dan sasarannya harus jelas
e. What kind of support : Sumber daya pendukung
21

f. Where: dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas.


g. When: Kejelasan waktu untuk melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan.
h. Jika perlu ditambah dengan which: Siapa yang terkait dengan kegiatan tersebut
(lintas sektor walaupun lintas program yang terkait).

2.1.8 Metode Perencanaan


2.1.8.1 Fishbone Diagram
2.1.8.1.1 Pengertian Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti tulang ikan)
sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa Diagram diperkenalkan
oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian kualitas dari Jepang, sebagai satu
dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality tools). Fishbone diagram digunakan ketika
kita ingin mengidentifikasi kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah
team cenderung jatuh berpikir pada rutinitas.
Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika
masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram ini
dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user friendly,
tools yang use friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di mana proses di
sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi menyebabkan munculnya
permasalahan.
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek
atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah
akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material,
mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab
yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming.

2.1.8.1.2 Manfaat Diagram Fishbone


Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik pada
level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari
pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram
fishbone tersebut antara lain:
a. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.
Penggunaan Diagram dalam tim/organisasi untuk menganalisis permasalahan
akan membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah
prioritas.
22

b. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan


tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama
secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama.
c. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan
menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan sumbang
saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai sumbang saran ini akan
didiskusikan untuk menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan
dengan masalah utama termasuk menentukan penyebab yang dominan.
d. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah
ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih
mudah mendapat dukungan dari anggota tim.
e. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan
memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan
lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.
f. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah. Hubungan
ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat.
g. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan
diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

2.1.8.1.3 Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone


Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu sekitar
30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira mengerti/paham
tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat untuk mengisi fishbone
diagram. Alat-alat yang perlu disiapkan adalah: flipchart atau whiteboard dan marking
pens atau spidol. Langkah-langkah dalam penyusunan Diagram Fishbone dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Menyepakati pernyataan masalah.
1) Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan masalah
ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalam fishbone seperti
“kepala ikan”.
2) Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah paling kanan, misal:
“Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli”.
3) Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan
buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak (lihat Gambar 1).
23

Gambar 1.Pembuatan Fishbone Diagram Menyepakati Pernyataan Masalah


b. Mengidentifikasi kategori-kategori
1) Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap
cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini
diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam fishbone seperti
“tulang ikan”.
2) Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga
masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:
a) Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:
- Machine (mesin atau teknologi),
- Method (metode atau proses),
- Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi),
- Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power (pekerjaan
pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),
- Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan
- Milieu / Mother Nature(lingkungan).
b) Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:
- Product (produk/jasa),
- Price (harga),
- Place (tempat),
- Promotion (promosi atau hiburan),
- People (orang),
- Process (proses),
- Physical Evidence (bukti fisik), dan
- Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).
c) Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:
- Surroundings (lingkungan),
24

- Suppliers (pemasok),
- Systems (sistem),
- Skills (keterampilan), dan
- Safety (keselamatan).
d) Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori lain
yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori biasanya
sekitar 4 sampai dengan 6 kategori. Kategori pada contoh ini lihat Gambar 2.

Gambar 2.Pembuatan Fishbone Diagram — Mengidentifikasi Kategori-


Kategori

c. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming


1) Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi
brainstorming.
2) Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut
harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah kategori
yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan, misal: “Mengapa bahaya
potensial? Penyebab: Karyawan tidak mengikuti prosedur!” Karena penyebabnya
karyawan (manusia), maka diletakkan di bawah “Man”.
3) Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang” kecil
keluar dari garis diagonal.
4) Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih
kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal: “Mengapa karyawan
25

disebut tidak mengikuti prosedur? Jawab: karena tidak memakai APD” (lihat
Gambar 3).
5) Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan
dengan beberapa kategori.

Gambar 3.Pembuatan Fishbone Diagram — Menemukan Sebab-Sebab Potensial

d. Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin


1) Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara semua
sebab-sebab dan sub-subnya.
2) Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan
merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.
3) Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya paling
memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”
4) Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari
permasalahan teridentifikasi.
5) Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi. Kalau
sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.
6) Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone diagram
(lihat Gambar 4).
26

Gambar 4.Pembuatan Fishbone Diagram — Melingkari Sebab yang Paling


Mungkin

Jika masalah rumit dan waktunya memungkinkan, kita bisa meninggalkan


fishbone diagram di dinding selama beberapa hari untuk membiarkan ide menetas dan
membiarkan orang yang lalu lalang turut berkontribusi. Jika fishbone diagram terlihat
timpang atau sempit, kita bisa mengatur ulang fishbone diagram dengan kategori sebab
utama yang berbeda. Kunci sukses fishbone diagram adalah terus bertanya “Mengapa?”,
lihatlah diagram dan carilah pola tanpa banyak bicara, dan libatkan orang-orang di
“grass root” yang terkait dengan masalah karena biasanya mereka lebih mengerti
permasalahan di lapangan. ( Tegue, 2005)

2.1.8.2 Analisis SWOT


2.1.8.2.1 Definisi Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metode perencanaaan strategi dengan
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan
(Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan kesempatan-
kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari lingkungan sekitar
untuk merumuskan strategi yang tepat bagi organisasi. Dengan menggunakan kerangka
kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini
memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan
sebuah strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-
27

hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. SWOT ini biasa digunakan untuk
menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan
sesuatu, sebagai contoh, program kerja.
2.1.8.2.2 Unsur-unsur SWOT
a. Strengths (Kekuatan) adalah segala hal yang dibutuhkan pada kondisi yang sifatnya
internal organisasi agar supaya kegiatan-kegiatan organisasi berjalan maksimal.
Misalnya: kekuatan keuangan, motivasi anggota yang kuat, nama baik organisasi
terkenal, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih, anggota yang pekerja
keras, memiliki jaringan organisasi yang luas, dan lainnya.
b. Weaknesses (Kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi internal
organisasi, akibatnya kegiatan-kegiatan organisasi belum maksimal terlaksana.
Misalnya; kekurangan dana, memiliki orang-orang baru yang belum terampil, belum
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai organisasi, anggota kurang kreatif dan
malas, tidak adanya teknologi dan sebagainya.
c. Opportunities (Peluang) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif, yang
dapat dan mampu mengarahkan kegiatan organisasi kearahnya. Misalnya:
Kebutuhan lingkungan sesuai dengan tujuan organisasi, masyarakat lagi
membutuhkan perubahan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap organisasi yang
bagus, belum adanya organisasi lain yang melihat peluang tersebut, banyak pemberi
dana yang berkaitan dengan isu yang dibawa oleh organisasi dan lainnya.
d. Threats (Ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu menghambat
pergerakan organisasi. Misalnya: masyarakat sedang dalam kondisi apatis dan
pesimis terhadap organisasi tersebut, kegiatan organisasi seperti itu lagi banyak
dilakukan oleh organisasi lainnya sehingga ada banyak competitor atau pesaing, isu
yang dibawa oleh organisasi sudah basi dan lainnya

2.1.8.2.3 Tujuan Analisis SWOT


Tujuan utama perencanaan strategi adalah untuk memperoleh keunggulan
bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan klien dan dukungan yang
optimal dari sumber daya yang ada.
Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap kekuatan
dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta peluang dan ancaman lingkungan
28

eksternalnya. Proses pengambilan keputusan strategi selau berkaitan dengan


pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian
perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Faktor eksternal adalah faktor lingkungan luar perusahaan baik langsung maupun
tidak langsung. Faktor eksternal ini dapat berdampak positif ataupun negatif bagi
perusahaan, artinya ada yang memberikan peluang dan sebaliknya ada yang memberikan
ancaman.
Faktor internal adalah lingkungan yang berada dari dalam perusahan itu sendiri.
Faktor inilah yang menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan perusahaan itu
sendiri, baik yang sudah lampau, kini maupun yang akan datang.
Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara memfokuskan
perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities)
dan ancaman (threats) yang merupakan hal yang kritis bagi keberhasilan perusahaan.
Maka perlunya identifikasi terhadap peluang dan ancaman yang dihadapi serta kekutan
dan kelemahan yang dimiliki perusahaan melalui telaah terhadap lingkungan usaha dan
potensi sumber daya perusahaan dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi
perusahaan yang realistis dalam mewujudkan misi dan visinya.
Maka tujuan analisis SWOT pada perusahaan adalah untuk membenarkan faktor-
faktor internal dan eksternal perusahaan yang telah dianalisis. Apabila terdapat
kesalahan, agar perusahaan itu berjalan dengan baik maka perusahan itu harus mengolah
untuk mempertahankan serta memanfaatkan peluang yang ada secara baik begitu juga
pihak perusahaan harus mengetahui kelemahan yang dihadapi agar menjadi kekuatan
serta mengatasi ancaman menjadi peluang.

2.1.8.2.4 Manfaat Analisis SWOT


Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis
apa perusahaan beroprasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa depan serta
ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan manajemen dalam
menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Manfaat dari analisis SWOT adalah
merupakan strategi bagi para stakeholder untuk menetapkan sarana-sarana saat ini atau
29

kedepan terhadap kualitas internal maupun eksternal. Penggunaan analisis SWOT yang
efektif memberikan 4 manfaat bagi bidan dalam perencanaan

2.1.8.2.5 Fungsi Analisis SWOT


Ketika suatu perusahan mengorbitkan suatu produk tentunya pasti telah
mengalami proses penganalisaan terlebih dahulu oleh tim teknis corporate plan.
Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi terfokus kepada apakah perusahaan
mempunyai sumber daya dan kapabilitas memadai untuk menjalankan misinya dan
mewujudkan visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu
perusahaan untuk tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-peluang baru.
Sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan
memberikan bobot realisme pada rencana-rencana yang akan dibuat perusahaan.
Maka, fungsi dari analisis SWOT adalah untuk menganalisa mengenai kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi
internal perusahaan, serta analisa mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi
perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal perusahaan.
Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam organisasi
yang memberikan andil terhadap kualitas mutu pelayanan atau salah satu komponennya
sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.
Analisis SWOT dapat dibagi dalam lima langkah:
a. Menyiapkan sesi SWOT.
b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
c. Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman.
d. Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan.
e. Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

2.1.8.2.6 Manfaat Analisis Swot Dalam Perencanaan Mutu Pelayanan Kebidanan


a. Strengths (Kekuatan)
1) Tenaga kesehatan terjun langsung kemasyarakat dengan melakukan pemeriksaan
secara langsung melalui posiandu kepada ibu hamil, post partum dan balita
2) Pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan.
30

3) Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga difokuskan pada pelayanan kesehatan


ibu (yaitu pelayanan kebidanan dasar, pertolongan persalinan dan pelayanan
nifas).
4) Bumil telah menerima pelayanan rujukan baik ke Puskesmas perawatan maupun
ke rumah sakit.
5) Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung di tengah-tengah
masyarakat bekerja sama dengan masyarakat setempat baik individu, kelompok,
tenaga kesehatan lain (bidan desa, dukun beranak, dokter, dsb.
6) Pelayanan yang diberikan maksimal dari tenaga kesehatan (mengenai
penyampaian informasi).
7) Meningkatnaya motifasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
8) Pelayanan yang diberikan cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat mengenai masalah kesehatan
b. Weakness (Kelemahan)
1) Pada ruang KIA tidak adanya tempat untuk menyimpan tabung tes urine
2) Tempat penyimpanan vaksin kurang tertata rapih
3) Masih ada ibu yang belum termotifasi tentang pentingnya imunisasi pada anak
4) Banyaknya kegiatan posyandu dan puskesmas tidak terlaksana jika tidak ada
tenaga kesehatan.
c. Opportunities (Peluang)
1) Pemerintah daerah telah melatih banyak bidan, dan mengirim mereka ke seluruh
daearah pedesaan
2) Adanya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam peningkatan kesehatan
ibu.
3) Tersedianya fasilitas media massa yang dapat dipergunakan untuk memperoleh
informasi tentang kesehatan.
4) Adanya keterlibatan kader dalam kegiatan posyandu.
5) Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sistem JPKM yang
disubsidi oleh pemerinta, dan JAMPERSAL untuk ibu melahirkan.
6) Pemerintah telah menyukseskan program kesehatan ibu dan anak melalui
peningkatan dan memperluas sarana dan prasarana kesehatan
31

7) Adanya peraturan dari pemerintah yang menganjurkan persalinan ditolong oleh


bidan bukan oleh dukun.
8) Adanya kebijakan Jamkesmas.
d. Threats (Ancaman)
1) Perekonomian, informasi dan teknologi yang rendah berdampak pada
peningkatan resiko lebih tingginya angka kematian ibu.
2) Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil dan balita.
3) Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul
seperti pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang - kejang, aborsi,
dan infeksi.
4) Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun berpotensi menjadi keadaan
darurat.

2.1.8.2.7 Persiapan Dalam Melakukan Analisis SWOT


Sebelum anda melakukan diagnosis terhadap organisasi anda, maka yakinkan
dulu bahwa seluruh informasi yang berkaitan dengan organisasi telah dengan mudah
anda dapatkan (termasuk SDM anggota anda). Hal ini agar menghindari kesalahan
dalam melakukan diagnosis organisasi. Informasi-informasi tersebut didapatkan dengan
cara melibatkan seluruh pelaku organisasi, sehingga para anggota organisasi pun terbuka
terhadap segala kompetensi yang mereka miliki, yang nantinya sangat bermanfaat bagi
organisasi.
Selanjutnya, janganlah bersikap otoriter dalam mengambil data untuk
didiagnosis. Karena jika ada pemimpin yang otoriter dan tidak mampu menampilkan
data yang otentik, maka akan terjadi kesalahan dalam mendiagnosis yang berdampak
pada kesalahan mengambil strategi kedepan untuk organisasi. Untuk itu bersikap
terbukalah dan demokratis terhadap seluruh pelaku organisasi. Dan penting diketahui
bahwa dalam melakukan analisis SWOT, pengetahuan dan pemahaman akan visi/ misi
organisasi harus diketahui secara baik, sehingga analisis akan mengarah pada
pencapaian tujuan organisasi. (Syafrudin,2011)
32

2.2 Pengorganisasian Pelayanan Kebidanan


2.2.1 Definisi Organisasi
Organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata organon, atau dari bahasa latin
yaitu organum, yang berarti alat bagian atau anggota badan. Pengertian organisasi telah
banyak disampaikan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya ada persamaan, bersama ini
disampaikan pengertian organisasi diantaranya adalah:
a. Menurut James D. Money, organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
b. Menurut Ralp Cuuir Davis, organisasi adalah suatu kelompok orang-orang yang
sedang bekerja ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan.
c. Menurut Chester I Bernard, organisasi merupakan suatu susunan skematis di
mana tergambar sistem dari pada aktifitas kerjasama.
d. Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis dari pada
bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk membentuk
suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi, dan pengawasan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
e. Menurut John Price Jones, organisasi adalah sekelompok orang yang bersatu
pada bekerja untuk suatu tujuan bersama di bawah kepemimpinan bersama dan
dengan alat-alat yang tepat.
Berdasarkan beberapa pengertian organisasi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa:
a. Organisasi dalam arti bagan yaitu sekelompok orang yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Organisasi dalam arti struktur adalah gambaran secara skematis tentang
hubungan-hubungan kerja sama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka
usaha mencapai tujuan
c. Ada tiga ciri-ciri atau unsur dasar organisasi yaitu meliputi: adanya sekelompok
orang, antara hubungan atau kerjasama, adanya tujuan yang akan dicapai.
( Masruroh, 2015)
33

2.2.2 Defenisi Pengorganisasian (Organizing)


Menurut G.R. Terry, pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan
hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang sehingga mereka
dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan
tugas-tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada untuk mencapai tujuan dari
sasaran.
Pengorganisasian adalah rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang
menjadi wadah bagi segenap kegiatan bekerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan serta menetapkan dan menyusun
jalinan hubungan kerja diantara satuan organisasi atau para pejabatnya.
Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara rasional berbagai kegiatan dari
sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama, melalui pengaturan pembagian
kerja dan fungsi menurut penjenjangannya secara bertanggung jawab
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah langkah untuk
menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan
tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. (Masruroh,2015)

2.2.3 Tujuan Organisasi


Tujuan organisasi secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Merupakan arah akhir di mana semua kegiatan organisasi diarahkan
b. Sebagai bentuk kegiatan yang diperlukan sebelum menetapkan haluan, prosedur,
metode, strategi peraturan
c. Merupakan kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang diusahakan
untuk dicapai dengan kerja sama sekelompok orang. (Syafrudin, 2009)

2.2.4 Unsur-Unsur Pokok Pengorganisasian


2.2.4.1 Hal yang Diorganisasikan
Ada 2 macam hal yang diorganisasikan yaitu:
a. Kegiatan
Pengorganisasian kegiatan adalah pengaturan berbagai kegiatan yang ada
dalam rencana sehingga terbentuk satu kesatuan yang terpadu, secara
keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Tenaga pelaksana
34

Pengorganisasian tenaga pelaksana mencakup pengaturan struktur


organisasi, susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenaga
pelaksana, sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada tanggung jawabnya.
(Korompis, 2016)

2.2.4.2 Proses Pengorganisasian


Perorganisasian pada dasarnya merupakan suatu proses karena pengertian
pengorganisasian mengandung kegiatn pengaturan. Proses yang dimaksud adalah proses
yang menyangkut pelaksanaan, suatu langkah yang harus dilakukan sehingga semua
kegiatan yang akan dilaksanakan dan tenaga pelaksana yang dibutuhkan diatur dengan
baik. Selain itu, setiap kegiatan yang akan dilaksanakan memilki penanggung jawabnya.
(Korompis, 2016)

2.2.4.3 Hasil Pengorganisasian


Perorganisasian menghasilkan suatu wadah, yang pada dasarnya merupakan
perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan dan tenaga pelaksana yang
dibutuhkan untuk melasanakan kegiatan tersebut. Wadah yang tebentuk ini dikenal
dengan organisasi (organization). (Korompis, 2016)

2.2.5 Prinsip pokok Organisasi


Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu pula
dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi. Prinsip pokok yang
dimaksud banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang terpenting ialah:

2.2.5.1 Mempunyai pendukung


Pendukung yang dimaksud adalah setiap orang yang bersepakat untuk
membentuk organisasi. Tentu mudah dipahami bahwa untuk satu organisasi yang
bersifat badan usaha, pendukung yang dimaksud di sisni termasuk juga karyawan yang
bekerja di perusahaan tersebut. (Syafruddin, 2009)

2.2.5.2 Mempunyai tujuan


Setiap organisasi harus mempunyai tujuan, baik yang bersifat umum dan ataupun
yang bersifat khusus. Pada dasarnya tujuan yang dimaksud ini adalah sesuatu yang
mengikat para pendukung yakni orang-orang yang bersekutu dalam organisasi. Secara
umum disebutkan makin sesuai tujuan organisasi dengan tujuan para pendukung, maka
35

makin kokoh lah ikatan persekutuan antara para pendukung. Agar organisasi dapat
berfungsi sebagaimana yang diharapkan maka tujuan organisasi ini haruslah dipahami
oleh semua pihak yang berada dalam organisasi. (Syafruddin, 2009)

2.2.5.3 Mempunyai kegiatan


Agar tujuan organisasi dapat dicapai, diperlukan adanya berbagai kegiatan. Suatu
organisasi yang baik adalah apabila organisasi tersebut memiliki kegiatan yang jelas dan
terarah. Secara umum disebutkan, makin aktif suatu organisasi melaksanakan
kegiatannya, maka baik pula lah organisasi tersebut. Sama halnya dengan tujuan, maka
kegiatan ini haruslah dipahami oleh semua pihak yang berada dalam organisasi.
(Syafruddin, 2009)

2.2.5.4 Mempunyai pembagian tugas


Yang dimaksud dengan kegiatan organisasi pada dasarnya adalah kegiatan yang
dilakukan oleh para pendukung organisasi. Agar kegiatan tersebut dapat terlaksana
dengan baik, perlu diatur pembagian tugas antara para pendukung. Secara umum disebut
organisasi dinilai suatu organisasi yang baik, apabila setiap tugas yang ada dalam
organisasi tersebut dapat dibagi habis antar para pendukung untuk selanjutnya setiap
pendukung tersebut mengetahui serta dapat melaksanakannya setiap tugas dan tanggung
jawab masing-masing. Prinsip pembagian tugas ini dalam organisasi dikenal dengan
nama prinsip bagi habis tugas. (Syafruddin, 2009)

2.2.5.5 Mempunyai perangkat organisasi


Agar tugas-tugas yang dipercayakan kepada pendukung dapat terlaksana,
diperlukan adanya perangkat organisasi yang popular disebut dengan satuan organisasi.
Satuan organisasi banyak macamnya, yang jika ditinjau menurut tugas, tanggung jawab
serta wewenang yang dimiliki dapat dibedakan atas beberapa macam. Mulai dari yang
bersifat pengarah dan penentu kebijakan sampai dengan yang bersifat pelaksana
kegiatan. Tentu mudah dipahami setiap organisasi ini harus dimiliki fungsi dan
wewenangnya yang jelas. Prinsip memiliki fungsi yang seperti ini dalam organisasi
dikenal dengan nama prinsip fungsional. (Syafruddin, 2009)
36

2.2.5.6 Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang


Karena peranan yang dimiliki oleh setiap satuan organisasi tidak sama, perlu
diatur pembagian dan pendelegasian wewenang untuk setiap satuan organisasi. Secara
umum disebutkan, wewenang suatu organisasi pimpinan semestinya hanya bersifat
memutuskan hal-hal yang bersifat penting saja. Sedangkan wewenang pengambilan
keputusan yang bersifat rutin harus didelegasikan kepada suatu organisasi yang lebih
bawah. Prinsip pendelegasian wewenang yang seperti ini dikenal dengan nama prinsip
pengecualian. (Syafruddin, 2009)

2.2.5.7 Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah


Agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, kegiatan yang dilaksanakan oleh
suatu organisasi bersifat kontinu, fleksibel serta sederhana. Selanjutnya untuk menjamin
kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap perangkat organisasi sesuai dengan yang telah
ditetapkan yakni dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perlu ada prinsip
kesatuan perintah serta kesatuan arah yang semuanya harus dapat membentuk suatu
hubungan mata rantai yang tak terputus. Sebab, apabila tidak demikian halnya, akan
menyebabkan tujuan organisasi akan sulit dicapai. (Syafruddin, 2009)

2.2.6 Manfaat Pengorganisasian


Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan dapat
mengetahui:
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok. Tugas poko staf dan prosedur
kerja merupakan dokumen dari fungsi perorganisasian, yang digunakan sebagai
panduan kerja staf.
b. Hubungan organisatoris antara manusia yang menjadi anggota atau staf suatu
organisasi. Hubungan tersebut dapat telihat pada struktur organisasi. Struktur
organisasi dapat didefenisikan sebagai suatu sistem atau jaringan kerja terhadap
tugas, sistem pelaporan, dan komunikasi yang menghubungkan secara bersama
pekerjaan individual dan kelompok. Oleh karena itu, struktur organisasi
hendaknya mengalokasikan pekerjaan dan menyediakan koordinasi dari hasil
kinerja sehingga sasaran organisasi terlaksana dengan baik. Bentuk
pengalokasian pekerjaan tersebut dapat digambarkan ke dalam suatu struktur
organisasi.
37

c. Pendelegasian wewenang. Manajer atau pimpinan organisasi melimpahkan


kepada staf sesuai dengan tugas-tugas pokok yang diberikan kepada mereka.
d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi. Tugas staf dan
pemanfaatan aktivitas fisik harus diatur dan diarahkan semaksimal mungkin
untuk membantu staf, baik secara individu maupun kelompok, dalam mencapai
tujuan organisasi. (Korompis,2016)

2.2.7 Langkah-Langkah Pengorganisasian


a. Tujuan organisasi harus dipahami. Tujuan organisasi sudah disusun pada saat
fungsi perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban tugas pokok
organisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi Untuk itu membagi tugas
pokok pada staf yang ada. Dari sini akan muncul gagasan pengembangan bidang-
bidang, seksi-seksi dan sebagainya sesuai dengan kegiatan pokok.
c. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang prkatis.
Pembagian tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus mencerminkan apa
yang harus dikerjakan oleh staf.
d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugas nya. Pengaturan ruangan
dan dukungan alat-lat kerja adalah salah satu contohnya.
e. Penugasan personel yang cakap yang memilih dan menempatkan staf yang
dianggap mampu melaksanakan tugas. Bagian ini penting dipahami oleh manajer
personalia pada saat mengangkat atau memilih staf pejabat atau yang akan
melaksanakan tugas-tugas tertentu organisasi.
f. Mendelegasikan wewenang, tugas-tugas staf dan mekanisme pelimpahan
wewenang dapat diketahui melalui struktur organisasi yang dianut. Untuk
organisasi seperti puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang terbatas tetapi
ruang lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip kerja sama yang sifatnya
integratif perlu diterapkan. Contohnya: kegiatan imunisasi. Staf puskesmas yang
diberikan kewenangan mengoordinasi kegiatan imunisasi hanya satu, tetapi
sasaran kelompok penduduk dan wilayah kerjanya cukup luas. Untuk
melaksanakan kegiatan ini, staf lain diberikan tugas dan wewenang membantu
38

melaksanakan kegiatan imunisasi tersebut sehingga semua penduduk sasaran


dapat diberikan pelayanan imunisasi secara efisien dan efektif. (Syafrudin, 2009)

BAB III
ANALISA JURNAL

Judul : The Midwifery Services Framework : The Process of Implementation

Peneliti : Andrea Novea, Nester T. Moyob, Martha Bokosib, Shantanu Gargb

a. Novametrics Ltd, 4 Cornhill Close, Duffield, Derbyshire DE56 4HQ, United


Kingdom
b. International Confederation of Midwives, The Netherlands 2018

Pembahasan :

Pada   tahun     2015,   Konfederasi   Bidan   Internasional   (ICM)     meluncurkan

Kerangka Layanan Kebidanan terbaru yaitu alat berbasis bukti untuk memandu berbagai

negara  melalui  proses  peningkatan  pelayanan  seksual,  reproduksi, kesehatan  ibu dan


39

layanan kesehatan bayi baru lahir   ( SRMNH) melalui penguatan dan pengembangan

tenaga kerja kebidanan.

Kerangka kerja tersebut berupa : persiapan kerja, apa yang terjadi pada setiap

tahap   implementasi  dan  siapa   yang  harus   dilibatkan   di  setiap   tahap. Ini  memberikan

gambaran   tentang   skala   tugas,   dan   sumber   daya   yang   akan   diperlukan   untuk

mengimplementasikannya. Kerangka Layanan Kebidanan dalam konteks negara tertentu

akan   menarik   bagi   pembuat   kebijakan   kesehatan,   mitra   pembangunan   dan   asosiasi

profesional   di   negara­negara   yang   mempertimbangkan   pendekatan   berbeda   untuk

memberlakukan layanan kesehatan baik pelayanan tentang seksual, reproduksi, ibu dan

bayi baru lahir dan itu akan membantu mereka untuk memutuskan apakah dan  ketika

implementasi Kerangka Layanan Kebidanan secara penuh atau sebagian / bertahap akan

menjadi inisiatif yang tepat untuk mengatasi defisit yang diidentifikasi dalam konteks

spesifik   ,   mengingat   saat   ini   jika     diproyeksikan   dengan   ketersediaan   sumber   daya

tenaga kerja kebidanan .

Pengembangan MSF dipimpin oleh ICM bekerja sama dengan organisasi mitra

termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Populasi PBB (UNFPA). Ini

adalah alat yang

membantu negara untuk mengoperasionalkan konsep penguatan profesi kebidanan untuk

memungkinkannya   memenuhi   kebutuhan   perawatan,   perencanaan   dan   implementasi

proses penguatan seluruh profesi adalah tugas yang rumit dan karenan membutuhkan

investasi   waktu   dan   sumber   daya   lain   yang   signifikan,   juga   kemauan   politik

,pemahaman kerangka hukum, peraturan dan tata kelola dan logistik dan teknis keahlian

dalam bidang­bidang utama seperti pendidikan dan pelatihan professional.

Konsep MSF

Perawatan   kebidanan   profesional   (termasuk   perawatan   darurat   di   garis   depan

perawatan   stetric)   harus   tersedia,   dapat   diakses,   dan   dapat   diterima   oleh   semua
40

perempuan, dan harus berkualitas baik, termasuk peka terhadap gender dan budaya dan

menghormati  pengguna layanan.  Bidan harus menyediakan  layanan  berbasis bukti di

sepanjang keseluruhan perawatan

dari remaja dan pra­kehamilan melalui perawatan kehamilan, anak­anak kelahiran dan

periode pascanatal, termasuk keluarga berencana dan aman perawatan aborsi. Mereka

harus   dapat   memberikan   layanan   dalam   berbagai   pengaturan   dari   rumah,   melalui

perawatan kesehatan fasilitas  primer dan untuk rumah sakit rujukan.

Kompetensi kebidanan

ICM   telah   menetapkan   tujuh   kompetensi   kebidanan     yang   membentuk   dasar

MSF dan dirangkum sebagai berikut: 

(1) Pengetahuan dan keterampilan dari kebidanan, neonatologi, ilmu social kesehatan

masyarakat dan etika yang membentuk dasar berkualitas tinggi, secara budaya relevan,

perawatan   yang   sesuai   untuk   wanita,   bayi   baru   lahir,   dan   anak­anak   melahirkan

keluarga; 

(2)   Pendidikan   dan   layanan   kesehatan   untuk   mempromosikan   kesehatan   kehidupan

keluarga, kehamilan terencana dan pengasuhan positif; 

(3)   Antenatal   perawatan,   termasuk   deteksi   dini   dan   perawatan   atau   rujukan   untuk

komplikasi tions;

 (4) Perawatan selama persalinan; 

(5) Perawatan pascapersalinan untuk wanita; 

(6) Peduli untuk bayi baru lahir hingga usia dua bulan; dan

(7) Perawatan terkait aborsi sebagaimana layak dalam hukum, peraturan, dan protokol

yang berlaku.

Tahapan MSF

Sebelum memulai implementasi MSF, dua persiapan langkah­langkah terjadi:
41

  (1)   Mengamankan   komitmen   pemerintah   dan   lainnya   serta   pemangku   kepentingan

utama, dan 

 (2) Pengumpulan informasi latar belakang yang penting

 MSF sendiri terdiri dari empat pengembangan layanan modular dengan langkah­

langkah:  Paket  perawatan,  organisasi layanan  SRMNH, tenaga  kerja  dan lingkungan

kerja, dan pemantauan dan evaluasi (M&E) yang berkelanjutan. Yang mendasari semua

kegiatan ini adalah pengembangan atau penguatan Asosiasi Bidan Nasional (MA). Jadi,

secara total ada

tujuh langkah  dijelaskan di bawah ini :

Langkah persiapan A: Amankan komitmen para pemangku kepentingan utama

Karena MSF adalah proses yang dipimpin oleh negara, itu hanya bisa berhasil

jika   mereka   yang   bertanggung   jawab   untuk   memimpin   proses   berkomitmen   untuk

menyediakan

kepemimpinan  dan / atau sumber daya yang diperlukan (manusia dan keuangan). Ini

berarti departemen yang sesuai dalam kementerian nasional kesehatan (Depkes) harus

memahami MSF, setuju bahwa itu sejalan kebijakan dan strategi SRMNH negara yang

lebih   luas,   dan   berkomitmen   untuk   mendukung   proses. Dianjurkan   agar   pemangku

kepentingan utama lainnya

seperti badan­badan PBB, asosiasi profesional (termasuk dari profesi yang relevan selain

kebidanan), penyandang dana dan layanan penyedia layanan juga harus bersedia untuk

mendukung proses tersebut.
42

Langkah persiapan B: Kumpulkan informasi latar belakang yang penting

Langkah   ini   pada   dasarnya   adalah   analisis   situasi   untuk   layanan   SRMNH,   yang

memastikan  bahwa  keputusan  dan tindakan  diambil  selama   layanan  langkah­langkah

pembangunan berbasis bukti dan disesuaikan dengan konteks Negara tersebut.

Kegiatan   yang   sedang   berlangsung:   Mengatur   dan   /   atau   mengembangkan   dan

memperkuat bidan asosiasi (MA)

Bersama dengan pendidikan dan peraturan, MA membentuk yayasan dari profesi

kebidanan   yang   kuat.     Profesional   yang   kuat   asosiasi   secara   nasional   representatif,

berkelanjutan, dipimpin oleh anggota dan memiliki kapasitas untuk melakukan berbagai

fungsi   yang   sesuai   dengan   konteks   negara,   seperti   jaminan   kualitas,   advokasi   untuk

kebutuhan   pengguna   layanan   dan   bidan,   dan   kontribusi   untuk   undang­undang   yang

relevan.

Pengembangan   layanan   langkah   1:   Setuju   pada   paket   perawatan   SRMNH  bahwa

perempuan dan keluarga mereka harus menerima layanan yang disediakan oleh bidan.

Pengembangan   layanan   langkah   2:   Diskusikan   bagaimana   seharusnya   layanan

SRMNH  terorganisir   untuk   memberikan   perawatan   yang   dipimpin   bidan

dengan dukungan yang efektif

Pengembangan   layanan   langkah   3:   Kembangkan   tenaga   kerja   dan   ciptakan

lingkungan yang memungkinkan

Pengembangan   layanan  langkah  4  :   Uji,  Monitor,  Evaluasi,  dan   Adaptasi  layanan

kebidanan

Praktik Penerapan MSF

Dari perspektif praktis, implementasi MSF melibatkan empat fase luas, yang masing­

masing melibatkan keterlibatan pemangku kepentingan yang berkelanjutan dan dialog:

(i) pertemuan pendahuluan, (ii) pengumpulan data dan kerja­ persiapan lokakarya, (iii)

penilaian lokakarya, (iv) layananpengembangan
43

Kesimpulan

Konsep   MSF   yang   ditetapkan   oleh   ICM   dapat   direkomendasikanuntuk

melakukan   perbaikan   pada   pelayanan   SRMNH   kebidanan   yang   membutuhkan

komitmen   waktu   yang   berkelanjutan   dan   sumber   daya   dari   berbagai   pemangku

kepentingan. Pengalaman   sampai   saat   ini   menunjukkan   bahwa   implementasi   yang

sukses dan teliti akan menghasilkan dukungan, kuat, berkelanjutan, berbasis kebutuhan

dan bukti­ berdasarkan sistem perawatan SRMNH dengan kepemimpinan dari semua

kesehatan yang relevan pekerja termasuk bidan.

Artinya   konsep   MSF   ini   jika   kita   kaitkan   dengan   bahasan   tentang   perencanaan   dan

pengorganisasian bidan dalam pelayanan kebidanan dapat kita ambil kesimpulan bahwa

dalam setiap pelayanan yang diberikan dikomunitas bidan harus mendapatkan dukungan

dari pemangku kepentingan kemudian mampu mengkaji informasi latar belakang yang

penting   di   masyarakat     kemudian   melakukan   pengembangan   layanan   sesuai   langkah

diatas   :   (i)   pertemuan   pendahuluan,   (ii)   pengumpulan   data   dan   kerja­   persiapan

lokakarya, (iii) penilaian lokakarya, (iv) layanan pengembangan.  Pelaksanaannya dalam

praktik komunitas kebidanan harus terus dimonitor, evaluasi dan berkelanjutan. Agar

masalah­masalah kebidanan dapat dituntaskan dengan baik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencananaan pelayanan kebidanan adalah suatu proses mempersiapkan secara
sistimatis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari administrasi
kesehatan,yang mana terdiri atas beberapa unsur pokok yaitu: input, proses,output,
effect, dan outcome.
Untuk membuat perencanaan kita harus mengetahui Why: Mengapa kegiatan itu
harus dikerjakan, dengan penjelasan yang jelas. What: Apa tujuan yang ingin dicapai,
How: Bagaimana cara mengerjakannya, Who: siapa yang akan mengerjakan, dan
sasarannya harus jelas, What kind of support: Sumber daya pendukung, Where: di mana
kegiatan akan dilakukan tertera jelas, When: Kejelasan waktu untuk melaksanakan dan
menyelesaikan kegiatan. Jika perlu ditambah dengan which: Siapa yang terkait dengan
kegiatan tersebut (lintas sektor walaupun lintas program yang terkait).
Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan
pendelegasian wewenang oleh pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

44
DAFTAR PUSTAKA

Sastrianegara, M. Fais. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta


: Salemba Medika

Korompis, Grace E. C. 2016. Organisasi & Manajemen Kesehatan. Jakarta : EGC

Masruroh. 2015. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan


Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Muninjaya, Gde AA, 2011. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Novea, Adrea, dkk. 2018. The Midwifery Services Framework : The Process of
Implementation. The Netherland

Simatupang, Erna Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC

Syafruddin. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam Kebidanan.


Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai