Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN INDIVIDU

PRAKTIK ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA

DI WILAYAH PUSKESMAS KALIRUNGKUT SURABAYA

CINTYA ABIMANTRANA RAHMAWANTIKA

P27824621011

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATANSURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja ini dilaksanakan sebagai


dokumen/laporan praktik Blok 1 yang telah dilaksanakan di Puskesmas
Kalirungkut periode praktik tanggal 25 Oktober s/d 06 November 2021.

Surabaya, 01 November 2021

Cintya Abimantrana R
NIM. P27824621011
Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Sriningsih, A.Md.,Keb Evi Pratami, SST., M.Keb. Novita Eka K., SST., M.Keb.
NIP. 197009291991032008 NIP. 19790524 200212 2001 NIP. 19841130 200912 2001

Mengetahui

Kepala Puskesmas Ketua Program Studi

dr. Bernadetta Martini Evi Pratami, SST., M.Keb.


NIP. 196106081988022001 NIP. 19790524 200212 2001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan taufiq dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Individu yang berjudul “ Praktik Asuhan
Kebidanan Holistik pada Remaja dengan Dismenorhea di Wilayah Kerja Puskesmas
Kalirungkut, Surabaya”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
tugas blok 1 (remaja) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan
saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Bernadetta Martini, selaku Kepala Puskesmas Kalirungkut
2. Ibu Sriningsih SST, selaku Bidan Koordinator Puskesmas Kalirungkut
3. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan
Poltekkes Kemenkes Surabaya dan juga selaku pembimbing pendidikan 1 yang
telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
4. Ibu Novita Eka Kusuma W, SST.,M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2 yang
telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan
pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Surabaya, 01 November 2021


Penulis
DAFTAR ISI
Halaman :
Lembar Pengesahan ........................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi......................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik .......................................................................................... 5
1.3 Waktu dan Tempat Kegiatan ..................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN TEORI .......................................................................... 6


2.1 Konsep Dasar Remaja ............................................................................... 6
2.2 Konsep Dasar Dismenorrhea ..................................................................... 14
2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Remaja dengan dimenorrhea ........ 33

BAB 3 TINJAUAN KASUS .......................................................................... 42


3.1 Data Subjektif ........................................................................................... 42
3.2 Data Objektif ............................................................................................ 44
3.3 Asassment ................................................................................................. 46
3.4 Penatalaksanaan ........................................................................................ 46

BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 52

BAB 5 PENUTUP ......................................................................................... 55


5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 55
5.2 Saran......................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja (adolescence) adalah merupakan masa yang sangat penting
dalam rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari
masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa. Masa remaja ditandai dengan
munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai
bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke,
dan perubahan psikis. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau
menstruasi (Saifuddin, 2014).
Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja akan melalui suatu tahap perkembangan yang bertujuan untuk mencapai
kematangan sehingga dapat menentukan perkembangan selanjutnya termasuk
fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan
perkembangan, baik fisik mental maupun peran sosial (Setiawan & Alizamar,
2019). Menurut World Health Organization (WHO) (2019) rentang usia remaja
adalah 10-19 tahun yang terbagi dalam dua periode yaitu, remaja awal (usia 10-
14 tahun) dan remaja akhir (15-19 tahun). Masa remaja ditandai dengan
munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai
bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke,
dan perubahan psikis. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau
menstruasi (Saifuddin, 2014). Populasi remaja dari keseluruhan penduduk di
dunia yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 18% (Bulu at al., 2019).
Kesehatan reproduksi untuk seorang wanita merupakan komponen yang
amat penting. Wanita memiliki sistem reproduksi yang sangat rentan terhadap
gangguan yang dapat menimbulkan masalah pada kesehatan reproduksinya
(Kusmiran, 2014). Masalah-masalah kesehatan reproduksi pada remaja menurut
Infodatin (2015) antara lain perilaku seksual berisiko seperti seks pranikah,
kehamilan tidak diinginkan, perilaku seks berganti-ganti pasangan, aborsi tidak
aman, dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Perilaku berisiko lain adalah
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza), perilaku gizi
buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi khususnya anemia dan gangguan
pada saat menstruasi. Kesehatan reproduksi perlu mendapat perhatian khusus
apalagi di kalangan remaja terlebih seorang perempuan (Mumpuni dan Andang,
2013). Dalam kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang sering terjadi pada
perempuan, salah satu di antaranya adalah Dimenorrhea. Menurut Reeder (2013)
dismenore yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat
sebelum atau selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai
beberapa hari selama menstruasi.
Angka kejadian dismenorhea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari
54,89% disminorhea primer dan 9,36% disminorhea sekunder (Ni Kadek, 2016).
Angka kejadian disminorhea tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89%
sedangkan sisanya adalah penderit dengan tipe sekunder. Hampir 90% wanita
Amerika Serikat mengalami disminorhea dan10-15 % diantaranya mengalami
disminorhea berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan
apapun dan ini akan menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing
(Ni Kadek, 2016). Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus
haid normal yang terjadi secara periodik. Kita akan merasa terganggu bila
hidupnya mengalami perubahan, terutama bila haid menjadi lebih lama dan atau
banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak haid sama sekali. Penyebab
gangguan haid dapat karena gangguan psikologis seperti stres maupun emosi
(Purwoastuti, 2015).
Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-
jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi dapat menjalar kedaerah
pinggang dan paha. Bersama dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,
muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. Gangguan ini dengan
jelas sangat menghalangi pekerjaan atau sekolah, atau dengan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan hubungan dengan yang lain, misalnya menghindari dari
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, produktivitas, dan efesiensi yang menurun
ditempat kerja atau sekolah. Wanita-wanita yang beresiko tinggi terkena atau
mengalami sindrom premenstruasi antara lain riwayat keluarga, wanita yang
pernah melahirkan, status perkawinan, usia, stres, diet, kegiatan fisik, kebiasaan
merokok dan minum alkohol.
Membiasakan olahraga dan aktivitas fisik secara teratur. Olahraga seperti
berenang dan berjalan kaki. Tarikan nafas dalam dan relaksasi juga bisa
meringankan rasa tidak nyaman. Berolahraga dapat menurunkan stres dengan
cara memiliki waktu untuk keluar dari rumah dan pelampiasan untuk rasa marah
atau kecemasan yang terjadi serta dapat membantu relaksasi dan tidur dimalam
hari. Selain aktivitas fisik, status gizi juga berperan penting terhadap terjadinya
disminorhea. Diit yang adekuat pada remaja adalah diit yang bervariasi dan
seimbang, meliputi cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air.
Dengan diit yang adekuat maka status gizi remaja putri akan baik. Pada remaja
putri dengan status gizi baik, maka akan tercapai derajat kesehatan maksimal,
fungsi hormon estrogen dan progesteron maksimal, terhindar dari pre menstrual
syndrom, dan terhindar dari keluhan menarche. Remaja putri mulai menarche
disertai hilangnya zat besi hal ini disebabkan meningkatnya asupan diet
pembentukan sel darah merah. Faktor gizi berperan dalam menentukan postur
dan performance diusia dewasa. Memberikan nutrisi yang seimbang sesuai
aktivitas dan kondisi kesehatan. Pada usia anak dan remaja nutrisi diperlukan
untuk beraktivitas, semakin banyak aktivitas fisik yang dilakukan maka
kebutuhan energi dan nutrisi lainnya semakin banyak.

1.2 Tujuan praktik


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada remaja.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Meningkatkan pendidikan keterampilan hidup sehat
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja kesehatan reproduksi
bagi remaja tentang kesehatan.
4. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan penyalahgunaan
NAPZA.
5. Meningkatkan upaya perbaikan gizi remaja.
6. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik.
7. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular.
8. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan.

1.3 Waktu dan tempat kegiatan


Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kalirungkut Surabaya, pada
tanggal 25 Oktober 2021 sampai dengan 06 November 2021
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Remaja


2.1.1 Definisi Remaja
Pengertian remaja adalah seseorang yang berada dalam masa peralihan
dari anak-anak menuju dewasa. Menurut WHO, masa remaja terjadi dalam
rentang usia 10-19 tahun. Sementara, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 25 tahun 2014, arti remaja merupakan penduduk yang berusia 10-18
tahun. Lain lagi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
remaja digolongkan dalam rentang usia antara 11-20 tahun, yang terbagi

menjadi tiga tahapan perkembangan yaitu :

a. Masa remaja awal/dini (Early Adolescence) umur 11-13 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (Middle Adolecence) umur 14-16 tahun

c. Masa remaja lanjut (Late Adolescence) umur 17-20 tahun

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang
meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki
masa dewasa (Kusmiran,2011). Masa remaja atau masa adolensi adalah suatu
perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini
merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan
berlangsung pada decade kedua masa kehidupan.
2.1.2 Perkembangan remaja dan ciri-cirinya
Menurut Widyastuti (2011) berkaitan dengan kesehatan reproduksi

remaja kita sangat perlu mengenal :

1. Masa Remaja awal (usia 10 – 12 tahun).


a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya.

b. Tampak dan merasa ingin bebas

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

dan mulai berfikir yang khayal (Abstrak)

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis.

c. Timbul perasaan cinta yang mendalam

d. Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang.

e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

3. Masa remaja Akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengukapan kebebasan diri.

b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya

2.1.2 Perubahan Fisik pada remaja

Datangnya masa remaja, ditandai oleh adanya perubahan – perubahan

fisik menyatakan bahwa perubahan fisik tersebut, terutama dalam hal

perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh,

perkembangan ciri –ciri seks primer dan perkembangan ciri –ciri seks

sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja dapat terjaddi melalui

perubahan – berubahan baik internal maupun eksternal.

1. Perubahan Internal
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak

tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi

kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah :

a. Sistem pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa,

usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot – otot di perut dan

dinding – dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah

berat dan kerongkongan bertambah panjang.

b. Sistem Peredaran Darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas atau

delapan belas, beratnya dua belas kali lebih berat pada waktu lahir.

Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan encapai

tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.

c. Sistem Pernafasan

Kapasitas paru –paru anak perempuan hamper matang padausia tujuh

belas tahun, anak laki – laki mencapai tingkat kematangan baru

beberapa tahun kemudian, satu atau dua tahun setelah usia anak

perempuan.

d. Sistem Endoktrin

Kegiatan kelenjar kelamin yang meningkat pada masa remaja

menyebaabkan ketidakseimbangan sementara dari seluruh sistem

kelamin pada masa awal remaja.Kelenjar – kelenjar seks berkembang


pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang

sampai akhir masa remaja atau awal masa dewasa.

e. Jaringan Tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata – rata pada usia delapan belas

tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot,

terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.

2. Perubahan Eksternal

Perubahan dalam tubuh seseorang remaja yang mengalami datangnya

masa remaja ini sangat pesat. Perubahan yang terjadi dapat dilihat pada

fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah :

a. Tinggi Badan

Rata – rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia

antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata – rata anak laki –

laki kira kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi badan remaja

dipengaruhi asupan makanan yang diberikan pada anak yang

diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung lebih tinggi dari

anak yang tidak mendapatkan imunisasi.Anak yang tidak diberikan

imunisasi lebih banyak menderita sakit sehingga pertumbuhannya

terhambat.

b. Berat Badan

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan

perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi akibat

penyebaran lemak bagian – bagian tubuh yang hanya mengandung


sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.

Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan berat badan

menimbulkan ketidakidealan badan remaja, jika perubahan tinggi

badan lebih cepat dari berat badan, makan bentuk tubuh anak

menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan jika perubahan berat

badan lebih cepat dari perubahan tinggi badan, maka bentuk tubuh

anak menjadi gemuk/ gembrot (gemuk pendek).

c. Proporsi Tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan tubuh

yang baik. Ciri tubuh yang kurang proposional pada masa remaja

tidak sama untuk seluruh tubuh, ada pula bagian tubuh yang

semakin proporsional. Ada tiga jenis bangun tubuh yang

menggambarkan keanekaragaman perubahan proporsi tubuh, yaitu

endomorfik, mesomorfik dan ektomorfik. Endo morfik banyak

lemak sedikit otot (padded). Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot

(slender). Mesomorfik sedikit lemak banyak otot (muscular).

d. Organ seks/ Ciri seks primer

Baik laki – laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran

matang pada akhir masa remaja tetapi fungsinya belum matang

sampai beberapa tahun kemudian (dewasa).

e. Ciri –ciri seks sekunder

Ciri – ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang

pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain
ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada laki – laki

sedangkan pada wanita ditandai dengan membesarnya payudara.

Pertumbuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun.

Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas,

dimana daerah putting susu dan sekitarnya mulai membesar,

kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja,

pertumbuhan ramut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara

rambut ketiak dan badan mulai tumbuh pada usia 12-13 tahun,

tumbuhnya rambut bervariasi luas. Pengeluaran secret vagina

terjadi pada usia 10 -13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi

pada 12 – 13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang

juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau khas.

Menstruasi terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Pematangan seksual

penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun, sedang pada

laki – laki pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17 -18 tahun.

2.1.3 Karakteristik Perkembangan Remaja

1. Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),

menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan

terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan

pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif

pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja

dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri.Pada


periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari

keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi

peran.Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan

pembentukan identitas pribadi.Remaja pada tahap awal harus mampu

memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum

mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam

kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.

2. Emosionalitas

Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.

Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan

walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat

dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja

akhir.Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir

dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk

mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk

mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap

mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku

mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan

kebimbangan.

3. Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja

tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri

periode berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap


kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan.

Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat

membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti

kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu

mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua,

dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.

Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori

variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat

mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam

membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi

atau inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi

sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat

dianalisis.

4. Perkembangan Moral

Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong(2009), masa

remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral

dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka

memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan

orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam

penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian

apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian,

mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan,

sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara
verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan

tersebut.

5. Perkembangan Spiritual

Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritasyang lain,

beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga

mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai

ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka

berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin

menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara

individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.Mereka mungkin

memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.

Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan

mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya

menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.

6. Perkembangan Sosial

Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harusmembebaskan diri

mereka dari dominasi keluarga dan menetapkansebuah identitas yang

mandiri dari wewenang orang tua.Namun,proses ini penuh dengan

ambivalensi baik dari remaja maupun orangtua.Remaja ingin dewasa dan

ingin bebas dari kendali orang tua, tetapimereka takut ketika mereka

mencoba untuk memahami tanggungjawab yang terkait dengan

kemandirian.
2.2 Konsep dasar dismenorhea
2.2.1 Pengertian Dismenorhea

Istilah dismenorhea (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa

yunani kuno (Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri,

abnormal; menoyang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus.

Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang

sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2011).

Menurut Reeder (2013) dismenorhea yakni nyeri menstruasi yang

dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau selama menstruasi.

Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari selama menstruasi.

2.2.2 Patofisiologi

Peningkatan produksi prostaglandin dan pelepasannya (terutama PGF2α)

dari endometrium selama menstruasi menyebabkan kontraksi uterus yang tidak

terkoordinasi dan tidak teratur sehingga menimbulkan nyeri. Selama periode

menstruasi, wanita yang mempunyai riwayat dismenorea mempunyai tekanan

intrauteri yang lebih tinggi dan memiliki kadar prostaglandin dua kali lebih

banyak dalam darah (menstruasi) dibandingkan dengan wanita yang tidak

mengalami nyeri. Uterus lebih sering berkontraksi dan tidak terkoordinasi atau

tidak teratur. Akibat peningkatan aktivitas uterus yang abnormal tersebut, aliran

darah menjadi berkurang sehingga terjadi iskemia atau hipoksia uterus yang

menyebabkan timbulnya nyeri. Mekanisme nyeri lainnya disebabkan oleh

protaglandin (PGE2) dan hormon lain yang membuat saraf sensori nyeri diuterus
menjadi hipersensitif terhadap kerja bradikinin serta stimulus nyeri fisik dan

kimiawi lainnya (Reeder, 2013).

2.2.3 Gejala Dismenorrhea

Gejala pada dismenore sesuai dengan jenis dismenorenya yaitu:

a. Menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore primer, yaitu

1) Nyeri berupa keram dan tegang pada perut bagian bawah

2) Pegal pada mulut vagina

3) Nyeri pinggang

4) Pegal-pegal pada paha

5) Pada beberapa orang dapat disertai mual, muntah, nyeri kepala, dan diare.

Adapun gejala- gejala umum seperti rasa tidak enak badan, lelah, mual,

muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang dapat juga

disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan gelisah, hingga jatuh

pingsan (Anurogo, 2011). Nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan

dengan awitan menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam. Nyeri yang

berlokasi di area suprapubis dapat berupa nyeri tajam, dalam, kram, tumpul dan

sakit.Sering kali terdapat sensasi penuh di daerah pelvis atau sensasi mulas yang

menjalar ke paha bagian dalam dan area lumbosakralis. Beberapa wanita

mengalami mual dan muntah, sakit kepala, letih, pusing, pingsan, dan diare, serta

kelabilan emosi selama menstruasi (Reeder, 2013).

b. Dismenore Sekunder

Menurut Sari (2012) ciri-ciri atau gejala dismenore sekunder, yaitu

1) Darah keluar dalam jumlah banyak dan kadang tidak beraturan


2) Nyeri saat berhubungan seksual

3) Nyeri perut bagian bawah yang muncul di luar waktu haid

4) Nyeri tekan pada panggul

5) Ditemukan adanya cairan yang keluar dari vagina

6) Teraba adanya benjolan pada rahim atau rongga panggul.

2.2.4 Pencegahan Dismenorrhea

Pencegahan dismenore menurut Anurogo (2011) yaitu

a. Menghindari stress

b. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai, memenuhi

standar 4 sehat 5 sempurna;

c. Hindari makanan yang cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid;

d. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak

menguras energi yang berlebihan;

e. Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam dalam

sehari;

f. Lakukan olahraga ringan secara teratur

2.2.5 Penatalaksanaan Dismenorhea

Menurut Anurogo (2011) penatalaksanaan dismenore primer meliputi

penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu :

a. Terapi Farmakologi

Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi

farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan dismenore meliputi beberapa

upaya. Upaya farmakologi pertama yang dapat dilakukan adalah dengan


memberikan obat analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat-

obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan,

acetaminophen dan sebagainya. Upaya farmakologi kedua yang dapat dilakukan

adalah dengan pemberian terapi hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah

menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan yang

terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai dengan

memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

b. Terapi Non Farmakologi

Selain terapi farmakologi, upaya untuk menangani dismenore adalah terapi

non farmakologi. Terapi nonfarmakologi merupakan terapi alternatif-

komplementer yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani dismenore tanpa

menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi non farmakologi adalah ntuk

meminimalisir efek dari zat kimia yang terkandung dalam obat. Penanganan

nyeri secara nonfarmakologi terdiri dari:

1) Terapi es dan panas

Terapi es dan terapi panas adalah dua terapi yang berbeda. Terapi es dan terapi

panas dapat dilakukan menggunakan air hangat atau es batu yang dimasukkan ke

dalam wadah kemudian dikompreskan pada bagian yang terasa nyeri. Terapi es

dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan

subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi

panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan

kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan.

2) Penjelasan dan Nasehat


Penjelasan dan nasehat merupakan upaya penambahan wawasan untuk

penderita dismenore. Memberikan edukasi kepada klien merupakan tugas

seorang perawat. Menurut Afroh (2012) pemberian edukasi mengenai dismenore,

meliputi apa saja yang dapat menyebabkan bertambahnya nyeri, teknik apa saja

yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Selain itu dapat dilakukan

dengan cara berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan makanan yang

sehat, istirahat yang cukup, serta menentukan olahraga yang sesuai.

3) Pengobatan Herbal

Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling diminati oleh

masyarakat. Disamping biaya yang murah, pengobatan herbal bisa dilakukan

dengan mudah. Menurut Anurogo (2011) pengobatan herbal dapat dilakukan

dengan membuat minuman dari tumbuh-tumbuhan seperti kayu manis

(mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri), kedelai (mengandung

phytoestrogens untuk menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit,

bubuk pala, jahe.

4) Relaksasi

Sama seperti pengobatan herbal, saat ini relaksasi merupakan cara yang

banyak dipilih untuk digunakan. Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan kapan

saja dan dimana saja. Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan

ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan

frekuensi lambat, berirama, teknik relaksasi nafas dalam (contoh: bernafas

dalam-dalam dan pelan). Berbagai cara untuk relaksasi diantaranya adalah


dengan meditasi, yoga, mendengarkan musik, dan hipnotherapy. Relaksasi juga

dapat dilakukan untuk mengontrol sistem saraf (Anurogo, 2011).

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan dismenorhea


2.3.1 Pengkajian
1. Data subjektif
a. Biodata
1) Nama : untuk membedakan pasien satu dengan yang lain
2) Umur : remaja awal 11-13 tahun, remaja tengah 14-16 tahun,
dan remaja akhir 17-20 tahun (Soetjiningsih, 2010)
3) Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat sehingga
mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan
4) Agama : untuk memperoleh informasi tentang agama yang
dianut sehingga mempermudah kita untuk membimbing pasien
dalam berdoa
5) Pendidikan : untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan
atau dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan
menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan klien
6) Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan
b. Keluhan
Keluhan yang dirasakan oleh remaja yang dismenorhea adalah nyeri
dan kram perut bagian bawah,rasa tidak enak badan, lelah, mual,
muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang
dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan
gelisah, hingga jatuh pingsan (Anurogo, 2011)
c. Riwayat menstruasi
Menarche : untuk mengetahui usia awal anak mendapatkan haid
pertama kalinya,
Siklus : untuk mengetahui siklus haid anak teratur atau tidak
d. Pola fungsional kesehatan
1) Pola Nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan. Untuk
mencegah terjadinya dismenorhea remaja harus mengonsumsi
makan bergizi seimbang dan mengurangi konsumsi makanan pedas
dan asam.
2) Pola Eliminasi : Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu
kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi
dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah.
3) Pola Istirahat : Menggambarkan pola istirahat dan tidur, berapa
jam tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang.
4) Pola Aktivitas : Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari.Pada
pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
5) Pola Personal Hygiene : Dikaji untuk mengetahui apakah remaja
selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
saat menstruasi mengganti pembalut berapa kali dalam 1 hari.
2. Data objektif
a. Keadaan umum : bagaimanakan keadaaan pasien dengan masalah
pemenuhan gizi
b. Tanda-tanda vital :

1) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah, tekanan darah


normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara
70 sampai 90 mmHg.
2) Nadi : untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-
80x/menit.
3) Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit, pernafasan
harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-
30x/menit.
4) Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal suhu
badan berkisar 36,5 – 37,5°C.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut,
mudah rontok atau tidak.
2) Muka : untuk mengetahui wajah simetris/tidak, tampak pucat/
tidak.
3) Mata : untuk mengetahui apakah conjungtiva merah muda, sklera
putih, adakah kelainan atau tidak.
4) Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan
ada/tidaknya kelainan pada hidung seperti polip,dll.
5) Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen dan
kebersihan telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau tidak.
6) Mulut : untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, lidah
bersih atau tidak, gigi karies atau tidak.
7) Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe
kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis.
8) Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, adakah nyeri/tidak
9) Abdomen : pada kasus dismenorhea terdapat nyeri dan kram pada
abdomen bagian bawah
10) Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda-
tanda infeksi vagina.
11) Anus : untuk mengetahui kebersihan anus, ada hemoroid atau
tidak.
12) Ekstremitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan
atau tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak
d. Pemeriksaan Antropometri
1) BB : untuk mengetahui berat klien. Apakah termasuk
normal,gemuk, obesitas,atau kurang dari normal.
2) TB : untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk
normal, atau kurang dari normal
3) LILA : untuk mengetahui lingkar lengan klien. KEK apabila
<23,5 cm.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika terdapat kelainan saat
pemeriksaan.
2.3.2 Interpretasi data
Nn.”X” usia ... tahun dengan masalah ...
2.3.3 Intervensi
1. Diagnosa : Nn. “X” usia ... tahun dengan masalah ... , keadaan baik,
prognosa baik
2. Tujuan : remaja mengetahui tentang kebutuhan gizi, , faktor resiko
yang ditimbulkan jika kebutuhan gizi remaja tidak terpenuhi, serta solusi
untuk mengatasi berbagai sikap remaja yang kurang peduli terhadap
gizinya
3. Kriteria :
1) KU baik, kesadaran kompos mentis
2) TTV dalam batas normal yaitu:
S : 36,5 – 37,5 °C
N : 60-80 x/menit
R : 16-24 x/menit

Intervensinya adalah :

1) Pertemuan 1
a. Jalin komunikasi interpersonal
b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antopometri
Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien, dan status gizi
pasien remaja
c. Berikan edukasi kesehatan mengenai keterampilan hidup sehat (PKHS)
Rasional : pengetahuan dan pendidikan PKHS pada remaja bertambah,
mampu menerapkannya pada dirinya.
d. Ukur kecerdasan majemuk dan jelaskan hasilnya
Rasional : untuk mengetahui kecerdasan pada remaja sesuai dengan
kemampuannya
e. Berikan tablet tambah darah, dan menjelaskan cara meminumnya
Rasional : TTD diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
anemia
f. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya.
Rasional : untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
2) Pertemuan 2
a. Berikan edukasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja,
antara lain: masa pubertas, tanda-tanda primer dan sekunder pubertas
pada perempuan beserta funsinya, cara merawat kesehatan organ
reproduksi,.
Rasional : pentingnya pendidikan kespro untuk remaja, supaya siap
menghadapi perubahan-perubahan yang dialami nya dalam masa
pubertas ini, dan mengetahui cara mengatasinya, jika kemudian hari
ditemukan masalah.
b. Berikan edukasi kesehatan mengenai nutrisi yang seimbang, serta pola
hidup sehat untuk mengatasi obesitas sehingga siklus haid menjadi
normal
Rasional : pengetahuan dan pendidikan kesehatan mengenai gizi dan
pola hidup sehat pada remaja bertambah, serta mampu menerapkan pada
dirinya sehingga kesehatan semakin baik.
c. Berikan edukasi kesehatan mengenai gizi seimbang untuk remaja
Rasional : pentingnya menjaga gizi seimbang untuk menjaga berat
badan yang ideal, sehingga terhindar dari penyakit.
d. Berikan edukasi kesehatan mengenai pentingnya aktivitas fisik secara
rutin, minimal 30 menit/hari
Rasional : untuk menjaga tubuh tetap bugar dan sehat
e. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
3) Pertemuan 3
a. Berikan pelayanan terkait kesehatan jiwa (menggunakan pediatric
symtom checklist) dan NAPZA
Rasional : untuk mengetahui apakah ada gangguan psikososial pada
remaja.
b. Berikan pelayanan tentang penyakit tidak menular (Diabetes Mellitus
dan Hipertensi) dan pencegahan kekerasan pada remaja.
Rasional : untuk memaparkan kepada remaja mengenai penyakit tidak
menular yang sedang marak terjadi, dan mencegah terjadinya kekerasan
pada remaja
c. Berikan HE mengenai pola hidup sehat dengan menerapkan CERDIK
Rasional: menerapkan pola hidup sehat supaya tubuh tetap sehat dan
bugar
d. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya
Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.
4) Pertemuan 4
a. Berikan informasi terkait isu kesehatan lain terkait kespro remaja dan
masalah kesehatan penyakit menular yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari seperti SADARI
b. Lakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah didapatkan
Rasional : untuk menetahui apakah asuhan yang kita berikan sudah
efektif dan efisien atau belum.
2.3.4 Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan.
2.3.5 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan
segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil
evaluasi segera dicatat.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal : 29 Oktober 2021


Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Nn. R
Oleh : Cintya Abimantrana R

3.1 Data Subjektif

1. Biodata

1) Biodata pasien

Nama : Nn. R

Umur : 17 tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA

Alamat :Rungkut Lor

2) Biodata orang tua

Nama Orang Tua : Tn. M / Ny. A

Usia : 50 tahun / 48 tahun

Pendidikan : SD / SD

Pekerjaan : Swasta / Tidak bekerja

Alamat : Rungkut Lor


2. Keluhan

Nyeri perut bagian bawah, nyeri sedang dan masih bisa beraktivitas.

3. Status dalam keluarga

Anak kandung

4. Jumlah saudara dalam keluarga

Tiga

5. Riwayat Pernikahan Orangtua

- Anak dari pernikahan ke :1

- Lama pernikahan : 18 tahun

6. Riwayat menstruasi

- Menarche : 14 tahun

- Haid terakhir : 28-10-2021

- Lama menstruasi : 7 hari

- Siklus : 28 hari

- Flour Albus : tidak pernah

- Dismenorhea : Ya

7. Riwayat Kesehatan Remaja

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit Jantung, Diabetes Melitus, TBC,

Hepatitis B, IMS, HIV/AIDS ataupun penyakit menular lainnya.

8. Aktivitas sehari-hari

- Kegiatan sehari-hari : Sekolah secara daring pukul 07-00 WIB sampai

pukul 12.00 WIB dan mengerjakan tugas sekolah, pukul 16.00 WIB sampai

pukul 21.00 WIB bekerja di toko elektronik


- Apakah merokok : tidak merokok

- Aktifitas olahraga : jarang melakukan olahraga karena kondisi pandemi

- Seksual : tidak pernah melakukan hubungan seksual

- Obat-obat terlarang : mengerti tentang obat terlarang dan tidak pernah

menggunakan obat terlarang.

- Pola makan : makan sehari 2x (pagi dan malam) dengan satu porsi

nasi, jarang mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk pauk seperti

tempe,tahu,ikan. Minum 1-2 liter-hari, tidak ada alergi.

- Pola istirahat : tidur malam pukul 22.00 WIB dan bangun pukul

07.00 WIB, sedangkan jika hari libur bangun pukul 09.00. Tidur siang

jarang

- Personal hygiene : mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari, ketika

haid ganti pembalut 2-3 jam sekali.

- Pola eliminasi : BAB 2 hari sekali, tidak ada keluhan konstipasi dll.

BAK 7-8 x/hari, tidak ada keluhan

3.2 Data Objektif

1. Keadaan umum

1) Kesadaran : Baik

2) Tanda-tanda Vital :

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Suhu : 36,8 ℃

- Nadi : 89 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit

2. Pemeriksaan fisik

- Kepala : tidak teraba massa di kepala

- Wajah : tidak pucat

- Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

- Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada

pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

- Dada : pernapasan teratur, payudara tidak ada benjolan dan

tidak terdapat nyeri tekan

- Abdomen : tidak teraba massa abnormal, terdapat nyeri di perut

bagian bawah

- Punggung : tidak ada kelainan skoliosis, kifosis maupun lordosis

- Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan

- Ekstremitas :

Atas : tidak oedem, pergerakan aktif

Bawah : tidak oedem, pergerakan aktif

3. Pengukuran antropometri

- Berat badan : 45 kg

- Tinggi badan : 155 cm

- IMT : 18,75 kg/m2

- IMT/Umur (Z score) : 2 SD sampai dengan 1 SD (normal)

- LILA : 24 cm

- Lingkar Pinggang : 73 cm
- Lingkar Pinggul : 86 cm

- Rasio Lpa/Lpi : 0,84 cm (-)

4. Pemeriksaan penunjang

1) Kecerdasan Majemuk

- Kecerdasan interpersonal : 26

- Kecerdasan musik : 25

- Kecerdasan natural : 24

3.3 Analisa Data

Nn. R usia 17 tahun dengan dismenorhea primer

3.4 Penatalaksanaan

No Tanggal Penatalaksanaan TTD


Pelaksana
1. 29-10-2021  Menjelaskan tentang dismenorhea meliputi
penyebab dan cara mengatasi dismenorhea
dengan mengompres perut dengan air
hangat, memperbaiki pola makan,
mengonsumsi makanan bergizi seimbang,
istirahat cukup, dan melakukan relaksasi
dengan bernafas dalam dan mendengarkan
musik yang disukai
e/ Pasien mengerti tentang penjelasan yang
diberikan dan bersedia menerapkan saran
yang dianjurkan.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa
berdasarkan hasil pengukuran antropometri,
kategori IMT pasien normal n tidak gemuk.
e/ pasien mengerti dengan hasil
pemeriksaan
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS) di
lingkungan sekolah dan lingkungan rumah
e/ Pasien mengerti tentang PKHS dan
bersedia menerapkan di lingkungannya.
 Menyepakati pertemuan selanjutnya yaitu
pada 30 Oktober 2021 pukul 15.00 WIB
melalui WhatsApp.
e/ pasien menyetujui pertemuan selanjutnya

Pertemuan II

Tanggal : 30 September 2021

Pukul : 15.00 WIB

Tempat : Daring via WhatsApp

S : Nyeri perut (dismenorhea)

O:-

A : Nn. R usia 17 tahun dengan dismenorhea primer

P:

TTD
Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
30/10/2021  Menyarankan untuk melanjutkan kompres air hangat
di perut untuk mengurangi nyeri dismenorhea
e/ pasien bersedia melakukan saran yang diberikan
 Memberikan HE mengenai kesehatan reproduksi
remaja, antara lain: masa pubertas, tanda-tanda primer
dan sekunder pubertas pada perempuan beserta
fungsinya, cara merawat kesehatan organ reproduksi,
serta pengelolaan menstruasi.
e/ pasien mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan dan bersedia menerapkan pesan kesehatan
yang diberi.
 Memberikan HE mengenai gizi seimbang untuk
remaja: makanan yang dimakan dianjurkan
merupakan makanan yang beragam. Setiap kali makan
terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, buahbuahan,
dan air. Yang divisualisasikan dalam “Isi Piringku”,
yaitu antara lain:
 Porsi makanan pokok adalah 1/3 dari total porsi
makanan di piring.
 Porsi sayuran sebanding dengan porsi makanan
pokok (1:1) atau 1/3 dari total porsi makanan di
piring.
 Porsi lauk pauk + buah-buahan 1/3 dari total porsi
makanan di piring.
e/ pasien telah mengerti penjelasan yang diberikan
mengenai gizi seimbang untuk remaja dan bersedia
menerapkannya
 Memberikan HE pentingnya melakukan aktivitas fisik
secara rutin, minimal 30 menit sehari. Aktivitas fisik
dapat berupa berbagai macam olahraga ringan yang
dilakukan dirumah seperti, naik tangga, berjalan kaki,
dan melakukan pekerjaan rumah (menyapu, mengepel,
dan sebagainya).
e/ pasien mengerti mengenai pentingnya melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, dan bersedia
menerapkannya.
 Menyepakati pertemuan selanjutnya pada tanggal 31
Oktober 2021 pukul 10.00 WIB
e/ pasien menyetujui pertemuan selanjutnya

Pertemuan III

Tanggal : 31 Oktober 2021

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Nn. R

S : nyeri perut (dismenorhea) sudah berkurang

O :

 Tanda-tanda vital :

- Tekanan darah : 110/70 mmHg

- Suhu : 36,8 ℃

- Nadi : 86 x/menit

- Respirasi : 20 x/menit

 Hasil skor pediatrics symtom checklist : 27

Keterangan :

- Tidak pernah, jumlah nilai (15) x 0 = 0

- Kadang-kadang, jumlah nilai (13) x 1 = 13

- Sering, jumlah nilai (7) x 2 = 14

A : Nn. R usia 17 tahun dengan dismenorhea primer

P :
TTD
Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
31/10/2021  Memberikan edukasi mengenai NAPZA dan
kesehatan jiwa
e/ pasien paham mengenai materi yang dijelaskan
tentang kesehatan jiwa dan NAPZA
 Memberikan pelayanan tentang penyakit tidak
menular (Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit
Jantung dan Ginjal) dan pencegahan kekerasan pada
remaja
e/ pasien mengerti tentang penjelasan
 Memberikan HE mengenai pola hidup sehat dengan
menerapkan CERDIK :
1. Cek kesehatan secara rutin
2. Enyahkan asap rokok
3. Rajin aktifitas fisik
4. Diet seimbang
5. Istirahat cukup
6. Kelola stress
e/ pasien mengerti mengenai tips pola hidup sehat
dengan menerapkan CERDIK, dan bersedia
menerapkannya
 Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu
tanggal 31 Oktober 2021 melalui daring via
WhatsApp
e/ pasien menyetujui pertemuan selanjutnya

Pertemuan IV

Tanggal : 31 Oktober 2021


Pukul : 18.00 WIB

Tempat : Daring via WhatsApp

S : sudah tidak nyeri perut (dismenorhea), sudah makan nasi, sayur dan lauk

O:-

A : Nn. R usia 17 tahun dengan dismenorhea primer

P:

TTD
Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
31/10/2021  Memberikan KIE mengenai isu kesehatan remaja
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yaitu
SADARI, dan penyakit menular yang sedang terjadi di
masyarakat yaitu covid-19
e/ pasien memahammi KIE yang diberikan mengenai
isu kesehatan remaja dan bersedia melakukan
SADARI.
 Menjelaskan tentang 5M sebagai upaya pencegahan
penularan virus covid-19 serta memberikan masker
dan menganjurkan pasien untuk segera memakai
masker
e/pasien memahami tentang pencegahan penularan
covid-19 dan bersedia untuk mmemakai masker
 Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah
didapatkan.
e/ pasien mengerti dan mampu menjelaskan apa yang
telah didapatkan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap Nn. ”R” dengan masalah

dismenorrhea dapat diambil beberapa pembahasan sebagai berikut: Pasien berusia 17

tahun. Hal ini sesuai dengan definisi remaja yang merupakan masa transisi dari anak-

anak menuju dewasa. Menurut World Health Organization (WHO) (2019) rentang

usia remaja adalah 10-19 tahun yang terbagi dalam dua periode yaitu, remaja awal

(usia 10-14 tahun) dan remaja akhir (15-19 tahun). Dengan demikian Nn “R”

tergolong dalam kategori remaja akhir (15-19 tahun). Berdasarkan data subjektif Nn.

“R” mengalami nyeri perut bagian bawah saat hari pertama haid, hal ini sesuai

dengan gejala dismenorhea primer yaitu nyeri berupa keram dan tegang pada perut

bagian bawah. Selain itu juga sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Reeder

(2013) yaitu nyeri dimulai beberapa jam sebelum atau bersamaan dengan awitan

menstruasi dan berlangsung selama 48 sampai 72 jam.

Menurut Anurogo (2011), dismenorrhea juga dapat dicegah dengan

menghindari stress dan memiliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang

memadai. Penatalaksanaan pada dismeorhea Nn “R” dilakukan dengan kompres

hangat pada perut bagian bawah, menyarankan untuk memperbaiki pola makan,

beristirahat yang cukup, dan melakukan teknik relaksasi dengan cara bernafas dalam

dan mendengarkan musik yang disukai, hal ini sesuai dengan penatalaksanaan

dismenorhea secara non farmakologis yang diungkapkan oleh Anurogo (2011) yaitu

terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan memprcepat penyembuhan,

memberikan nasehat dan berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan makanan

yang sehat, istirahat yang cukup, serta menentukan olahraga yang sesuai, melakukan

teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,

berirama, teknik relaksasi nafas dalam (contoh: bernafas dalam-dalam dan pelan).

Berbagai cara untuk relaksasi diantaranya adalah dengan meditasi, yoga,

mendengarkan musik, dan hipnotherapy.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Nn “R” dikategorikan sebagai remaja akhir jika ditinjau dari usianya.

2. Dismenorrhea yang dialami oleh Nn “R” dapat diringankan dengan kompres

hangat pada perut bagian bawah, memperbaiki pola makan dan mengonsumsi

makanan yang bergizi seimbang, istirahat yang cukup, dan melakukan teknik

relaksasi.

5.2 Saran

Diharapkan dikemudian hari remaja lebih mendapatkan perhatian yang lebih

menyeluruh mengingat bahwa secara umum perkembangan remaja baik

perkembangan somatik, psikososial, kepribadian, dan kognitif dapat berpotensi

menimbulkan masalah yang kompleks jika tidak tertangani dan mendapat

dukungan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2013. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta
: Kencana
Afroh, F., Mohamad Judha, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri &. Nyeri
Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika
Anurogo,D. & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta.
Bulu, Y. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Remaja
Awal. Nursing News : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 4(1).

Kemenkes RI. 2014. Modul Pelatihan PKPR Bagi Konselor Sebaya. Jakarta :
Kemenkes RI
Kulkarni, A. dan Deb, S. (2019) “Dysmenorrhoea,” Obstetrics, Gynaecology and
Reproductive Medicine, 29(10), hal. 286–291. doi:
10.1016/j.ogrm.2019.06.002.
Kusmiran, E 2011. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Murdiati, Agnes & Amaliah. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat Untuk Semua.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Nursalam, N. et al. (2018) “Analysis of the Stressor and Coping Strategies of
Adolescents with Dysmenorrhoea,” Indian Journal of Public Health
Research & Development, 9(10), hal. 381–386. doi: 10.5958/0976-
5506.2018.01373.6.
Reeder, Martin, & Koniak-Griffin. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan.
Wanita, Bayi & Keluarga Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
Rusli, Y. et al. (2019) “Hubungan Tingkat Stres dan Intensitas Dismenore pada
Mahasiswi di Sebuah Fakultas Kedokteran di Jakarta The Association
between Stress Level and Dysmenorrhea Intensity among Female Students
in One Medical Faculty in Jakarta,” eJKI, 7(2), hal. 122–126. doi:
10.23886/ejki.7.10101.Abstrak.
Safitri, Dian. 2011. Metode Pembelajaran Snowball Throwing. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai