Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan angka kematian bayi merupakan indikator
penting untuk menilai dan kesejahteraan suatu negara dan status kesehatan
masyarakat. Angka kematian ibu sebagian besar kematian neonatal yang
berkaitan dengan status kesehatan ibu saat hamil, pengetahuan ibu dan
keluarga terhadap pentingnya peran tenaga kesehatan serta ketersediaan
fasilitas kesehatan kebijakan dan sentralisasi yang melimpahkan wewenang
kepada daerah maka Dinas Kesehatan Kabupaten bertanggung jawab penuh
merencanakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan, termasuk dalam
implementasian pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi baru lahir adalah
gerakan nasional kehamilan yang aman Making Pregnancy Safety (MPS) yang
di rencanakan di Indonesia pada tahun 2000.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain,
dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa
yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untur
mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormat dalam
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. Rumusah Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan desa siaga ?
2. Apa saja program-program yang terdapat dalam desa siaga ?

1
3. Bagaimana sasaran pengembangan desa siaga ?
4. Bagaimana langkah-langkah pengembangan desa siaga ?
5. Bagaimana pendekatan pengembangan desa siaga ?
6. Bagaimana pelaksanaan pembentukan dan pelaksanaan desa siaga?
7. Apa peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan terkait?
8. Bagaimana indikator keberhasilan desa siaga?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian desa siaga.
2. Untuk mengetahui program-program yang terdapat dalam desa siaga.
3. Untuk mengetahui sasaran pengembangan desa siaga
4. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan desa siaga.
5. Untuk mengetahui pendekatan pengembangan desa siaga.
6. Untuk mengetahui pelaksanaan pembentukan dan pelaksanaan desa siaga.
7. Untuk mengetahui peran jajaran kesehatan dan pemangku kepentingan
terkait.
8. Untuk mengetahui keberhasilan desa siaga.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar desa Siaga


1. Pengertian Desa Siaga
Desa siaga (siap antar jaga) membangun kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam meningkatkan kesehatan ibu, bayi, dan anak. Dalam
desa siaga, sistem gerakan partisipasi masyarakat dirumuskan dan
dilakukan oleh masyarakat dan dilaksanakan dengan mengali pengalaman
masyarakat dalam masalah KIA, menggali kemampuan masyarakat
(SDM), menggali potensi masyarakat (SDA), dan membangun sistem
partisipasi masyarakat.
Pengertian desa siaga (siap antar jaga), adalah sebagai berikut:
Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap
mendampingi ibu, siap menjadi donor darah, siap memberi bantuan
kendaraan untu rujukan, siap membantu pendanaan, dan bidan wilayah
kelurahan selalu siap memberi pelayanan.
A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya
dengan cepat dan sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan
melahirkan jika memerlukan tindakan gawat darurat.
Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah melahirkan serta
menjaga kesehatan bayi yang baru dilahirkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
564/MENKES/SK/VIII/2006, tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa siaga, desa siaga merupakan desa yang penduduknya
memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Secara umum, pengertian
desa siaga adalah desa yang telah menjalankan sistem kesehatan yang
bersifat adil bagi masyarakat bersama dengan negara yang bertujuan
menjaga kesehatan masyarakat, khususnya mencegah kematian ibu dan

3
bayi dengan mengutamakan kebutuhan, kepentingan, dan tindakan yang
didasarkan pada pilihan masyarakat itu sendiri.
2. Tujuan Desa Siaga
Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang
sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di
wilayahnya. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang
pentingnya kesehatan.
b. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap
risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
(bencana, wabah, kegawatdaruratan dan sebagainya).
c. Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan
dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang
kesehatan.
3. Ciri-ciri Desa Siaga
a. Minimal Memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi
pelayanan dasar ( dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan
sarana fisik bangunan, perlengkapan & peralatan alat komunikasi ke
masyarakat & ke puskesmas ).
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat.
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri.
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.
Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria
berikut (Depkes, 2006) :
1) Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan
sekurang-kurangnya 2 orang kader desa.
2) Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta
peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan
oleh masyarakat yang dikenal dengan istilah upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-
kegiatan minimal :

4
a) Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya.
b) Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi
KLB serta kekurangan gizi.
c) Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan.
d) Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya.
e) Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi,
PHBS, penyehatan lingkungan dan lain-lain.

B. Program-program yang Terdapat dalam Desa Siaga


Inti dari kegiatan desa siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Untuk
menuju desa siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat
yang ada dewasa ini seperti posyandu, polindes, pos obat desa, dana sehat,
Siap-Antar-Jaga, dan lain-lain sebagai titik awal pengembangan menuju desa
siaga. Dengan demikian, mengubah desa menjadi desa siaga akan lebih cepat
bila di desa tersebut telah ada berbagai Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM).
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) Dalam Desa Siaga
1. Pengertian Poskesdes
Poskesdes adalah upaya UKBM yang dibentuk di desa dalam rangka
mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang
merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan
pemerintah. Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan
kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama bidan) dengan
melibatkan kader atau tenaga sukarela lainnya.

5
2. Kegiatan Poskesdes
Poskesdes diharapkan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa, sekurang-kurangnya:
a. Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB,
dan faktor-faktor resikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu
hamil yang berisiko.
b. Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor risikonya
(termasuk kurang gizi).
c. Kesiapsiagaan dan penanggualangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
d. Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensinya.
e. Kegiatan-kegiatan lain, yaitu promosi kesehatan untuk peningkatan
keluarga sadar gizi, peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS), penyehatan lingkungan, dan lain-lain, merupakan kegiatan
pengembangan.
Poskesdes juga diharapkan sebagai pusat pengembangan atau
revitalisasi berbagai UKBM lain yang dibutuhkan masyarakat desa
(misalnya warung obat desa, kelompok pemakai air, arisan jamban
keluarga dan lain-lain). Dengan demikian, Poskesdes sekaligus berperan
sebagai koordinator dan UKBM-UKBM tersebut.
3. Sumber Daya Poskesdes
Poskesdes diselenggarakan oleh tenaga kesehatan (minimal seorang
bidan), dengan dibantu oleh sekurang-kurangnya dua orang kader. Untuk
menyelenggarakan Poskesdes harus tersedia sarana fisik bangunan,
perlengkapan, dan peralatan kesehatan. Guna kelancaran komunikasi
dengan masyarakat dan dengan sarana kesehatan (khususnya Puskesmas),
Poskesdes seyogyanya memiliki juga sarana komunikasi (telepon, ponsel,
atau kurir). Pembangunan saranan fisik Poskesdes dapat dilaksanakan
melalui berbagai cara, yaitu dengan urutan alternative sebagai berikut:

6
a. Mengembangkan Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang telah ada
menjadi Poskesdes.
b. Memanfaatkan bangunan yang sudah ada, yaitu misalnya Balai RW,
Balai Desa, Bali Pertemuan Desa, dan lain-lain.
c. Membangun baru, yaitu dengan pendanaan dari Pemerintah (Pusat
atau Daerah), donator, dunia usaha, atau swadaya masyarakat.

C. Sasaran Pengembangan Desa Siaga


Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi
intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan
kesehatan di wilayah desanya.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh
agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader, serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan peraturan
perundang-undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, seperti kepala
desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik
kepentingan lainnya.
Agar sebuah desa menjadi desa siaga, desa tersebut harus memiliki forum
desa/lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana/akses pelayanan
kesehatan dasar. Dalam pengembangannya desa siaga akan meningkat dengan
membanginya menjadi 4 kriteria.
1. Tahap bina. Tahap ini forum masyarakat desa mungkin belum aktif, tetapi
telah ada forum atau lembaga masyaratak desa yang telah berfungsi dalam
bentuk apa saja misalnya, kelompok rembug desa, kelompok pengajian,
atau kelompok persekutuan doa.
2. Tahap tambah. Pada tahap ini, forum masyarakat desa talah aktif dan
anggota forum mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat,

7
selain posyandu. Demikian juga dengan polindes dan posyandu sedikitnya
sudah pada tahap madya.
3. Tahap kembang. Pada tahap ini, forum kesehatan masyarakat telah
berperan secara aktif, dan mampu mengembangkan UKBM sesuai
kebutuhan dengan biaya berbasis masyarakat. Jika selama ini pembiyaan
kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman
terhadap sistem jaminan ,masyarakat didorong lagi untuk mengembangkan
sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan di butuhkan oleh
masyarakat misalnya tabulin.
4. Tahap Paripurna. Pada tahap ini, semua indikator dalam kriteria dengan
siaga sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan seha
tserta berperilaku hidup bersih dan sehat.

D. Langkah-langkah Pengembangan Desa Siaga


Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan memberikan bantuan atau
memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran
melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi
(pengorganisasian masyarakat) yaitu dengan menempuh tahap-tahap:
1. Mengidentifikasi masalah, penyebabnya, dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak merencanakan dan
melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang
telah dilaksanakan.

E. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga


Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis
besar langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Tim Petugas

8
Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan-kegiatan lain
dilaksanakan. Tujuan langkah ini adalah mempersiapkan para petugas
kesehatan yang berada di wilayah puskesmas, baik petugas teknis maupun
petugas administrasi. Persiapan para petugas ini bisa berbentuk sosialisasi,
pertemuan atau pelatihan yang bersifat konsolidasi yang disesuaikan
dengan kondisi setempat. Keluaran dari langkah ini adalah para petugas
yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu
tim untuk melakukan pendekatan kepada pemangku kepentingan dan
masyarakat.
2. Pengembangan Tim di Masyarakat
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan para petugas, tokoh
masyarakat, serta masyarakat, agar mereka tahu dan mau bekerjasama
dalam satu tim untuk mengembangkan desa siaga. Dalam langkah ini
termasuk kegiatan kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar
mereka mau memberikan dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran,
serta restu, maupun dana atau sember daya lain, sehingga pengembangan
desa siaga dapat berjalan dengan lancar. Sedangkan pendekatan kepada
tokoh-tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan
mendukung, khususnya dalam membentuk opini publik guna menciptakan
iklim yang kondusif bagi pengembangan desa siaga.
Jadi, dukungan yang diharapkan dapat berupa dukungan moral,
dukungan dan finansial atau dukungan masyarakat material, dalam sesuai
rangka kesepakatan persetujuan pengembangan desa siaga. Jika di daerah
tersebut telah terbentuk wadah-wadah kegiatan masyarakat di bidang
kesehatan seperti Konsil Kesehatan Kecamatan atau Badan Penyantun
Puskesmas, Lembaga Pemberdayaan Desa, PKK, serta organisasi
kemasyarakatan lainnya, hendaknya lembaga-lembaga ini diikut sertakan
dalam setiap persemuan dan kesepakatan.
3. Survei Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau
Community Self Survey (CSS)

9
Survey Mawas Diri (SMD) atau Telaah Mawas Diri (TMD) atau
Community Self Survey (CSS) bertujuan agar tokoh masyarakat mampu
melakukan telaah mawas diri untuk desanya. Survey ini harus dilakukan
oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga
kesehatan. Dengan demiian, mereka menjadi sadar akan permasalahan
yang dihadapi di desanya, serta bangkit niat dan tekad untuk mencari
solusinya, termasuk membangun Poskesdes sebagai upaya mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa. Untuk itu,
sebelumnya perlu dilakukan pemilihan dan pembekalan keterampilan bagi
mereka.
Keluaran atau output dan SDM ini berupa identifikasi masalah-masalah
kesehatan serta daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan dalam
mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut, termasuk dalam rangka
membangun Poskesdes.
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraaan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini
adalah mencari alternative penyelesaian masalah kesehatan dan upaya
membangun Poskesdes, diakitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Di
samping itu, juga untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan
Desa Siaga. Inisiatif penyelenggaraan musyawarah sebaiknya berasal dari
tokoh masyarakat yang telah sepakat mendukung pengembangan Desa
Siaga. Peserta musyawarah adalah tokoh-tokoh masyarakat, termasuk
tokoh-tokoh perempuan dan generasi muda setempat. Bahkan sedapat
mungkin dilibatkan pula kalangan dunia usaha yang mau mendukung
pengembangan Desa Siaga dan kelestariannya (untuk itu diperlukan
advokasi).
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan,
utamanya dalah daftar masalah kesehatan, data potensial, serta harapan
masyarakat. Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk penentuan
prioritas, serta langkah-langkah solusi untuk pembangunan Poskesdes dan

10
pengembangan masing-masing desa siaga. Musyawarah masyarakat desa
dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1) Tahap I
a. Memahami masalah-masalah kesehatan dan menyusun masalah-
masalah kesehatan tetsebut.
b. Mendiagnosis penyebab masalah kesehatan prioritas pertama,
mempertimbangkan pendayagunaan potensi-potensi yang ada
untuk mengatasinya, merumuskan alternatif-alternatif pemecahan
masalah yang mungkin dilakukan, dan menetapkan alternatif yang
paling layak untuk dilaksanakan.
2) Tahap II
a. Menyususn rencana jangka panjang pengembangan desa siaga.
b. Menyusun rencana operasional pemecahan masalah prioritas
pertama.
c. Rencana yang disusun hendaknya lengkap dengan waktu dan
tempat penyelenggaraan, pelaksanaan dan pembagian tugasnya
serta sarana dan prasarana yang diperlukan.

F. Pelaksanaan Pembentukan dan Pelaksanaan Desa Siaga


Secara operasional pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut:
1. Pemlihan pengurus dan kader desa siaga
Pemilihan pengurus dan kader Desa Siaga dilakukan melalui pertemuan
khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa
wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat,
sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh
puskesmas.
2. Orientasi/pelatihan kader desa siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang
telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan.
Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

11
sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi orientasi
/pelatihan yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan
yang akan dilaksanakan di desa dalam rangka pengembangan desa siaga
(sebagaiman telah dirumuskan dalam Rencana Operasional). Yaitu
meliputi pengelolaan desa siaga secara umum, pembangunan dan
pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengelolaan UBKM lain, serta
hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-
Jga, Keluarga Sadar Gizi, Posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan
penyakit menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan
pemukiman (PAB-PLP), kegawatdaruratan sehari-hari, kesiap-siagaan
bencana, kejadian luar biasa, warung obat desa (WOD), dversifikasi
pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan melalui Taman
Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, PHS, dan lain-lain.
3. Pengembangan poskesdes dan UKBM
Dalam hal ini, pembangunan Poskesdes bisa dikembangkan dari Polindes
yang sudah ada. Apabila tidak ada Polindes, maka perlu dibahas dan
dicantumkan dalam rencana kerja tentang alternative lain pembangunan
Poskesdes. Dengan demikian diketahui bagaimana Poskesdes tersebut
akan diadakan , membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah,
membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan
swadaya masyarakat, atau memodifikasi bangunan lain yang ada.
Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan
dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di
desa yang bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang /
tidak aktif.
4. Penyelenggaraan kegiatan desa siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat
ditetapkan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk,
dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu
pengembangan sistem surveilans berbasis masyarakat, pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawat-daruratan dan bencana,

12
pemberantasan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB., penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat
menuju KADARZI dan PHBS, penyehatan lingkungan, serta pelayanan
kesehatan dasar (bila diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula
pelayanan UKBM-UKBM lain sepertipPosyandu dan lain-lain dengan
berpedoman kepada panduan yang berlaku. Secara berkala kegiatan desa
siaga dibimbing dan dipantau oleh puskesmas, yang hasilnya dipakai
sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangan desa siaga
selanjutnya secara lintas sektoral.

G. Pembinaan dan Peningkatan Desa Siaga


Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor
lain, serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa
siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak.
Perwujudan dan pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan melalui
Temu Jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau Temu
Jejaring antar desa siaga (minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain
untuk memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana
tukar-menukar pengalaman dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
bersama. Yang juga tidak kalah pentingnya adalah pembinaan jejaring lintas
sektor, khususnya dengan program-program pembangunan yang bersasaran
desa.
Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan
para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan
upay-upayauntuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-
kader yang memiliki motivasi memuaskan kebutuhan sosial psikologinya
harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya.
Sedangkan kader-kader yang masih dibebani dengan pemenuhan kebutuhan
dasarnya, harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan, misalnya
dengan pemberian gaji/intensif atau difasilitasi agar dapat berwirausaha.
Untuk dapat melihat perkembangan desa siaga, perlu dilakukan pemantauan

13
dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di desa siaga perlu
dicatat oleh kader, misalnya dalam Buku Register UKBM (contohnya:
kegiatan Posyandu dicatat dalam buku Register Ibu dan Anak Tingkat Desa
atau RIAD dalam Sistem Informasi Posyandu).

H. Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait


1. Peran Jajaran Kesehatan
a. Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan
ujung tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara
PONED dan penggerak masyarakat desa. Namun demikian, dalam
menggerakkan masyarakat desa, Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga
Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang telah dilatih
Provinsi. Adapun peran Puskesmas adalah sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
2) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan
dan desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
3) Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
4) Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.
b. Peran Rumah Sakit
Rumah sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan
pembina teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran
rumah sakit adalah:
1) Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan
Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
2) Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana di desa siaga.

14
3) Menyelenggarakan promosi kesehatan di rumah sakit dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan
bencana.
c. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota meliputi:
1) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di
tingkat Kabupaten /Kota dalam rangka pengembangan desa siaga.
2) Merevitalisasi puskesmas dan jaringannya sehingga mampu
menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar dengan baik,
termasuk PONED, dan pemberdayaan masyarakat.
3) Merevitalisasi rumah sakit sehingga mampu menyelenggarakan
pelayanan rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi
kesehatan di rumah sakit.
4) Merekrut/menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih
menjadi Fasilitator Pengembangan desa siaga.
5) Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
6) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka pengembangan desa siaga.
7) Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan
bimbingan teknis terhadap desa siaga.
8) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa
Siaga.
d. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyelia dan pembina rumah sakit dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
1) Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan desa siaga.
2) Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengembangkan
kemampuan melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.

15
3) Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengembangkan
kemampuan Puskesmas dan rumah sakit di bidang konseling,
kunjungan rumah, dan pengorganisasian masyarakat serta promosi
kesehatan, dalam rangka pengembangan desa siaga.
4) Menyelenggarakan pelatihan fasilitator pengembangan desa siaga
dengan metode kalakarya (interrupted training).
5) Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan)
tingkat provinsi dalam rangka pengembangan desa siaga.
6) Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan
pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis terhadap desa siaga.
7) Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian desa
siaga.
e. Peran Departemaen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan
dalam:
1) Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta
mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.
2) Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah
Sakit, serta Posyandu dan UKBM-UKBM lain.
3) Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa
Siaga.
4) Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi /
pelaporan, serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kedaruratan dan bencana berbasis masyarakat.
5) Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
6) Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
7) Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.
8) Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
2. Peran Pemangku Kepentingan Terkait
Pemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat Pemerintah Daerah,
pejabat lintas sektor, unsur-sunsur organisasi / ikatan profesi, pemuka

16
masyarakat, tokoh-tokoh agama, PKK, LSM, dunia usaha, swasta dan lain-
lain, diharapkan berperan aktif juga di semua tingkat administrasi.
a. Pejabat-pejabat Pemerintah Daerah
1) Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Desa Siaga.
2) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan
pelayanan Poskesdes / Puskesmas / Pustu dan berbagai UBKM
yang ada (Posyandu, Polindes, dan lain-lain).
3) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa Siaga
secara teratur dan lestari.
b. Tim Penggerak PKK
1) Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UBKM
di Desa Siaga (Posyandu dan lain-lain).
2) Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan
dan memanfaatka UBKM yang ada.
3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka
menciptakan kadarzi dan PHBS.
c. Tokoh Masyarakat
1) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa
Siaga.
2) Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
3) Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam
kegiatan Desa Siaga.
d. Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swastas
1) Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga.
2) Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan
penyelenggaraan Desa Siaga.

17
I. Indikator Keberhasilan Desa Siaga
Keberhasilan upaya Pengembangan Desa Siaga dapat dilihat dari empat
kelompok indikatornya, yaitu: indikator masukan, indikator proses, indikator
keluaran, dan indikator dampak. Adapun uraian untuk masing-masing
indikator adalah sebagai berikut:
1. Indikator Masukan
Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut:
a. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa.
b. Ada/tidaknya sarana pelayanan kesehatan serta
perlengkapan/peralatannya.
c. Ada/tidaknya UBKM yang dibutuhkan masyarakat.
d. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan).
e. Ada/tidaknya kader aktif.
f. Ada/tidaknya sarana bangunan/poskesdes sebagai pust pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
g. Ada/tidaknya alat komunikasi yang telah lazim dipakai masyarakat
yang dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis
masyarakat (misalnya, kentongan, bedug, dll).
2. Indikator Proses
Indikator proses adalah indikator untuk mengukur seberapa aktif upaya
yang dilaksanakan di suatu desa dalam rangka pengembangan desa siaga.
Indikator proses terdiri atas hal-hal berikut:
a. Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa.
b. Berfungsi/tidaknya Poskesdes.
c. Berfungsi/tidaknya UBKM yang ada.
d. Berfungsi/tidaknya Sistem Kegawatdaruratan dan Penanggulangan
Kegawatdaruratan dan Bencana.
e. Berfungsi tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
f. Ada /tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.

18
3. Indikator Keluaran
Indikator keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil
kegiatan yang dicapai di suatu desa dalam rangka pengembangan desa
siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut:
a. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes.
b. Cakupan pelayanan UBKM-UBKM lain.
c. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan.
d. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk
kadarzi dan PHBS.
4. Indikator Dampak
Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar
dampak dan hasil kegiatan di desa dalam rangka pengembangan desa
siaga. Indikator dampak terdiri atas hal-hal berikut:
a. Jumlah penduduk yang menderita sakit.
b. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa.
c. Jumlah ibu yang melahirkan dan meninggal dunia.
d. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia.
e. Jumlah balita dengan gizi buruk.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa siaga adalah desa yang telah menjalankan sistem kesehatan yang
bersifat adil bagi masyarakat bersama dengan negara yang bertujuan menjaga
kesehatan masyarakat, khususnya mencegah kematian ibu dan bayi dengan
mengutamakan kebutuhan, kepentingan, dan tindakan yang didasarkan pada
pilihan masyarakat itu sendiri.
Pelaksanaan desa siaga terdiri dari persiapan, pelakanaan, pemantauan dan
evaluasi. Dalam pendekatan pengembangan desa siaga, ada langkah pokok
yang harus dditempuh : (pengembangan tim petugas, pengembangan tim
masyarakat, survei mawas diri, dan musyawarah masyarakat desa) serta
pelaksanaan.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya
diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi
(memfasilitasi) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa
proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.

B. Saran
Terwujudnya desa siaga tentunya menjadi harapan kita bersama, oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan agar para pembaca tidak hanya
sekedar tahu tentang desa siaga, namun juga akam melakukan perubahan
sesuai dengan tingkat kemampuannya untuk merealisasikan desa siaga.

20

Anda mungkin juga menyukai