Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN

PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG ANYAR SURABAYA

MELYANA MALIK
P27824621034

KEMENTRIAN KESEHATAN R.I. BADAN PENGEMBANGAN DAN


PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja ini dilaksanakan sebagai


dokumen/laporan praktik Blok 1 yang telah dilaksanakan di Puskesmas Gunung
Anyar Surabaya Periode praktik tanggal 25 Oktober s/d 06 November

Surabaya, Oktober 2021

Melyana Malik
NIM. 27824621034

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan 1 Pembimbing Pendidikan 2

Desi Ariningtyas, SST Tatarini Ika PC, SST., M.Kes Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb
NIP. 19801211 20012 2 004 NIP. 198012052006042002 NIP. 197910302005012001

Mengetahui,

Kepala Puskesmas Kepala Program Studi

drg. Ni Made Sariyani Dusak Evi Pratami, SST., M.Keb.


NIP. 19640130 198903 2 007 NIP. 197905242002122001
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang berjudul “

Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Remaja dengan Sasaran Remaja di Wilayah

Kerja Puskesmas Gunung Anyar”. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat

menyelesaikan tugas blok 1 (remaja) pada Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes

Kemenkes Surabaya.

Dalam penyusunan Laporan, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk

dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. drg. Ni Made Sariyani Dusak, selaku Kepala Puskesmas Gunung Anyar.

2. Ibu Lika Umaroh Amd.Keb, selaku Bidan Koordinator Puskesmas Gunung

Anyar.

3. Ibu Desi Ariningtyas, SST, selaku pembimbing praktik lapangan yang telah

memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.

4. Ibu Evi Pratami, SST, M.Keb, selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Bidan

Poltekkes Kemenkes Surabaya.

5. Ibu Tatarini Ika PC, SST., M.Kes , selaku pembimbing pendidikan 1 yang telah

memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.

6. Ibu Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb, selaku pembimbing pendidikan 2 yang

telah memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam menyusun laporan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyusunan laporan

ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan komprehensif ini jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Allah SWT

memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah diberikan. Semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada

khususnya.

Surabaya, 1 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1. Latar Belakang.........................................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................4
3. Tujuan......................................................................................................4
BAB II ANALISIS CRITICAL THINKING DIDASARKAN PADA NILAI INTELEKTUAL
UNIVERSAL..................................................................................................................6
1. Kejelasan (Clarity).....................................................................................8
2. Keakuratan (Accuracy)..............................................................................9
3. Ketepatan (Precision)..............................................................................37
4. Konsistensi (Consistency).......................................................................37
5. Relevansi (Relevance)............................................................................39
6. Bermakna (Significance).........................................................................41
7. Alasan Yang Logis (Logicalness)....................................................................43
8. Kedalaman (Depth).................................................................................43
9. Keluasan (Breadth).................................................................................44
10. Keadilan (Fairness).................................................................................44
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................45
BAB IV SIMPULAN............................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................51
LAMPIRAN........................................................................................................52
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak

dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Masa remaja

terdiri dari masa remaja awal (10–14 tahun), masa remaja penengahan (14–17

tahun) dan masa remaja akhir (17–9 tahun), Pada masa remaja, banyak terjadi

perubahan baik biologis psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses

pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan

(psikososial) (Depkes,2002).

Berdasarkan WHO, remaja merupakan penduduk yang berusia dalam

periode 10-19 tahun, menurut Peraturan yang telah ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, seorang remaja merupakan penduduk

yang berusia dalam periode 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana (BKKBN), periode usia remaja ialah 10-24 tahun

yang tidak memiliki ikatan pernikahan. Populasi remaja dari keseluruhan

penduduk di dunia yaitu sekitar 1,2 miliar atau sekitar 18% (Bulu at al.,

2019). Di Indonesia jumlah kelompok perempuan yang berusia 10-19 tahun


menurut sensus tahun 2015 sebanyak 21,7 juta atau 17,1% (Kemenkes RI,

2016).

Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi Antara masa

anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan

social-emosional (Santrock,2003). Istilah adolescence memiliki arti yang luas,

mencakup kematangan mental, emosional, social dan fisik. Pandangan ini

diungkapkan oleh piaget (Hurlock, 1980) yang menyatakan bahwasecara

psikologis masa remaja adalah usia individu berintegrasi dengan masyarakat

dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang

yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-

kurangnya dalam masalah hak.

Masa remaja bisa disebut sebagai masa social karena sepanjang masa

remaja hubungan social semakin tampak jelas dan sangat dominan (Yusuf,

2006). Remaja akan melalui suatu tahap perkembangan yang bertujuan untuk

mencapai kematangan sehingga dapat menentukan perkembangan selanjutnya

termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-

perubahan perkembangan, baik fisik mental maupun peran sosial (Setiawan &

Alizamar, 2019).

Masa remaja ditandai dengan munculnya karakteristik seks primer, hal

tersebut dipengaruhi oleh mulai bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian

yang muncul saat pubertas adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya
ciri-ciri kelamin sekunder, menarke, dan perubahan psikis. Pada wanita,

pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau menstruasi (Saifuddin, 2014).

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik,

mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan,

dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta

prosesnya. Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental,

sosial, yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dari

sistem reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi untuk seorang wanita

merupakan komponen yang amat penting. Wanita memiliki sistem reproduksi

yang sangat rentan terhadap gangguan yang dapat menimbulkan masalah pada

kesehatan reproduksinya (Kusmiran, 2014).

Masalah-masalah kesehatan reproduksi pada remaja menurut Infodatin

(2015) antara lain perilaku seksual berisiko seperti seks pranikah, kehamilan

tidak diinginkan, perilaku seks berganti-ganti pasangan, aborsi tidak aman,

dan Infeksi Menular Seksual (IMS). Perilaku berisiko lain adalah

penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (napza), perilaku gizi

buruk yang dapat menyebabkan masalah gizi khususnya anemia dan gangguan

pada saat menstruasi. Pengetahuan kesehatan reproduksi sebaiknya dilakukan

sejak remaja, karena seseorang akan dapat mengenali kelainan pada kesehatan

reproduksinya sendini mungkin, terutama tentang menstruasi (Kinanti, 2009).

Kesehatan reproduksi perlu mendapat perhatian khusus apalagi di

kalangan remaja terlebih seorang perempuan (Mumpuni dan Andang, 2013).


Dalam kesehatan reproduksi ada beberapa hal yang sering terjadi pada

perempuan, salah satu di antaranya adalah Fluor Albus. Fluor albus (white

discharge, leukorrhea, keputihan) adalah keluarnya sekret/cairan dari vagina

yang tidak berupa darah.

Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah

menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10 sampai hari ke 16

menstruasi,juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat

terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang

senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangganya dan pada infeksi penyakit

hubungan kelamin) (Manuaba, 2009).

Kejadian fluor albus pada wanita di dunia tahun 2013 adalah 75% dari

6,7 milyar jiwa sedangkan untuk Eropa kejadian fluor albus hanya 25% dari

739.004.470 jiwa. Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) kejadian fluor albus di Indonesia adalah 75%. Angka

kejadian di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Eropa karena dipengaruhi

oleh Indonesia yang beriklim tropis.

Perilaku merupakan semua kegiatan baik yang dapat diamati maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku yang tidak benar dalam

menjaga kebersihan daerah kewanitaan seperti vaginal douching dan

mengunakan panty liner dapat menimbulkan fluor albus patologis. Fluor albus

patologis dapat disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, virus dan parasit.

Candida albicans merupakan jamur tersering yang menyebabkan kandidiasis


vulvovaginalis (KVV). Penelitian yang dilakukan di Surabaya mengenai

faktor resiko terjadinya KVV didapatkan hasil bahwa dari 75 kasus KVV

27,70% diantaranya terjadi karena vaginal douching dan 0,47% karena

menggunakan panty liner. Apabila fluor albus tidak mendapatkan penanganan

yang baik maka dapat menimbulkan pelvic inflammatory disease (PID) dan

infertilitas.

Menurut Boyke (2009), hampir semua wanita di Indonesia pernah

mengalami keputihan patologis seumur hidupnya minimal satu sampai dua

kali, keputihan yang lama walau dengan gejala biasa-biasa saja, lama

kelamaan dapat merusak selaput dara. Sebagian besar cairan itu mengandung

kumankuman penyakit, dan kuman penyakit dapat merusak selaput dara,

sehingga pada saat hubungan badan yang pertama tidak mengeluarkan darah

keluarnya cairan dari vagina adalah normal pada usia reproduksi, cairan

tersebut jumlahnya tidak banyak, jernih, tidak bau dan tidak gatal. Jika

keputihan tidak diatasi dengan baik, maka yang akan terjadi adalah rasa gatal

di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, serta rasa panas, nyeri,

hingga berbau apek atau amis.

Menurut (Wijayanti, 2009) Perilaku yang buruk atau kurang baik

dapat menyebabkan munculnya infeksi, contoh perilaku kurang baik di

antaranya adalah cara cebok yang salah dan kurang memperhatikan

kebersihan organ kewanitaan. Antisipasi keputihan sejak dini harus


ditingkatkan oleh para remaja, misalnya dimulai dari kesadaran untuk

menjaga kebersihan di sekitar organ intim.

1.2 Tujuan Praktik

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan akses serta layanan asuhan

kebidanan holistik pada remaja dengan Fluor Albus

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian pada reamaja dengan pendeketan

holistik

2. Mampu melakukan Analisa data pada remaja dengan pendekatan

holistik

3. Mampu melakukan perencanaan pada remaja dengan pendekatan

holistik

4. Mampu melakukan implementasi pada remaja dengan pendekatan

holistik

5. Mampu melakukan evaluasi pda remaja dengan pendekatan holistik

6. Mampu melakukan kajian kasus-kasus remaja

7. Mampu melakukakn reflektif praktik pada kasus reamaja

1.2.3. Lama Peraktik


Praktik dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Anyar

Surabaya, pada tanggal 25 Oktober 2021 sampai dengan 06 November

2021.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori Remaja
2.1.1. Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan
dari anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,
perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013).
Menurut WHO, remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang
dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksualitas sampai
saat ini mencapai kematangan seksualitasnya, individu mengalami
perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial yang penuh,
kepada keadaan yang relatife lebih mandiri. 
Menurut WHO (Who Health Organization) remaja merupakan
periode usia 10 sampai 19 tahun. Menurut PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa) usia remaja berada dikisaran usia 15 sampai 24 tahun.
Sedangkan, menurut The Health Resources Services Administrations
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun),
remaja akhir (18-21 tahun) (Kusmiran, 2011). Lain lagi dengan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah. remaja digolongkan dalam
rentang usia antara 11-20 tahun, yang terbagi menjadi tiga tahapan
perkembangan yaitu :
a. Masa remaja awal/dini (Early Adolescence) umur 11-13 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (Middle Adolecence) umur 14-16 tahun

c. Masa remaja lanjut (Late Adolescence) umur 17-20 tahun

Masa remaja atau masa adolensi adalah suatu perkembangan


yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan
periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dan
berlangsung pada decade kedua masa kehidupan. Remaja dapat
didefinisikan melalui beberapa sudut pandang yaitu remaja merupakan
individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Remaja
merupakan individu yang menglami perubahan pada penampilan fisik,
maupun perubahan psikologis. Remaja merupakan masa yang penting
dalam perjalanan kehidupan manusia. Masa remaja ini merupakan
jembatan antara masa kanakkanak yang bebas menuju masa dewasa
yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2011).

2.1.2. Tahapan Remaja


Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu :
1. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan
perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal
sulit untuk mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin
bebas dan mulai berfikir abstrak.
2. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman.
Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada
kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada
dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena
ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini
mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan
berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba
aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.
3. Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
yang ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan publik.

2.1.3. Ciri-Ciri Masa Remaja


Masa remaja adalah suatu masa perubahan, pada masa ini terjadi
perubahan-perubahan yang sangat pesat yakni baik secara fisik, maupun
psikologis, ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja ini
diantaranya :
a) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada remaja awal
yang dikenal sebagai masa strong dan masa stress. Peningkatan
emosional ini merupaknan hasil dari perubahan fisik terutama
hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada
dalam kondisi baru, yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada remaja
misalnya mereka di harapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan tanggung jawab.
Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring dengan
berjalannya waktu, dan akan Nampak jelas pada remaja akhir yang
dalam hal ini biasanya remaja sedang duduk di masa sekolah.
b) Perubahan yang cepat secara fisik yang juga di sertai kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak
yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubhan fisik
yang terjadi secara cepat baik perubahan internal maupun eksternal.
Perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem
respirasi. Sedangkan perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat
badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri
remaja.
c) Perubahan yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya
dibawa dari masa kanak-kanak digantiakan dengan hal menarik
yang baru dan lebih menantang. Hal ini juga dikarenakan adanya
tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja
diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-
hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan
dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhungan dengan hanya
dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan
lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
d) Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada
masa kanakkanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati
masa dewasa.
e) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi, tetapi disisi lain mereka takut akan
tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta
meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung
jawab tersebut.

Sedangkan menurut Hurlock, seperti halnya dengan semua


periode-periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelumnya dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut seperti :
a) Masa remaja sebagai periode yang penting. Yaitu perubahan-
perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak
langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya.
b) Masa remaja sebagai periode peralihan. Disini masa kanak-kanak
dianggap belum dapat sebagai orang dewasa. Status remja tidak
jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya
hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai dengan dirinya.
c) Masa remaja sebagai periode perubahan. Yaitu perubahan pada
emosi perubahan tubuh, minat dan Pengaruh (menjadi remaja yang
dewasa dan mandiri) perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta
keinginan akan kebebasan.
d) Masa remaja sebagai periode mencari Identitas. Diri yang di cari
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
Pengaruhannya dalam masyarakat.
e) Masa remaja sebagai periode usia yang menimbulkan ketakutan.
Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berprilaku yang
kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua yang menjadi
takut.
f) Masa remaja sebagai periode masa yang tidak realistik. Remaja
cendrung memandang kehidupan dari kacamta berwarna merah
jambu, melihat dirinya sendirian orang lain sebagaimana yang di
inginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g) Masa remaja sebagai periode Ambang masa dewasa. Remaja
mengalami kebingungan atau kesulitan didalam usaha
meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam
meberikan kesan bahwa mereka hamper atau sudah dewasaa, yaitu
dengan merokok, minum-minuman keras menggunakan obat-
obatan.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan ciri-ciri remaja
menurut para tokoh diatas, maka penulis dapat menjelaskan mengenai
ciri-ciri remaja dengan uraian sebagai berikut. Remaja mempunyai ciri-
ciri sebagai periode yang penting untuk perkembangan selanjutnya.
Remaja akan merasakan masa sebagai masa peralihan yang ditandai
dengan gaya hidup yang berbeda dari masa sebelumnya. Remaja akan
melewati masa perubahan yang semula belum mandiri remaja akan
cenderung lebih mandiri. Remaja akan melewati masa pencarian
identitas untuk menjelaskan tentang siapa dirinya.
Ciri-ciri remaja selanjutnya yakni masa ketakutan disini remaja
akan sulit diatur atau lebih sering berprilaku kuranng baik. Remaja akan
melewati masa tidak realistic dimana orang lain dianggap tidak
sebagaimana dengan yang diinginkan dan yang terakir yakni ciri sebagai
ambang masa dewasa yang ditandai remaja masih kebingungan dengan
kebiasaan-kebisaan pada masa sebelumnya. Dengan mengetahui ciri-ciri
tersebut maka kita akan lebih mengetahui dari perkembangan-
perkembangan remaja.

2.1.4. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja


Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu :

1. Kegelisahan

Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai

banyak angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa

depan. Hal ini menyebabkan remaja mempunyai anganangan yang

sangat tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja belum

memadai sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah.

2. Pertentangan

Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena

sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.

Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan

kebingungan dalam diri remaja tersebut.

3. Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan,

akibatnya remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan

menyalurkan khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua

khayalan remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan remaja bisa

bersifat positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat

direalisasikan.

4. Akitivitas berkelompok

Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan

mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan

semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar

dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman

sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara berkelompok

sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi bersama.

5. Keinginan mencoba segala sesuatu

Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi

(high curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,

remaja cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu,

dan ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami

sebelumnya.
2.1.5. Karakteristik Perkembangan Remaja

1. Perkembangan Psikososial

Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam

Wong (2009), menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa

remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal

dimulai dengan awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas

emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus

dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas

kelompok versus pengasingan diri.Pada periode selanjutnya,

individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga dan

mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi

peran.Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan

pembentukan identitas pribadi.Remaja pada tahap awal harus

mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman

sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa

diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.

2. Emosionalitas

Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa

remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang

dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi,

perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang

lebih matang pada masa remaja akhir.Sementara remaja awal


bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan

emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya

sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat

diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan

emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka

menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan

kebimbangan.

3. Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong

(2009), remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual,

yang merupakan ciri periode berpikir konkret; mereka juga

memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat

ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada

situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian

peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan

bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat

berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan

akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.

Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori

variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat

mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu

dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat


mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok

pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai

dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.

4. Perkembangan Moral

Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam

Wong(2009), masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan

serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan

mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan

kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga

memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan

hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa

yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian,

mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah

ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu

peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka

tidak mematuhi peraturan tersebut.

5. Perkembangan Spiritual

Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau

otoritasyang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan

nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap

berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil

dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik


pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas

ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual

dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.Mereka mungkin

memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.

Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat

menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri

tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan

spiritualitas mereka.

6. Perkembangan Sosial

Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja

harusmembebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan

menetapkansebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang

tua.Namun,proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja

maupun orangtua.Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali

orang tua, tetapimereka takut ketika mereka mencoba untuk

memahami tanggungjawab yang terkait dengan kemandirian.

2.1.6. Perubahan Fisik pada remaja

Datangnya masa remaja, ditandai oleh adanya perubahan –

perubahan fisik menyatakan bahwa perubahan fisik tersebut, terutama

dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan

proporsi tubuh, perkembangan ciri –ciri seks primer dan perkembangan


ciri –ciri seks sekunder. Pertumbuhan yang terjadi pada fisik remaja

dapat terjaddi melalui perubahan – berubahan baik internal maupun

eksternal.

1. Perubahan Internal

Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan

tidak tampak dari luar. Perubahan ini nantinya sangat

mempengaruhi kepribadian remaja. Perubahan tersebut adalah :

a. Sistem pencernaan

Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau

berbentuk pipa, usus bertambah panjang dan bertambah besar,

otot – otot di perut dan dinding – dinding usus menjadi lebih

tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan

bertambah panjang.

b. Sistem Peredaran Darah

Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia

tujuh belas atau delapan belas, beratnya dua belas kali lebih

berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh

darah meningkat dan encapai tingkat kematangan bilamana

jantung sudah matang.

c. Sistem Pernafasan

Kapasitas paru –paru anak perempuan hamper matang

padausia tujuh belas tahun, anak laki – laki mencapai tingkat


kematangan baru beberapa tahun kemudian, satu atau dua tahun

setelah usia anak perempuan.

d. Sistem Endoktrin

Kegiatan kelenjar kelamin yang meningkat pada masa

remaja menyebaabkan ketidakseimbangan sementara dari

seluruh sistem kelamin pada masa awal remaja.Kelenjar –

kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum

mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau

awal masa dewasa.

e. Jaringan Tubuh

Perkembangan kerangka berhenti rata – rata pada usia

delapan belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi

perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang mencapai

ukuran yang matang.

2. Perubahan Eksternal

Perubahan dalam tubuh seseorang remaja yang mengalami

datangnya masa remaja ini sangat pesat. Perubahan yang terjadi

dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah :

a. Tinggi Badan

Rata – rata anak perempuan mencapai tinggi matang

pada usia antara tujuh belas dan delapan belas tahun, rata – rata

anak laki – laki kira kira setahun setelahnya. Perubahan tinggi


badan remaja dipengaruhi asupan makanan yang diberikan

pada anak yang diberikan imunisasi pada masa bayi cenderung

lebih tinggi dari anak yang tidak mendapatkan imunisasi.Anak

yang tidak diberikan imunisasi lebih banyak menderita sakit

sehingga pertumbuhannya terhambat.

b. Berat Badan

Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama

dengan perubahan tinggi badan, perubahan berat badan terjadi

akibat penyebaran lemak bagian – bagian tubuh yang hanya

mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung

lemak. Ketidakseimbangan perubahan tinggi badan dengan

berat badan menimbulkan ketidakidealan badan remaja, jika

perubahan tinggi badan lebih cepat dari berat badan, makan

bentuk tubuh anak menjadi jangkung (tinggi kurus), sedangkan

jika perubahan berat badan lebih cepat dari perubahan tinggi

badan, maka bentuk tubuh anak menjadi gemuk/ gembrot

(gemuk pendek).

c. Proporsi Tubuh

Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai

perbandingan tubuh yang baik. Ciri tubuh yang kurang

proposional pada masa remaja tidak sama untuk seluruh tubuh,

ada pula bagian tubuh yang semakin proporsional. Ada tiga


jenis bangun tubuh yang menggambarkan keanekaragaman

perubahan proporsi tubuh, yaitu endomorfik, mesomorfik dan

ektomorfik. Endo morfik banyak lemak sedikit otot (padded).

Ektomorfik sedikit lemak sedikit otot (slender). Mesomorfik

sedikit lemak banyak otot (muscular).

d. Organ seks/ Ciri seks primer

Baik laki – laki maupun perempuan organ seks

mengalami ukuran matang pada akhir masa remaja tetapi

fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian

(dewasa).

e. Ciri –ciri seks sekunder

Ciri – ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya

matang pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut

antara lain ditandai dengan tumbuhnya kumis dan jakun pada

laki – laki sedangkan pada wanita ditandai dengan

membesarnya payudara.

Pertumbuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun.

Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas, dimana

daerah putting susu dan sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut

pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan ramut pubis

terjadi sebelum tumbuhnya payudara rambut ketiak dan badan mulai

tumbuh pada usia 12-13 tahun, tumbuhnya rambut bervariasi luas.


Pengeluaran secret vagina terjadi pada usia 10 -13 tahun. Keringat

ketiak mulai diproduksi pada 12 – 13 tahun, karena berkembangnya

kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai

bau khas. Menstruasi terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Pematangan

seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun, sedang

pada laki – laki pematangan seksual penuh terjadi pada usia 17 -18

tahun.

2.2. Konsep Dasar Keputihan

2.2.1. Pengertian Keputihan

Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau

fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore

adalah semua pengeluaran cairan dari alat genetalia yang bukan darah

tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai infeksi, keganasan atau

tumor jinak organ reproduksi. Pengertian lebih khusus keputihan

merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia wanita dan

disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans

(Manuaba, 2001).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan

normal (fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan

normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi,

pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 saat menstruasi, juga

terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat terjadi

pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama,

mulut rahim, rahim dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit

hubungan seksual) (Manuaba, 2001).

2.2.2. Patofisiologi

Keputihan bukan merupakan penyakit tetapi hanya suatu gejala

penyakit, sehingga penyebab yang pasti perlu ditetapkan. Oleh karena

itu untuk mengetahui adanya suatu penyakit perlu dilakukan berbagai

pemeriksaan cairan yang keluar dari alat genitalia tersebut.

Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram (untuk

infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH

(infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri

penyebab), dan pap smear (untuk menentukan adanya sel ganas)

(Manuaba, 2001).

Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan

tidak normal adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang

dapat terkena infeksi adalah vulva, vagina, leher rahim, dan rongga

rahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh:


1. Bakteri (kuman)

a. Gonococcus

Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan

seksual, yang paling sering ditemukan yaitu gonore. Pada laki-

laki penyakit ini menyebabkan kencing nanah, sedangkan pada

perempuan menyebabkan keputihan.

b. Chlamydia trachomatis

Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu

banyak dan lebih encer bila dibandingkan dengan penyakit

gonore.

c. Gardnerella vaginalis

Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih

keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan,

disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

2. Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus

besar, dan vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam

jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan

kandidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat bervariasi,


tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya

kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepala susu atau

susu pecah, disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau

asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina meradang disertai

maserasi, fisura, dan kadangkadang disertai papulopustular.

Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi

yang dilahirkan melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan

terjadi karena jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam usus.

Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan

yang serius jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu saat jamur yang

tertelan tadi akan menyebar ke organ lain, termasuk ke alat kelamin

dan menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.

3. Parasit

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan

trikomoniasis. Infeksi akut akibat parasit ini menyebabkan

keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer,

berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan

baunya tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap

keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina

tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadang–

kadang terlihat bintik–bintik perdarahan seperti buah strawberry.


Bila keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di lipat

paha dan sekitar bibir genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi

kronis, cairan yang keluar biasanya telah berkurang dan warnanya

menjadi abu–abu atau hijau muda sampai kuning. Parasit lain yang

juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi. Cacing ini

biasanya menyerang anak perempuan umur 2–8 tahun. Infeksi

terjadi akibat sering bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari

lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing kremi dasertai

rasa gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai

menimbulkan luka.

4. Virus

Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus

Herpes Simplex (VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV).

Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker

serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes simpleks tipe 2

dapat menjadi faktor pendamping.

Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa

terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat masuknya virus

tersebut. Pada pemeriksaan tampak gelembung–gelembung kecil

berisi vesikel (cairan), berkelompok, dengan dasar kemerahan yang

cepat pecah dan membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe

setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan, penyakit ini


dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang

di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres,

aktivitas sek, sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan

kelelahan.

Penyebab lain keputihan selain infeksi (Katharini, 2009)

antara lain :

a. Benda asing dalam vagina

Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan

yang berlebihan. Pada anak–anak, benda asing dalam vagina

berupa biji– bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada

perempuan dewasa benda asing dapat berupa tampon, kondom

yang tertinggal didalam akibat lepas saat melakukan senggama,

cincin pesarium yang dipasang pada penderita hernia organ

kandungan (prolaps uteri), atau adanya IUD pada perempuan

yang ber-KB spiral.

Cairan yang keluar mula–mula jernih dan tidak berbau.

Tetapi jika terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal

yang biasanya hidup di vagina, keputihan menjadi keruh dan

berbau, tergantung penyebab infeksinya.

b. Penyakit organ kandungan

Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ

kandungan, misalnya peradangan, tumor ataupun kanker.


Tumor, misalnya papiloma, sering menyebabkan keluarnya

cairan encer, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau

kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa banyak

disertai bau busuk dan kadang disertai darah.

c. Penyakit menahun atau kelelahan kronis

Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah

berlangsung lama, perasaan cemas, kurang gizi, usia

lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas, peranakan

turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat

juga menimbulkan keputihan. Keputiohan juga berhubungan

dengan keadaan lain seperti penyakit kencing manis (diabetes

mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang mengandung

estrogen–progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid

jangka panjang.

d. Gangguan keseimbangan hormon

Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman

vagina, kehidupan Lactobacilli doderleins, dan proliferasi

(ketebalan) sel epitel skuamosa vagina sehingga membran

mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri.

Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–hal diatas

dapat terjadi karena dalam sel epitel vagina yang menebal

banyak mengandung glikogen. Lactobacilli doderlein yang


dalam keadaan normal hidup di vagina, akan memanfaatkan

glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil

metabolismenya akan menghasilkan asam laktat. Timbulnya

suasana asam laktat akan menyuburkan pertumbuhan

Lactobacilli dan Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah

pertumbuhan bakteri lainnya. Proses diatas akan

mempertahankan pH vagina yang dalam keadaan normal

memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5. Keluarnya mucus

servix (lendir leher rahim) sehingga vagina tidak terasa kering

juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen.

Hormon estrogen yang dihasilkan oleh indung telur akan

berkurang pada perempuan menjelang dan sesudah menopouse

(tidak haid). Akibatnya dinding vagina menjadi kering,

produksi glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang.

Keadaan tersebut menyebabkan menghilangnya suasana asam

sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan sering timbul

gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering

dilakukan menyebabkan terjadinya luka–luka yang mudah

terinfeksi dan menyebabkan keputihan. Kekurangan atau

hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan dibuangnya kedua

ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau karena

radiasi (penyinaran) indung telur yang terserang kanker.


Pada masa pubertas, remaja putri masih mengalami

ketidakseimbangan hormonal. Akibatnya mereka juga sering

mengeluh keputihan selama beberapa tahun sebelum dan

sesudah menarche (haid pertama).

e. Fistel di vagina

Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang

menghubungkan vagina dengan kandung kemih atau usus, bisa

terjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan, kanker, atau

akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks. Kelainan ini

akan menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur

feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan

warnanya.

3. Gejala Keputihan

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala. Gejala

keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor

patologis. Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain :

a. Cairan dari vagina berwarna kuning;

b. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal;

c. Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak

Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain :

a. Cairan dari vagina keruh dan kental;


b. Warna kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan;

c. Berbau busuk, amis, dan terasa gatal;

d. Jumlah cairan banyak (Katharini, 2009).

4. Pencegahan Keputihan

Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah

keputihan patologis antara lain :

a. Menjaga kebersihan, diantaranya

1) Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga

agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur

2) Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa

basah dan lembab

3) Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah

timbulnya iritasi pada vagina

4) Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang

mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal

itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang

munculnya jamur atau bakteri

5) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah

depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dari anus ke

vagina;
6) Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida

akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun

dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok.

b. Memperhatikan pakaian, diantaranya

1) Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya

segera diganti dengan yang kering dan bersih

2) Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang

terlalu ketat karena dapat meningkatkan kelembaban organ kewanitaan

3) Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan

selesai renang karena jamur lebih senang pada lingkungan yang basah

dan lembab

4) Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap

kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.

c. Mengatur gaya hidup, diantaranya

1) Menghindari seks bebas atau berganti–ganti pasangan tanpa

menggunakan alat pelindung seperti kondom

2) Mengendalikan stres

3) Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan

serangan infeksi

4) Mengkonsumsi diet yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi

gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan

bakteri yang merugikan


5) Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat

membuat kedua paha tertutup rapat sehingga mengganggu sirkulasi

udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina

6) Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik

oral (yang diminum) sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut

sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri tidak kebal

dan keputihan tidak datang lagi

7) Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan agar segera mendapatkan penanganan

dan tidak memperparah keputihan.

Menurut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah keputihan

antara lain :

a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti

pakaian dalam dua kali sehari.

b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan

celana dalam harus yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari

belakang ke depan.

c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika

terbalik, ada kemungkinan masuknya bakteri atau jasad renik dari

dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.

d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan

yang tidak menyerap keringat seperti nilon, serta tidak memakai celana
yang berlapis–lapis atau celana yang terlalu tebal karena akan

menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang

lembab akan menyuburkan pertumbuhan jamur. Usahakan memakai

celana dalam dari bahan katun atau kaos.

e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena

hal ini memungkinkan terjadinya penularan infeksi jamur Candida,

Trichomonas, atau virus yang cukup besar.

2.3. Tinjauan Asuhan Kebidanan Pada Remaja


2.3.1. Pengkajian
1. Data subjektif
a. Biodata
1) Nama : untuk membedakan pasien satu dengan yang
lain
2) Umur : remaja awal 11-13 tahun, remaja tengah 14-16
tahun, dan remaja akhir 17-20 tahun
3) Suku/bangsa : untuk mengetahui adat istiadat sehingga
mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan
4) Agama : untuk memperoleh informasi tentang agama
yang dianut sehingga mempermudah kita untuk membimbing dan
mengarahkan pasien dalam berdoa.
5) Pendidikan : untuk memudahkan bidan dalam memperoleh
keterangan atau dalam memberikan informasi mengenai suatu hal
dengan menggunakan cara yang sesuai dengan Pendidikan klien
6) Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan
rumah bila diperlukan.
b. Keluhan
Keluhan yang dirasakan oleh remaja yang dismenorhea adalah
nyeri dan kram perut bagian bawah,rasa tidak enak badan, lelah, mual,
muntah, diare, nyeri punggung bawah, sakit kepala, kadang-kadang
dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas dan
gelisah, hingga jatuh pingsan.
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : untuk mengetahui usia awal anak mendapatkan haid

pertama kalinya,

Siklus : untuk mengetahui siklus haid anak teratur atau tidak

d. Pola Fungsional Kesehatan


1) Pola Nutrisi : Menggambarkan tentang pola makan dan

minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.

Untuk mencegah terjadinya dismenorhea remaja harus

mengonsumsi makan bergizi seimbang dan mengurangi konsumsi

makanan pedasdan asam.

2) Pola Eliminasi : Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu

kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi


dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,

jumlah.

3) Pola Istirahat : Menggambarkan pola istirahat dan tidur, berapa jam

tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan

musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,

penggunaan waktu luang.

4) Pola Aktivitas : Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari.Pada

pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.

5) Pola Personal Hygiene : Dikaji untuk mengetahui apakah remaja

selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,

saat menstruasi mengganti pembalut berapa kali dalam 1 hari.

2. Data Objektif
a. Keadaan umum : bagaimanakan keadaaan pasien dengan masalah

pemenuhan gizi

b. Tanda-tanda vital :

1. Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah, tekanan darah normal,

sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90

mmHg.

2. Nadi : untuk mengetahui nadi, nadi normal berkisar antara 60-80x/menit.

3. Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit, pernafasan harus

berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit.


4. Suhu : untuk mengetahui suhu tubuh, dalam keadaan normal suhu badan

berkisar 36,5 – 37,5°C.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala : untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut, mudah

rontok atau tidak.

2) Muka : untuk mengetahui wajah simetris/tidak, tampak pucat/ tidak.

3) Mata : untuk mengetahui apakah conjungtiva merah muda, sklera putih,

adakah kelainan atau tidak.

4) Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan ada/tidaknya

kelainan pada hidung seperti polip,dll.

5) Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen dan kebersihan

telinga, apakah ada gangguan pendengaran atau tidak.

6) Mulut : untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau tidak, lidah bersih

atau tidak, gigi karies atau tidak.

7) Leher : untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe kelenjar

tiroid, dan bendungan vena jugularis.

8) Payudara : untuk mengetahui bentuk, ukuran, adakah nyeri/tidak

9) Abdomen : pada kasus dismenorhea terdapat nyeri dan kram pada

abdomen bagian bawah

10) Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda-tanda

infeksi vagina.

11) Anus : untuk mengetahui kebersihan anus, ada hemoroid atau tidak.
12) Ekstremitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan atau tidak,

oedema atau tidak, varices atau tidak

d. Pemeriksaan Antropometri

BB : untuk mengetahui berat klien. Apakah termasuk normal,gemuk,

obesitas,atau kurang dari normal.

TB : untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk normal, atau

kurang dari normal

LILA : untuk mengetahui lingkar lengan klien. KEK apabila <23,5 cm.

e. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika terdapat kelainan saat

pemeriksaan.

1.2.2 Interpretasi Data


Nn.”X” usia.........tahun dengan masalah............, keadaan baik, prognosa baik.

2.2.3 Intervensi
Diagnosa : Nn. “X” usia.......tahun dengan masalah ..........., keadaan baik,

prognosa baik

Tujuan : remaja mengetahui tentang kebutuhan gizi, , faktor resiko

yang ditimbulkan jika kebutuhan gizi remaja tidak terpenuhi, serta

solusi untuk mengatasi berbagai sikap remaja yang kurang peduli

terhadap gizinya

Kriteria :
1) KU baik, kesadaran kompos mentis

2) TTV dalam batas normal, menurut Romauli (2011), yaitu:

S : 36,5 – 37,5 °C

N : 60-80 x/menit

R : 16-24 x/menit

Intervensinya adalah :

1) Pertemuan 1

a. Jalin komunikasi interpersonal

b. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan antopometri

Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien, dan status gizi pasien

remaja

c. Berikan edukasi kesehatan mengenai keterampilan hidup sehat (PKHS)

Rasional : pengetahuan dan pendidikan PKHS pada remaja bertambah,

mampu menerapkannya pada dirinya.

d. Ukur kecerdasan majemuk dan jelaskan hasilnya

Rasional : untuk mengetahui kecerdasan pada remaja sesuai dengan

kemampuannya

e. Berikan tablet tambah darah, dan menjelaskan cara meminumnya

Rasional : TTD diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya anemia

f. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya.

Rasional : untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.


2) Pertemuan 2

a. Berikan edukasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja, antara

lain: masa pubertas, tanda-tanda primer dan sekunder pubertas pada

perempuan beserta funsinya, cara merawat kesehatan organ reproduksi,.

Rasional : pentingnya pendidikan kespro untuk remaja, supaya siap

menghadapi perubahan-perubahan yang dialami nya dalam masa pubertas

ini, dan mengetahui cara mengatasinya, jika kemudian hari ditemukan

masalah.

b. Berikan edukasi kesehatan mengenai nutrisi yang seimbang, serta pola hidup

sehat untuk mengatasi obesitas sehingga siklus haid menjadi normal

Rasional : pengetahuan dan pendidikan kesehatan mengenai gizi dan pola

hidup sehat pada remaja bertambah, serta mampu menerapkan pada dirinya

sehingga kesehatan semakin baik.

c. Berikan edukasi kesehatan mengenai gizi seimbang untuk remaja

Rasional : pentingnya menjaga gizi seimbang untuk menjaga berat badan

yang ideal, sehingga terhindar dari penyakit.

d. Berikan edukasi kesehatan mengenai pentingnya aktivitas fisik secara rutin,

minimal 30 menit/hari

Rasional : untuk menjaga tubuh tetap bugar dan sehat

e. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya

Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.

3) Pertemuan 3
a. Berikan pelayanan terkait kesehatan jiwa (menggunakan pediatric symtom

checklist) dan NAPZA

Rasional : untuk mengetahui apakah ada gangguan psikososial pada remaja.

b. Berikan pelayanan tentang penyakit tidak menular (Diabetes Mellitus dan

Hipertensi) dan pencegahan kekerasan pada remaja.

Rasional : untuk memaparkan kepada remaja mengenai penyakit tidak

menular yang sedang marak terjadi, dan mencegah terjadinya kekerasan pada

remaja

c. Berikan HE mengenai pola hidup sehat dengan menerapkan CERDIK

Rasional: menerapkan pola hidup sehat supaya tubuh tetap sehat dan bugar

d. Sepakati jadwal pertemuan selanjutnya

Rasional: untuk melanjutkan intervensi selanjutnya.

4) Pertemuan 4

a. Berikan informasi terkait isu kesehatan lain terkait kespro remaja dan

masalah kesehatan penyakit menular yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari seperti SADARI dan COVID-19

b. Lakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah didapatkan

Rasional : untuk menetahui apakah asuhan yang kita berikan sudah efektif

dan efisien atau belum.

2.2.4 Pelaksanaan

Menurut Kemenkes RI (2011:6). Bidan melaksanakan rencana asuhan

kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence


based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

2.2.5. Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk

melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan

perkembangan kondisi klien. Evaluasi atau penilaian dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat.

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 29 Oktober 2021

Pukul : 14.30

Tempat : Rumah Nn.N


Oleh : Melyana Malik

3.1 Data Subjektif

1. Biodata

Biodata Pasien

Nama : Nn.N

Umur : 16 th

Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia

Pendidikan : SMK

Alamat : Rungkut Menanggal II D Kav.I No.27

Biodata Orang Tua

Nama Orang Tua : Tn. A/ Ny.N

Usia : 44th/39th

Pendidikan : STM/SMA

Pekerjaan : Wiraswasta/Tidak Bekerja

Alamat : Rungkut Menanggal II D Kav.I No.27

2. Keluhan

Sering merasakan tidak nyaman pada daerah kewanitaan karena keputihan.

3. Status Dalam Keluarga

Anak Kandung

4. Jumlah saudara dalam keluarga


Anak ke 2 dari 4 bersaudara

5. Riwayat Pernikahan Orangtua

Anak dari pernikahan ke :1

Lama pernikahan : 20 tahun

6. Riwayat menstruasi

Menarche : 9 tahun

Haid terakhir : 18 Oktober 2021

Flour Albus : Ada

Dismenorhea : Tidak Ada

7. Riwayat Kesehatan Remaja

Klien memiliki riwayat penyakit asma, tidak ada riwayat penyakit Jantung,

Diabetes Melitus, TBC, Hepatitis B, IMS, HIV/AIDS ataupun penyakit menular

lainnya.

8. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga klien tidak ada riwayat penyakit Jantung, Diabetes Melitus, TBC,

Hepatitis B, IMS, HIV/AIDS ataupun penyakit menular lainnya.

9. Aktifas sehari-hari

Kegiatan sehari-hari : Sekolah secara daring senin - kamis dan secara luring setiap

Jum’at pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB. Setelah

sekolah pasien mengaji dari pukul 15.00 – 16.00 WIB secara

online. Dimalam hari klien Mengerjakan tugas sekolah, klien

mengatakan sejak pandemi tugas dari sekolah semakin banyak.


Apakah merokok : tidak merokok

Aktifitas olahraga : Sering melakukan olahraga basket

Seksual : tidak pernah melakukan hubungan seksual

Obat-obat terlarang : mengetahui tentang obat terlarang dan tidak pernah

menggunakan obat terlarang

Pola makan : makan 2X sehari dengan porsi nasi lebih banyak dari pada

sayur dan lauk, pasien mengatakan jarang mengkonsumsi

sayur.

Pola istirahat : tidur malam pukul 10.00 bangun pukul 06.00, sedangkan jika

hari libur bangun pukul 09.00 WIB. Klien mengatakan jarang

Tidur siang kecuali dihari libur.

Personal hygiene : mandi 1x sehari, ganti celana dalam 1x sehari, ketika haid

ganti pembalut 3x sehari.

Pola eliminasi : BAB 1 hari sekali, tidak ada keluhan konstipasi dll. BAK 7-8

x/hari, tidak ada keluhan.

3.2 Data Objektif

1. Keadaan Umum

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

 Tekanan darah : 100/80 mmHg

 Suhu : 36,5 ̊C
 Nadi : 92 x/menit

 Respirasi : 18 x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : tidak teraba massa di kepala dan tidak ada nyeri tekan

Wajah : tidak pucat dan tidak ada nyeri tekan

Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih

Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembengkakan

kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

Dada : tidak ada retraksi dinding dada, pernapasan teratur

Abdomen : tidak teraba massa abnormal, tidak ada nyeri tekan pada perut

Punggung : tidak ada kelainan skoliosis, kifosis maupun lordosis

Genetalia : tidak dilakukan pengkajian

Ekstremitas :

 Atas : tidak ada kelainan polidaktili dan sindaktili, tidak odem

pergerakan bebas

 Bawah : tidak ada kelainan polidaktili dan sindaktili, tidak odem

pergerakan bebas

3. Pengukuran Antropometri

 Berat badan : 57 kg

 Tinggi badan : 148 cm

 IMT : 26,02 kg/m2


 IMT/Umur (Z score) : +1 SD sampai dengan +2 SD (Overweight)

 LILA : 26 cm

 Lingkar Pinggang : 84 cm

 Lingkar Pinggul : 99 cm

 Rasio Lpa/Lpi : 0,84 cm (-)

4. Pemeriksaan Penunjang

 Kecerdasan Majemuk

 Kecerdasan Natural : 30

 Kecerdasan Logika Matematika : 28

 Kecerdasan Intrapersonal : 27

3.3 Asassment

Nn. N usia 16 tahun dengan Flour Albus

3.4 Penatalaksanaan

TTD
No Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana

1 29/10/2021  Meminta persetujuan pasien untuk dilakukan


pengkajian dengan menjalin komunikasi
interpersonal
e/ klien bersedia dan menyetujui untuk dilakukan
pengkajian
 Menjelaskan tentang Keputihan meliputi macam-
macam keputihan, penyebab dan cara mengatasi
keputihan dengan menjaga kebersihan meliputi
mencuci bagian luar vagina setiap hari dan mejaga
agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya
bakteri dan jamur, saat menstruasi biasakan
mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan
lembab, menghindari penggunaan cairan pembersih
kewanitaan, memperhatikan pakaian, sering
mengganti pakaian dalam apabila sudah terasa
lembab dan mengatur gaya hidup
e/ klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan
dan bersedia menerapkan saran yang dianjurkan.
 Mengukur kecerdasan majemuk dan menjelaskan
hasilnya
Kecerdasan Natural : 30

Kecerdasan Logika Matematika : 28

Kecerdasan Intrapersonal : 27

e/ klien mengerti tentang kecerdasan majemuk yang


dia miliki.

 Melakukan pengukuran antropometri, meliputi :


BB, TB, LP, LILA
e/ BB : 57 kg
TB : 148 cm
LILA : 26 cm
LPi : 84 cm
LPa : 99 cm
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
Ketrampilan Hidup Sehat (PKHS) di lingkungan
sekolah dan lingkungan rumah
e/klien mengerti tentang PKHS dan bersedia
menerapkan di lingkungannya.
 Menyepakati pertemuan selanjutnya yaitu pada 29
Oktober 2021 pukul 20.00 WIB melalu video call
WhatsApp.
e/klien menyetujui pertemuan selanjutnya

Pertemuan II

Tanggal : 29 Oktober 2021

Pukul : 20.00

Tempat : Video call (WhatsApp)

S : Klien masih merasakan keputihan

O:-

A : Nn. N usia 16 tahun dengan Flour Albus

P:

TTD
Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana
29/10/2021  Melanjutkan saran mengenai cara mengatasi
keputihan dengan menjaga kebersihan meliputi
mencuci bagian luar vagina setiap hari dan mejaga
agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri
dan jamur, saat menstruasi biasakan mengganti
pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab,
menghindari penggunaan cairan pembersih
kewanitaan, memperhatikan pakaian, sering
mengganti pakaian dalam apabila sudah terasa lembab
dan mengatur gaya hidup
e/ klien bersedia melakukan saran yang diberikan
 Memberikan HE mengenai kesehatan reproduksi
remaja, antara lain: organ reproduksi remaja, masa
pubertas, proses kehamilan, menstruasi, penyakit
menular seksual, tanda-tanda primer dan sekunder
pubertas pada perempuan beserta fungsinya, cara
merawat kesehatan organ reproduksi, pengelolaan
menstruasi, gender serta SADARI.
e/ klien mengerti mengenai penjelasan yang telah
diberikan dan bersedia menerapkan pesan kesehatan
yang diberi.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa berdasarkan
hasil pengukuran antropometri, kategori IMT pasien
normal beresiko Overweight atau gizi lebih.
Disarankan pasien untuk memeperbaiki pola makan
dengan mengonsumsi makanan yang lengkap
mengandung kalori serta bergizi, makan sedikit tapi
sering, serta minum minuman yang tinggi kalori.
e/ klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan
dan bersedia mengikuti saran yang dianjurkan.

 Memberikan HE mengenai gizi seimbang untuk


remaja: makanan yang dikonsumsi dianjurkan
merupakan makanan yang beragam. Setiap kali makan
terdiri dari makanan pokok, lauk-pauk, buah-buahan,
dan air. Yang divisualisasikan dalam “Isi Piringku”,
yaitu antara lain:
 Porsi makanan pokok adalah 1/3 dari total porsi
makanan di piring.
 Porsi sayuran sebanding dengan porsi makanan
pokok (1:1) atau 1/3 dari total porsi makanan di
piring.
 Porsi lauk pauk + buah-buahan 1/3 dari total porsi
makanan di piring.
 Batasi konsumsi makanan yang mengandung tinggi
gula, garam dan minyak.
e/ klien telah mengerti penjelasan yang diberikan
mengenai gizi seimbang untuk remaja dan bersedia
menerapkannya

 Memberikan HE tentang pentingnya melakukan


aktivitas fisik secara rutin, minimal 30 menit sehari.
Aktivitas fisik dapat berupa berbagai macam olahraga
ringan yang dilakukan dirumah seperti melakukan
pekerjaan rumah (menyapu, mengepel, dan
sebagainya), berjalan kaki, dan sesekali melakukan
olahraga yang disukai seperti bermain basket dll.
e/ klien mengerti mengenai pentingnya melakukan
aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, dan bersedia
menerapkannya.

 Menyepakati pertemuan selanjutnya pada tanggal 01


November 2021 pukul 14.30
e/ klien menyetujui pertemuan selanjutnya

Pertemuan III

Tanggal : 01 November 2021

Pukul : 14.30

Tempat : Rumah Nn. N

S : Keputihan sudah berkurang dan sudah tidak merasakan ketidaknyamanan pada

daerah kewanitaan

O : Hasil skor pediatrics syndrom : 31

Hasil skor SDQ :

 Skor Kesulitan : 21 (Abnormal)

 Skor gejala emosional : 6 (Ambang/Boderline)

 Skor masalah perilaku : 3 (normal)

 Skor hiperaktivitas : 6 (Ambang/Boderline)

 Skor masalah teman sebaya : 6 (Abnormal)

 Skor kekatan : 10 (normal)


A : Nn. N usia 16 tahun dengan Flour Albus

P:

TTD
Tanggal Penatalaksanaan
Pelaksana

01/11/2021  Memberikan edukasi mengenai NAPZA dan kesehatan


jiwa
e/ klien paham mengenai materi yang dijelaskan tentang
kesehatan jiwa dan NAPZA
 Menyarankan anak untuk tidak memendam masalahnya
dan menceritakan kepada orang terdekat untuk
mendapatkan pemecahan masalah sehingga klien dapat
mengurangi kegelisahannya serta dapat mengendalikan
amarahnya dan berkonsultasi kepada psikolog di
puskesmas untuk masalah psikososial
e/ klien mengerti penjelasan yang diberikan dan bersedia
untuk berkonsultasi kepada psikolog
 Memberikan penyuluhan tentang penyakit tidak menular
(Diabetes Mellitus, Hipertensi, Penyakit Jantung, Ginjal,
dankanker)
e/ klien mengerti mengenai penjelasan yang diberikan
 Memberikan HE mengenai upaya pencegahan faktor resiko
penyakit tidak menular dengan menerapkan CERDIK :
1. Cek kesehatan secara berkala
2. Enyahkan asap rokok
3. Rajin aktifitas fisik
4. Diet sehat dengan kalori seimbang
5. Istirahat cukup
6. Kelola stress
e/ klien mengerti mengenai tips pola hidup sehat dengan
menerapkan CERDIK, dan bersedia menerapkannya

 Memberikan KIE tentang pencegahan kekerasan pada


remaja dengan pemberian informasi tentang factor resiko
kekerasan, dampak dan pencegahan tindak kekerasan
e/ klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan
 Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya yaitu tanggal
01 November 2021 pukul 20.00 WIB melalui daring via
WhatsApp
e/ klien menyetujui pertemuan selanjutnya

Pertemuan IV

Tanggal : 01 November 2021

Pukul : 19.00 WIB

Tempat : Daring via WhatsApp

S : Keputihan sudah berkurang dan sudah tidak merasakan ketidaknyamanan pada

O:-

A : Nn. N usia 16 tahun dengan Flour Albus

P:

Tanggal Penatalaksanaan TTD


Pelaksana

01/11/2020  Memberikan informasi terkait isu kesehatan lain terkait


kespro remaja yaitu masalah kecelakaan lalu lintas dan
masalah kesehatan penyakit menular sesuai kondisi saat ini
yaitu COVID-19
e/ klien mengerti mengenai penjelasan yang diberikan
 Melakukan evaluasi terkait pelayanan yang telah
didapatkan.
e/ klien mengerti dan mampu menjelaskan apa yang telah
di dapatkan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari asuhan kebidanan yang dilakukan terhadap Nn. ”N” dengan masalah Flour

Albus dapat ditarik beberapa pembahasan sebagai berikut: Pasien berusia 16 tahun,

saat ini masih sementara duduk di bangku SMK. Hal ini sesuai dengan definisi

remaja menurut WHO (Who Health Organization) remaja merupakan periode usia 10

sampai 19 tahun dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksualitas sampai saat ini mencapai kematangan seksualitasnya, individu

mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi

dewasa, dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial yang penuh, kepada keadaan

yang relatife lebih mandiri. Menurut BKKBN remaja digolongkan dalam 3 golongan

yaitu : Masa remaja awal/dini (Early Adolescence) umur 11-13 tahun, Masa remaja

pertengahan (Middle Adolecence) umur 14-16 tahun, dan Masa remaja lanjut (Late

Adolescence) umur 17-20 tahun. Dengan demikian Nn “N” tergolong dalam kategori

remaja Pertengahan (14-16 tahun).

Berdasarkan data subjektif Nn. “N” Sering merasakan tidak nyaman pada

daerah kewanitaan karena keputihan. Keputihan yang dialami oleh Nn. “N”

merupakan keputihan yang normal, hal ini dapat dilihat dari keluhan yang

disampaikan oleh klien yaitu keputihan yang dialaminya berupa cairan yang tidak

berwarna, tidak berbau dan gatal. hal ini sesuai dengan gejala keputihan menurut

Katharini, 2009 yaitu Gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain : Cairan

dari vagina berwarna kuning, Tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal dan Jumlah
cairan bisa sedikit. Pada kasus Nn “N” keputihan tidak hanya disebabkan oleh

ketidakseimbangan hormone pada masa menjelang dan sesudah menstruasi akan

tetapi juga disebabkan karena kurangnya personal hygiene kalien utamanya pada

daerah kewanitaannya.

Ditinjau dari hasil kuesioner PSC dan hasil pengkajian aktifitas Nn “N”

diperoleh hasil yaitu Nn. “N”sering mengalami perasaan cemas, gangguan sulit tidur

sehingga mengalami kelelahan, aktifitas klien yang sering melakukan olahraga basket

yang terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas, riwayat penyakit asma, serta gizi

yang tidak seimbang dapat mempengaruhi keputihan yang dialami oleh klien. Hal ini

sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Katharini, 2009 yaitu penyebab

keputihan selain infeksi adalah kelelahan, sakit yang telah berlangsung lama,

perasaan cemas, kurang gizi, usia lanjut,terlalu lama berdiri di lingkungan yang

panas, peranakan turun (prolaps uteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga

menimbulkan keputihan.

Selain itu dari hasil kuesioner PSC Nn. “N” menunjukkan kesulitan untuk

tertidur sehingga hal tersebut juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Menurut Kozier (2004), kualitas tidur adalah suatu kemampuan tidur seseorang yang

dijalani untuk mendapatkan jumlah tidur Rapid Eye Moment (REM) dan Non- Rapid

Eye Moment (NREM) yang baik. Kualitas tidur yang kurang dapat menimbulkan

berbagai macam penyakit serta menyebabkan akivitas sehari-hari terganggu (Bataha,

dkk., 2014:1-8).
Penatalaksanaan pada dismeorhea Nn “N” dilakukan dengan memberikan KIE

tentang Keputihan meliputi macam-macam keputihan, penyebab dan cara mengatasi

keputihan dengan menjaga kebersihan meliputi mencuci bagian luar vagina setiap

hari dan mejaga agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur, saat

menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab,

menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan, memperhatikan pakaian,

sering mengganti pakaian dalam apabila sudah terasa lembab dan mengatur gaya

hidup. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusti Ayu Marhaeni

Tahun 2016 yang mengemukakan bahwa Pencegahan keputihan yang terpenting

harus dilakukan adalah menjaga kebersihan organ reproduksi dengan cara yang benar,

menyeimbangkan antara aktifitas dan istirahat, mengurangi ketegangan psikis yang

dialami.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

2.4. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan kasus dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan

bahwa Nn. “N” tergolong dalam kategori remaja Pertengahan ditinjau dari

usianya. Keputihan yang dialami oleh Nn. “N” tergolong kedalam keputihan

yang fisiologis ditinjau dari gejala yang di sampaikan. Keputihan yang dialami

oleh Nn “N” disebabkan oleh perasaan cemas, gangguan sulit tidur sehingga

mengalami kelelahan, aktifitas klien yang sering melakukan olahraga basket

yang terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas, riwayat penyakit asma, serta

gizi yang tidak seimbang.

Keputihan yang dialami oleh Nn “N” dapat diringankan dengan cara

menjaga kebersihan meliputi mencuci bagian luar vagina setiap hari dan mejaga

agar tetap kering untuk mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur, saat menstruasi

biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab,

menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan, memperhatikan pakaian,

sering mengganti pakaian dalam apabila sudah terasa lembab dan mengatur gaya

hidup.

2.5. Saran
Diharapkan remaja dapat lebih memperhatikan dan menjaga personal

hygiene utamanya pada daerah kewanitaannya, serta remaja-remaja saat ini dapat

lebih diperhatikan mengingat bahwa secara umum perkembangan remaja baik

perkembangan somatik, psikososial, kepribadian, dan kognitif dapat berpotensi

menimbulkan masalah yang kompleks jika tidak tertangani dan mendapat

dukungan dengan baik. Sehingga dikemudian hari remaja dapat tumbuh dan

dapat mempersiapkan dirinya menjadi seorang ibu.


DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M dan Wirjatmadi, B. 2013. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan.


Jakarta : Kencana
Afroh, F., Mohamad Judha, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri &. Nyeri
Persalinan. Yogyakarta : Nuha Medika
Anurogo,D. & Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta.
Bulu, Y. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bullying Pada Remaja
Awal. Nursing News : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 4(1).

Kemenkes RI. 2014. Modul Pelatihan PKPR Bagi Konselor Sebaya. Jakarta :
Kemenkes RI
Kulkarni, A. dan Deb, S. (2019) “Dysmenorrhoea,” Obstetrics, Gynaecology and
Reproductive Medicine, 29(10), hal. 286–291. doi:
10.1016/j.ogrm.2019.06.002.
Kusmiran, E 2011. Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba
Medika
Murdiati, Agnes & Amaliah. 2013. Panduan Penyiapan Pangan Sehat Untuk Semua.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Nursalam, N. et al. (2018) “Analysis of the Stressor and Coping Strategies of
Adolescents with Dysmenorrhoea,” Indian Journal of Public Health
Research & Development, 9(10), hal. 381–386. doi: 10.5958/0976-
5506.2018.01373.6.
Reeder, Martin, & Koniak-Griffin. 2013. Keperawatan Maternitas Kesehatan.
Wanita, Bayi & Keluarga Edisi 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
Rusli, Y. et al. (2019) “Hubungan Tingkat Stres dan Intensitas Dismenore pada
Mahasiswi di Sebuah Fakultas Kedokteran di Jakarta The Association
between Stress Level and Dysmenorrhea Intensity among Female Students
in One Medical Faculty in Jakarta,” eJKI, 7(2), hal. 122–126. doi:
10.23886/ejki.7.10101.Abstrak.
Safitri, Dian. 2011. Metode Pembelajaran Snowball Throwing. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai