Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA Nn. ”D” USIA 15


DENGAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS)
DI PUSKESMAS BULAK BANTENG

JUMALIA
NIM. P27824422077

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN TAHUN 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan kebidanan pada remaja ini dilaksanakan sebagai dokumen
atau laporan praktik lahan yang telah dilaksanakan di Puskesmas Bulak Banteng
periode praktik tanggal 31 Oktober sampai dengan 03 Desember tahun 2022.

Surabaya, November 2022

JUMALIA
P27824422077

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan I Pembimbing Pendidikan II

Arfiningsih, SST Dwi Wahyu S, SST, M.Keb Rijanto, S.Kep., M.Kes


NIP. 19690509 199003 2003 NIP. 19640402 198803 2001 NIP. 19810723 201012 2003

Mengetahui

Kepala Puskesmas Menur Surabaya Ka Prodi Sarjana Terapan Kebidanan

dr. Elfi Asriningdiah Poedjiutami Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes.


NIP. 19650811 200312 2001 NIP. 19670206 199003 2001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas kelompok yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Remaja Pada Nn. “D” Usia 15 Tahun Dengan Flour
Albus Di Puskesmas Bulak Banteng Kota Surabaya”.
Dalam menyusun laporan ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan
saran dari pembimbing akademik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dwi Purwanti, SST., S.Kp., M.Kes., selaku ketua Program Studi Sarjana Terapan
Kebidanan Kelas Alih Jenjang Poltekkes Kemenkes Surabaya.
2. dr. Elfi Asriningdiah Poedjiutami., selaku Kepala Puskesmas Bulak Banteng
Surabaya
3. Arfiningsih, SST., selaku Pembimbing Lahan Puskesmas Bulak Banteng
Surabaya
4. Dwi Wahyu S, SST, M.Keb., selaku dosen pembimbing praktik lapangan
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Kelas Alih Jenjang Poltekkes
Kemenkes Surabaya.
5. Rijanto, S.Kep., M.Kes., selaku dosen pembimbing Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Kelas Alih Jenjang Poltekkes Kemenkes Surabaya.
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Surabaya, November 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Tujuan Praktik.....................................................................................................5

1.3 Lama Praktik.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1 Tinjauan Teori.....................................................................................................6

2.2 Asuhan Kebidanan Pada Remaja......................................................................18

BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................................24

BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................................30

BAB V PENUTUP..........................................................................................................32

A. Kesimpulan.......................................................................................................32

B. Saran.................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................34

LAMPIRAN......................................................................................................................36

4
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan dari
anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan, perubahan-
perubahan baik fisik, sosial, maupun psikologis (Rahayu A, 2017). Menurut World Health
Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 tahun. Masa
ini merupakan periode persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati beberapa tahapan
perkembangan penting dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga
mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi, membangun identitas, akuisisi
kemampuan (skill) untuk kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract
reasoning) (Demografi Lembaga 2017).
Berdasarkan sensus penduduk, jumlah remaja usia 10 sampai 19 tahun di Indonesia
sekitar 20% (mencapai lebih dari 45 juta jiwa) dari jumlah penduduk Indonesia pada tahun
2019 dan setengahnya adalah remaja putri (Bappenas, 2019). Data Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) pada tahun 2010 menunjukan bahwa pada wanita
usia 15-24 tahun rentan mengalami keputihan. Hasil penelitian memperlihatkan kejadian
keputihan di Indonesia terjadi peningkatan setiap tahunnya hingga 70% dan didapatkan data
sebanyak 50% remaja putri di Indonesia yang mengalami keputihan (Pradnyandari, 2019).
Pada masa remaja umumnya terjadi perubahan fisik, termasuk di dalamnya adalah
pertumbuhan organ-organ reproduksi untuk mencapai kematangan yang di tunjukkan
dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Masa remaja pada wanita bisa
ditandai dengan terjadinya menstruasi, dan salah satu hal utama yang harus diperhatikan pada
saat menstruasi adalah kebersihan (Personal hygiene). Beberapa penyakit-penyakit infeksi
organ reproduksi wanita contohnya adalah trikomonosiasis, veginosis bacterial, kandidiasis,
vulvovaginitis, gonore, klamidia, sifilis, ulkus mole/ chancroid. Penyakit infeksi pada organ
reproduksi salah satu penyebabnya adalah kurangnya menjaga kebersihan diri (Personal
hygiene). Salah satu gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi organ reproduksi wanita
adalah terjadinya keputihan (Sebtalesy & Kristanti,2022).
Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan salah satu alternatif, dengan memberikan
informasi kepada remaja agar mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan reproduksi
kewanitaan agar terhindar dari penyakit organ reproduksi mereka yaitu memberikan
5
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja khususnya pada remaja putri dan
bagaimana menjaga kebersihan organ reproduksi (Nurchandra dkk, 2020)
Berdasarkan penemuan masalah di lapangan dan uraian diatas, maka penulis berkenan
melakukan pengkajian terhadap kasus Flour Albus pada remaja.

1.2 Tujuan Praktik


1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan akses dan pelayanan kesehatan pada remaja.
1.2.2 Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan peran remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
2. Meningkatkan pendidikan keterampilan hidup sehat
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja mengenai cara menjaga
kesehatan reproduksi pada masa remaja
4. Meningkatkan pengetahuan terkait kesehatan jiwa dan penyalahgunaan NAPZA
5. Meningkatkan upaya perbaikan gizi pada remaja
6. Mendorong remaja untuk melakukan aktifitas fisik
7. Melakukan deteksi dini pencegahan penyakit menular
8. Meningkatkan kesadaran remaja dalam pencegahan kekerasan
9. Melakukan Deteksi dini adanya kompilkasi, gangguan atau masalah pada remaja

1.3 Lama Praktik


Praktik Asuhan Kebidanan pada Remaja dengan flour albus dilaksanakan empat kali
yaitu kunjungan 1 (pertama) dilakukan dirumah klien pada tanggal 10 Oktober 2022,
Kunjungan ke 2 (dua) dilakukan tanggal 13 Oktober 2022, Kunjungan ke 3 (tiga) dilakukan
tanggal 15 Oktober 2022.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1. Definisi Remaja
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24
tahun dan belum menikah.
Remaja atau adolescence berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti
tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Soetjiningsih
dalam Putri dan Suci, 2018).

2.1.2. Tahapan Perkembangan Remaja


Terdapat tiga tahapan dalam perkembangan remaja yaitu
1. .Remaja Awal
Seorang remaja pada tahap ini, usia 10 hingga 12 tahun, menjadi seseorang
yang masih takjub dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan yang menyertai perubahan tersebut. Mengembangkan pemikiran baru,
cepat tertarik pada lawan jenis,dan mudah terangsang (Ichsanudin &
Gumantan, 2020). Hanya dipeluk oleh lawan jenis, sudah berfantasi tentang
erotisme. Hipersensitivitas ini berjalan seiring dengan penurunan kendali atas
"ego". Hal ini membuat sulit bagi orang dewasa muda untuk memahami
(Yuliandra & Fahrizqi, 2020).

2. Remaja Madya
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini,remaja sangat membutuhkan teman.
Ia senang banyak teman yang menyukai mereka (Aprilianto & Fahrizqi, 2020).
Ada kecenderungan "narsis" untuk mencintai diri sendiri dengan menyukai
teman yang memiliki kualitas yang sama. Juga, bingung karena tidak tahu
harus memilih yang mana : sensitive atau acuh tak acuh, ramai atau sepi,optimis
atau pesimis, idealis atau materialistis, dan lain - lain (Nugroho & Yuliandra,
7
2021). Remaja laki – laki harus membebaskan diri dari Oedipus complex
(perasaan cinta pada ibu sendiri dimasa kanak-kanak) dengan memperdalam
hubungan dengan geng lawan jenis (Agus & Fahrizqi, 2020)

3. Remaja Akhir
Fase ini (16 - 19 tahun) merupakan fase pemantapan menuju pertumbuhan dan
ditandai dengan tercapainya lima hal berikut (Sari & Pratama, 2021) :
1) Tumbuhnya minat terhadap fungsi-fungsi akal.
2) Ego mencari peluang untuk terikat dengan orang lain dan mendapatkan
pengalaman baru.
3) Ia membentuk identitas seksual yang tidak akan pernah berubah lagi
4) Keegoisan (terlalu egois) digantikan oleh keseimbangan antara kepentingan
diri sendiri dan orang lain.
5) Membangun "tembok" yang memisahkan diri pribadidan masyarakat umum.

2.1.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja adalah meliputi (Sari
& Pratama, 2021). :
1. Pertumbuhan Fisik
Anak pada usia remaja keadaan tubuhnya meningkat mencapai kekuatan
yang maksimal jika mereka menggunakan otot-ototnya, demikian juga
kemampuan dalam belajat keterampilan gerak. Pertumbuhan meningkat cepat
dan mencapai puncak kecepatan. Pada fase remaja awal (11-14 tahun) ,
beberapa jenis hormon terutama hormon esterogen dan progesteron mulai
berperan aktif, sehingga karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti pada
remaja perempuan mulai tumbuh payudara, pinggul melebar dan membesar
sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi. Disamping itu, akan mulai tumbuh
rambut-rambut halus di daerah ketiak dan kemaluan. Perubahan lainnya antara
lain tubuh bertambah berat dan tinggi, produksi keringat bertambah, kulit dan
rambut berminyak. Sedangkan pada remaja laki-laki ditandai dengan pembesaran
testis, pertumbuhan rambut ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks
sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja pertengahan (usia 14-
17 tahun) dan pada tahap remaja akhir (17-20 tahun) struktur dan
pertumbuhan reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang secara fisik
8
2. Kognitif
Remaja menurut teori perkembangan kognitif Piaget dalam John W. Santrock
adalah:“Remaja mulai berfikir secara logis. Mereka menyusun rencana untuk
memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya. Istilah Piaget
penalaran hipotetis-deduktif. Mengandung konsep bahwa remaja dapat
menyusun hipotesis(dugaan terbaik) tentang cara untuk memecakkan problem
dan mencapai kesimpulan secara sistematis”. Pada tahap awal remaja mencari-
cari nilai dan energi baru serta membandingkan normalitas dengan teman
sebaya yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan pada remaja tahap akhir,
mereka telah mampu memandang masalah secara komprehensif dengan identitas
intelektual sudah terbentuk.

3. Afektif
Pada fase ini anak menuju perkembangan fisik dan mental. Memiliki perasaan-
perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan- perubahan
tubuhnya. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain, ia berpikir pula apa
yang dipikirkan oleh orang lain tentang dirinya. Ia mulai mengerti tentang
keluarga ideal, agama dan masyarakat. Pada masa ini remaja harus dapat
mengintegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya.
Menurut teori perkembangan kognitif Piaget dalam John W. Santrock adalah
berada pada tahap operasional formal. Menurut teori Piaget, “pada tahap ini,
individu mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkrit, dan
memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis”. Kualitas abstrak dari
pemikiran operasionalformal tampak jelas dalam pemecahan problem verbal.
Selain memiliki kemampuan abstrak, remaja juga mulai melakukan
pemikiran spekulasi tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri
mereka dan orang lain. Pemikiran idealis ini bisa menjadi fantasi atau khayalan.

4. Psikomotor
Kemampuan motorik adalah sebagai suatu kapasitas dari seseorang yang
berkaitan dengan pelaksanaan kemampuan fisik untuk dapat melaksanakan
suatu gerakan, atau dapat pula didefinisikan bahwa kemampuan motorik
adalah kapasitas penampilan seseorang dalam melakukan suatu gerak.
Keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran
9
tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Pada masa ini merupakan
waktu yang tepat untuk mengikuti beragam pertandingan atau kegiatan
olahraga. Mereka memiliki perhatian, kemauan, dan motivasi. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam masa ini antara lain berupa aktifitas yang
mengunakan keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini
mereka diberikan kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam berbagai
kegiatan aktifitas. Bentuk aktivitasnya meliputi pengenalan keterampilan
olahraga, mereka di kenalkan teknik olahraga dan bentuk olahraga. Seperti
bermain dengan menggunakan media bola, misalnya permainan sepakbola.

5. Perubahan Hormonal Remaja


Menurut Batubara (2010), pada saat remaja atau pubertas, inhibisi susunan
saraf pusat terhadap hipotalamus menghilang sehingga hipotalamus mengeluarkan
GnRH akibat sensitivitas gonadalstat. Selama periode prepubertal gonadalstat
tidak sensitif terhadap rendahnya kadar steroid yang beredar, akan tetapi pada
periode pubertas akan terjadi umpan balik akibat kadar steroid yang rendah
sehingga GnRH dan gonadotopin akan dilepaskan dalam jumlah yang banyak.
Pada awalnya GnRH akan disekresi secara diurnal pada usia sekitar 6 tahun.
Hormon GnRH kemudian akan berikatan dengan reseptor di hipofisis
sehingga sel-sel gonadotrop akan mengeluarkan luteneizing hormone (LH) dan
follicle stimulating hormone (FSH). Hal ini terlihat dengan terdapatnya
peningkatan sekresi LH 1-2 tahun sebelum awitan pubertas. Sekresi LH yang
pulsatil terus berlanjut sampai awal pubertas. Pada anak perempuan, mula-mula
akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh
peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan
merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen
akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin
berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamushipofisis-
gonad.
Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang timbulnya
ovulasi. Hormon androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA)
mulai meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan
gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses adrenarke. Proses menarke

10
normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal
(sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian
merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi estrogen
yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari sebelum
ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak sekresi estrogen,
hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam setelah
peningkatan LH. Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai dengan
adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel.
Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron.
Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium
yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga
memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi ovum dan
produksi human chorionic gonadotropine (hCG), korpus luteum tidak bisa
bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan
estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal
sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah ovulasi.

2.1.4. Kebutuhan Dasar Remaja


1. Gizi Seimbang Remaja
Gizi seimbang adalah susunan hidangan makanan sehari yang terdiri dari berbagai
ragam bahan makanan yang berkualitas dalam jumlah dan 11 porsi yang sesuai,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan
sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
(PERSAGI, 2009).
Pesan gizi seimbang untuk remaja (PUGS, 2014).
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama keluarga
b. Biasakan mengkonsumsi ikan dan sumber protein lainya
c. Perbanyak mengkonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan
d. Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah
e. Batasi mengkonsumsi makanan cepat saji, jajanan dan makanan selingan yang
manis, asin dan berlemak
f. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari setelah mekan pagi
dan sebelum tidur
11
g. Hindari merokok
h. Jumlah makanan yang dikonsumsi remaja harus sesuai dengan anjuran dan
kebutuhan gizi remaja.
Angka Kecukupan Gizi kalsium pada remaja dan dewasa muda untuk perempuan
adalah 600-700 mg/hari sedangkan pada remaja dan dewasa muda untuk laki-laki
adalah 500- 700 mg/hari.

2. Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata-mata bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial-kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar
memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang
ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap
dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi (Depkes RI,
2003). Kesehatan reproduksi remaja mencakup hal-hal berikut (Rahayu,dkk, 2017).:
a. Pendidikan seksual yang komperhensip
b. Akses informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi
c. Sosialisasi hak-hak seksual remaja
d. Bahaya pornografi dan tayangan bersifat horror dan mistik
e. Risiko perilaku seksual bebas pra nikah
f. Kehamilan yang tidak diinginkan
g. Bahaya aborsi remaja
h. Penyakit Menular Seksual (PMS) dan HIV/AIDS
i. Perlindungan remaja dari kekerasan dan semua bentuk diskriminasi
j. Stigma terhadap kelompok marginal
k. Masalah drugs atau narkoba dan minuman keras
Penjelasan tentang hak dan kesehatan reproduksi hendaknya diberikan sejak dini,
yakni masa pra remaja agar ketika anak-anak masuk usia remaja yang penuh dengan
cobaan, mereka tidak panik karena telah dibekali dengan pengetahuan yang cukup
tentang hak dan kesehatan reproduksi sesuai dengan kapasitas dan tingkat usia
mereka.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang disahkan melalui

12
Peraturan Presiden no. 7 tahun 2005, maka program KRR merupakan salah satu
program prioritas dalam pembangunan nasional. Tujuan dari program kesehatan
reproduksi remaja secara eksplisit dinyatakan untuk meningkatkan pemahaman,
pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan dan hak-hak
reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan
kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas generasi
mendatang (Rahayu,dkk, 2017).

3. Aktifitas Fisik dan Olahraga


Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang anak membutuhkan
sekitar 60 menit berolahraga fisik setiap harinya. Total 60 menit ini tidak harus
didapatkan dalam satu waktu yang sama, tetapi dapat dijumlahkan dalam sehari
menjadi 60 menit. Bentuk olahraga yang dianjurkan antara lain jogging, olahraga
aerobik, berlari, naik sepeda cepat, berjalan menanjak, dan bela diri. Olahraga jenis
ini termasuk dalam vigorous-intensity activity, yang menggunakan energy lebih dari 7
kcal per menit dan memiliki manfaat lebih baik dibandingkan dengan moderate-
intensity yang menggunakan energi sekitar 3,5-7 kcal per menit. Contoh dari
olahraga moderate-intensity antara lain berjalan hingga berjalan cepat, senam, dan
naik sepeda santai.
Pada usia remaja ini, anak sudah memasuki masa remaja. Olahraga juga
membentuk otot dan meningkatkan kekuatan otot dan tulang serta mengurangi lemak
tubuh sehingga menjaga kesehatan fisik. Selain itu, olahraga dapat mengurangi
depresi, cemas, dan meningkatkan percaya diri dan keahlian. Remaja memiliki
banyak pilihan dan waktu yang lebih panjang dalam berolahraga. Olahraga yang
bersifat kompetitif merupakan tantangan tersendiri bagi remaja.
Aktivitas fisik juga dapat mengurangi nyeri melalui mekanisme vasodilatasi
pembuluh darah di organ reproduksi sehingga tidak terjadinya iskemia dan mencegah
terjadinya dismenore (Siswantoyo & Aman, 2016). Berolahraga dan banyak bergerak
akan memperlancar aliran darah dan tubuh akan terangsang untuk memproduksi
endorphin (Sumaryoto & Nopembri, 2017).

4. Kebutuhan Istirahat dan Tidur Pada Masa Remaja


Tidur yang cukup diharapkan bisa menjaga stamina dan kesehatan tubuh. Bagi
anak dan remaja, kecukupan tidur diharapkan bisa menunjang tumbuh kembang dan
13
menjaga konsentrasinya saat bersekolah. Karena itulah setiap orang harus memenuhi
kebutuhan tidur yang durasinya disesuaikan dengan usia.
Berdasarkan National Sleep Foundation kebutuhan tidur yang terpenuhi sesuai saran
akan menghasilkan istirahat yang lebih baik. Kebutuhan tidur remaja diperkirakan 8-
10 jam. Bila kebutuhan tersebut terpenuhi, maka bisa dipastikan remaja tersebut
beristirahat dengan baik (P2PTM Kemenkes RI, 2019)

2.1.5. Masalah Kesehatan Yang Sering Muncul Pada Masa Remaja


1. Masalah Gizi Pada remaja

Pada usia remaja, masalah gizi biasanya berkaitan erat dengan gaya hidup dan
kebiasaan makan yang juga terkait erat dengan perubahan fisik dan kebutuhan energi
remaja. Beberapa masalah gizi yang sering ditemui pada remaja antara lain:
No Gangguan Gizi Penyebab
1 Kegemukan Asupan gizi lebih dari kebutuhan dalam

jangka waktu yang lama.


2 Kurang Energi Kronik Asupan gizi kurang dari kebutuhan dalam

(KEK) jangka waktu yang lama


3 Kekurangan zat gizi Kekurangan asupan gizi yang mengandung

mikro vitamin dan mineral.


4 Gangguan makan Keyakinan masyarakat tentang tubuh yang
(anoreksia) ideal bagi lela
ki dan perempuan. Ini biasanya berarti
bahwa tubuh yang kurus adalah ideal bagi
perempuan dan tubuh berotot ideal bagi
lelaki.
5 Anemia Kekurangan zat besi. Zat besi membentuk
sel darah merah pada manusia. Selain itu,
menstruasi pada remaja putri juga dapat
menjadi salah satu penyebab anemia
(Kemenkes, 2019)

14
2. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari 12 g/dL untuk anak usia sekolah dan wanita dewasa. Penyebab Anemia
pada Remaja adalah ketidak seimbangan antara konsumsi bahan makanan sumber zat
besi yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat besi. Selain
konsumsi zat besi yang kurang dari kebutuhan, anemia juga dapat disebabkan oleh
karena meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi misalnya masa menstruasi, masa
tumbuh kembang remaja, ibu hami, akibat penyakit kronis seperti TBC, Infeksi dan
lain lain.
. Tanda dan Gejala Anemia Gejala anemia secara umum menurut University of
North Calorina (2002) dalam Briawan (2014) adalah cepat lelah, pucat (kuku, bibir,
gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan), jantung berdenyut kencang saat
melakukan aktivitas ringan, napas tersenggal atau pendek saat melakukan aktivitas
ringan, nyeri dada, pusing, mata berkunang, cepat marah(mudah rewel pada anak),
dan tangan serta kaki dingin atau mati rasa. Tanda-tanda fisik yang mudah dikenali
pada remaja yang menderita anemia gizi besi dikenal dengan 5 L yaitu: Letih, Lemah,
Lesu, Lelah, Lunglai. Selain itu sering disertai dengan keluhan pusing dan mata
berkunang kunang.
Anemia mengakibatkan menurunnya kemampuan tubuh, menurunnya konsentrasi
belajar, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya daya tahan tubuh terhadap
penyakit, menghambat tumbuh kembang. Pada remaja putri akan menjadi calon ibu
dengan keadaan berisiko tinggi.

3. Kelainan siklus menstruasi


l. Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi. Kategori amenorrhea primer jika
wanita di usia 16 tahun belum mengalami menstruasi, sedangkan amenorrhea
sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi. Secara klinis, kriteria amenorrhea
adalah tidak adanya menstruasi selama enam bulan atau selama tiga kali tidak
menstruasi sepanjang siklus menstruasi sebelumnya. (Kusmiran, 2016).
2. Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval yang pendek
atau tidak normalnya jarak waktu menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi 35-90
hari.
3. Polymenorrhea adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang

15
pendek kurang dari 21- hari.

16
Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga yaitu (Kusmiran, 2016):
1. Menorrahgia, yaitu kondisi perdarahan yang terjadi reguler dalam interval yang
normal, durasi dan aliran darah lebih banyak.
2. Metrorraghia, yaitu kondisi perdarahan dalam interval irreguler, durasi dan aliran
darah berlebihan/banyak.
3. Polymenorrhea, yaitu kondisi perdarahan dalam interval kurang dari 21
hari. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi yaitu:
1. Premenstruasi Syndrome (PMS) atau gejala premenstruasi, dapat menyertai
sebelum dan saat menstruasi, seperti perasaan malas bergerak, badan menjadi
lemas, serta mudah lelah. Nafsu makani meningkat dan suka makan makanan
yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya wanita mudah marah, sensitif,
dan perasaan negatif lainnya. Saat PMS, gejala yang sering timbul adalah
mengalami kram perut, nyeri kepala, pingsan, berat badan bertambah karena
yubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak serta pinggang terasa pegal
(Kusmiran, 2016).
2. Dysmenorrhea yaitu saat menstruasi, wanita kadang mengalami nyeri. Sifat dan
tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut
dinamakan dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Dysmenorrhea merupakan suatu fenomena simptomatik
meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Gejala gastrointestinal seperti
mual dan diare dapat terjadi sebagai gejala menstruasi (Kusmiran, 2016).

4. Keputihan (Flour Albus)

Leukorrhoea / fluor albus / Keputihan merupakan adanya sekret yang keluar


atau cairan selain darah berlebihan dan tidak sewajarnya dari lubang vagina.
Keputihan bisa terjadi baik secara normal (fisiologis) maupun abnormal (patologi)
(Hanifah & Nirmalasari, 2020).
Fluor albus adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan darah.
Fluor albus dapat merupakan suatu keadaan yang normal (fisiologis) atau sebagai
tanda dari adanya suatu penyakit (patologis) (Manuaba, 2005 dalam Merita, 2016).
Flour Albus (Keputihan) menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan
pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher
rahim, keganasan (tumor dan kanker) serta adanya benda asing. Namun, tidak semua
17
infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan. Keputihan dapat
juga disebabkan oleh jamur Candida albicans. Gejalanya adalah keputihan berwarna
putih semu, bergumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada
kelamin dan area sekitarnya.
Tanda dan gejala leukorea atau yang biasa disebut dengan keputihan menurut
Regilta (2021) adalah sebagai berikut :
1) Gejala pada keputihan fisiologis :
a. Tidak berbau kuat, amis, anyir atau busuk.
b. Berwarna bening atau putih telur mentah.
c. Bertekstur lengket dan licin, bisa kental atau encer.
d. Muncul cukup banyak dengan tekstur licin dan basah.
e. Keluar setiap bulan biasanya sebelum dan sesudah menstruasi, di hari – hari
siklus haid, selama ovulasi.
f. Tidak menimbulkan rasa gatal atau nyeri pada vagina.
g. Biasanya akan berubah warna dari bening ke putih pekat atau sedikit
kecoklatan. Keputihan seperti ini biasanya menandakan bahwa tubuh wanita
sudah mendekati waktu menstruasi.
2) Gejala pada keputihan patologis :
a. Cairan keputihan berbau tidak sedap, anyir, amis, busuk yang cukup
menyengat.
b. Warnanya bervariasi mulai dari putih, kekuningan, kehijauan, abu – abu,
hingga kemerahan karena bercampur darah.
c. Teksturnya biasanya menggumpal.
d. Biasanya sekali keluar jumlahnya lebih banyak dari keputihan pada
biasanya.
e. Vagina terasa gatal dan seperti terbakar.
f. Terasa nyeri pada panggul dan sakit saat buang air kecil.
g. Vulva atau vagina berwarna kemerahan karena terjadi iritasi.
h. Terjadinya pendarahan yang muncul di luar menstruasi secara tiba – tiba
atau saat setiap berhubungan seks.
Menurut Sibagariang (2016), flour albus dibagi dalam dua macam, yaitu flour
albus fisiologis (normal), dan flour albus patologis (abnormal).
1) Flour albus fisiologis
Flour albus fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa muskus yang
18
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan flour albus
patologis banyak mengandung leukosit. Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh
berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ, yaitu hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan mal nutrisi epitel vagina,
serviks, proliferasi stroma dan kelenjar. Sedangkan, progesterone akan
mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress, dan
sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal, seperti pil KB. Keputihan ini tidak
berwarna atau jernih, tidak berbau, dan tidak menyebabkan rasa gatal.
2) Flour albus patologis
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat
terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan
oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan
neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur
Candida Albican, parasit Tricomonas, E.Coli, Staphylococcus, Treponema
Pallidum, Kondiloma Aquiminata dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda
asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan seviks.
Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya
cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya
berlebihan, kental, berbau,tak sedap, terasa gatal atau panas dan meninggalkan
luka di daerah mulut vagina.
Menurut Shadine (2012),ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya
Flour Albus, antara lain. :
1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut
Vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi
kuman.
2) Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan
gerakan dari depan kebelakang. Cuci dengn air bersih setiap buang air dan
mandi. Jangan lupa untuk tetap menjaga vagina dalam keadaan kering.
3) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian
celana dalam yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat.
Usahakan ,menggunakan celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang
menyerap keringat.

19
4) Pemakaian celana dalam jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban
daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada waktunya.
5) Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina, harum,atau tisu
toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.
6) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat air
yang tidak bersih. Jadi, bersihkan bak mandi,ember,ciduk,water,torn,dan
bibir kloset dengan antiseptic untuk menghindari menjamurnya kuman.
7) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari
keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan
seks.
8) Menghindari berhubungan seks pra nikah.

2.2 Asuhan Kebidanan Pada Remaja


1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian :
Pukul :
Oleh :

1.1 Data Subjektif

1.1.1 Biodata
a. Nama : Nama ditanyakan untuk mengenal atau memanggil klien
serta berguna untuk mencegah terjadinya kekeliruan
dengan pasien lain
b. Umur : untuk memastikan usia dan identitas serta berguna
dalam mementukan tahapan perkembangan remaja.
Menurut Kemennkes RI (2014), remaja awal usia 10-13
Tahun, remaja tengah 14-16 tahun dan remaja akhir
rentang usia 17-19 tahun
c. Agama : untuk mengetahui kemungkinan perngaruhnya terhadap
kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam
melaksanakan asuhan kebidanan
d. Pendidikan : untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau
dalam memberikan informasi mengenai suatu hal
dengan menggunakan cara yang sesuai dengan
pendidikan remaja

20
e. Alamat : ditanyakan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up terhadap perkembangan
remaja.
f. No. Telepon : Untuk memudahkan bidan untuk menjalin komunikasi
dengan remaja.
g. Nama Orang Tua : Nama ditanyakan untuk mengenal keluarga klien serta
berguna untuk mencegah terjadinya kekeliruan dengan
pasien lain
h. Umur Orang Tua : untuk memastikan usia dan identitas orang tua klien
dimana berguna dalam menentukan produktifitas orang
tua klien
i. Pendidikan Orang Tua : Pendidikan dapat mempengaruhi bagaimana pola asuh
terhadap anak
j. Pekerjaan Orang Tua : Pekerjaan dapat menentukan status ekonomi keluarga
klien yang juga akan berujung kepada pemenuhan
kebutuhan nutrisi klien
k. Alamat Orang Tua : ditanyakan untuk mempermudah tenaga kesehatan
dalam melakukan follow up jika diperlukan
j. Riwayat Menstruasi : - Menarche: adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi. Wanita indonesia umumnya mengalami
menarche sekitar usia 12-16 tahun (Sulistyawati,
2014).
- HPHT : hari pertama haid terakhir perlu dikaji untuk
menentukan siklus haid pada remaja
- siklus menstruasi : adalah jarak menstruasi yang
dialami dengan mestruasi berikutnya dalam hitungan
hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari (Sulistyawati,
2014).
- Jumlah : data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya
menggunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit.
Jawaban yang diberikan pasien bersifat subjekif,
namun kita bisa mengkaji lebih dalam lagi dengan
beberapa pertanyaan pendukung, misalnya sampai
berapa kali mengganti pembalut dalam sehari
(Sulistyawati, 2014).
g. Keluhan : Keluhan ditanyakan untuk mengetahui masalah yang
sedang terjadi remaja saat ini. Keluhan atau masalah
kesehatan yang sering muncul pada masa remaja yaitu
Anemia, KEK, Dismenore, keputihan. Masalah kesehatan
umum yang ditemukan pada remaja Indonesia.adalah
anemia dan kebugaran (physical fitness) yang rendah
(Soeroso, 2001).
21
22
h. Status dalam keluarga : Status dalam keluarga ditanyakan untuk mengetahui
hubungan antara anak dengan orang tua apakah anaka
kandung atau anak angkat. Status hubungan dalam
keluarga mempengaruhi tindakan atau sikap remaja
dalam keluarga

i.Jumlah saudara : Untuk mengetahui jumlah saudara yang dimiliki remaja


dalam keluarga.
j. Riwayat : Untuk mengetahui jumlah pernikahan orang tua serta
pernikahan orang untuk melihat riwayat pernikahan orang tua kawin, cerai
tua hidup atau cerai mati.
k. Aktifitas : Menggambarkan pola aktivitas sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
sehari-hari

1.2 Data Obyektif

1.2.1 Keadaan Umum


a. Kesadaran : Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran
danrespon seseorang terhadap rangsangan dari
lingkungan.
b. Tekanan darah : Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140
mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg,
hipertensi jika tekanan sistolik sama dengan atau
lebih140 mmHg. Hipotensi jika tekanan diastolic
samadengan atau kurang dari 70 mmHg
c. Suhu : Suhu tubuh normal adalah 36,5-37,2 0C. Keadaan
dimana suhu tubuh lebih dari 37,2 0C disebut demam
atau febris. Sedangkan hipotermia jika suhu
badanmencapai 350C
d. Nadi : Rekuensi normal 60-100 kali/menit, takikardi >100

kali/menit, dan bradikardi <60 kali/menit.


e. Respirasi : untuk mengetahui pernafasan dalam 1 menit,
pernafasan harus berada dalam rentang yang normal,
yaitu sekitar20-30x/menit.

23
h. Berat badan : untuk mengetahui berat klien. Apakah termasuk
normal,gemuk, obesitas,atau kurang dari normal.
i. Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan klien. Apakah termasuk
normal, atau kurang dari normal
j. Lingkar panggul : untuk mengetahui panggul badan klien. Apakah
termasuk normal, atau kurang dari normal
k. Lingkar pinggul : untuk mengetahui pinggul badan klien. Apakah
termasuk normal, atau kurang dari normal
m. LILA : untuk mengetahui lingkar lengan klien.Apakah
termasuk normal, atau kurang dari normal.

1.2.2 Pemeriksaan Fisik


a. Kepala dan wajah : Untuk mengetahui kebersihan rambut, warna rambut,
mudah rontok atau tidak. Dan untuk mengetahui
wajah tampak pucat/tidak.
b. Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar limfe
kelenjar tiroid, dan bendungan venajugularis.
c. Dada : Meliputi pemeriksaan pembesaran, simestris, areola,
putting, kolostrum dan tumor, untuk dada adakah
retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan
nyeri tekan
d. Abdomen : untuk mengetahui adanya nyeri perut/tidak, apakah
terdapat massa/tidak
e. Punggung : Untuk mengetahui apakan punggung lordosis, kifosis,
dan skoliosis
f. Genetalia : untuk mengetahui kebersihan vagina, adakah tanda-tanda
infeksivagina.
g. Ekstermitas : untuk mengetahui bentuk,ada gangguan/kelainan atau
tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak

24
1.2.3 Program terapi yang diperoleh (bila ada)
Apakah klien sedang dalam masa pengobatan atau terapi obat.

1.2.4 Data

Hb : Hasil pemeriksaan darah yang menunnjukan klien anemia atau tidak

2. Analisa
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang dikumpulkan. Dasar diagnosa tersebut adalah data subjektif berupa pernyataan
pasien tentang nyeri perut ketika haid, nyeri pada pinggang, mual muntah serta
pusing. Hasil data objektif meliputi pemeriksaan umum, fisik, dan ginekologi serta
hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa kebidanan ditulis dengan lengkap
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan data penunjang.
Nn.... Remaja Usia Tahun dengan Flour Albus Fisiologis

3. Penatalaksanaan

Pertemuan 1

1) Menjalin komunikasi interpersonal

2) Melakukan Pengkajian

3) Mengukur Kecerdasan majemuk dan menjelaskan hasilnya

4) Melakukan deteksi dini psikososial ( menggunakan Pediatrick


Symtom Checklist)

5) Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya

Pertemuan 2

1) Memberikan keterampilan hidup sehat (PKHS)

2) Melaksanakan asuhan

3) Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya

25
Pertemuan 3

1) Memberikan pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja

2) Melakukan Asuhan

26
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 10 November 2022
Pukul : 15.00 WIB
Oleh : Jumalia

1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : Nn. D
Umur : 15 Tahun
Agama : Islam
Suku / bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Alamat : Dukuh Bulak Banteng Suropati 1/20
Nomor telepon : 087790076XXX

Nama Orangtua : Tn. H / Ny. s


Usia : 40 Tahun / 37 Tahun
Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Dukuh Bulak Banteng Suropati 1/20

b. Keluhan
Utama : +/- 6 hari yang lalu baru selesai menstruasi dan
saat ini mengalami keputihan berwarna
bening, tidak berbau dan tidak gatal

c. Status dalam keluarga : (anak kandung /anak tiri / adopsi)


d. Jumlah saudara dalam keluarga : 2 (Anak Pertama)

27
e. Riwayat Pernikahan Orangtua :
Anak dari pernikahan ke : Pertama
Lama menikah : 15 Tahun
f. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 13 Tahun
Lama menstruasi : 5-7 hari
Siklus menstruasi : Teratur (+/- 28
hari) Ganti pembalut : 3-4 kali perhari
HPHT : 05 Oktober 2022
Dismenorrhea : (Ya) / (Tidak), terjadi di hari 1/2 menstruasi
Itensitas nyeri/skor : Ringan / 3
Keputihan : Ya, ketika mendekati haid dan setelah
haid warna putih bening tidak gatal dan
tidak berbau

g. Aktifitas sehari-hari
a) Nutrisi
Makan 3x sehari (nasi, lauk, sayur, buah), minum air putih ± 9 gelas/hari, dan tidak
pernah minum susu
b) Istirahat
Tidur malam ± 9 jam, siang ±1 jam
c) Aktivitas
Sekolah mulai jam 07.00-14.00 WIB. Mengikuti ekstrakulikuler setiap hari sabtu dan
bermain handphone serta mengerjakan pekerjaan rumah saat berada dirumah.
d) Eliminasi
BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih serta tidak ada nyeri saat berkemih.
e) Personal Hygiene
Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 1x sehari dan keramas 3x seminggu,
ganti celana dalam 2x sehari serta membersihkan genetalianya setiap habis BAB dan
BAK, ceboknya dengan air sabun pencuci vagina tetapi cara ceboknya dari depan ke
belakang dan tidak dikeringkan.

28
f) Seksual
Tidak pernah berhubungan seksual.
g) Lingkungan
Di keluarga tidak ada yang perokok aktif. Klien tidak tahu tentang narkoba

2. Data Obyektif
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos
Mentis Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Suhu : 36,6 oC
 Nadi : 81 x/mnt
 Respirasi : 20 x/mnt

29
Atropometri
 Berat Badan : 48 Kg
 Tinggi Badan : 150 cm
 IMT : 21,3
 Lingkar Pinggang : 80 cm
 LILA : 24 cm

b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan wajah : Rambut hitam, bersih wajah tidak pucat, mata tidak
Cekung, kelopak mata tidak oedema.
2. Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tyroid,
kelenjar limfe dan vena jugularis
3. Dada : Skala Tanner B4
4. Abdomen : Tidak ada bekas luka atau operasi dan tidak ada nyeri
tekan
5. Punggung : Bentuk tulang punggung normal, tidak ada lordosis,
kifosis ataupun skoliosis
6. Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan
7. Ekstrimitas
 Atas : Pergerakan normal, tidak ada oedema, tidak sianosis
 Bawah : Pergerakan normal, tidak ada oedema,tidak sianosis

3. Analisa
Nn.”L” Remaja umur 15 Tahun dengan Flour Albus Fisiologis

4. Penataksanaan
Pertemuan 1
Senin, 10 November 2022 Pukul 15.10 WIB di Rumah Klien
a. Menjalin komunikasi interpersonal dengan klien, dan menjelaskan tujuan dari
pengkajian yang dilakukan.
e/ Klien bersifat sangat kooperatif, klien mengetahui maksud dan tujuan dari
pengkajian yang dilakukan serta bersedia untuk dilakukannya pemeriksaan.

30
b. Memberikan informed consent kepada klien.
e/ Klien bersedia mengisi dan menandatangani lembar informed consent .

c. Melakukan Pengkajian meliputi anamnese dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan


penunjang kepada remaja dan menjelaskan hasil pemeriksaan
e/ : pemeriksaan telah dilakukan, hasil pemeriksaan tidak ada kelainan dan semua
dalam batas normal dan klien merasa tenang.
d. Mengukur Kecerdasan majemuk dengan memberikan kuesioer kartu kecerdasan
majemuk yang tersedia dan menjelaskan hasilnya

e/ Klien dapat mengisi kartu kecerdasan majemuk dengan baik, hasil penilaian
klien Hasil yang diperoleh adalah :
 Kecerdasan Kinestik : Skor 16

 Kecerdasan Musik : Skor 22

 Kecerdasan Interpersonal : Skor 30

 Kecerdasan Intrapersonal : Skor 17

 Kecerdasan Linguistik : Skor 23

 Kecerdasan Logika Matematika : Skor 30

 Kecerdasan Spasial : Skor 10

 Kecerdasan Natural : Skor 20

Tiga skor tertinggi yang dimiliki remaja adalah kecerdasan Interpersonal,


Matematika dan Linguistik

Hasil Kuesioer Terlampir ~

a. Melakukan deteksi dini psikososial dengan menggunakan Pediatric Symtom Checklist


e/ Klien dapat mengisi Pediatric Symtom Checklist dengan baik, hasil penilaian
klien Hasil yang diperoleh adalah : e/ Klien dapat mengisi lembar instrument PSC
denga baik. Hasil pemeriksaan didapatkan jumlah nilai 11 (<28), dimana artinya
pada klien tidak terdapat masalah psikososial

31
b. Memberikan penkes kepada klien mengenai keluhan yang dialaminya, berupa
pengertian, penyebab serta langkah pencegahan Flour Albus menggunakan
bahasa yang mudah dipahami.
e/ Klien dapat memberikan umpan balik yang baik, klien mampu memahami
pejelasan yang diberikan serta bersedia akan mencoba menerapkan tatalaksana yang
dijelaskan saat disminorrhea.
c. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya
e/ Klien mengerti dan bersedia mengikuti kunjungan selanjutnya. Hasil kesepakatan
kunjungan selanjutnya akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 November 2022 pada
pukul 15.00 WIB setelah klien pulang sekolah dan dilakukan dirumah klien.

Pertemuan II
Dilaksanakan pada hari Sabtu,12 November 2022 pada pukul 15.00 WIB di Rumah
Klien.

a. Memberikan pendidikan Ketrampilan Hidup sehat pada remaja yakni Kesadaran


diri, empati, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, hubungan interpersonal,
pengendalian emosi dan mengatasi stress pada remaja.
e/ Remaja mengerti dengan penjelasan yang diberikan

b. Memberikan edukasi kesehatan mengenai kesehatan reproduksi remaja, antara lain:


masa pubertas, tanda-tanda primer dan sekunder pubertas pada perempuan beserta
fungsinya, cara merawat kesehatan organ reproduksi, penyakit menular seksual,
proses kehamilan, menstruasi serta pendewasaan kehamilan
e/ Remaja mengerti dengan penjelasan yang diberikan

c. Menyepakati jadwal pertemuan selanjutnya


e/ Klien mengerti dan bersedia mengikuti kunjungan selanjutnya. Hasil kesepakatan
kunjungan selanjutnya akan dilaksanakan pada 14 November 2022 pada pukul
16.00 WIB setelah klien pulang sekolah dan dilakukan dirumah klien.

32
Pertemuan II
a. Memberikan informasi terkait isu kesehatan lain terkait kespro remaja dan
masalah kesehatan penyakit menular yang berhubungan dengan keadaan saat
ini seperti pemeriksaan SADARI.
e/ Remaja mengerti dengan penjelasan yang diberikan

b. Melakukan Evaluasi terhadap Pelayanan dan Penjelasan yang diberikan kepada


remaja.
e/ Hasil evaluasi yakni remaja memahami dengan baik semua materi yang diberikan
dan berjanji akan melaksanakan semua anjuran yang diberikan dan memeriksakan
kembali kesehatannya di fasilitas kesehatan bila ada keluhan terkait kesehatan.

33
BAB 4
PEMBAHASAN

Dari hasil pengkajian yang meliputi anamnesa pada asuhan kebidanan remaja yang
telah dilakukan kepada Nn. ”R” dapat diambil beberapa pembahasan sebagai berikut:
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-19 tahun dan Nn. D berumur 15 tahun sehingga Nn. “D” berada pada kategori
remaja.
Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan pada remaja Nn. D umur 15 Tahun
ditemukan bahwa Nn. D mengalami Flour albus atau keputihan namun dalam batas yang
normal dimana keluhan ini tidak sampai menganggu aktifitas Nn. D dan tidak harus
mendapat pengobatan dokter. Menurut Sibagariang (2016) Keputihan normal dapat terjadi
pada masa menjelang dan sesudah menstruasi,hal ini sesuai dengan hasil anamnesa pada Nn.
D bahwa di mengalami keputihan ketika mendekati haid dan setelah haid warna putih bening
tidak gatal dan tidak berbau.
Dari hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, pemeriksaan antopometri
didapatkan bahwa LILA 24 cm dan IMT nya yaitu 21,3 dimana artinya Nn. D memiliki status
gizi yang baik. Pada hasil pemeriksaan fisik tidak ada dijumpai kelainan atau masalah pada
Nn. D
Selain pemeriksaan fisik, dalam hal ini juga dilakukan pemeriksaan kecerdasan
majemuk serta pemeriksaan masalah psikososial pada Nn. D. Pemeriksaan kecerdasan
majemuk dilakukan menggunakan kartu kecerdasan majemuk dimana hasil pemeriksaan
menunjukkan potensi utama kecerdasan yang dimiliki Nn. D yaitu kecerdasan
logikamatematika dengan jumlah skor yaitu 30. Pada pemeriksaan masalah psikososial
kuesioner yang digunakan yaitu Pediatric Symptom Checklist (PSC). Hasil pemeriksaan
yang dilakukan memperoleh hasil 20 (<28) dimana hal ini menunjukkan bahwa Nn. D tidak
mengalami masalah psikososial.
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi
yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi (Depkes RI, 2003) sehingga berdasarkan hasil pengkajian
masalah yang dialami oleh Nn. D adalah Keputihan (flour Albus), klien diberikan
pendidikan kesehatan mengenai keluhan yang dialaminya, berupa pengertian, penyebab serta
langkah pencegahan keputihan (Flour Albus) menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
34
Dari setiap penjelasan yang diberikan, Nn.R memberikan umpan balik yang baik
yang menunjukan bahwa Nn.R memahami dengan baik serta dapat mengulangi point-point
penting yang telah dijelaskan.

35
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan Remaja terhadap Nn. D didapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Nn. D berumur 15 tahun sehingga Nn. “D” berada pada kategori remaja.
2. Setelah dilakukan anamnesa dan pemeriksaan pada remaja Nn. D umur 15 Tahun
ditemukan bahwa Nn. D mengalami Flour albus atau keputihan namun dalam batas
yang normal dimana keluhan ini tidak sampai menganggu aktifitas Nn. D dan tidak
harus mendapat pengobatan dokter
3. Hasil pemeriksaan TTV dan fisik dalam batas normal, tidak ditemukan adanya
masalah atau kelainan.
4. Hasil pemeriksaan kecerdasan majemuk menunjukkan bahwa potensi kecerdasan
utama yang dimiliki oleh Nn. D yaitu kecerdasan logika matematika dengan skor
30.
5. Hasil pemeriksaan masalah psikososial menunjukkan bahwa Nn. D tidak
mengalami masalah psikososial dengan skor 20 atau <28

5.2 Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat selalu mengupdate dan menambah wawasan mengenai
asuhan kebidanan pada remaja serta dapat menerapkannya dalam dunia kerja.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat menambah sumber pustaka mengenai
asuhan kebidanan serta dapat memfasilitatori kegiatan mahasiswa dalam
melakukan asuhan kebidanan pada remaja sehingga dapat menciptakan lulusan
yang berkompeten dan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat lebih sensitif dalam mengenali permasalahan pada
remaja serta dapat membantu serta membimbing remaja dalam penemuan jati
dirinya sehingga tidak mendapatkan masalah atau terjerumus kedalam hal yang
tidak baik sehingga dapat menjadi penerus generasi bangsa yang berkualitas.

36
DAFTAR PUSTAKA

Agus, R. M. & Fahrizqi, E. B. (2020). Analisis Tingkat Kepercayaan Diri Saat Bertanding
Atlet Pencak Silat Perguruan Satria Sejati. Multilateral: Jurnal Pendidikan
Jasmani Dan Olahraga, 19(2), 164–174.

Aprilianto, M.V,& Fahrizqi, E. B. (2020). Tingkat Kebugaran Jasmani Anggota Ukm


Futsal Universitas Teknokrat Indonesia. Journal Of Physical Education, 1(1), 1–9

Batubara.(2010). Adolescent Development. Jurnal Sari Pediatri : Vol 12, No 1 (2010) diakses
melalui https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/540/476

Briawan D. 2014. Anemia Masalah Gizi pada Remaja. Jakarta: EGC.

Demografi Lembaga, UI. 2017. “RINGKASAN STUDI “ Prioritaskan Kesehatan Reproduksi


Remaja Untuk.” In Bfief Notes Lembaga Demografi FEB UI Juni 2017, Jakarta:
Lembaga Demografi FEB UI, 1–6.

Ichsanudin, I. & Gumantan, A. (2020). Tingkat Motivasi Latihan Ukm Panahan Teknokrat
Selama Pandemi Covid. Journal Of Physical Education, 1(2), 10–13
Kemenkes RI. 2019. Buku Panduan Untuk Siswa-Aksi Bergizi Hidup Sehat Sejak
Sekarang Untuk Remaja Kekinian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kusmiran. 2016. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.

Nirmalasari dan Hanipah,2020, Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Vulva Hygiene Dalam
Menangani Keputihan (Fluor Albus) Pada Remaja Putri.jurnal Kesehatan Vol 6 2020

Nugroho, R. A., & Yuliandra, R. (2021). Analisis Kemampuan Power Otot Tungkai Pada
Atlet Bolabasket. Sport Science And Education Journal, 2(1).

Nurchandra dkk, 2020. Pendidikan Kesehatan Tentang Personal Hygiene Pada Remaja Putri
Di Smp 1 Muhammadiyah Banjarmasin. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan
Volume 2 No 1, 2020, 31-35 diakses melalui
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPMK/

P2PTM Kemenkes RI tgl 29 Juli 2019 . artikel Kesehatan


http://p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/stress/page/13/sobat-sehat-apakah-kebutuhan-
tidur-anda-sudah-terpenuhi

PERSAGI. 2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas Gramedia
PUGS. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi, Departemen
Kesehatan RI. 2014. Jakarta

Pradnyandari. 2019. “No TitleGambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Tentang Vaginal
Hygiene Terhadap Kejadian Keputihan Patologis Pada Siswi Kelas 1 Di SMA Negeri
1 Denpasar Periode Juli 2018.” Intisari Sains Medis 10 (1): 88–94.

37
Rahayu,dkk.(2017). Buku Ajar Kesehatan Reprodiksi Remaja & Lansia. Surabaya: Pusat
Penerbitan dan Percetakan (AUP)

Regilta. 2021. “Tingkat Kesadaran Para Mahasiswi Remaja Dari Berbagai Perguruan Tinggi
Di Indonesia Terhadap Gejala Keputihan Normal Dan Abnormal.” Jurnal Medika
Hutama 02 (02): 686–97.

Sari & Pratama. (2021). Karakteristik Perkembangan Remaja. Jurnal Edukasimu : Vol. 1 No.
3, diakses melalui http://edukasimu.org/index.php/edukasimu/article/view/49

Sebtalesy & Kristanti,2022, Edukasi Perilaku Personal Hygiene Remaja : Upaya Mencegah
Fluor Albus di Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien. Empowerment: Jurnal
Pengabdian MasyarakatVolume 1 Nomor 4, Juli2022, hal468-474.

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka Yogyakarta

Sibagariang Ellya Eva Et All, (2010), Kesehatan Reproduksi Wanita, Cv Trans Info Media,
Jakarta.

Siswantoyo, S. & Aman, M., 2016. The Effects of Breathing Exercise Toward IgG, Beta
Endorphin and Blood Glucose Secretion. Asia Pacific Journal of Education, Arts and
Sciences, 1(4): 27-32.

Sumaryoto, & Nopembri, S.2017. Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan. Jakarta:
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud

Soetjiningsih (2004). Pertumbuhan somatik pada remaja. Buku ajar tumbuh kembang remaja
dan permasalahannya. Cetakan 1. Jakarta: CV Sagung Seto

Yuliandra, R., & Fahrizqi,Eb. (2020). Development Of Endurance With The Ball Exercise
Model In Basketball Games. Jp. Jok (Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan
Kesehatan), 4(1), 61–72.

38
LAMPIRAN

1. Dokumentasi
Pertemuan 1
(Kamis, 10 November 2022)

Pemeriksaan TTV Pemeriksaan LILA

Pengisian Kartu Kecerdasan Majemuk dan kuisioner PSC

39
Pertemuan 2
(Sabtu, 12 Novembeer 2022)

Pengukuran Lpa KIE

40
41

Anda mungkin juga menyukai