Oleh :
AGUSTIN WULAN SARI, SST
NIM. 2182B1273
Laporan praktik dengan judul “ Asuhan kebidanan Remaja Patologi Pada Nn. M dengan
Flour Albus di PMB Agustin Wulansari, SST”.
Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Pembimbing Ruangan,
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
bimbingan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Asuhan Kebidanan” ini tepat
Pada kesempatan ini juga kami berterimakasih atas bimbingan dan masukkan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah
Penulis menyadari isi makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari segi kalimat, isi
maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
Mahasiswa
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Singkatan iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
BAB 4 PENUTUP
4.1 Simpulan 27
4.2 Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 28
iii
DAFTAR SINGKATAN
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan hanya individu
yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan
terhadap masyarakat. Dengan demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat hubungannya
dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA). Sebagai ketetapan yang
kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun atau well
health mother dan well born baby dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia
pasti menderita keputihan / Flour Albus paling tidak sekali seumur hidup dan 45%
diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih. Pada dasarnya dalam keadaan
normal, organ vagina memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak
berwarna dan jumlah tidak berlebihan. Cairan ini berfungsi sebagai sistem perlindungan
alami, mengurangi gesekan di dinding vagina saat berjalan dan saat melakukan hubungan
seksual. Sedang yang dimaksud dengan keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh
keluarnya cairan dari organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya
adalah keputihan yang tidak normal. Ini karena terjadi infeksi yang disebabkan kuman,
bakteri, jamur atau infeksi campuran. Keputihan bisa juga disebabkan adanya rangsangan
mekanis oleh alat – alat kontrasepsi sehingga menimbulkan cairan yang berlebihan. Pada tipe
keputihan ini, cairan yang keluar berwarna kuning kehijauan. Biasanya diiringi rasa gatal dan
1
bau tidak sedap (Shadine, 2012).
Biasanya komplikasi yang mungkin terjadi pada Flour Albus yaitu infeksi vagina
seperti jamur Kandida Albican, parasit Tricommonas, E Coli, Staphy lococcus, Treponema
Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka daerah vagina, benda asing yang
tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks (Sibagariang dkk, 2010).
Berdasarkan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja berusia 15 – 24
tahun di Indonesia berperilaku tidak sehat. Remaja putri Indonesia dari 23 juta jiwa berusia
15 – 24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual yang merupakan salah satu terjadinya
UPTD Puskesmas Nusukan Surakarta jumlah pasien yang periksa dari bulan Oktober 2015
sampai Oktober 2016 jumlah pasien yang periksa gangguan reproduksi sebanyak 348 orang
antara lain Flour Albus178 orang (51,1%), infeksi saluran kencing 158 orang (45,4%),
1.2.2 Menyusun diagnosa kebidanan sesuai prioritas pada remaja dengan flour albus.
1.2.3 Menyusun diagnosa kebidanan dan masalah potensial pada remaja dengan flour albus.
1.2.4 Menyusun kebutuhan segera sesuai dengan kebutuhan remaja dengan flour albus.
1.2.7 Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada remaja dengan flour
albus.
1.3 Tujuan
2
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan flour albus
2. Mampu menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada remaja dengan
flour albus
kebidanan remaja dengan flour albus, dan sebagai bahan evaluasi pengetahuan dan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah
Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar
bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu
Menurut Marhaeni (2016), Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis keputihan,
1. Keputihan Normal
Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang menstruasi, pada sekitar fase
sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi. Keputihan yang fisiologis terjadi akibat pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan selama proses ovulasi. Setelah ovulasi,
dan progesteron dari korpus luteum sehingga mensekresikan cairan jernih yang dikenal
Hormon estrogen dan progesteron juga menyebabkan lendir servik menjadi lebih encer
sehingga timbul keputihan selama proses ovulasi. Pada servik estrogen menyebabkan mukus
menipis dan basa sehingga dapat meningkatkan hidup serta gerak sperma, sedangkan
4
progesteron menyebabkan mukus menjadi tebal, kental, dan pada saat ovulasi menjadi elastis.
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-ciri dari keputihan fisiologis
adalah cairan berwarna bening, kadang-kadang putih kental, tidak berbau, dan tanpa disertai
dengan keluhan, seperti rasa gatal, nyeri, dan terbakar serta jumlahnya sedikit (Hanifa
Wiknjosastro, 2007).
Keputihan abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir
kemaluan, liang senggama, mulut rahim, jaringan penyangga, dan pada infeksi karena
penyakit menular seksual). Ciri-ciri keputihan patologis adalah terdapat banyak leukosit,
jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah seperti kuning, hijau, abu-abu,
dan menyerupai susu, disertai dengan keluhan gatal, panas, dan nyeri serta berbau apek, amis,
keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada organ kelamin, panas dan perih ketika buang air
kecil, dan nyeri pada perut bagian bawah. Keputihan patologis kemungkinan disebabkan oleh
infeksi atau peradangan yang mungkin disebabkan oleh penyakit menular seksual, gejala
keganasan pada organ reproduksi, adanya benda asing dalam uterus atau vagina (Citrawathi,
2014 : 9).
mempengaruhi sekitar 75% wanita pada suatu waktu selama masa reproduksinya, dengan 40-
50% memiliki dua atau lebih episode. Bacterial vaginosis adalah salah satu diagnosis paling
umum pada wanita yang mengunjungi klinik kedokteran genitourinari. Karena 50% kasus
vaginosis bakteri tidak menunjukkan gejala, prevalensi sebenarnya dari kondisi ini di
masyarakat tidak pasti. Vaginosis bakteri dikaitkan dengan pasangan seksual baru dan sering
5
berganti pasangan seksual. Penurunan tingkat vaginosis bakteri terlihat di antara wanita
dalam hubungan seksual monogami, tetapi itu bisa terjadi pada wanita perawan (Mitchell,
2004).
Kekambuhan vaginosis bakteri setelah perawatan adalah umum dan dapat ditingkatkan
dengan praktik kebersihan pribadi, seperti douching vagina, yang mengganggu flora normal
vagina. Vaginosis bakteri juga dapat dikaitkan dengan IMS bersamaan, umumnya
Trichomonas vaginalis. Vaginosis bakteri dikaitkan dengan infeksi panggul setelah aborsi
yang diinduksi dan pada kehamilan dengan persalinan prematur dan bayi berat lahir rendah.
Trikomoniasis kurang umum di negara-negara kaya tetapi mencapai tingkat tinggi (sering 10-
independen dari aktivitas seksual, trikomoniasis terutama ditularkan secara seksual dan telah
diberi peringkat oleh WHO sebagai IMS non-virus yang paling umum di dunia dengan
Menurut Wira & Kusumawardani (2011), pada keadaan normal cairan yang keluar dari
vagina merupakan gabungan dari cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar yang ada di sekitar
vagina seperti kelenjar sebasea, kelenjar keringat, kelenjar bartholin, kelenjar pada serviks
1. Keputihan Fisiologis
1) Cairan vagina akan tampak jernih, kadang tampak putih keruh sampai kekuningan
2) Sifat cairan yang dikeluarkan tidak iritatif sehingga tidak menyebabkan gatal, tidak
6
terdapat darah, tidak berbau, dan memiliki pH 3,5 sampai 4,5 sifat asam ini yang
penyakit.
3) Keputihan normal akan tampak seperti cairan putih jernih, sedikit lengket, tidak gatal
1) Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih kehijauan atau putih
kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, lengket dan kadang-
kadang berbusa.
3) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta dapat
4) Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang berbahaya seperti HIV,
Herpes, Candyloma
Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya Flour Albus,
antara lain :
1. Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin. Rambut vagina
atau pubis yang terlampau tebal dapat menjadi tempat sembunyi kuman.
2. Biasanya untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu dengan gerakan dari
depan ke belakang. Cuci dengan air bersih setiap buang air dan mandi. Jangan lupa
3. Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena pemakaian celana dalam
yang basah, jarang diganti dan tidak menyerap keringat. Usahakan menggunakan
7
celana dalam yang terbuat dari bahan katun yang menyerap keringat. Pemakaian
celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan kelembaban daerah vagina. Ganti
4. Hindari terlalu sering memakai bedak talk disekitar vagina, tisu harum atau tisu toilet.
5. Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan / Flour Albus juga bisa muncul lewat
air yang tidak bersih. Jadi, bersih bak mandi, ember, ciduk, water torn dan bibir kloset
6. Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari Keputihan / Flour
Albus yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui hubungan seks.
Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa
bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina. Normalnya angka keasaman pada vagina
berkisar antara 3,8 – 4,2. Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus dan
selebihnya adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit). Biasanya ketika ekosistem
didalam keadaan seimbang bakteri patogen tidak akan mengganggu. Masalah baru ketika
kondisi asam ini turun alias lebih besar dari 4,2. Bakteri – bakteri laktobasilus gagal
menandingi bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan. Data
penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia pasti
menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya bisa
Menurut Sibagariang dkk (2010) untuk menghindari komplikasi yang serius dari Flour
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala
8
keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam
Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri
atau parasit. Umumnya diberikan obat – obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan
proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat – obatan yang digunakan dalam mengatasi
keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan
golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat
berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan vulva yang
dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui
hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk menjaga
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup, hindari rokok
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut, panty liner
4. Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan
9
6. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daearah vagina
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Remaja dengan Flour Albus
2.2.1 Pengkajian
Dalam langkah pertama ini bidan mencari dan menggali data maupun fakta baik
yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota tim lainnya, ditambah dengan hasil
pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri (Varney, 2007). Proses pengumpulan
1. Data subyektif
Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu data
kejadian.
1) Biodata pasien
(1) Nama
(2) Umur
(3) Agama
(5) Pendidikan
10
Untuk mengetahui pendidikan terakhir klien.
(6) Alamat
Untuk mengetahui alamat klien agar mempermudah mencari alamat jika terjadi
sesuatu.
(7) Pekerjaan
2) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan (Sulistyawati, 2009). Pada kasus Flour Albus keluhan utamanya merasa tidak
3) Riwayat Menstruasi
Berdasarkan data yang diperoleh, bidan akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar
dari organ reproduksinya. Riwayat menstruasi meliputi menarche, siklus, volume, keluhan
(Sulistyawati, 2009) menurut Irianto (2015) seseorang menjelang dan sesudah haid akan
mengalami keputihan. Hal ini disebabkan karena kelenjar didalam vagina aktif dan
4) Riwayat Kesehatan
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
pada saat ini yang ada hubungannya dengan Flour Albus (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
11
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan terhadap kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit
Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi yang berhubungan dengan
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makan,
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
saluran kencing sehingga menimbulkan rasa nyeri dan pedih saat BAK (Mumpuni dan
Andang, 2013).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebisaan
tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada
12
daerah genetalia (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Shadine (2012), pada
kasus gangguan reproduksi Flour Albus biasanya sering dikaitkan dengan perilaku
(5) Aktivitas
6) Data Psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus
Flour Albus merasakan cemas karena daerah genetalia selalu basah dan terasa gatal
(Manuaba,2009)
2. Data Objektif
Setelah data subjektif kita dapatkan untuk melengkapi data dalam menegakkan
diagnosa (Sulistyawati,2009).
1) Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien secara menyeluruh.
Hasil pengamatan akan dilaporkan dengan kriteria baik atau sedang. Pada kasus Flour
(2) Kesadaran
sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Pada kasus Flour Albus
13
(3) Tanda vital
a. Tekanan darah
stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai 140 mmHg dan
diastolik antara 70 sampai 90 mmHg. Pada kasus Flour Albus tekanan darah Nn. M
b. Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5 – 37,2oC (Astuti, 2012). Menurut
Ambarwati dan Wulandari (2010) pada kasus Flour Albus bila suhu ibu >380C
c. Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi pada arteri. Frekuensi nadi normal :
60 – 100 kali / menit. Pada kasus Flour Albus normal (Astuti, 2012).
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan, normal (16 – 24 kali / menit). Pada kasus Flour Albus pernafasan
a. Kepala
a) Rambut
Untuk mengetahui rambut bersih tidak, rontok atau tidak, berketombe tidak (Cahyani,
2012).
b) Muka
Untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemia atau tidak, pucat atau tidak (Cahyani,
2012).
c) Mata
14
Meliputi pemeriksaan conjungtiva, sklera dan oedema (Astuti, 2012).
d) Hidung
e) Telinga
Meliputi pemeriksaan tanda infeksi, serumen dan kesimetrisan telinga (Astuti, 2012).
f) Mulut, gusi
Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis, epulis, karies dan lidah (Astuti, 2012).
b. Leher
2012).
kolostrum dan tumor. Retraksi pembesaran kelenjar limfe ketiak, massa dan nyeri
tekan.
d. Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya edema pada tanga dan kaki, pucat pada kuku jari atau tidak,
terdapat varises atau tidak serta reflek patella (Muslihatun dkk, 2009).
a. Abdomen
Meliputi pemeriksaan perut normal atau tidak, kandung kemih, ada benjolan atau tidak
b. Anogenital
(Astuti, 2012). Pengeluaran pervaginam didapatkan rasa panas, gatal dan nyeri yang
dapat terasa didaerah vulva dan paha, perineum (kulit diantara vagina dan anus), dapat
15
pula disertai nyeri saat berkemih dan senggama (Shadine, 2013).
c. Inspeculo
Untuk mengetahui keadaan serviks (cairan atau darah, luka atau peradangan, tanda –
tanda keganasan), serta untuk mengetahui keadaan dinding vagina terdapat cairan,
darah atau luka (Muslihatun dkk, 2009). Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar
d. Anus
Untuk mengetahui bersih atau tidak, terdapat haemoroid atau tidak (Norma dan Dwi,
2013).
Untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dan keperluan menegakkan diagnosis
pasien. Pada kasus Flour Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan
pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan
(Sulistyawati, 2009).
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, umur
Nn. M, dan keadaan Nn. M. (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Sibagariang dkk
(2010)
(1) Keluhan tidak nyaman, gatal, berbau dan bahkan terkadang terasa perih (Shadine,
2012).
(2) Pada Flour Albus biasanya sering dikaitkan dengan perilaku tidak higenis atau infeksi
16
jamur (Shadine, 2012).
(3) Pada Flour merasa cemas karena daerah genetalia selalu basah dan terasa gatal
(Manuaba, 2009).
2) Data Obyektif
(3) TTV
Pada kasus Flour Albus TTV meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan pasien
Pada kasus Flour Albus didapatkan rasa panas, gatal dan nyeri yang dapat terasa didaerah
vulva dan paha, perineum (kulit diantara vagina dan anus), dapat pula disertai nyeri saat
(5) Inspeculo
Pada kasus Flour Albus ditemukan keluar cairan yang berlebihan dari vagina
(Shadine, 2012)
Pada kasus Flour Albus pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain
3. Masalah
2010). Pada kasus Flour Albus pasien mengeluh merasakan cemas karena daerah genetalia
4. Kebutuhan
Menurut Sibagariang dkk (2010), kebutuhan yang diperlukan dengan gangguan reproduksi
17
Flour Albus adalah dukungan moril dan KIE cara menjaga personal Hygiene.
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada
langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu
mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus Flour Albus yaitu
menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat buang
memerlukan penanganan segera (emergensi) di mana bidan harus segera melakukan tindakan
untuk menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi pasien yang
memerlukan tindakan segera sementara menunggu intruksi dokter, atau bahkan mungkin juga
situasi pasien yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain (Sulistyawati, 2009).
Pada kasus Flour albus dilakukan tindakan segera yaitu memberi terapi obat sesuai dengan
kebutuhan yaitu golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candidia dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit (Sibagariang dkk, 2010).
2.2.5 Perencanaan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi
bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan teradi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Menurut Sibagariang dkk (2010) rencana asuhan yang diberikan pada gangguan
18
reproduksi Flour Albus diantaranya :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup, hindari rokok
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti pembalut,
4. Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan
ke belakang.
memastikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
6. Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daearah vagina
perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau
8. Obat untuk Flour Albus patologis karena iritasi candida diberikan terapi golongan
2.2.6 Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan
reproduksi Flour Albus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat (Sibagariang, 2010)
yaitu :
19
1. Menjelaskan pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat
seksual.
3. Menjelaskan selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk mengganti
pembalut, panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Menjelaskan biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari
dapat memastikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu
6. Menjelaskan hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada
meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC
Obat untuk Flour Albus patologis karena iritasi candida diberikan terapi golongan
2.2.7 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan
bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum
20
efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pada evaluasi kasus gangguan reproduksi dengan Flour Albus diharapkan dalam waktu 2
minggu Flour Albus sudah berkurang tidak ada infeksi lanjutan, klien merasa tidak cemas dan
nyaman.
Evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi Flour Albus diantaranya :
2. Klien sudah mengerti bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan genetalnya
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama : Nn. M
Umur : 18 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
2. Keluhan utama
Keputihan sejak 1 minggu yang lalu sering keluar lendir kental yang berlebihan, berwarna
putih keruh kekuningan, berbau dan merasa gatal pada alat genetalianya.
3. Riwayat menstruasi
1) Menarche : 12 tahun
22
6) Sifat darah : encer, warna merah dan agak menggumpal
4. Riwayat penyakit
Tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti asma, hipertensi, jantung, dll,
Keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menurun seperti asma,
hipertensi, jantung, dll, maupun riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TBC,
HIV/AIDS, dll.
1) Nutrisi
Makan sehari 3 kali porsi sedang dengan menu nasi, sayur, lauk dan minum 7-8 gelas
2) Eliminasi
3) Istirahat
4) Personal hygiene
Setelah BAK cebok hanya dengan air saja dan selama mengalami keputihan
6. Data psikologis :
1) Pasien
23
3.1.2 Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan : Baik.
umum : Composmentis.
b. Kesadaran
N : 82 x/menit, S : 36,70 C.
d. TB : 159 cm
e. BB : 50 kg
2. Pemeriksaan Fisik
1) Rambut
2) Muka
3) Mata
4) Hidung
5) Telinga
6) Mulut
7) Kelenjar gondok
24
8) Mammae
9) Abdomen
Tidak ada pembesaran perut, tidak ada massa, nyeri tekan bagian bawah
10) Anogenital
11) Ekstremitas
3.3 Perencanaan
2. Beri KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya agar tetap bersih dan
kering
4. Beri penjelasan moril agar tidak menggaruk daerah kewanitaannya bila terasa gatal
3.4 Pelaksanaan
1. Memberitahu Nn. M tentang hasil pemeriksaan, yaitu TTV: TD : /80 mmHg, R: 20 x/menit,
110
N : 80 x/menit, S : 36,50 C dan mengalami keputihan yaitu keluarnya cairan kental yang
2. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah kewanitaannya yaitu cebok
dengan benar dari depan kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak berpindah ke
vagina, menggunakan celana yang pas, berbahan katun, selalu mengganti celana dalam
25
minimal 2 kali sehari / celana dalam basah dan menghindari handuk yang berganti – ganti
3. Memberikan support mental pada Nn. M supaya tidan cemas bahwa keputihannya akan
sembuh.
4. Memberikan penjelasan pada Nn. M agar tidak menggaruk apabila kewanitaannya terasa
gatal, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya luka agar terhindar dari infeksi.
b. CTM 4 mg 3 x 1
c. Vit c 3x1
3.5 Evaluasi
3. Nn. M sudah diberikan support mental dan Nn. M merasa lebih tenang.
4. Nn. M bersedia untuk tidak menggaruk daerah kewanitaannya saat terasa gatal.
5. Terapi obat sudah diberikan dan Nn. M bersedia minum obat secara teratur.
26
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilapangan yaitu Pada
asuhan gangguan reproduksi pada Nn. M Umur 18 tahun dengan Flour Albus didapatkan
kesenjangan yaitu pada penulisan subyektif, pada keluhan tidak merasakan perih, belum
pernah hamil, tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun, tidak terjadi
peradangan yang menimbulkan rasa perih dan pedih saat BAK, tidak ada infeksi jamur,
tidak melakukan olahraga berlebihan dan mengangkat beban berat. Pada data obyektif
pengeluaran pervaginam tidak terdapat rasa panas dan nyeri didaerah vagina dan paha,
melalui secret atau cairan pervaginam. Pada diagnosa potensial tidak terjadi peradangan di
saluran kencing yang menimbulkan rasa perih saat BAK. Pada antisipasi tidak diberikan
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
2. Bagi bidan/dokter
Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam kasus Flour Albus, misalnya
27
reproduksi sehingga remaja berprilaku hidup sehat dan memahami tentang organ
reproduksi.
3. Bagi institusi
1) Puskesmas
Flour Albus.
2) Pendidikan
lengkap, diharapkan karya tulis ilmiah ini bisa menjadi referensi yang baik untuk
bahan bacaan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Medika.
CIPTA.
Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta : Rohima
Press.
Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta Selatan
: Salemba Medika.
Bandung : Alfabeta.
Jamaan, T. 2013. Panduan Praktis Mengatasi Penyakit pada Wanita. Jakarta : Onbloss
Creative Mandiri.
1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.
29
Norma, N. D, Dwi, M. S. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Salemba Medika.
Medika.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta : EGC.
Pres.
30