DENGAN
DI PUSKESMAS CIKAMPEK
KARAWANG 2021
oleh:
LILIS JULAEHA
NIM: 210703102
LAPORAN KASUS
Disetujui Pembimbing
Pembimbing
NIDN 0330037204
ii
KATA PENGANTAR
Sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, penulis memanjatkan syukur
kepada Allah Swt karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan kasus yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Persalinan Pada Ny. L dengan Ketuban Pecah Dini di Poned puskesmas
Cikampek 2021”
2. Ketua Stikes Abdi Nusantara Jakarta Ibu Lia Idealistiana, SKM, SST, MARS
3. Ketua Program Studi Profesi Kebidanan Ibu Mariyani, M.keb
4. Pembimbing Ibu Tetin Rismayanti, SST,MPd, M.Kes yang telah memberikan
arahannya dengan tanpa kenal bosan, dan sabar serta tegas
5. Suami dan kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan dengan sabar, anak
– anak tercinta yang telah mensuport.
6. Teman seperjuangan di profesi kebidanan dan para pegawai di Stikes abdi
Nusantara Jakarta atas kerja samanya yang baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan
laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
kesehatan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan........................................................................................ ii
Kata Pengantar................................................................................................ iii
Daftar isi............................................................................................................ iv
Persetujuan tindakan Medik........................................................................... v
Bab I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum…………………………………………………………..
1.2.2 Tujuan Khusus………………………………………………………….
Bab II : Tinjauan Teori
2.1 Pengertian................................................................................................... 4
2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini..................................................................... 4
2.3 Patofisiologi Ketuban Pecah.................................................................... 6
2.4 Tanda dan Gejala KPD............................................................................... 7
2.5 Pengaruh Ketuban Pecah Dini.................................................................. 7
2.6 Komplikasi KPD......................................................................................... 8
2.7 Penatalaksanaan........................................................................................ 8
2.8 Proses Terjadinya Persalinan................................................................... 9
Bab III : Tinjauan Kasus
3.1 Laporan Kasus dengan Metode SOAP.................................................... 12
3.2 Laporan Kasus dengan Metode Pathway................................................ 25
Bab IV : Pembahasan....................................................................................... 34
Bab V : Penutup
5.1 Saran........................................................................................................... 36
5.2 Kesimpulan................................................................................................. 36
Daftar Pustaka
Lampiran
iv
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan penegluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002 dalam
Kurniarum 2016)
Ketuban pecah Dini (KPD) merupakan salah satu permasalahan Obstetric
yang dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi intrauterine, yang bisa
menjadi chorioamnionitis, plasenta absurpsio, dan juga sepsis. Infeksi pada ibu
dapat terjadi pada kejadian ketuban pecah dini di akibatkan karena pecahnya
selaput ketuban akan membuat masuknya bakteri mudah untuk memasuki
uterus dan akan berkembang biak. Perkembangan bakteri ini akan lebih cepat
terjadi pada lingkungan yang hangat dan basah. Kemungkinan untuk terjadi
infeksi akan meningkat pada keadaan ketuban pecah dini yang lama, karena
bakteri akan memiliki waktu yang lebih lama untuk bermultiplikasi (Abrar dkk,
2017)
Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 bahwa
angka kematian ibu (AKI) di dunia mencapai 289.000 jiwa. Dimana terbagi atas
beberapa Negara salah satunya Asia Tenggara. Angka kematian ibu di Negara-
Negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 jiwa, Vietnam 49 jiwa, Thailand 26
jiwa, Brunei 27 jiwa, Malaysia 29 jiwa. Sebagian besar kematian ibu terjadi di
Negara berkembang karena kurang mendapat akses pelayanan kesehatan,
kekurangan fasilitas, terlambatnya pertolongan persalinan disertai keadaan
sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih tergolong rendah (Indah
dkk, 2018)
1
Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015,
penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai 2007 yaitu dari 390
menjadi 228 kematian ibu per 100.000 KH. Namun demikian, Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukan peningkatan AKI yang
signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI
kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 (Redowati, 2018)
AKI berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Karawang pada tahun
2017 yakni 44 kasus, angka ini menurun pada tahun 2018 AKI di Provinsi
Karawang yakni 29 kasus. Penyebab kematian ibu tertinggi di Provinsi Karawang
yaitu perdarahan sebanyak 13 kasus, hipertensi 5 kasus, infeksi 1 kasus, abortus
1 kasus dan lain-lain 24 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Karawang, 2018)
KPD berhubungan dengan penyebab kejadian prematuritas dengan
insiden 30-40% sebagai proses pencegahan (tindakan preventif) dan penurunan
angka kejadian mortalitas dan mordibilitas perinatal dan maternal yang di
akibatkan oleh komplikasi kejadian ketuban pecah dini. Selain itu ketuban pecah
dini berkaitan dengan komplikasi persalianan, meliputi kelahiran kurang bulan,
sindrom gawat nafas, kompresi tali pusat, khorioamniomitis, abruption plasenta,
resiko terjadi infeksi pada ibu sampai kematian janin yang meningkatkan
mortalitas dan morbiditas perinatal dan maternal. Semakin lama KPD semakin
besar kemungkinan komplikasi (Rohmawati dan Fibriana, 2018).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB
disarankan bahwa petugas kesehatan diharapkan dapat mencegah terjadinya
komplikasi obstetrik dan neonatal, seperti asfiksia, kelainan kongenital, penyakit
penyerta lainnya pada bayi dan hipertensi dalam kehamilan dan nifas. Saat ibu
hamil dilakukan pemantauan secara ketat yaitu dengan melakukan Antenatal
Care (ANC) tepat waktu dan lengkap pada ibu hamil termasuk pemberian tablet
Fe (kalsium) kepada ibu dan memonitornya melalui petugas surveilance
kesehatan ibu dan anak (KIA) (Kusumawardani & Handayani, 2018).
2
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis perlu melakukan studi kasus
untuk mengetahui perubahan fisiologi dan patologis dalam Persalinan di Poned
puskesmas Cikampek Karawang 2021-
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu menganalisis kasus persalinan sesuai dengan teori yang berhubungan
dengan asuhan persalinan pada Ny.L dengan KPD dI Puskesmas Cikampek
Tahun 2021
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian asuhan persalinan pada Ny.L dengan KPD di
Puskesmas Cikampek Tahun 2021
2. Dapat mengidentifikasi diagnose atau masalah persalinan pada Ny.L dengan
KPD di Puskesmas Cikampek Tahun 2021
3. Dapat mengidentifikasi tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter pada
persalinan Ny.L dengan KPD di Puskesmas Cikampek Tahun2021
4. Dapat merencanakan tindakan asuhan persalinan pada Ny.L dengan KPD di
Puskesmas Cikampek tahun 2021
5. Dapat memberikan asuhan persalinan pada Ny.L dengan KPD di Puskesmas
Cikampek tahun 2021
6. Dapat mendokumentasikan asuhan persalinan yang di berikan pada Ny.L
dengan KPD di Puskesmas Cikampek Tahun 2021
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Premature Repture of the Membrane (PROM)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm
adalah KPD sebelum kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi melebihi dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Gabbe et.al., 2016 dalam
Pulungan, P, W, dkk 2020)
Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan setelah di hitung 1 jam, belum ada tanda persalinan. Waktu sejak
pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini”
(periode laten) kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan premature
dengan segala akibatnya (Yulaikhah L, 2009)
Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada kehamilan aterm maupun preterm (Prawahardjo, 2010 dalam Tahir S. 2021)
KPD adalah komplikasi yang terlihat pada kehamilan. Sebagian penyebabnya
tidak diketahui dan diikuti oleh PROM sebelumnya. Hal ini terlihat kebanyakan pada
ibu rumah tangga. Kelompok usia 20-30 adalah kelompok yang paling sering terjadi
KPD (Mishra dan Joshy, 2015)
2.2 Etiologi Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini secara langsung belum diketahui penyebab pastinya. Beberapa
keadaan yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini, antara lain infeksi
maternal Serviks inkompeten, trauma kehamilan ganda, makrosomia, kelainan letak
dan anemia. Adapun factor resiko yang didapatkan secara klinis :
a. Infeksi
Infeksi adalah penyakit yang di sebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
menyebabkan pelepasan sitokinin inflamasi seperti intraleukin dan Tumor
Necrosis Factor (TNF), yang kemudian merangsang produksi Prostaglandin
4
(PGD). Prostaglandin merangsang kontraksi rahim sehingga menyebabkan
degradasi matriks ekstraseluler pada membran janin dan menyebabkan KPD
Salah satu contoh infeksi vaginosis bakterial dimana flora normal, dominan
memproduksi hydrogen peroksida yang digantikan dengan kuman anaerob.
Kuman anaerob meliputi Gardnerella Vaginalis, mobiluncus species dan sepsis
lainnya. Vaginosis bacterial sering di kaitkan dengan abortus spontas,
persalinan kurang bulan, KPD, koriamnionitis, dan infeksi cairan amnion
(Cunningham, F.G et al. 2012 dalam Wulandari 2916)
b. Serviks yang tidak mengalami kontraksi (Inkompetensia)
Inkompetensi servik dapat meyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester ke
dua. Kelainan ini berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum
uterus dan bikornis. Bisa juga karena kasus bedah servik pada konisasi,
produksi eksisi electrosurgical, dilatasi berlebihan serviksa pada terminasi
kehamilan atau bekas laserasi (Sarwono, 2012)
c. Trauma
Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagi factor predisposisi atau penyebab
terjadinya KPD. Trauma yang di dapat akibat hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amnosintesis. Trauma menyebabkan terjadinya KPD karena
biasanya disertai infeksi (Parry, S. 1998 dalam Wulandari 2916)
d. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah keadaan penurunan konsentrasi hemoglobin
dalam darah sampai kadar Hb <11 gr%. Kondisi ini dimana berkurangan eritrosit
di dalam aliran darah atau massa hemoglobin, Sehingga eritrosit tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh tubuh. Berkurangnya
oksigen di dalam jaringan ketuban, menimbulkan kerapuhan pada selaput
ketuban dan mengakibatkan selaput ketuban menjadi pecah (Dewantiningrum.
2010 dalam Wulandari 2016)
e. Riwayat ketuban pecah dini
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban
pecah dini kembali. Hal ini karena akibat adanya penurunan kandungan kolagen
dalam membrane sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan pada
5
preterm terutama pada pasien yang beresiko tinggi karena membrane yang
menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun pada
kehamilan berikutnya (Sarwono. 2012)
f. Usia ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun (primi tua)
Pada ibu hamil yang terlalu muda keadaan uterus kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan untuk mengalami ketuban pecah dini dan pada ibu hamil
dengan usia 35 tahun tergolong usia terlalu tua untuk melahirkan (primitua)
sehingga beresiko tinggi untuk terjadi ketuban pecah dini (Sarwono. 2009)
2.3 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dan korion
yang sangat erat ikatannya, lapisan ini terdiri atas sel epitel, sel mesenkrim dan sel
trofoblas yang terkait dalam matriks kolagen. Selaput ketuban berfungsi
menghasilkan air ketuban serta melindungi janin terhadap infeksi. Ketuban pecah
pada ibu hamil disebabkan oleh adanya kontraksi uterus dan peregangan yang
berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan
biokimia, yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh selaput ketuban pada
kehamilan muda sangat kuat, pada trimester 3 selaput ketuban mudah pecah.
Melemahnya kekuatan selaput adqa hubungannya dengan pembesaran uterus,
kontraksi rahim dan gerakan janin. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm
merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan premature disebabkan
oleh factor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar ke vagina (Sarwono,
2012)
Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi pembukaan prematur servik dan
membran terkait dengan pembukaan terjadi devolarisasi dan nekrosis serta dapat di
ikuti pecah spontan jaringan ikat yang menyangga membrane ketuban, dipercepat
dengan infeksi yang mengeluarkan enzim proteolitik, enzim kolagenase masa
interval sejak ketuban pecah dini sampai terjadi kontraksi disebut fase laten
(Manuaba, 2010)
6
2.4 TANDA DAN GEJALA KPD
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi KPD adalah keluarnya cairan
ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi sampai
kelahiran, tetapi bila ibu duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak di bawah
bisanya mengganjal atau menyumbat kebocoran sementara. Keluarnya ketuban
yang di sertai dengan demam, juga nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai
amnionitis.
Adapun tanda dan gejala yang tidak selalu ada timbul pada KPD seperti pecah
secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak dintroitus dan tidak adanya his dalam satu
jam. (Hidayat, dkk. 2009)
2.5 Pengaruh Ketuban Pecah Dini
1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intrauterine lebih dahulu terjadi (amnionitis,
vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan mortalitas
dan morbiditas perinatal (Mochtar, 2012). Komplikasi yang timbul akibat KPD
bergantung pada usia kehamilan. Risiko pada janin akibat KPD cukup bulan
meliputi kompresi tali pusat dan infeksi asenden. Resiko ibu dan janin
meningkat seiring durasi waktu sebelum kelahiran dan frekuensi periksa dalam
digital (Kenedy, 2014)
2. Terhadap ibu
Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan
ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan terjadinya infeksi asenden. Salah
satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia
luar dan ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi
(Manuaba. 2010). Terbukanya jalan lahir akibat KPD dapat menyebabkan
terjadinya infeksi intrapartal. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerperalis
(nifas), peritonitis dan septicemia serta dry-labour (Mochtar, 2012). Makin lama
periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan
7
prematuritas dan selanjutnya meningkat kejadian kesakitan dan kematian ibu
dan bayi atau janin dalam rahim (Manuaba, 2010)
2.6 Komplikasi KPD
1. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara lain 28-34 minggu 50 %
persalinan dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan kurang dari
26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu (Manuaba. 2008)
2. Korioamnionitis
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil di masa korion, amnion
dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri. Korioamnionitis merupakan
komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, dapat berlanjut menjadi sepsis,
penyebab Korioamnionitis adalah infeksi bakteri yangterutama berasal dari
traktul urogenital ibu (Prawirohardjo, 2008)
3. Hipoksia dan asfiksia akibat oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal,
yaitu kurang dari 300 cc. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya
perkembangan paru-paru, sehingga pada saat lahir paru-paru tidak berfungsi
sebagaimana mestinya. Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion
yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Semakin sedikit
air ketuban janin semakin gawat (Moktar, 1994 dalam Wulandari 2016)
2.7 Penatalaksanaan
Penanganan ketuban pecah dini bisa dilakukan dengan 2 hal yaitu :
a. Konservatif
1. Rawat di Rumah Sakit
2. Berikan antibiotika (ampisislin 4x500 mg atau eritromisin bila tak tahan
ampisilin) Metronidazole 2x500 mg selama 7 hari
3. Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
8
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi: beri
dexametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.
Terminasi pada kehamilan 37 minggu
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, ada infeksi beri tokolitik
(salbutamol), dexametason dan induksi sesudah 24 jam
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi beri antibiotic dan lakukan
induksi
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin)
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis dexametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali
b. Aktif
1. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri: a. bilaskor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea, b.
bila skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam. (Anggara.
2013)
2.8 Proses Terjadinya Persalinan
Menurut Kuswanti dan Melina (2014), Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 macam:
1. Kala I
Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I
dinamakan pula kala pembukaan. Dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul
his dan wanita tersebut mengeluarkan lender yang bersemu darah disertai
dengan pendataran (effacement).
Proses pembukaan serviks dibagi dalam 2 macam:
a. Fase laten
9
Berlangsung selama 7-8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat samapai
mencapai ukuran diameter 3 cm
b. Fase aktif
Fase ini berlangsung 6 jam dan dibagi menjadi 3 macam:
Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm
menjadi 9 cm
Fase diselerasi
Pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap (10 cm)
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida, pada multigravidapun terjadi
demikian namun fase laten, fase aktif terjadi lebih pendek.
Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam dan pada multigravida kira-
kira 6-8 jam.
2. Kala II
Kala ini disebut juga sebagai kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan
lengkap sampai lahirnya janin. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan lebih
cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Dalam fase ini dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang dapat menimbulkan rasa mengedan, wanita merasa
pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum
mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka, labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada
waktu his. Pada primigravida kala II berlangsung rat-rata 2 jam dan pada
multigravida rata-rat 1 jam.
3. Kala III
Disebut juga sebagai kala uri. Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus
uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan
10
pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah,
kira-kira 100-200 cc
4. Kala IV
Kala IV adalah pengawasan selama 1-2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS/SITUASI
No Reg : 23/Desember/2021/pkm
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Jenis Identitas Istri Suami
No. Tlp/ HP - -
12
2. Quick cek
N Jenis Quick cek Hasil Keterangan
o Y tidak
a
8 Demam
6. Riwayat obstetrik
13
no Tangga UK Tempat Jenis Penolong penyuli BB PB Riwayat ket
l partus partus partus t menyusu
i
4 Hamil
ini
7. Riwayat kesehatan
Hasil
No Jenis Keterangan
Ada Tidak ada
1 Jantung
2 Hipertensi
3 DM
4 Asma
5 Hepatitis
6
IMS/HIV
7 TBC
8 Ginjal kronis
9 Malaria
10 Epilepsi
11 Kejiwaan
14
12 Kelainan congenital
13 Alergi obat /makanan
14 Kecelakaan
15 Tranfusi darah
15
Tempat dan petugas kesehatan yang diinginkan untuk menolong persalinan:
PMB unengsih
DATA OBJEKTIF
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5 °C
7 Head to toe
Wajah : Kulit tidak pucat, Tidak ada Closma gravidarum
Mata : Simetris , konjungtiva Normal , sklera Putih
Hidung: Bersih, Tidak ada polip, tidak ada sekret
Mulut : Bersih, tidak berbau, tidak sariyawan, tidak ada karies, gigi tidak
berlubang
Telinga : Simetris, tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, tidak ada Pembesaran
kelenjar thyroid
Payudara : Puting susu tampak menonjol Aerola kehitaman, tidak bengkak,
tidak ada benjolan, tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan pada payudara
Bekas luka operasi : Tidak ada
Strie : Tidak ada
Linea : Tidak ada
16
His : 2x10 (40-45)
TFU : 32 cm, LP : 32 cm
17
Leukosit :-
Trombosit :-
Golongan darah ABO dan Rhesus :A
HIV : Non reactive
Rapid test (K/P) : Non reactive
ANALISIS
Ny L usia 30 thn G4P3A0 hamil 38 minggu Inpartu kala 1 fase laten dengan KPD
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami KPD atau ketuban
pecah sebelum waktunya.
Ev: Ibu merasa sedih dan khawatir dengan kondisi ibu dan janin
2. Memberikan informed concent bahwa ibu akan dilakukan tindakan pemasangan
infus dan oksigen.
Ev: Ibu bersedia di pasang infus dan oksigen
3. Menyiapkan infus set dan oksigen .
Ev: Persiapan alat infus dan oksigen sudah di siapkan.
4. Melakukan pemasangan infus dan oksigen.
Ev: infus dan oksigen sudah terpasang
5. Menganjurkan ibu tirah baring miring ke kiri.
Ev: Ibu mengikut saran tirah baring ke kiri.
18
Persiapan persalinan
SOAP KALA II
NO.RM : 02-57-02
S Ibu mengatakan mulas yang semakin kuat dan ingin mengedan seperti mau
BAB
19
ibu sudah masuk dalam masa persalinan
Ev : ( Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
3. Menghadirkan suami atau keluarga saat bersalin untuk
mendampingi ibu
Ev : ( Agar mendapat suport saat persalinan Ibu di dampingi suaminya)
4. Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
Ev: ( Agar membantu melepaskan ketegangan dan mengendurkan otot-otot
tubuh.)
5. Mengajarkan meneran yang benar pada ibu
Ev : ( Ibu mengerti dan melakukannya dengan baik )
6. Mendekatkan alat
EV : ( Persiapan Alat partus set telah disiapakn )
Pimpin persalinan kala II
Setelah pembukaan lengkap, diikuti tanda gejala kala II kepala janin terlihat di
vulva dengan diameter 5-6 cm, Mempersiapkan partus set dan menggunakan
handscond.
Dengan his yang adekuat dan kekuatan ibu mengedan maka lahirlah bayi secara
spontan, menilai sepintas yaitu bayi menangis kuat, bernafas tanpa kasulitan,
tonus otot bergerak aktif, warna kulit kemerahan, dengan jenis kelamin
perempuan (bayi lahir tanggal 16-12-2021 pukul 09.00 WIB) BB: 3200gr, PB:
49cm.
Ev : ( Ibu dan bayi dalam keadaan sehat )
S IbIbu mengatakan lega bayinya sudah lahir dan ibu mengatakan perut terasa
mules
20
Kesadaran : composmentis
b. Pemeriksaan fisik
Abdomen :
Perdarahan : ± 100 CC
A Ny.L usia 30 tahun P4A0 inpartu kala III
P 1. Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit di 1/3 paha atas bagian
luar secara IM kemudian potong tali pusat
EV : (penyuntikan oksitosin membantu kontraksi uterus untuk pengeluaran
plasenta . Ibu mengerti dengan tindakan bidan dan mnyetujui )
2. Menilai tanda-tanda pelepasan plasenta : Tali pusat bertambah panjang,
terdapat semburan darah
Ev : ( Tanpak tanda2 pelepasan plasenta )
3. Melakukan MAK III
a. Melakukan PTT
b. Plasenta Lahir Jam 09.10
c. Melakukan pemeriksaan Plasenta setelah lahir , dengan Hasil sisi
maternal utuh sisi fetal utuh ,Hasil kotiledon tampak lengkap, diameter
22 cm, tebal 2,5 cm, berat 470 gr, panjang sisa tali pusat 50 cm
Ev : ( Plasenta lahir lengkap, tidak ada ruptur perenium)
SOAP KALA IV
21
Tanggal : 16 Desember 2021
22
5. Mengajarkan Ibu dan keluarga cara masase uterus dengan telapak
tangan searah jarum jam sampai kontraksi
Ev : ( Ibu mengerti dengan penjelasan bidan, suami melakukan masese
uterus)
6. Membersihkan ibu dengan air DTT
Ev : ( Ibu dalam keadaan bersih dari sisa darah dan ketuban)
7. Membuang bahan-bahan bekas pakai
Ev : (Bahan – bahan habis pakai di buang di tempat sesuai wadahnya)
8. Dekontaminasi dalam laruan clorin 0,5%
Ev : (Semua alat dan bahan telah direndam dalam larutan klorin)
9. Membersihkan sarung tangan dan melepasnya dalam keadaan terbalik
Ev : (Bahan – bahan habis pakai di buang di tempat sesuai wadahnya)
10. Mencuci tangan
Ev : (Melakukan 6 langka mencuci tangan)
11. Melengkapi partograf
Ev : (Partograf telah di lengkapi)
23
3.2 Laporan Kasus dengan Metode Pathway
Persalinan Kala II
Nama : Ny.L
Usia: 30 Tahun
2. VT : buka lengkap;porsio
tdk teraba, ket(-), kep, H
IV, djj 150×/ m, His 5 ×10
(40-45
24
Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan
1 Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda 1. Pemberian informasi merupakan bentuk
vital dalam keadaan normal komunikasi antara pasien dan tenaga medis,
dengan tujuan memberikan informasi
2 Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan mengenai kondisi atau keadaan pasien
lengkap dan Ibu sudah masuk dalam masa persalinan. 2. Mengahadirkan suami atau keluarga sangat
3 Menghadirkan suami atau keluarga saat bersalin untuk penting dalam proses persalinan untuk
mendukung dan mensuport dalam proses
mendampingi Ibu persalinan dan memberikan kenyamanan
4 Mengatur posisi ibu senyaman mungkin pada pasien
5 Mengajarkan meneran yang benar pada ibu 3. Mengatur posisi yang nyaman sesuai dengan
prosedur bertujuan untuk memberikan
6 Pimpin persalinan setelah pembukaan lengkap, diikuti
asuhan sayang ibu dan mengurangi risiko
tanda gejala kala II kepala janin terlihat di vulva dengan terjadinya laserasi pada perenium
diameter 5-6 cm, Tampak kepala bayi kemudian 4. Mengajarkan meneran dengan cara yang baik
meminta ibu untuk mengejan ketika ada his, Dengan dan benar saat kontraksi membuat proses
persalinan ibu menjadi lebih efektif.
his yang adekuat dan kekuatan ibu mengedan
5. Persiapan petugas bertujuan untuk
maka lahirlah bayi secara spontan,
memberikan asuhan yang bertujuan agar
7 Menilai kondisi bayi serta melakukan asuhan bbl persalian berjalan lancar aman sehingga angka
kematian ibu dan bayi berkurang
6. Penilain bayi, pada bayi yang baru lahir
pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan
kondisi bayi sehat dan bugar untuk
mendapatkan hidup dan beradabtasi dengan
lingkungan baru diluar rahim ibu.
26
Asuhan yang diberikan : Rasionalisasi dari asuhan yang diberikan
Persalinan Kala IV
27
Nama : Ny L
Usia : 30 Thn
Tanda / Gejala / keluhan secara Patofisiologi (Sesuai Tanda / Gejala / Tanda / Gejala / keluhan yang
teori : keluhan yang dialami pasien dialami pasien
Pemeriksaan
1. Terjadi perubahan fisiologi 1. Kala IV dimulai setelah lahirnya
pada ibu plasenta dan berahir dua jam 1. Keadaan umum : baik
2. Tingkat Kesadaran baik setelah proses tersebut,
3. Pemeriksaan tanda-tanda Obsevasi yang harus dilakukan 2. Kesadaran :
vital : Tekanan darah, Nadi pada kala IV composmenthis
dan Pernafasan baik 2. Evaluasi uterus Setelah 3. TTV : TD : 110/70 mmHg
4. Kontraksi Uterus baik kelahiran plasenta dilakukan N : 82 x/M
5. Terjadinya perdarahan, pemeriksaan kelengkapn dan
perdarahan dianggap masih selaput ketuban jikan masih ada S : 36,5 °C
normal jika jumlahnya 400 sisa plasenta dan selaput uterus
sampai 500 cc R : 22 x/M
yang tertinggal didalam uterus
(Kehamilan,persalinan,dan nifas, akan mengaggu kontrasi
2013) 4. TFU : 2 jari dibawah pusat
sehingga dapat menyebabkan
perdarahan 5. Perdarahan ±70 cc
3. Setelah bayi lahir Vagina akan 6. Kontraksi uterus baik
mengalami peregangan
kemungkinan terjadi edema
dan lecet , Instroitus vagina juga
akan tampak terkulai dan
terbuka, sedangkan pada vulva
bisa berwarna merah , bengkak,
dan mengalami lecet(Reni
Saswita 2016)
1. Pemberian informasi adalah penyampain informasi kepada pasien sebelum suatu tindakan
medis dilakukan, Hal ini penting karena setiap pasien berhak mengetahui resiko dan manfaat
dari tindakan medis yang dijalaninya.
2. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik yaitu dengan dilakukan tindakan
masesemerangsang uterus berkontraksi baik dan kuat, sehingga dapat mencegah perdarahan
dan mengurangi kehilangan darah yang berlebihan
3. Melakukan pemantauan 2 jam post partum yaitu dilakukan dengan tujuan bisa memantau
perubahan – perubahan yang terjadi pada kondisi ibu
4. masase uterus dengan telapak tangan searah jarum jam sampai berkontraksi dengan baik
5. Memberihkan ibu dengan DTT untuk mencegah infeksi pada saat setelah dilakukan pertologan
persalinan
6. Pemenuhan nutrisi pada ibu untuk membantu memulihkan kondisi ibu paska bersalin
7. IMD pada bayi baru lahir sangat penting untuk membantu pertumbuhan bayi serta pemenuhan
nutrisi
8. Mobilisasi dini agar tubuh ibu tidak kaku dan mempercepat proses pemulihan kondisi ibu
9. Melengkapi partograf adalah bertujuan untuk mencatat dan menilai , mendeteksi secara dini
kemungkinan terjadi partus lama pada pasien.
29
Evaluasi asuhan yang diberikan :
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Distosia bahu adalah peristiwa dimana
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan.
Tanda dan gejala distosia bahu adalah pada proses persalinan normal kepala lahir
melalui gerakan ekstensi. Pada distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan
tidak dapat mengalami putaran paksi luar yang normal. Disebabkan oleh karena
faktor-faktor komplikasi pada maternal atau neonatal. Untuk penatalaksanaan nya
dilakukan episiotomy secukupnya dan dilakukannya Manuver Mc.Robert,
karena manuver ini cukup sederhana, aman, dan dapat mengatasi sebagian besar
distosia bahu derajat ringan sampai sedang(Sari dan Kurnia, 2015)
Dengan kondisi ibu yang mengatakan sudah keluar air-air, air ketuban pecah
dengan hasil pemeriksaan pukul 11.20 VT pembukaan 3 cm , porsio lunak ,ket (-) ,
kep, HIV ,djj 150×/ m, His 2 × 10 40-45", Asuhan yang di berikan pada Kala 1
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami KPD atau ketuban pecah
sebelum waktunya. Memberikan informed concent bahwa ibu akan dilakukan
tindakan pemasangan infus dan oksigen. Menyiapkan infus set dan oksigen.
Melakukan tindakan pemasangan infus dan oksigen. Menganjurkan ibu tirah baring
miring ke kiri. Ibu mengikut saran tirah baring ke kiri.
Asuhan yang diberikan pada Kala II Memberitahu Ibu hasil pemeriksaan bahwa
pembukaan lengkap dan Ibu sudah masuk dalam masa persalinan. Menghadirkan
suami atau keluarga saat bersalin untuk mendampingi Ibu, Mengatur posisi ibu
senyaman mungkin, Mengajarkan meneran yang benar pada ibu, Persiapan
petugas, mendekatkan alat, Pimpin persalinan kala II, kepala janin terlihat di vulva
dengan diameter 5-6 cm, Mempersiapkan partus set dan menggunakan handscoen,
Tampak kepala bayi kemudian meminta ibu untuk mengejan ketika ada his, Dengan
his yang adekuat dan kekuatan ibu mengedan maka lahirlah bayi secara spontan ,
tidak ada lilitan tali pusat, kemudian Lahirkan bayi sampai lahir seluruhnya ,dan
31
melakukan pemotongan tali pusat kemudian menilai sepintas yaitu bayi menangis
kuat, bernafas tanpa kasulitan, tonus otot bergerak aktif, warna kulit kemerahan,
jenis kelamin Perempuan (bayi lahir tanggal 16-12-2021 pukul 09.00 WIB),
Pada pukul 15.10 mengatakan lega bayinya sudah lahir dan ibu mengatakan
perut TFU setinggi pusat, Kontraksi : Baik, tidak ada bayi kedua didalam uterus,
kandung Kemih : Kosong, vulva/Vagina : Tampak tali pusat di vulva. Asuhan yang
diberikan pada Kala III yaitu, Memberikan informasi tentang kondisi pasien,
Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin 10 unit di 1/3 paha atas bagian luar secara
IM, Menilai tanda-tanda pelepasan plasenta : Tali pusat bertambah panjang,
terdapat semburan darah, Melakukan PTT, Melakukan pemeriksaan Plasenta
setelah lahir ,Hasil kotiledon tampak lengkap, diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, berat
500 gr, panjang sisa tali pusat 51 cm, Melakukan masese uterus, Mengevaluasi
kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Hasilnya Tidak ada robekan pada
jalan lahir.
32
penyampain informasi kepada pasien sebelum suatu tindakan medis dilakukan, Hal
ini penting karena setiap pasien berhak mengetahui resiko dan manfaat dari
tindakan medis yang dijalaninya, Fungsi oksitosin pada persalina kala III sangat
membantu rahim berkontraksi dan untuk mengendalikan perdarahan setelah
pengeluaran bayi, Menilai tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu menilai
bertambahnya panjang tali pusat, dan terdapat semburan darah sehingga dapat
dilakukan tindakan berikutnya, Tujuan manejemen kala III yaitu dengan melakukan
PTT diwaktu rahim berkontaksi yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu keluarnya plasenta, dan pencegahan perdarahan dan mengurangi kehilangan
darah yang berlebihan , Tujuan pemeriksaan plasenta setelah lahir merupakan
tindakan yang sangat penting dilakukan untuk menilai apakah apakah plasenta lahir
dengan ukuran yang normal dan jumlah kotiledon yang lengakap tidak ada robekan
diselaput palsenta, Manfaat masase uterus adalah merangsang uterus berkontraksi
baik dan kuat, kontraksi uterus yang tidak kuat terus-menerus dapat menyebabkan
terjadinya atonia uteri sehingga masese uterus sangat mampu unterus berkontraksi
secara kuat, Mengevaluasi laserasi yaitu menilai kembali perenium apakah terjadi
laserasi di perenium atau di mulut rahim dan seberapa besar laserasi terjadi.
Pada pukul 15.10 setelah lahirnya plasenta, perut ibu terasa mules, Abdomen :
kontraksi keras, TFU 2 jari dibawah pusat
Asuhan yang diberikan pada Kala IV,yaitu Memberikan informasi tentang kondisi
pasien, Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak ada perdaahan aktif,
Melakukan pemantauan tekanan darah, nadi, suhu, kontraksi uterus, kandung
kemih, perdarahan, setiap 15 menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada
jam kedua pasca persalinan, Mengajarkan Ibu dan keluarga cara masase uterus
dengan telapak tangan searah jarum jam sampai kontraksi, Membersihkan ibu
dengan air DTT, Membuang bahan-bahan bekas pakai, Dekontaminasi dalam
larutan clorin 0,5%, Membersihkan sarung tangan dan melepasnya dalam keadaan
terbalik, Mencuci tangan, Melengkapi partograf, Rasionalisasi yang diberikan yaitu,
Pemberian informasi adalah penyampain informasi kepada pasien sebelum suatu
tindakan medis dilakukan, Hal ini penting karena setiap pasien berhak mengetahui
resiko dan manfaat dari tindakan medis yang dijalaninya, Memastikan uterus
33
berkontraksi dengan baik yaitu dengan dilakukan tindakan masese merangsang
uterus berkontraksi baik dan kuat, sehingga dapat mencegah perdarahan dan
mengurangi kehilangan darah yang berlebihan , Melakukan pemantauan 2 jam post
partum yaitu dilakukan dengan tujuan bisa memantau perubahan – perubahan yang
terjadi pada kondisi ibu, Memberihkan ibu dengan DTT untuk mencegah infeksi
pada saat setelah dilakukan pertologan persalinan, Membuang bahan-bahan bekas
pakai sesuai pada tempat tindakan ini bertujuan untuk mengurangi dan mengatasi
pencemaran dan kerusakan lingkungan dan menjaga penyebaran infeksi,
Dokontaminasi larutan clorin bertujuan mencegah penularan infeksi melalui alat-alat
yang telah digunakan,Membersihkan dan mencuci tangan adalah tindakan yang
bertujuan untuk mencegah penyebaran kuman-kuman yang ada ditangan,
Melengkapi partograf adalah bertujuan untuk mencatat dan menilai, mendeteksi
secara dini kemungkinan terjadi partus lama pada pasien.
34
BAB V
PENUTUP
6.1 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Harus meningkatkan kemampuan dalam penatalaksanaan persalinan patologi
sehingga mahasiswa mampu memberikan asuhan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pasien serta mengetahui kesesuaian tata laksana kasus antara teori
dengan praktik.
2. Bagi Institusi
Sebaiknya Laporan studi kasus ini bisa menjadi tambahan bahan pustaka agar menjadi
sumber bacaan sehingga dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
mahasiswa di institusi pendidikan pada tata laksana Persalinan normaldan patologi
3. Bagi Lahan Praktik
Tetap mempertahankan pemberian tindakan sesuai dengan SOP yang ada
6.2 Kesimpulan
Pada kasus ini, peran mahasiswa sebagai profesi bidan dapat memberikan
asuhan kepada pasien dengan cara memberi konseling Persalinan normal dan
patologi dengan posisi senyaman mungkin untuk memberikan asuhan sayang ibu ,
memberi dukungan psikologi kepada pasien, memberi semangat kepada keluarga,
sehingga pasien dan keluarga bisa membatu proses persalinan
Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin dengan persalinan normal dan patologi dengan menerapkan pola pikir
melalui pendekatan manajemen kebidanan mulai dari pengkajian data, analisis,
menentukan kebutuhan, melakukan perencanaan dan tatalaksana tindakaan serta
pendokumentasian menggunakan SOAP.
35
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, M. N., Handono, B., dan Rukmana, T. I. 2017. Karakteristik Luaran Kehamilan
dengan Ketuban Pecah Dini di RSUP Dr. Hasan Sadikin Periode Tahun 2013-2015.
JSK, 207-210
Anggara, 2013. Hubungan Ketuban Pecah Dini pada Ibu dengan Kejadian Asfiksia
Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Palembang, Palembang, Skripsi
Indah, Firdayanti, dan Nadyah, 2018. Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada
Ny “N” dengan Usia Kehamilan Preterm di RSUD Syekh Yusuf Gowa: Jurnal
Midwifery, 1-14
Kurniawan. 2016, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Jakarta Selatan,
Pusdik SDM Kesehatan,
Kusumawardani, A., & Handayani, S. (2018). Karakteristik Ibu dan Faktor Risiko
Kejadian Kematian Bayi di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Promosi Kesehatan,
13(2), 168–169.
Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan,
Jakarta: EGC
Mishra dan Joshy, 2015, Premature Rupture of Membrane- Risk Factors: Clinical
Study, Journal of Contemporary Medical Research Volume 4
Mochtar, Rustam, 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta:
EGC
Pulungan, P, W, dkk. 2020. Ilmu Obstetri dan Ginekologi untuk Kebidanan, Medan
Yayasan Kita Menulis
36
Redowati, T. E. 2018. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian Ketuban
Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Jendral Ahmad Yani Kota Metro. Jurnal
Kesehatan Akbid Wira Buana, 1-14
Rohmawati, N., dan Febriana, A. I. 2018, Ketunam Pecah Dini di Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran, HIGEA, 23-32
Tahir S. 2021. Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini, Bandung: Media Sains
Indonesia
Wulandari, 2016. Analisis Faktor Risiko Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini pada
Ibu Melahirkan di RSUD Tugu Rejo Semarang. Skripsi. Semarang
37
Lampiran 1 : Partograf
38
39
Lampiran 2 :Partograf
40
41
42
43
Lampiran 3: Dokumentasi
44