Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatnya kami
berhasil menyusun makalah tentang “Asuhan Kebidanan Kompleks Pada Ibu Nifas
Patologis” ini demi terpenuhnya tugas dari mata kuliah Asuhan Kebidanan Pada
Kasus Kompleks dan Perempuan Pada Kondisi Rentan dengan Dosen Pembimbing
Lili Farlikhatun, M.Keb. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti sehingga para pembaca lebih mudah
untuk memahami materi tersebut.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah berusaha sekuat kemampuan yang
maksimal dan mencurahkan segala pikiran yang kami miliki. Namun, kami sadar
dalam perbuatan makalah ini tentu masih banyak kekurangan. Baik dalam segi bahasa,
pengolahan, maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kami mohon maaf atas
kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan kami mengharapkan keritik dan saran
dari para pembaca yang bersifat membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan
dalam memenuhi penyusunan makalah ini dan dapat di jadikan acuan bagi tugas-tugas
yang akan datang. Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover.........................................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan..................................................................................................................2
Bab IV Penutup......................................................................................................22
A. Kesimpulan........................................................................................................22
B. Saran..................................................................................................................22
Daftar Pustaka...........................................................................................................
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah seseorang melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang memerlukan
waktu 6-12 minggu. Perubahan fisiologis masa nifas antara lain perubahan
reproduksi, perubahan sisitem pencernaan, perkemihan, muskuloskeletal,
endokrin, tanda-tanda vital, kardiovaskuler dan perubahan hematologi. Namun
perubahan fisiologis tersebut jika tidak dilakukan pendampingan memlaui
suhan kebidanan bisa terjadi keadaan patologis. Masa ini merupakan masa
yang penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan
karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami
berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan
sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau
menahun.
Anemia merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah
(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh yg
membutuhkannya (Tarwoto & Wartonah, 2008). Anemia adalah penurunan
kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau menghitung eritrosit (red cell
account) yang akan berakibatkan pada penurunan kapasitas pengangkutan
oksigen oleh darah. (Sudoyo aru, dalam Nurarif & Kusuma, 2015). Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari
normal yang biasa di kenal dengan kurang darah.
1
HPP (Hemorrhage Post Partum) adalah perdarahan yang melebihi
500 ml dalam jam pertama setelah anak lahir atau setara dengan pengeluaran
darah 1000 ml pada secsio secarea. HPP adalah perdarahan yang berasal dari
tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitar.
Perdararahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari
500-600 cc dalam 24 jam setelah aanak dan plasenta lahir.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Kekurangan Energi Kronik
(KEK)?
2. Apakah yang dimaksud dengan Anemia?
3. Apakah yang dimaksud dengan Hemorhage Post Partum?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Kekurangan Energi Kronik
2. Menjelaskan tentang Anemia
3. Menjelaskan tentang Hemorhage Post Partum
2
BAB II TINJAUAN
TEORI
3
kebutuhan akan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan
gizi dalam tubuhnya.
d. Faktor Jarak Kelahiran
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2
tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat
mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka
anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi
anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah
2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan
kualitas janin atau anak yang rendah dan juga akan merugikan
kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup
untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya).
e. Faktor Paritas
Paritas jumlah anak merupan keadaan wanita yang berkaitan
dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi status gizi ibu nifas. Paritas
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi.
Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4
kali atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan:
1) Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi
2) Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim
3. Akibat Kekurangan Energi Kronik
a. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain: anemia, perdarahan, berat badan
ibu tidak bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi,
sehingga akan meningkatkan kematian.
4
b. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan premature atau
sebelum waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan
tindakan operasi cesar cenderung meningkat.
c. Janin
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra
partum, lahir dengan berat badan rendah.
4. Cara Pencegahan KEK
Makan makanan yang bervariasi dan cukup mengandung kalori dan
protein termasuk makanan pokok seperti nasi, ubi, dan kentang setiap
hari dan makanan yang mengandung protein seperti daging, ikan, telur,
kacang-kacangan atau susu sekurang- kurangnya sehari sekali. Minyak
dari kelapa atau mentega dapat ditambahkan pada makanan untuk
meningkatkan pasokan kalori. Kurang gizi juga dapat dicegah secara
bertahap dengan mencegah cacingan, infeksi, dan muntaber melalui
sanitasi yang baik dan perawatan kesehatan, terutama mencegah
cacingan. Pemberian makanan tambahan dan zat besi pada ibu yang
menderita KEK dan berasal dari Gakin dapat meningkatkan
konsentrasi Hb walaupun besar peningkatannya tidak sebanyak ibu
hamil dengan status gizi baik.
B. Anemia
1. Pengertian Anemia
Merupakan kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu
memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan
tubuh yg membutuhkannya (Tarwoto & Wartonah, 2008). Anemia
adalah penurunan kadar hemoglobin
5
(Hb), hematokrit atau menghitung eritrosit (red cell account) yang
akan berakibatkan pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah. (Sudoyo aru, dalam Nurarif & Kusuma, 2015). Anemia
adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal yang biasa di kenal dengan kurang darah.
Berkurang nya sel darah matang yang membawa oksigen ke seluruh
tubuh jaringan yang dijalankan oleh protein yang disebut hemoglobin
(Hb) dengan ambang normal 11,5 - 16,5 gr/dl untuk perempuan dan
12,5 gr/dl – 18,5 gr/dl untuk laki-laki (Suryoprajogo, 2009).
Menurut Ayahbunda, (2013) anemia pada post partum merupakan
komplikasi yang sering dijumpai dan paling sering dialami dimasa
masa persalinan, dimana salah satu penyebab utamanya adalah infeksi.
Terutama bagi ibu bersalin yang mengalami perdarahan saat
persalinan. Proses persalinan berlangsung lama dan ibu biasanya
menderita anemia sejak masa kehamilan. Menurut Suprianti, (2010)
dalam penelitian Wahyuningsih, (2014) terdapat hubungan antara
konsumsi makanan yang mengandung banyak protein dan sayuran
hijau serta istirahat yang cukup pada ibu nifas dengan anemia ringan
dengan pemeriksaan hemoglobin awal 9,7 gr/dl meningkat menjadi
11,7 gr/dl. Menurut Diana, (2008) dalam penelitian Wahyuningish,
(2014) terdapat hubungan antara diet tinggi kalori tinggi protein serta
KIE tentang nutrisi ibu nifas pada ibu postpartum yang mengalami
anemia ringan dari pemeriksaan Hb awal 9,6 gr/dl menjadi 11,6 gr/dl.
2. Karakteristik Anemia
a. Anemia Aplastik
Merupakan anemia yang disertai dengan pansitopenia pada darah
tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang
dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi
atau pendesakan sum-sum tulang.
6
b. Anemia Defisiensi Besi
Ialah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh,
sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang.
c. Anemia Megaloblastik
Anemia yang ditandai dengan adanya megaloblast dalam sum sum
tulang, dimana maturasi pada sitosplasma normal tetapi intinya
besar dengan susunan kromosom yang longgar.
d. Anemia Hemolitik
Anemia ini disebabkan oleh hemolisis yaitu pemecahan eritrosoit
dalam pembuluh darah yang belum waktunya.
e. Anemia Sel Sabit
Merupakan anemia yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan
gen hemoglobin detektif, dari masing maisng orangtua. (Handayani
& Sulystyo, 2008).
3. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebab nya menurut Tarwoto & Wartonah, (2008)
klasifikasi anemia dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Anemia karena hilangnya sel darah merah dimana biasanya terjadi pada
perdarahan aibat perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan
uterus, perdarahan hidung dan perdarahan akibat luka operasi.
b. Anemia karena menurunya produksi sel darah merah dapat disebabkan
karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin
B12, dan zat besi).
c. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan sel darah merah
yang dapat terjadi karena overaktifnya Reticulo Endothelial System
(RES)
7
4. Tingkatan Anemia
Menurut ( Handayani&Sulystyo, 2008) :
a. Anemia ringan sekali dimana kadar hemoglobin ( Hb) 10g/dl – 13
gr/dl
b. Anemia ringan dimana kadar hemoglobin (Hb) 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
c. Anemia sedang dimana kadar hemoglobin (Hb) 6 gr/dl -<7,9 gr/dl
d. Anemia berat dimana kadar hemoglobin (Hb) <6 gr/dl
5. Tanda-tanda dan Gejala Anemia
Menurut Manuaba (2007) tanda-tanda dan gejala yang sering dialami
oleh ibu nifas dengan anemia adalah :
a. merasa lesu
b. cepat lelah
c. lemah yang berkepanjangan merupakan gejala khas anemia. Selain itu
juga muncul keluhan seperti: pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang dan kelemahan otot.
6. Pengaruh Anemia
Menurut Manuaba (2007) pengaruh anemia dalam masa nifas yaitu :
a. Terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan postpartum
b. Memudahkan infeksi puerperium
c. Terjadi decompensasio cordis yang mendadak setelah persalinan
d. Pengeluran ASI berkurang
e. Mudah terjadi infeksi mamae
7. Angka Kesakitan Dan Kematian Pada Ibu Nifas Dengan Anemia
Dalam jurnal “ Kontribusi Jenis Persalinan Terhadap Kejadian Anemia Pada
Ibu Post Partum” di Jawa Barat AKI yang dilaporkan pada tabel profil
kesehatan 2016 sebesar 684 kasus atau 74,19 per 100.000 KH dengan
22,95% terjadi pada saat persalinan, 48,2% waktu masa nifas dan 18,7%
pada waktu hamil. Kematian ibu berdasarkan pada kelompok umur < 20
tahun sebesar 9,94% , kelompok umur 20-30
8
tahun sebesar 54,82 dan > 35 tahun sebesar 31,72%. Cakupan pelayanan
ibu nifas di kota depok mencapai 91,1 dibawah angka cakupan di Jawa
Barat yaitu 95,4. Salah satu masalah yang dihadapi oleh ibu nifas adalah
anemia.
C. HPP (Hemorrhage Post Partum)
1. Pengertian Hemmorrhage Post Partum
HPP (Hemorrhage Post Partum) adalah perdarahan yang melebihi 500 ml
dalam jam pertama setelah anak lahir atau setara dengan pengeluaran darah
1000 ml pada secsio secarea.
HPP adalah perdarahan yang berasal dari tempat implantasi plasenta,
robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitar.
Perdararahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari
500-600 cc dalam 24 jam setelah aanak dan plasenta lahir.
2. Klasifikasi Perdarahan post partum dibagi menjadi 2:
a. HPP Primer (Early Post Partum Hemorrhage)
Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab utamanya
adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir.
c. HPP sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) Perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama.
3. Etiologi dan Manifestasi Klinik
Berdasarkan klasifikasi dan penyebab, etiologi perdarahan post partum
adalah:
a. Atonia Uteri
Yaitu keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan
uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi
plasenta setelah bayi lahir.
Faktor presdiposisi: Regangan rahim yang berlebihan karena gemeli,
polihidramnion, atau anak terlalu besar, kelelahan karena persalinan lama
atau persalinan kasep, ibu dengan keadaan umu yang jlek, anemis, atau
menderita penyakit menahun, mioma uteri yang menganggu kontraksi
rahim, infeksi intra uterin, adaa riwayat atonia
9
uteri, umur yang terlalu tua atau terlalu muda, prioritas sering dijumpai
pada multipara atau grande multipara, malnutrisi.
Diagnosis: Bila setelah bayi lahir dan plasenta lahir ternyata perdarahan
masih aktif, banyak, dan bergumpal. Pada palpasi didapatkan fundus
uteri masih setinggi pusat atau lebih. Kontraksi yang lembek.
Gejala Klinik: perdarahan pervaginam, kontraksi uteri lemah, anemia,
konsistensi rahim lunak.
Penanganan: sikap trendelenburg dan memberika O2, merangsang
kontraksi uterus dengan cara (masase fundus uteri dan merangsang
puting susu, pemberian oksitosin dan turunan egometrin IM, IV atau SC,
pemberian derivate prostaglandin, pemberian misoprostol 800- 1000 mg
per rectal, KBI/KBE dan kompresi aorta abdominalis, bila semua
tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operatif
laparotomi dengan pilihan bedah konservatif/mempertahankan uteru atau
melakukan histerektomi), kenali dan tegakkan diagnosis kerja atonia
uteri, antisipasi dini kebutuhan darah dan lakukan transfusi sesuai
kebutuhan, jika perdarahan terus berlangsung pastikan plasenta lahir
lengkap.
b. Robekan Jalan lahir
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta lahir lengkap, kontraksi
rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir.
Gejala Klinik: darah segar yang mengalir segera bayi lahir, uterus
berkontraksi dan keras, plasenta lengkap, pucat dan lemah.
Penanganan: periksa dengan seksama dan perbaiki robekan pada serviks,
vagina, dan perineum. Lakukan uji beku darah jika perdarahan terus
berlangsung, bila terjadi koagulopati lakukan penanganannya.
c. Sisa Plasenta
Penanganan: raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta,
eksplorasi manual uterus. Keluarkan sisa plasenta dengan tangan,
10
cunam ovum, atau kuret besar. Jika perdarahan terus berlangsung
lakukan uji beku darah.
d. Retensio Plasenta
Penanganan: jika plasenta terlihat divagina minta ibu untuk mengedan,
pastikan kandung kemih kosong, jika plasenta belum lahir berikan 10
unit oksitosin IM, jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit
pemberian oksitosin dan terasa berkontraksi lakukan PTT, jika traksi tali
pusat terkendali belum berhasil cobalah untuk melakukan manual
plasenta, jika terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotika.
e. Inverse Uterus
Penaganan: jika ibu merasakan kesakitan, berikan petidin 1 mg/kgBB
secara IV atau IM, jika perdarahan berlangsung lakukan uji beku darah,
berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal setelah mereposisi uterus,
jika terdapat tanda infeksi berikan antibiotika untuk metriris.
4. Penanganan
Pencegahan perdarahan post partum , mencegah atau sekurang- kurangnya
bersikap siaga pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan
adalah penting. Tindakan pencegahan tidak hanya dilakukan sewaktu
bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan
antenatalcare yang baik, ibu yang mempunyai riwayat perdarahan post
partum sangat dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit. Dirumah sakit
diperiksa keadaan fisik, keadaan umur, kadar Hb, golongan darah, dan
bila mungkin tersedia donor darah, sambil mengawasi persalinan
dipersiapkan untuk keperluan infus dan obat- obatan penguat rahim
(uterotonika) setelah ketuban pecah kepala janin mulai membuka vulva,
infus dipasang sewaktu bayi lahir diberikan 1 ampul metergin atau
kombinasi dengan satuan sintosinon (sintro metrin intravena) hasilnya
biasanya memuaskan.
11
5. Angka Kesakitan dan Kematian Ibu Nifas dengan Perdarahan Post Partum
Menurut komplikasi utama yang menyebabkan kematian ibu hampir 75%
adalah perdarahan hebat (kebanyakan perdarahan setelah melahirkan).
Infeksi (biasanya setelah melahirkan), tekanan darah tinggi selama
kehamilan (Pre eklamsia dan eklamsia). WHO melaporkan 25% kematian
maternal diakibatkan oleh perdarahan postpartum dan dihitungkan ada
100.000 kematian maternal setiap tahunnya. Perdarahan post partum terjadi
pada 30% dari seluruh kematian maternal di Asia dan Afrika.
12
BAB III TINJAUAN
KASUS
A. Hasil Pengkajian
1. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Pengkajian
Tanggal : 15 September 2022
Jam : 08.00 WIB
Tempat : Ruang Bougenville RS Puri Asih
a. Data Subjektif
1) Identitas
Nama Ibu : Ny. A Nama Suami : Tn. R
Umur : 25 tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Suku/Bangsa :
Sunda/Indonesia Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Pekerjaan : Pedagang
Tangga
Alamat : Kp. Karyawan Alamat : Kp. Karyawan
Rt. 02 Rw. 01, Ds. Jatiragas, Rt. 02 Rw. 01, Ds. Jatiragas,
Kec.Jatisari, Kab. Karawang Kec.Jatisari, Kab. Karawang
13
2) Keluhan Utama
Ibu menyatakan merasa lemas, pusing dan jalan lahir keluar darah sur-
sur an.
3) Riwayat Sosial Ekonomi
a) Riwayat Pernikahan
Ibu mengatakan menikah sejak usia 24 tahun, status sah.
b) Respon Ibu dan keluarga terhadap persalinan
Ibu menyatakan ibu, suami, dan keluarga senang dengan kelahiran
bayinya dan ibu merasa takut karena banyak mengeluarkan darah
c) Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu menyatakan dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan
suami dan ibu sendiri
4) Riwayat Menstruasi
Menarch umur 13 tahun, lama menstruasi 7 hari, siklus teratur setiap
bulan, tidak mengalami nyeri perut hebat atau disminorhea, jumlah 2x
ganti pembalut/hari.
HPHT : 8 Desember 2021
HPL : 15 September 2022
5) Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
6) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
(1) Ibu menyatakan dari dulu tidak pernah menderita penyakit
jantung yang ditandai dengan jantung berdebar-bedar dan mudah
lelah.
(2) Ibu menyatakan dari dulu tidak pernah menderita penyakit asma
yang ditandai dengan sesak nafas
(3) Ibu menyatakan dari dulu tidak pernah menderita penyakit
diabetus militus yang ditandai dengan sering makan, sering
minum, sering kencing dan luka sulit sembuh.
14
(4) Ibu menyatakan dari dulu tidak pernah menderita penyakit
hipertensi yang ditandai dengan pusing yang berlebihan dan
tekanan darah tinggi
(5) Ibu menyatakan dari dulu tidak pernah menderita penyakit
malaria yang ditandai demam disertai menggigil
(6) Ibu menyatakan dari dulu tidak pernah menderita penyakit
menular seksual (PMS) yang ditandai dengan keputihan yang
berlebihan keputihan yang berbau dan gatal.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Ibu menyatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit
jantung yang ditandai dengan jantung berdebar-bedar dan mudah
lelah.
(2) Ibu menyatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit asma
yang ditandai dengan sesak nafas
(3) Ibu menyatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit
diabetus militus yang ditandai dengan sering makan, sering
minum, sering kencing dan luka sulit sembuh.
(4) Ibu menyatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit
hipertensi yang ditandai dengan pusing yang berlebihan dan
tekanan darah tinggi
(5) Ibu menyatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit
malaria yang ditandai demam disertai menggigil
(6) Ibu menyatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit
menular seksual (PMS) yang ditandai dengan keputihan yang
berlebihan keputihan yang berbau dan gatal.
(7) Ibu menyatakan sekarang merasa lemas dan pusing.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
(1) Ibu menyatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang
menderita penyakit jantung yang ditandai dengan jantung
berdebar-bedar dan mudah lelah.
15
(2) Ibu menyatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang
menderita menderita penyakit asma yang ditandai dengan sesak
nafas
(3) Ibu didalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang menderita
menderita penyakit diabetus militus yang ditandai dengan sering
makan, sering minum, sering kencing dan luka sulit sembuh.
(4) Ibu menyatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang
menderita penyakit hipertensi yang ditandai dengan pusing yang
berlebihan dan tekanan darah tinggi
(5) Ibu menyatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang
menderita penyakit malaria yang ditandai demam disertai
menggigil
(6) Ibu menyatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang
menderita penyakit menular seksual (PMS) yang ditandai dengan
keputihan yang berlebihan keputihan yang berbau dan gatal.
(7) Ibu menyatakan didalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang
mempunyai riwayat keturunan kembar dan cacat bawaan.
7) Riwayat Kehamilan
a) Hamil pertama, belum pernah keguguran
b) Gerakan Janin : 10 kali/hari
c) Kunjungan ANC :
Trimester I : 3 kali dibidan
Trimester II : 2 kali di puskesmas
Trimester III : 2 kali di dr. Sp.OG
d) Imunisasi TT : Lengkap
e) Jamu/Obat : Tidak mengkonsumsi
f) Keluhan :
Trimester I : mual, muntah (asam folat, Vitonal M sy)
Trimester II : Tidak Ada Keluhan (Fe, Kalk, B Comp)
16
Trimester III : Pusing, lemas, mata kunang-kunang, sering
mengantuk
g) Ada riwayat anemia pada usia kehamilan 36 minggu
8) Riwayat Persalinan Sekarang
a) Waktu persalinan : 15 September 2022, jam 10.00 Wib
b) Jenis Persalinan : Spontan
c) Penolong : Bidan Vk
d) Umur Kehamilan : 40 minggu
e) Tempat : Ruang Bougenville RS Puri Asih
f) Lama Persalinan :
Kala I : Berlangsung 6 jam, perdarahan 50 cc
Kala II : Berlangsung 30 menit, perdarahan 100 cc
Kala III : Berlangsung 5 menit, perdarahan 100 cc Kala
IV : Berlangsung 2 jam, perdarahan 250 cc
g) Komplikasi persalinan : Anemia Sedang
h) Bayi
Jenis Kelamin : Laki-laki Berat
Lahir : 2700 gram
Panjang Badan : 48 cm Lingkar
Kepala : 31 cm Lingkar
Dada : 32 cm
Apgar Score : 7/8/9
i) Plasenta
Lahir : Lengkap
Kotiledon : Lengkap
Tali pusat : Normal
Kelainan : Tidak ada
9) Riwayat Nifas
a) Lokhea : Rubra
b) Mobilisasi : Mulai bisa miring kanan kiri
c) Menyusui : belum menyusui bayi, bayi tidak di IMD
d) Colostrum : belum keluar
17
e) Hb Terakhir : 8,4 gr/dL
f) Transfusi darah : 2 kolf pada tanggal 15 September 2018 jam
10.00 Wib
10) Riwayat Sosial Budaya
Ibu menyatakan didaerahnya ada tradisi pantang makan.
11) Pola Kebiasaan Hidup Sehat
a) Ibu, suami, dan anggota keluarga yang lain menyatakan tidak pernah
merokok, tidak minum-minuman keras dan tidak mengkonsumsi
obat-obatan terlarang
b) Ibu menyatakan ibu, suami, dan keluarga lainnya tidak merokok
12) Pola Pemenuhan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Ibu menyatakan makan 1 piring dengan bubur, lauk sayur dan
minum 1 gelas air putih, ibu merasa pusing dan lemas.
b) Pola Eliminasi
Ibu menyatakan BAK masih menggunakan kateter dan belum BAB.
c) Pola Personal Hygiene
Ibu menyatakan setalah melahirkan sudah diseka 1 kali, dan sudah
ganti pembalut. Keluhan : keluar darah sur-sur an dari jalan lahir.
d) Pola Istirahat
Ibu menyatakan belum bisa tidur karena merasa pusing dan lemas.
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
KU : Lemas
TD : 90/60 MmHg
R : 18 x/menit
S : 37,5
Kesadaran : Composmentis
TB : 150 cm
18
BB sebelum hamil : 38 kg BB
setelah hamil : 45 kg IMT 20
Lila : 22,5
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Kepala : Rambut bersih tidak ada ketombe
Wajah : Pucat, tampak cemas tidak ada cloasma
gravidarum dan tidak oedema
Mata : Sklera tidak kuning, konjungtiva pucat
Telinga : Simetris, tidak ada serumen
Hidung : Tidak ada secret, tidak ada polip
Mulut : Bibir pucat, lidah bersih, gigi tidak caries
Leher : Tidak tampak pembesaran kelenjar thyroid,
kelenjar limfe maupun vena jugularis
Dada : Simetris, hiperpigmentasi areola mamae, puting
susu menonjol, ASI belum keluar
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, terdapat line
nigra
Genetalia : Bersih, ada luka bekas jahitan grade 2 dan
keluar darah 350 cc, lokhea rubra, pembalut
penuh darah , tidak ada oedema pada vulva
Anus : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas :
Atas : Tidak oedema, kuku jari tidak pucat
Bawah : Tidak oedema, kuku jari tidak pucat
b) Palpasi
Leher :Tidak tampak pembesaran kelenjar thyroid,
kelenjar limfe maupun vena jugularis
Dada : Kolostrum belum keluar
Abdomen :
TFU : Sepusat
19
Kontraksi : Lembek
Massa : Tidak
c) Auskultasi
Dada : Tidak terdengar bunyi ronchi maupun
wheezing
Abdomen : Terdengar bising usus 20 kali/menit, tidak
kembung
d) Perkusi
Reflek Patella : +/+
3) Pemeriksaan Penunjang
Hb : 8,4 gr/dL
Golongan Darah :B
HbSAg : negatif
c. Assesment
Ny. A P1a0 Umur 25 Tahun Nifas Patologis 6 Jam Post Partum Dengan
Kek, Anemia Sedang, dan Hemorhage
d. Planning
1) Memberitahu ibu bahwa ibu mengalami kekurangan darah dengan Hb
yaitu 8,4 gr/dl.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan bidan, dan ibu merasa sedikit
cemas dan khawatir.
2) Memberikan inform concent kepada ibu untuk dilakukan tindakan infus
RL dan dilakukan transfusi darah
Evaluasi : Ibu bersedia dilakukan transfusi darah
3) Memberitahu ibu pada pukul 16.00 Wib akan dilakukan transfusi darah
untuk kedua kali, karena ibu masih kekurangan darah dengan Hb ibu
masih rendah 8,4 mg/dL
Evaluasi : Ibu bersedia dilakukan transfusi darah, dan ibu merasa
sedikit tenang
4) Melakukan eksplorasi jaringan
a) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan panjang steril
b) Membersihkan daerah perineum dan vulva dengan kapas
20
antiseptik
c) Mengantiseptik sarung tangan secara merata memasukkan jari
telunjuk kedalam cagina kemudian membersihkan gumpalan darah
d) Masukkan tangan secara obstetri
e) Setelah menyentuh cavum uteri melakukan eksplorasi untuk
mengeluarkan sisa plasenta dan kiri berada di fundus uteri
f) Memindahkan tangan kiri ke supra sympisis untuk menahan uterus
pada saat sisa plasenta dikeluarkan
g) Memastikan tidak ada sisa plasenta yang tertinggal dicavum uteri
h) Mengeluarkan tangan secara obstetri
i) Dekontaminasi sarung tangan kedalam larutan klorin dan buka
secara terbalik
j) Cuci tangan
Evaluasi: Eksplorasi telah dilakukan, ada sisa plasenta yang tertinggal
dan sudah berhasil dikeluarkan.
5) Memberikan injeksi ergometrin 0,2 mg secara IM untuk membantu
kontraksi uterus
Evaluasi: sudah diberikan injeksi ergometrin 0,2 mg secara IM
6) Melakukan pemantauan perdarahan, tanda-tanda vital dan kontraksi
uterus selama 2 jam
Evaluasi : Perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi dengan baik
7) Menganjurkan ibu untuk makan minum, serta memenuhi kebutuhan
nutrisinya dengan gizi yang seimbang seperti makan makanan yang
mengandung zat besi (daging merah, sayur-sayur an hijau, dan buah-
buahan) untuk meningkatkan kadar hemoglobinnya.
Evaluasi : Ibu mau melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan
8) Memberikan terapi asam mefenamat 500 mg diminum 3x sehari dan
amoxilin 500 mg diminum 3x sehari serta diberikan tablet Fe 600 mg
perhari
Evaluasi: Obat sudah diberikan oleh bidan, sudah diminum ibu
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas merupakan masa setelah seseorang melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang memerlukan
waktu 6-12 minggu.
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan dimana
status gizi seseorang buruk disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan
sumber energi yang mengandung zat gizi makro yang berlangsung lama atau
menahun.
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau
menghitung eritrosit (red cell account) yang akan berakibatkan pada
penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
HPP (Hemorrhage Post Partum) adalah perdarahan yang melebihi
500 ml dalam jam pertama setelah anak lahir atau setara dengan pengeluaran
darah 1000 ml pada secsio secarea.
B. Saran
Diharapkan Ibu dan calon ibu hamil lebih berhati-hati atau lebih waspada
dalam menjaga pola nutrisi dengan gizi yang seimbang agar tidak terjadi
Kekurangan Energi Kronik dan pola hidup sehat sedari dini. Melakukan
pengecekan laboratorium seperti mengecek kadar hemoglobin untuk
mengetahui kadar hemoglobin dalam tubuhnya berapa. Supaya ada antisipasi
untuk mencegah anemia serta perdarahan pada ibu.
22
DAFTAR PUSTAKA
Baliwati, Y.F. 2006. Pangan dan Gizi untuk Ibu Hamil. Swadaya
Sukma, Febi. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Pitriani, Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal
(Askeb III). Yogyakarta: Deepublish
23
Peraturan perundang-undangan
1. Kek
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51
TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN
TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI.
Pasal 1
(1) Untuk memenuhi kecukupan gizi bagi bayi, balita, anak
usia sekolah, wanita usia subur, ibu hamil, dan ibu nifas,
diberikan suplementasi gizi.
(2) Suplementasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan penambahan makanan atau zat gizi yang
diberikan dalam bentuk:
a. makanan tambahan;
b. tablet tambah darah;
c. kapsul vitamin A; dan
d. bubuk tabur gizi.
(3) Suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan
makanan tambahan dengan formulasi khusus dan
difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan
kepada:
a. balita 6-59 bulan dengan kategori kurus;
b. anak usia sekolah dasar dengan kategori kurus; dan
c. ibu hamil kurang energi kronis.
(4) Suplementasi gizi dalam bentuk tablet tambah darah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan
suplemen gizi dengan kandungan paling sedikit zat besi
dan asam folat yang diberikan kepada wanita usia subur
dan ibu hamil.
(5) Suplementasi gizi dalam bentuk kapsul vitamin A
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
kapsul yang mengandung retinol (palmitat/asetat) dosis
24
tinggi yang diberikan kepada bayi, anak balita, dan ibu
nifas.
(6) Suplementasi gizi dalam bentuk bubuk tabur gizi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan
bubuk multi vitamin dan mineral yang diberikan kepada
balita 6-24 bulan.
Pasal 2
(1) Setiap produk suplementasi gizi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 ayat (2) yang beredar di Indonesia wajib
memenuhi standar.
(2) Standar produk suplementasi gizi dalam bentuk makanan
tambahan dan bubuk tabur gizi meliputi:
a. kandungan;
b. bahan tambahan pangan, bagi makanan tambahan;
c. cemaran mikroba dan logam berat;
d. pengolahan; dan
e. pengemasan dan pelabelan.
(3) Standar produk suplementasi gizi dalam bentuk makanan
tambahan dan bubuk tabur gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Standar produk suplementasi gizi dalam bentuk tablet
tambah darah dan kapsul vitamin A sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 3
Setiap produsen dalam memproduksi produk suplementasi gizi
harus memenuhi standar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 4
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan
25 dan pemerintah daerah melakukan
pembinaan terhadap pemenuhan standar produk
suplementasi gizi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(2) Kepala badan yang memiliki tugas dan fungsi di bidang
pengawasan obat dan makanan melakukan pengawasan
terhadap pemenuhan standar produk suplementasi gizi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi; dan/atau
b. monitoring dan evaluasi.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(5) Pelanggaran terhadap pemenuhan standar produk
suplementasi gizi sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri ini dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. setiap produsen yang memproduksi produk suplementasi
gizi dalam bentuk makanan tambahan dan bubuk tabur gizi
harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri
ini paling lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan; dan
b. produk suplementasi gizi dalam bentuk makanan tambahan
dan bubuk tabur gizi dari pengadaan pemerintah
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan yang lama tetap
dapat diedarkan sampai dengan batas kadaluwarsa produk.
Pasal 6
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 224/Menkes/SK/II/2007
26 tentang Spesifikasi Teknis
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI);
b. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
899/Menkes/SK/X/2009 tentang Spesifikasi Teknis
Makanan Tambahan Anak Balita 2-5 Tahun, Anak Usia
Sekolah Dasar dan Ibu Hamil; dan
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 Tahun 2013
tentang Standar Bubuk Tabur Gizi (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 916), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
A. Kandungan
1. Komposisi
Produk berbentuk biskuit yang terbuat dari terigu, lemak nabati tanpa
hidrogenasi, gula, susu, telur, kacang-kacangan, buah kering, diperkaya dengan
11 vitamin dan 7 mineral, dengan atau tanpa penambahan Bahan Tambahan
Pangan (BTP) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bahan pewarna sintetik,
pengawet, dan pemanis buatan tidak boleh dipergunakan. Semua bahan yang
digunakan harus bermutu, bersih, aman, dan sesuai untuk dikonsumsi ibu hamil.
2. Syarat Mutu
Zat Gizi yang dikandung makanan tambahan dihitung dalam 100 gram produk
Komposisi Gizi dalam 100 gram Produk
No Zat Gizi Satuan Kadar
1 Energi kkal Minimum 450
28
Protein (kualitas protein tidak
2 g Minimum 10
kurang dari 65% kasein standar)
3 Total Lemak : g Minimum 20
Minimum
300/100kkal
Atau
AsamLinoleat mg
1,5 gr/100 gr
produk
Karbohidrat:
4 Sukrosa g Maksimum 20
Serat g Minimum 5
5 Vitamin A* mcg 450-900
6 Vitamin D mcg 7.5-15
7 Vitamin E mg 7.5-15
8 Thiamin mg 0.7-1.4
9 Riboflavin mg 0.8-1.6
10 Niasin mg 8-16
11 Vitamin B12 mcg 1.3-2.6
12 Folat mcg 300-600
13 Vitamin B6 mg 0.8-16
14 Asam Pantotenat mg 3-6
15 Vitamin C mg 43-85
16 Besi ** mg 11-18
17 Kalsium *** mg 250-450
Maksimum
18 Natrium mg
500
19 Seng mg 7-14
20 Iodium**** mcg 70-110
Keterangan :
* Vitamin A ditambahkan dalam bentuk retinil asetat
** Besi ditambahkan dalam bentuk senyawa ferro fumarat
29
*** Kalsium ditambahkan dalam bentuk kalsium laktat
**** Iodium ditambahkan dalam bentuk kalium iodat
***** Selenium yang ditambahkan dalam bentuk sodium selenite
****** Fluor tidak boleh ditambahkan hanya bawaan dari bahan Baku Mikronutrien
lainnya ditambahkan dalam bentuk senyawa yang telah direkomendasikan pada List
CAC/GL 09 1987 (CODEX).
B. Bahan Tambahan Pangan (BTP)
1. Penggunaan BTP harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-perundangan.
2. BTP pewarna sintetik, pengawet dan pemanis buatan tidak boleh
dipergunakan.
C. Cemaran
Harus memenuhi batas cemaran mikroba, logam berat, dan cemaran lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
D. Pengolahan
1. Pengolahan produk dilakukan dengan menerapkan cara
produksi pangan olahan yang baik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Proses pengolahan menggunakan teknologi industri guna
memperoleh produk yang berkualitas.
E. Pengemasan dan Pelabelan
1. Produk dikemas sedemikian rupa untuk mempertahankan
kualitas, keamanan, dan kemanfaatan produk.
2. Pelabelan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Ketentuan lain yang harus dicantumkan pada label sebagai
berikut:
a) Peruntukan produk: “makanan tambahan untuk ibu hamil
kurang energi kronik”
b) Takaran saji dan anjuran konsumsi sehari, sesuai dengan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri.
2. Anemia
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88
30
TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI
WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI
WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL.
Pasal 1
Standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 2
Standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai acuan bagi
Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan
semua pihak yang berkaitan dengan program pemberian tablet tambah
darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil.
Pasal 3
Tablet tambah darah yang akan digunakan sebagai program pemberian
tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil wajib memiliki
izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 4
(1) Pembinaan terhadap standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil dilaksanakan oleh Menteri, kepala dinas kesehatan provinsi, dan kepala
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-
masing secara terpadu.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. komunikasi, informasi, dan edukasi;
b. pemberdayaan masyarakat;
c. monitoring, evaluasi, bimbingan teknis; dan
d. supervisi.
(3) Pengawasan terhadap standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil dilaksanakan oleh Kepala Badan Badan yang melaksanakan tugas dan
tanggung jawab di bidang pengawasan obat dan makanan.
Pasal 5
(1) Pihak yang menyediakan tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil wajib mengacu dan menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri ini
paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini
diundangkan.
(2) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun produk tablet tambah darah bagi
wanita usia subur dan ibu hamil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih
beredar di masyarakat, pihak yang menyediakan tablet tambah darah bagi wanita
usia subur dan ibu hamil wajib menarik produk tablet tambah darah bagi wanita
31
usia subur dan ibu hamil.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
33
3. Hpp (Haemorarge post partum)
34