Disusun Oleh:
1. Fatimah
2. Fitri Yanti Nurkhasanah
3. Nina Parera Zainal
4. Susana
5. Siti Aisyah Dermawan
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan study
kasus ini dapat diselesaikan. Study kasus Ini disusun sebagai tugas mata
kuliah dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Patologi Post
Partum hari ke - 1 dengan Anemia Sedang di RS. Hermina Depok.
Terimakasih disampaikan kepada:
1. Ibu dosen Nurlia. R, M. Kes selaku Pembimbing Pendidikan dalam
penyusunan makalah ini.
Tentu banyak kekurangan yang masih luput dari pencermatan kami,
semata-mata kekurang mampuan kami dalam hal bahasa ataupun
penguasaan materi. Kritik, masukan, dan saran yang membangun sangat
diharapkan oleh kami demi perbaikan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi semua.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 6
A. Latar Belakang................................................................................... 6
B. Tujuan................................................................................................ 8
C. Manfaat.............................................................................................. 8
A. Anemia............................................................................................. 10
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................... 33
BAB V PENUTUP...................................................................................... 37
A. Kesimpulan...................................................................................... 37
B. Saran................................................................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu
status kesehatan (Saifuddin, 2009). Dalam literatur demografi, Angka
Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator yang menunjukkan banyaknya
kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab
lain, per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2011).
Hasil SDKI terbaru (selanjutnya disebut SDKI-2012)
menyebutkan, sepanjang periode 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak
cukup tajam. Diketahui, pada 2012, AKI mencapai 359 per 100 ribu
penduduk atau meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi
pada 2007, yang hanya sebesar 228 per 100 ribu penduduk.
Berdasarkan laporan rutin Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)
tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu dari 228 per 100.000 yaitu
perdarahan sekitar 84 kasus (39%), eklampsia sekitar 49 kasus (20%),
infeksi 21 kasus (7%) dan lain-lain 71 kasus (33%) per 100.000 kelahiran
hidup (Depkes, 2008).
Selain itu, keadaan ibu sejak pra-hamil dapat berpengaruh terhadap
kehamilannya. Penyebab tak langsung kematian ibu ini antara lain adalah
anemia (Saifuddin, 2009).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin di bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr%
pada trimester 2. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi
wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
(Prawiroharjo, 2010).
Menurut Manuaba (2009), angka anemia pada nifas di Indonesia
cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung
pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang
sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim.
Angka kejadian anemia di Indonesia semakin tinggi dikarenakan
penanganan anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum
kehamilan. Berdasarkan profil kesehatan tahun 2010 didapatkan data
bahwa cakupan pelayanan K4 meningkat dari 80,26% (tahun 2007)
menjadi 86,04% (tahun 2008) (Depkes, 2008).
Di Yogyakarta sendiri, untuk situasi gizi ibu hamil, prevalensi ibu
hamil anemia masih pada kisaran 15% sampai 39% di 4 Kabupaten/Kota,
kecuali di Kabupaten Sleman anamia bumil sudah di bawah 15 % (Profil
Kesehatan Propinsi DIY, 2012).
Di Rumah sakit Hermina Depok, angka kejadian ibu dengan
anemia sedang pada tahun 2013 yaitu 9,09% atau 9 orang dari 99 ibu
hamil.
Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak
negative terhadap janin yang di kandung dari ibu dalam kehamilan,
persalinan maupun nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan berat
badan lahir rendah (BBLR), partus prematur, abortus, pendarahan post
partum, partus lama dan syok. Hal ini tersebut berkaitan dengan banyak
faktor antara lain; status gizi, umur, pendidikan, dan pekerjaan (Sarwono
Prawirohardjo, 2011).
Dampak kekurangan zat besi pada nifas dapat diamati dari
besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka
kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan resiko terjadinya
gangguan seperti sub involuti uterus, perdarahan syok gampang terjadi
infeksi, menambah angka kesakitan dan kematian ibu. (Arisman, 2004).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk menulis makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
post partum hari ke 1 Patologi dengan Anemia Sedang Di Rumah Sakit
Hermina Depok.
Asuhan Kebidanan Nifas Patologi Post Partum hari ke 1 dengan
Anemia Ringan Di Rumah Sakit Hermina Depok.
Tujuan
Diharapkan setelah melihat studi kasus yang ada di lapangan
mahasiswa mampu:
1. Umum
Memahami dan memberikan penatalaksanaan pada pasien dengan
kasus anemia menggunakan Management Varney secara komprehensif.
2. Khusus
a. Mengetahui pengertian, etiologi, dan gejala dari anemia
b. Mengetahui penatalaksanaan anemia pada ibu hamil sesuai 7
langkah Varney, yaitu:
1. Pengkajian data
2. Interpretasi data
3. Diagnosa potensial
4. Antisipasi tindakan segera
5. Perncanaan
6. Pelaksanaan
7. Evaluasi
B. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Hermina Depok
Menambah suasana belajar dengan melakukan asuhan secara langsung
pada pesien dengan tetap memperhatikan Standart Operasional
Prosedur.
2. Bagi Institusi Bhakti Asih Politeknik Purwakarta
Untuk menambah referensi bacaan mahasiswa dan evaluasi
pembelajaran pratikum di lapangan
3. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan kemampuan untuk membandingkan teori dengan
praktik lapangan
b. Dapat mengetahui asuhan yang dilakukan pada pasien dengan
anemia
c. Dapat menjadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar pengalaman
praktik di lapangan.
BAB II
POSTPARTUM DENGAN ANEMIA
A. Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 minggu – 8 minggu.
(Khasanah A.N., dan Sulistyawati W, 2017)
h. Laktasi
Masa laktasi (menyusui) sudah disiapkan sejak dari kehamilan. Air
Susu Ibu (ASI) akan mengalami perubahan mulai dari ASI yang disebut
kolostrum sampai dengan ASI matur. Kolostrum merupakan ASI yang
muncul dari hari pertama sampai hari ketiga berwarna kekuningan dan
agak kasar karena banyak mengandung lemak dan sel-sel epitel, dan
mengandung kadar protein tinggi (Wahyuningsih, 2018).
i. Sistem Perkemihan
Pada 24 jam pertama buang air kecil banyak yang mengalami
kesulitan karena ruang spingter ani dan edema leher kandung kemih
didapatkan antara kepala janin dan tulang kemaluan selama bekerja.
Dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan urin jumlahnya bertambah
banyak setelah melahirkan. Setelah lahirnya plasenta ibu mengalami
diuresis karena kadar hormon estrogen bersifat menahan air sehingga
akanmengalami penurunan yang mencolok. Ureter berdilatasi akan
normalkembali dalam waktu 6 minggu (Wahyuningsih, 2018).
5. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan
metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama pada ibu
menyusui akan meningkat 25% karena berguna untuk proses pemulihan
dan memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
a. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca partum men-
capai 500 kkal. Rekomendasi ini berdasarkan pada asumsi bahwa tiap 100
cc. ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal. Efisiensi konversi energy
yang terkandung dalam makanan menjadi energi susu sebesar rata-rata
80% dengan kisaran 76-94 % sehingga dapat diperkirakan besaran en-
ergy yang diperlukan untuk menghasilkan 100cc susu sekitar 85 kkal.
b. Protein
Selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan protein diatas
normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini adalah tiap 100 cc ASI
mengandung 1,2 gram protein. Dengan demikian 830 cc ASI
mengandung10gram protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi
protein susu hanya 70% (dengan variasi perorangan). Peningkatan
kebutuhan ini ditunjukan bukan hanya transformasi menjadi protein susu,
tetapi juga sinitasi hormone yang memproduksi (prolaktin) serta yang
mengeluarkan ASI (Oksitosin).
c. Vitamin pada masa menyusui meningkat untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Beberapa vitamin yang penting antara lain :
1) Vitamin A untuk penglihatan berasal dari kuning telur ,hati, mentega,
sayur berwarna hijau, wortel, tomat dan nangka.
2) Vitamin B1 agar nafsu makan baik yang berasal dari hati, kuning telur,
tomat, jeruk, nanas.
3) Vitamin B2 untuk pertumbuhan dan pencernaan berasal dari hati,
kuning telur, susu, keju, sayuran hijau.
4) Vitamin B3 untuk proses pencernaan, kesehatan kulit, jaringan saraf
dan pertumbuhan. Sumbernya antara lain susu, kuning telur, daging,
hati,beras merah, jamur dan tomat.
5) Vitamin B6 untuk pembentukan sel darah merah serta kesehatan dan
gusi. Sumbernya antara lain gandum, jagung, hati dan daging.
Selain nutrisi tersebut, ibu menyusui juga dianjurkan makan makanan
yang mengandung asam lemak Omega 3 yang banyak ter- dapat pada ikan
kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang
akan dikeluarkan melalui ASI. Kalsium terdapat pada susu, keju, teri, dan
kacang-kacangan. Zat besi banyak terdapat pada makanan laut. Vitamin C
banyak terdapat pada buah-buahan yang memiliki rasa kecut, seperti jeruk,
mangga, sirsak, apel, tomat, dan lain-lain. Vitamin B-1 dan B-2 terdapat
pada padi, kacang-kacangan, hati, telur, ikan. Ada beberapa yang menurut
pengalaman masyarakat dapat memperbanyak pengeluaran ASI misalnya
sayur daun turi (daun katuk) dan kacang-kacangan.
d. Personal Hygiene
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil, biasanya ibu
post partum masih belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya.
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post
partum adalah :
1) Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada
bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat menyebabkan kulit
bayi mengalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dengan bayi.
2) Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengrti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus.
3) Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali dalam
sehari. Kadang hal in iterlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih ada
luka terbuka didalam rahim dan vagina sebagai satu- satunya port
deentrekuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga
suasana keasaman dan kebersihan vagina dengan baik.
4) Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selasai membersihkan
daerah kemaluannya.
5) Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk menyentuh daerah luka. Ini
yang kadang kurang diperhatikanoleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena rasa
ingin tahunya, tidak jarang pasien berusaha menyentuh luka bekas jahitan di
perineum tanpa memperhatikan efek yang dapat ditimbulkan dari tindakannya
ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan kebersihan tangannya sehingga
tidak jarang terjadi infeksi sekunder.
e. Mobilisasi
Menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain yang harus dilakukan secara
bertahap dan langsung setelah melahirkan.
f. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk memberikan
kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai senam kegel
membantu persiapan energi menyusui bayinya nanti. Kurang istirahat padaibu
post partumakan mengakibatkan beberapa kerugian misalnya :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan.
3) Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa
untuk kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga, harus dilakukan
secara perlahan-lahan dan bertahap. Selain itu, pasien juga perlu diingatkan untuk
selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur.Kebutuhan istirahat bagi
ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam
dan siang.
g. Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang.
h. Senam Nifas
Banyak diantara senam post partum sebenarnya sama dengan senam antenatal.
Hal yang paling penting bagi ibu adalah agar senam- senam tersebut hendaknya
dilakukan secara perlahan dahulu lalu se-makin lama semakin sering/kuat. Senam
yang pertama paling baik pal- ing aman untuk memperkuat dasar panggul adalah
senam kegel. Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila
memang memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudah
mengaktifkan otot-otot dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua,
anjurkanlah agar ibu tersebut tetap memcobanya. Senam kegel penyembuhan
postpartum dengan jalan membuat kontraksi dan pelepasan secara bergatian pada
otot- otot dasar panggul. (Kurniati. dkk, 2015)
6. Perubahan Sistem Reproduksi
a. Uterus
1) Pengerutan Rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses kem- balinya uterus pada kondisi sebelum
hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic (layu/mati). Perubahan ini
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba
dimana TFUnya (tinggi fundus uteri).
a) Padasaat bayi lahir, fundusuteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram
b) Pada akhir kala 3, TFU teraba 2 jari di- bawah pusat.
c) Satu minggu post fartum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan
berat 500 gram
d) 2 minggu post fartum, TFU teraba diatas simpisis dengan berat 350 gram
e) 6 minggu post partum fundus uteri mengecil (tidak teraba) dengan berat
50 gram.
f) 8 minggu post partum fundus uteri sebesar normal dengan berat 30gram
Perubahan ini berhubungan erat dengan perubahan miometrium yang bersifat
proteolisis.Involusi uterus terjadi melalui 3 proses yang bersamaan, antara lain :
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uteri.
b) Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanyaekstrogen dalam jumlah besar,
kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
ekstrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot
otot uterus lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan
meninggalkan lapisan basal yang akan
beregenerasi menjadi emdometrium yang baru.
c) Efek oksitosin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir.
Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. H ormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar
hypofisis memeperkuat dan mengetur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh
darah, dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uteri akan
mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas
luka tempat implantasi plasenta dan mengurangi pendarahan. Luka bekas
perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total.
2) Lochia
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochia mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochia berbau
amis atau anyir dengan volume yang berbeda- beda pada setiap wanita lokhea
yang berbau tidak sedap me- nandahkan adanya infeksi. Lochia dibedakan
menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
a) Lochia rubra/merah
Keluar pada hari pertama sampai hari keempat masa post partum. Cairan yang
keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochia sanguinolenta
Berwarna merah kecokelatan dan berlendir, sertaberlangsung dari hari keempat
sampai hari ketujuh post partum.
c) Lochia serosa
Berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan
atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14
d) Lochia alba/putih
Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut
jaringan yang mati. Berlangsung selama 2-6 minggu post partum Lochia yang
menetap padaawal awal post partum menunjukan adanya pendarahan sekunder
yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lochia
alba atau serosa yang berlanjut dapat menandahkan adanya endometritis, terutama
bila disertai dengan nyeri pada abdo- men dan demam. Bila terjadi infeksi, akan
keluar cairan nanah berbau busuk yang disebut dengan “ Lochia purulenta”.
Pengeluaran Lochia yang tidak lancar disebut dengan “Lochia statis” .
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu
ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah. Bagi setiap ibu yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya,
dan bagi si anak akan merasa puas dalam peluka ibunya, merasa aman, tenteram,
hangat akan kasih sayang ibunya. Hal ini merupakan faktor yang penting bagi
perkembangan anak selanjutnya. Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh
faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya
diri dan berbagai ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan
tidak terjadi produksi ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak
dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan lainnya karena hal
ini juga dapat mempengaruhi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik
harus dalam keadaan tenang.
A. Tinjauan Kasus
No. RM : 472049
Masuk Tanggal/jam : 20 Mei 2023/13.00 WIB
Ruangan : IGD
Pengkajian Tanggal/jam : 21 Mei 2023/07.30 WIB
Ruangan : VK
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif :
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny.W Nama : Tn.H
Umur : 37 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku/bangsa : Jwa Indonesia Suku / bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Kemejing II 33/9 Alamat : Kemejing, Semen
2. Anamnesa
a. Alasan Kunjungan : Ibu rujukan dari bidan dengan kasus rupture derajat IV.
b. Keluhan utama : Ibu mengatakan pusing dan lemas
c. Riwayat perkawinan :
Perkawinan : Pertama
Menikah umur : Istri 35 tahun, Suami 27 tahun
Lama perkawinan : 2 tahun
Status perkawinan : Sah
d. Riwayat Haid
Menarche : Umur 15 tahun
Lama menstruasi : 7-6 hari
Teratur/tidakteratur : Teratur
Sakit/ tidak : Sakit
Siklus : 28 hari
HPHT/ HPL : 14-8-2022/21-5-2023
e. Riwayat Obstetri
Tidak Ada
f. Riwayat Kontrasepsi : Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
g. Riwayat Kesehatan : Ibu mengatakan dirinya dan keluarganya tidak sedang dan
tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti Asma, Hipertensi, Jantung,
DM maupun penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, Hepatitis B.
h. Riwayat Persalinan Terakhir
Tidak Ada
i. Data Psikososial dan Spiritual
1. Pengetahuan ibu dan keluarga tentang masa nifas : Ibu mengatakan sudah
mengetahui apa itu masa nifas.
2. Pengambil ke putusan oleh :Ibu dan suami
3. Ibu tinggal bersama suami
4. Hewan peliharaan : Ibu tidak mempunyai hewan peliharaan apapun
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TB : 158 cm
BB sebelum hamil : 45 kg
BB sekarang : 62.5 kg
Vital Sign : N: 88 x/m,
R: 22 x/m,
S: 36,80C,
TD: 100/60 mmHg
3. Pemeriksaan Obstetric
Kepala : Mesoshepal, bersih, tidak ada massa.
Muka : Tidak ada oedema, pucat.
Mata :Konjungtiva pucat, sclera putih, simetris.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen.
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, bersih, tidak ada karies.
Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis.
Payudara :Simetrisputing susumenonjol, aerola hiperpigmentasi, tidak ada
benjolan, colostrum sudah keluar
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada retraksi dinding dada,
TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong.
Genetalia : Ada luka jahitan ruptur derajat IV, tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini, lokhea rubra.
Ektremitas : Tangan : Tidak oedema, terpasang transfusi darah.
Kaki : Tidak oedema, pucat
Anus : Tidak ada hemoroid.
3. Pemeriksaan penunjang Tgl : 20 Mei 2023/18.00 WIB
a. Golongan darah : B
b. Hb : 7,8 gr%
c. Protein Urin : Negatif
II. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny “W” umur 37 tahun P1 A0 Postpartum hari ke-1 dengan Anemia
Sedang
B. Masalah Ibu mengalami anemia sedang dikarenakan robekan jalan lahir
C. Kebutuhan 1. Nutrisi dan Cairan 2. Theraphy dan transfusi darah 1 kol
No. Rm :472049
Tanggal/Jam :22 Mei 2023/07.00 WIB
Ruangan :Nifas
A. Data Subyektif
Keluhan Utama yang dirasakan saat ini : Ibu mengatakan pusing lemas
sudah berkurang.
B. Data obyektif
1. KU: Baik kesadaran : Composmenti
2. TTV :
TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37ºC 3.
3. Konjungtiva pucat
4. Masih terpasang infus NaCl
5. Masih terpasang kateter
6. Abdomen Kontraksi : Keras TFU : 2 jari dibawah pusat
7. Genetalia
Ruptur derajat IV
Luka jahitan : Belum kering
Lochea : Rubra
Perdarahan : ±50 cc
8. Pemeriksaaan Lab Tanggal/jam : 22 Mei 2023/14.00 WIB
Hasil lab Hb : 8,9 gr%
Protein Urine : Negatif
C. Analisa Ny “W umur 37 tahun P1 A0 Postpartum hari ke-2 dengan Anemia
Sedang
C. Penatalaksanaan
Tanggal/jam : 22 Mei 2023/07.30 WIB
1. Observasi keadaan umum ibu, vital sign, TFU dan menganjurkan ibu
untuk istirahat cukup.
Hasil : keadaaan tanda vital ibu dalam keadaan normal, TD : 100/80
mmHg,R : 20 x/menit, N : 80 x/menit,TFU 2 jari dibawah pusat.
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia istirahat yang cukup
2. Memberitahu ibu bahwa tidak ada makanan pantang apapun selama
masa nifas, meganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi
protein, seperti daging, telur, tahu, tempe karena akan membantu
mempercepat pnyembuhan luka jahitan, dan mengonsumsi makanan
66 berserat sepert buah dan sayur agar tidak terjadi sembelit atau
konstipasi. Evaluasi : ibu sudah mengerti dan bersedia mengonsusi
makanan yang di anjurkan.
3. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar.
valuasi : ibu ibu bersedia
4. Memberi ibu terapi obat yaitu
a. Asam mefenamat 3x500mg
b. Amoxicilli 3x 500mg
c. Vitamin C 1x100mg
d. Solvitron 2x200 mg
DATA PERKEMBANGAN SOAP II
No. Rm : 472049
Tanggal : 23 Mei 2023/07.00 WIB
Ruangan : Nifas
A. Data Subyektif
Keluhan Utama yang dirasakan saat ini : Ibu mengatakan sudah mulai
membaik.
B. Data obyektif
1. KU: Baik kesadaran : Composmentis
2. TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5ºC
3. Konjungtiva merah muda
4. Infus sudah dilepas jam : 07.30 WIB
5. Kateter sudah dilepas jam : 06.00 WIB
6. Abdomen Kontraksi : Keras TFU : 2 jari dibawah pusat
7. Genetalia
Ruptur derajat IV
Luka jahitan : Belum kering
Lochea : Rubra
Perdarahan : ±25 cc
8 Pemeriksaaan Lab Tanggal : 23 Mei 2016
Hasil lab Hb : 10,9 gr%
Protein Urine : Negatif
C. Analisa Ny “W” umur 37 tahun P1 A0 Postpartum hari ke-3 dengan Anemia
Sedang
D. Penatalaksanaan
Tanggal/jam : 23 Mei 20123/10.30 WIB
1. Observasi keadaan umum ibu, vital sign, dan TFU
Evaluasi : hasil keadaaan tanda vital ibu dalam keadaan normal, TD :
110/80 mmHg, R : 20 x/menit, N : 80 x/menit, TFU 2 jari dibawah
pusat.
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup Evaluasi : ibu mengerti dan
bersedia istirahat yang cukup
3. Memberitahu ibu bahwa tidak ada makanan pantang apapun selama
masa nifas, menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi
protein, seperti daging, telur, tahu, tempe karena akan membantu
mempercepat penyembuhan luka jahitan, dan mengonsumsi makanan
berserat seperti buah dan sayur agar tidak terjadi sembelit atau
konstipasi
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan bersedia mengonsumsi makanan
yang di anjurkan.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu memyusui anaknya sesering mungkin
Evaluasi : ibu bersedia menyusui bayinya
5. Memberi ibu terapi obat yaitu a. asam mefenamat 3x 500mg b.
amoxicillin 3x 500mg c. vitamin C 1x100mg d. Solvitron 2x200 mg
6. Memberitahu bahwa sesuai advice dokter ibu sudah boleh pulang
Evaluasi : ibu merasa senang bahwa keadaanya sudah membaik dan
sudah diperbolehkan pulang
7. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu lagi. Evaluasi : ibu
bersedia kunjungan ulang 1minggu lagi
A. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tantang kesenjangan
yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di RS Hermina Depok
dengan teori yang ada. Di sini penulis akan menjelaskan kesenjangan
tersebut menurut langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menurut
Varney yang meliputi tujuh langkah. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat
diambil suatu kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-
kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut
dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi:
1. Pengkajian
Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang penulis peroleh
pada kasus Ny. Wumur 37 tahun PI A0 post partum hari pertama
didapatkan data ibu mengatakan badannya terasa pegal-pegal, lemas,
pusing, keadaan umum sedang, conjungtiva pucat, TD : 100/ 80 mmHg,
N : 80 x/ menit, S : 37c, R = 20 x/ menit, Hb 7,8 gr%.
Pada hari kedua ibu mengatakan sudah mulai membaik, keadaan
umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva pucat, TD : 110/80
mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 37oC, Hb : 8,9 gr%.
Pada hari ketiga ibu mengatakan sudah mulai membaik, keadaan
umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva merah muda, TD :
120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5oC, Hb : 10,9 gr%.
Menurut Manuaba7 , tanda dan gejala anemia adalah cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, nafsu makan menurun dan mual-
mual. dikatakan anemia sedang jika Hb 7 – 8 gr%.
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami Ny. W menunjukkan antara
teori dan kasus tidak ada kesenjangan.
2. Interpretasi Data
Pada interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Pada kasus Ny. W diagnosa kebidanannya adalah Ny. W P1A0
umur 37 tahun post partum hari pertama dengan anemia sedang.
a. DS : Ibu mengatakan cemas, lemas dan pusing.
b. DO : konjungtiva pucat, TD : 100/60 mmHg, N: 88 x/m, R: 22 x/m, S: 36,8
0C, perdarahan ±150 cc, Hb : 7,8 %. Ny. W P1A0 umur 37 tahun post
partum hari kedua dengan anemia sedang.
a. DS : Ibu mengatakan pusing dan lemas sudah berkurang
b. DO : konjungtiva pucat, TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20
x/menit, S : 37oC, Hb : 8,9 gr %. Ny. W P1A0 umur 37 tahun post partum
hari ketiga dengan anemia ringan.
a. DS : Ibu mengatakan sudah mulai membaik
b. DO : konjungtiva merah muda, TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20
x/menit, S : 36,5oC, Hb : 10,9 gr%.
Untuk mengatasi masalah tersebut Ny. W menurut Manuaba penatalaksanaan
anemia sedang antara lain :
1) Transfusi darah
Menurut Widyaningsih18, transfusi darah sebagai pengobatan anemia
sedang dalam masa nifas sangat jarang diberikan walaupun Hb-nya kurang
dari 6 gr/100 ml, apabila tidak terjadi perdarahan.
2) Memberi suplemen zat besi
a) Peroral Menurut Manuaba7 , pengobatan dapat dimulai dengan
preparat besi per os gram besi 2x1 (200 mg) sehari seperti sulfas ferrosus atau
glukonas ferrosus.Hb dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau lebih.Vitamin
C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah
diserap oleh selaput usus.
b) Parental Menurut Saleha14, diberikan apabila penderita tidak tahan
akan obat besi peroral,ada gangguan absorbs, penyakit saluran pencernaan.
Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara intramuscular/intravena.
Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000-2000 mg intravena.
Menurut Nursalam9 , masalah yang timbul adalah rasa cemas yang
dikarenakan pusing, badan terasa lemas, maka dibutuhkan kebutuhan ibu nifas
dengan anemia sedang, yaitu informasi tentang keadaan ibu, informasi tentang
makanan bergizi dan cukup kalori (Manuaba7 ). Pada kasus ini tidak terjadi
kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus.
3. Diagnosa Potensial
Pada kasus Ny.W yang mengalami anemia sedang, diagnosa potensial
Menurut Manuaba7 , kemungkinan bisa mengalami anemia beratjika tidak
dilakukan penanganan yang baik dan tepat.
Menurut Prawirohardjo12, anemia sedang pada ibu nifas dapat terjadi
dikarenakan ibu mengalami perdarahan saat persalinan, atau si ibu sudah
menderita anemia sejak masa kehamilan. Perdarahan pasa masa nifas bila tidak
segera di atasi, dapat menyebabkan Rahim tidak mampu berkontraksi atau
kontraksi sangat lemah. Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan
antara tinjauan teori dengan praktik dilahan.
4. Antisipasi
Pada langkah antisipasi ini penulis menyusun dan merencanakan berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ada, yaitu mengkonsumsi makanan bergizi, kolaborasi
dengan dokter SpOG untuk transfusi darah, infus NaCl dan pemberian terapi
Asam mefenamat1 x 500 mg, Amoksisilin 1 x 500 mg, Tablet Fe 2 x 60 mg,
Vitamin C 1 x 100 mg,
Vitamin A 200.000 IU 1 kali, kolaborasi dengan petugas pemeriksa
hemoglobin, sehingga tidak terjadi anemia berat. Pada kasus ini penulis tidak
menemukan kesenjangan antara tinjauan teori dengan praktik dilahan.
5. Perencanaan
Pada kasus Ny.W nifas dengan anemia sedang, tindakan yang dilakukan yaitu
beritahu ibu, untuk di transfusi darah bahwa ibu mengalami perdarahan saat
melahirkan dikarenakan robekan jalan lahir, dan pemberian terapi Asam
mefenamat 1 x 500 mg, Amoxicillin 1 x 500 mg, Tablet Fe 2 x 60 mg, Vitamin C
1 x 100 mg, Vitamin A 200.000 IU 1 kali, KIE tentang nutrisi ibu nifas, KIE cara
vulva hygien, dan kolaborasi dengan petugas laboratorium.
Menurut Manuaba7 , rencana tindakan pada ibu nifas dengan anemia sedang
meliputi meningkatkan konsumsi makanan bergizi/ sayuran hijau yang
mengandung zat besi, memberi suplemen zat besi secara peroral atau parental dan
transfusi darah.
Menurut Ambarwati1 , renacan tindakan pada ibu nifas dengan anemia
sedang, miningkatkan makanan yang protein, makanan yang mengandung zat
besi, kalsium, memberi vitamin A, vitamin B1, vitamin B12, vitamin C, suplemen
zat besi dan transfusi darah.
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjaun teori dan
praktik dilahan.
6. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun penulis.
Dalam kasus ini dilakukan pemberian terapitablet besi, mengkonsumsi makanan
yang bergizi yang mengandung zat besi, kolaborasi dengan petugas laboratorium.
Terdapat kesamaan antara teori dan praktek, karena penangananpada ibu nifas
dengan anemia yaitu dengan meningkatkan suplemen zat besi dan makanan yang
mengandung besi (Saleha14).
Penatalaksanaan menurut Manuaba8 , penatalaksanaan anemia sedang antara
lain :
1) Transfusi darah Transfusi darah sebagai pengobatan anemia sedang dalam
masa nifas sangat jarang diberikan walaupun Hb-nya kurang dari 7 gr/100 ml,
apabila tidak terjadi perdarahan.
2) Memberi suplemen zat besi
■ Peroral Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os gram besi 2x1
(200 mg) sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat
dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau lebih.Vitamin C mempunyai khasiat
mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.
■ Parental Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral,ada
gangguan absorbs, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam
bentuk ferri secara intramuscular/intravena. Diberikan ferum desktran 100
dosis total 1000-2000 mg intravena. Pada kasus ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik di lahan.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah yang sudah ada dapat
diatasi sesuai dengan yang sudah direncanakan dan dilakukan. Dan kasus ini dapat
dilihat dari hasil asuhan selama 3hari mulai tanggal 20 Mei 2023 sampai dengan
tanggal 23 Mei 2023, yaitu ibu sudah merasa baik, tidak pusing, tidak lemas, ibu
sudah tidak merasakan nyeri lagi pada jahitan perineum, setelah diberi terapi obat
dan di-check Hb ternyata ada peningkatan kadar Hb,terdapat kenaikan Hb dari 7,8
gr% menjadi 10,9 gr%. Menurut Varney 15, hasil yang diharapkan setelah
melaksanakan tindakan yaitu anemia dapat teratasi, keadaan umum baik dan ibu
merasa nyaman. Pada kasus ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktek,
anemia masih belum dapat teratasi karena terbatasnya waktu asuhan yang penulis
berikan, disamping itu pasien kurang 77 teratur minum tablet Fe serta tidak terlalu
suka dengan sayuran hijau yang mengandung zat besi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen menurut Varney pada ibu nifas dengan anemia sedang, maka
penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
Dalam melakukan pengkajian terhadap Ny.W umur 37 tahun PIA0 dengan
anemia sedang, rujukan dari bidan dengan ruptur derajat IV, dilaksanakan
dengan pengumpulan data subyektif yang diperoleh dari hasil wawancara dari
pasien mengatakan badannya terasa lemas, pusing dan pegal-pegal dan data
obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik dan data penunjang yang diperoleh
hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan Hb 7,8 gr%. Dilakukan
pengumpulan data didapat diagnosa Ny. W umur 37 tahun P1A post partum
hari pertama dengan anemia sedang, yang disertai masalah yang dialami Ny.
W adalah kepala terasa pusing, badan lemas dan pegal-pegal, sehingga
membutuhkan transfusi darah, terapi asam mefenamat, amoxicillin, vitamin C,
salvitro dan informasi tentang makanan bergizi. Pada kasus Ny. W dengan
anemia sedang jika tidak ditangani secara cepat akan terjadi anemia berat,
namun pada Ny. W tidak terjadi, hal ini dikarenakan pasien mendapatkan
penanganan yang tepat, cepat dan intensif.
Antisipasi pada Ny.W dengan anemia sedang adalah berkolaborasi dengan
dokter SpOG untuk pemberian transfuse darah, terapi, pemberian makanan
yang bergizi dan kolaborasi dengan petugas laboratorium. Rencana tindakan
yaitu peberian transfusi darah, meningkatkan konsumsi pemberian suplemen
zat besi dan kolaborasi dengan petugas laboratorium. Pelaksanaan pada Ny.W
dengan anemia sedang adalah peberian transfusi darah, meningkatkan
konsumsi pemberian suplemen zat besi. Evaluasi setelah diberikan asuhan
selama 3 hari diperoleh hasil keadaan umum ibu baik, tidak pusing, tidak
lemas, setelah diberi terapi obat dan di-check Hb ternyata ada peningkatan
kadar Hb dari 7,8 gr% menjadi 10,9 gr%. Pembahasan pada asuhan kebidanan
pada Ny.W dengan anemia sedang tidak terdapat kesenjangan antara teori
dengan kasus.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah informasi dan menambah
wawasan tentang ilmu kebidanan khususnya kesehatan ibu mengenai asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum di RS Hermina
Depok.
2. Bagi Bidan RS Hermina Depok
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap bidan sehingga
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya yang berhubungan dengan
asuhan kebidanan ibu nifas dengan perdarahan di RS Hermina Depok
3. Bagi RS Hermina Depok
Wonosari Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan maupun evaluasi
terhadap program pelayanan kesehatan khususnya mengenai asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan perdarahan di RS Hermina Depok
4. Bagi Institusi
Universitas Politeknik Bhakti Asih Purwakarta Studi kasus ini diharapkan
dapat sebagai bacaan serta referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan perdarahan postpartum di RS Hermina Depok.
5. Bagi Peneliti
Studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan acuan referensi bagi peneliti
selanjutnya mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan
postpatum di RS Hermina Depok.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendika
2. Bahiyatun. (2009). Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
3. Depkes, R. (2010). Asuhan Kebidanan Post Partum. Jawa Tengah: Departemen
Kesehatan.
4. Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Diunduh
Januari 5, 2016, dari http://depkes.go.id.
5. Dinkes Kabupaten Bantul. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul.
Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
6. Dinkes, (2012). Laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi DIY: Yogyakarta.
7. Manuaba.I.B.G (2007). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri
Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
8. Inna, A. (2011). Ibu Nifas dengan Anemia Sedang. Jurnal UGM .
9. Nursalam. (2010). badan Penelitian dan Pengembangan Keshatan. Jakarta:
Media Aesculapius.
10. Nursalam. (2007). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.
Jakarta: Media Aesculapius.
11. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta
12. Prawirohardjo. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta:
Arcan. 82
13. RSUD Wonosari, (2015). Laporan Tahunan Ruang Nifas. Yogyakarta
14. Saleha, Sitti (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba
Madika.
15. Varney. (2007). Varney's Midwifery. Third Edition , New York, Jones and
Bartlett Publisher.
16. Winkjosastro. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.
17. Wihasti, N. 2015. Ilmu Kebidanan . Yogyakarta: YBPSP.
18. Widyaningsih, D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Patologi.
Yogyakarta.
19. Supriati, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Surakarta 20. Agustin
I.I (2011). Ilmu Kebidanan. Kaaranganyar. 83