Anda di halaman 1dari 71

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA IBU POST PARTUM

DENGAN ANEMIA DI RUANG F1 RSPAL Dr.RAMELAN SURABAYA

OLEH :
NOVAN HARIYANTO
NIM.1930061

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Novan Hariyanto
NIM : 1930061
Program Studi : Profesi Keperawatan
Judul Kasus : “Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ibu Post Partum
Dengan Anemia di Ruang F1 RSPAL Dr.Ramelan Surabaya”
Telah disetujui oleh

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

(Diyah Arini S.Kep., Ns., M.Kes)

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kelompok panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala, atas limpahan karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
tugas keperawatan maternitas yang berjudul “Asuhan Keperawatan Maternitas
Pada Ibu Post Partum Dengan Anemia di Ruang F1 RSPAL Dr.Ramelan
Surabaya” dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.
Tugas Asuhan Keperawatan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan praktik klinik keperawatan Maternitas di RSAL Surabaya ini
disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur serta mendapatkan banyak
pengarahan dan bantuan berbagai pihak, penulis menyadaritentang segala
keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan literatur, sehingga Tugas ini dibuat
dengan sangat sederhana baik dari segi sistematika maupun isinya jauh dari
sempurna.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan rasa
terima kasih, rasa hormat dan penghargaan kepada:
1. Rumah Sakit RSPAL Dr.Ramelan Surabaya sebagai lahan praktik kami
selama 6 minggu
2. Ibu Qori’ila Saidah S.Kep., Ns., Sp. Kep. An selaku penanggung jawab mata
kuliah keperawatan Maternitas yang penuh kesabaran dan perhatian
memberikan pengarahan dan dorongan moril dalam penyusunan makalah
seminar ini.
3. Ibu Diyah Arin S.Kep., Ns., M.Kes selaku CI Institusi Pendidikan yang penuh
kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, kritik, dan bimbingan
demi kesempurnaan penyusunan Tugas ini.

Semoga budi baik yang telah diberikan kepada kelompok mendapatkan


balasan rahmat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Akhirnya kelompok berharap
bahwa makalah seminar ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya Rabbal
Alamiin.
Surabaya, Juli 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan suatu

derajat kesehatan yang perlu ditingkatkan. Hal ini sangat penting untuk

diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta

mengupayakan untuk penyelamatan dari separuh ibu bersalin dengan

infeksi serta perdarahan yang disertai penyulit pada proses persalinan

(Saleha, 2009). Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) pada tahun (2011),

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia

sangatlah tinggi dibandingkan dengan negara tetangga. Hal ini

dikarenakan persalinan masih banyak yang dilakukan dirumah. Sementara

itu, salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun

2030 yaitu terjadi penurunan angka kematian ibu dari 70 per 100.000

kelahiran hidup yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia.).

Post partum adalah masa dimulainya setelah plasenta keluar dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan normal

(sebelum hamil) yang berlangsung dalam waktu enam minggu

(Sulistyawati, 2009). Menurut Hikmah & Yani, (2015), pada postpartum

normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang lebih 200 ml.

Episiotomy meningkatkan angka ini sebesar 100 ml dan kadang lebih

banyak lagi. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang

lebih kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang

anemis.

1
Menurut Ayahbunda, (2013) Anemia pada post partum merupakan

komplikasi yang paling sering dialami ibu dimasa nifas, penyebab

utamanya adalah infeksi. Terutama bagi mereka yang mengalami

perdarahan saat persalinan, proses persalinan berlangsung sangat lama,

atau ibu sudah menderita anemia sejak masa kehamilan. Dengan Tujuan

asuhan keperawatan selama post partum yakni mencegah hemoragik,

memberikan kenyamanan fisik dan nutrisi (Mitayani, 2011). Dimana

nutrisi yang baik pada ibu post partum dapat mempercepat penyembuhan

dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan secara

bermutu, bergizi tinggi dan cukup kalori, tinggi protein dan yang banyak

mengandung cairan. Dimana kebutuhan gizi yaitu mengkonsumsi

tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang, minum

sedikitnya 3 liter tiap hari dan pil zat besi yang harus diminum agar

menambah zat gizi pada ibu post partum. (Saleha, 2009). Menurut World

Health Organization (WHO) tahun (2014) AKI didunia yaitu 289.000

jiwa.

Association of South East Asian Nation (ASEAN) Angka kematian

tergolong paling tinggi di dunia. World Health Organization (WHO)

memperkirakan sementara dan AKB (Angka Kematian Bayi ) Di ASEAN

sekitar 170.000 dan 1,3 juta per tahun. AKI di Indonesia mendapat

peringkat tertinggi di ASEAN yaitu 214 per 100.000 kelahiran hidup

diikuti Filipina, Vietnam, Thailand, Brunai, dan Malaysia (WHO, 2014).

Sejalan dengan SDGs, Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) Tahun 2012 menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) DI

2
Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan

Indonesia, 2013). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah

perdarahan (28%), eklamsi(24%), infeksi (11%), komplikasi masa nifas

(8%), untuk emboli obstetric, abortus, trauma obstetric, persalinan macet

masing masing 5%, penyebab lain (11%) (Sulistyawati, 2013).

Menurut penelitian Muthohharoh, dkk (2016) pemberian

pendidikan kesehatan tentang kebutuhan gizi dan konseling zat besi pada

ibu yang menderita anemia dengan hasil penelitian yang dilakukan

dinyatakan berhasil setelah diberi asuhan selama tiga minggu Ny.N sudah

tidak mengalami anemia serta terjadi peningkatan kadar Hemoglobin dari

yang sebelumya 10,4 gr/dl menjadi 11 gr/dl pada tanggal 20 November

2015.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep asuhan keperawatan Pada Ibu Post Partum Dengan

Anemia”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Seminar ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan maternitas

dengan Anemia di ruang F1 RSAL Surabaya

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep teori Anemia pada ibu Post Partum

2. Menjelaskan konsep teori asuhan keperawatan dari Post Partum

dengan Anemia

3. Menjelaskan asuhan keperawatan post partum dengan Anemia

3
1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Tugas ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep teori

dan penanganan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien Post

Partum dengan Anemia

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pasien

Memberikan informasi kepada pasien tentang pentingnya konsumsi Fe,

bahaya anemia pada ibu hamil dan ibu nifas

2. Bagi Profesi Keperawatan

Seminar ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi

keperawatan agar meningkatkan dan mengembangkan perencanaan

keperawatan pada pasien dengan diagnose medis

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anemia Pada Ibu Post Partum

2.1.1 Pengertian

Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah

plasenta keluar dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti

keadaan semula (sebelum hamil) karena masa nifas berlangsung selama

kurang lebih dalam waktu 6 minggu atau selama 42 minggu (Dewi &

Sunarsih, 2011).

Menurut WHO (2014) postpartum normal adalah : postpartum atau

persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal

persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Dari seluruh

persalinan didapatkan lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal

dan sekitar 15-20% terjadi komplikasi persalinan.

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau

menghitung eritrosit (red cell account) yang akan berakibatkan pada

penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah (Aru, 2015).

Menurut Ayahbunda, (2013) anemia pada post partum merupakan

komplikasi yang sering dijumpai dan paling sering dialami dimasa masa

persalinan, dimana salah satu penyebab utamanya adalah infeksi.

Terutama bagi ibu bersalin yang mengalami perdarahan saat persalinan.

Proses persalinan berlangsung lama dan ibu biasanya menderita anemia

sejak masa kehamilan.

5
Menurut (Wahyuningsih, 2014) terdapat hubungan antara

konsumsi makanan yang mengandung banyak protein dan sayuran hijau

serta istirahat yang cukup pada ibu nifas dengan anemia ringan dengan

pemeriksaan hemoglobin awal 9,7 gr/dl meningkat menjadi 11,7 gr/dl.

2.1.2 Etiologi

Menurut (Manuaba, 2013), penyebab anemia pada umumnya adalah

sebagai berikut :

1) Kurang gizi (malnutrisi)

2) Kurang zat besi

3) Malabsorpsi

4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-

lain

5) Penyakit-penyakit yang kronis seperti TBC, paru, cacing usus, malaria,

dan lain-lain

6) Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia

defisiensi besi

7) kterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makin buncit

pada anemia hemolitik

8) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan

Tanda umum anemia ialah, pucat, takikardi, pulse celer, suara

pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,

pembesaran jantung.

6
2.1.3 Klasifikasi

Kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) :

1. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan

2. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang

3. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat

Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2013) yang bersumber

dari WHO adalah sebagai berikut:

1. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia

2. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan

3. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang

4. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat

2.1.4 Manifestasi Klinis

Gejala yang seringkali muncul pada penderita anemia diantaranya

(Soebroto, 2010):

1. Lemah, letih, lesu, mudah lelah, dan lunglai.

2. Wajah tampak pucat.

3. Mata berkunang-kunang.

4. Nafsu makan berkurang.

5. Sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.

6. Sering sakit.

Anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas, bergantung pada

(Soebroto, 2010):

1. Kecepatan timbulnya anemia b. Usia individu

7
2. Mekanisme kompensasi

3. Tingkat aktivitasnya

4. Keadaan penyakit yang mendasarinya

5. Beratnya anemia

Salah satu indikator yang dapat dikaitkan dengan anemia adalah

pucatnya konjungita, hal ini dikaitkan dengan berkurangnya volume

darah, konsentrasi Hb, dan vasokontriksi untuk memaksimalkan

pasokan oksigen ke seluruh jaringan.

2.1.5 Patofisiologi

Kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah

(hipervolemia). Hipervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume

plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi

peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh

lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin

berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2002). Pengenceran darah

(hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume

plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%.

Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.

Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya

pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil

berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan

anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr% (Smith dkk.,

2010).

8
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian dini secara

fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita :

a. Pertama-tama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus

bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia

viskositas darah rendah, resistensi, perifer berkurang pula, sehingga

tekanan darah tidak naik

b. Kedua pada perdarahan waktu persalinan, banyak unsur zat besi yang

hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental.

Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai naik sejak umur

kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan

antara 32 dan 34 minggu.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang

Pemerikasaan penunjang adalah pemeriksaan untuk mendukung

penegakan diagnose yaitu pemeriksaan laboratorium, rontgen

ultrasonografi dan lain-lain (Ambarwati, 2012). Pada kasus ibu nifas

dengan anemia sedang dilakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi

pemeriksaan laboratorium hemoglobin (Hb) (normal 12gr%).

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalksanaan yang dapat diberikan untuk ibu nifas dengan anemia

menurut (Manuaba, 2013) antara lain :

1. Meningkatkan gizi penderita

Faktor utama penyebab anemia ini adalah faktor gizi, terutama protein

dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan

oleh ibu nifas yang mengalamianemia sedang.

9
2. Memberi suplemen zat besi

a) Peroral

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os gram besi

2x1 (200 mg) sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas

ferrosus.Hb dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau

lebih.Vitamin C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi

ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.

b) Parental

Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral,ada

gangguan absorbs, penyakit saluran pencernaan

10
2.1.8 WOC Defisiensi zat besi, vitamin B12, Asam Folat, depresi Overaktif sistem retikular
sumsum tulang eritroprotein endoplasmik (RES),

Perdarahan saluran uterus


Produksi sel darah merah  Produksi sel darah merah
abnormal
Kehilangan komposisi
sel darah merah

Penyerapan nutrisi tidak


Pdenurunan jumlah Pertahanan sekunder MK: Risiko adekuat dan defisiensi
eritrosit tidak adekuat Infeksi asam folat

Terjadi kompensasi Penurunan kadar Hb Glostitis, diare,, kehilangan cairan

Kompensasi paru
Beban kerja dan curah MK:
Intake
Defisit
nutrisi
pengetahuan
tidak adekuat
jantung  tentang nutrisi selama
hamil
RR 
MK: Defisit Nutrisi
Kontraktilitas  Takikardi, angina (nyeri
dada), iskemia miokardium Dispnea

Penebalan dinding Penurunan transport


ventrikel MK: Ketidakefektifan perfusi oksigen
jaringan perifer
MK: Pola Nafas Tidak
Hipoksia Efrktif
Kardiomegali
MK: Intoleran Aktifitas
Lemah, lesu, parestesia, bingung, ganguuan koordinasi

11
2.2 Asuhan Keperawatan Post Partum Dengan Anemia

2.2.1 Konsep Pengkajian

a. Identitas

meliputi nama, umur biasanya terjadi pada usia <20 thn dikarenakan

reproduksi belum matang dan >35 thn, jenis kelamin , pendidikan,

alamat, pekerjaan ini merupakan salah satu cara mengetahui

pendapatan ekonomi yang mempengaruhi status gizi pasien, agama,

suku bangsa, diagnosa medis.

b. Keluhan utama

Biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, sering pusing dan mata

berkunang-kunang dan apabila ada luka episiotomy akan mengeluh

nyeri.

c. Riwayat kesehatan

 Riwayat kesehatan dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan,

dan riwayat penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat

memungkinkan terjadinya anemia.

 Riwayat kesehatan sekarang

Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang di derita pada saat ini sehubungan dengan masa nifas.

 Riwayat kesehatan keluarga

Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.

d. Riwayat Obstetrik

12
 Riwayat kehamilan dan persalinan

Biasanya ditemukan kehamilan pada usia muda, dan kehamilan

yang berdekatan. Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,

jumlah anak, cara persalinan, keadaan nifas yang lalu.

 Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan,jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan

bayi meliputi BB PB, penolong persalinan.

e. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah psien pernah ikut KB dengan jenis apa,

berapa lama, adakah keluhan saat menggunakan kontrasepsi serta

rencaba KB setelah masa nifas akan beralih ke kontrasepsi apa.

f. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

 Pola makan

Ditemukan ibu kurang mengkonsumsi makanan yang kaya nutrisi

seperti sayuran berdaun hijau, daging merah dan tidak

mengkonsumsi tablet Fe.

 Pola aktivitas/istirahat

Biasanya pada ibu hamil yang menderita anemia mudah kelelahan,

keletihan, malaise, sehingga kebutuhan untuk tidur dan istirahat

lebih banyak.

 Eliminasi

Menggambarkan pola eliminasi fungsi sekresi yaitu kebiasaan

buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi serta

kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.

13
 Istirahat

Menggambarkan pola pola istirahat dan tidur pasien,berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur siang,

pengunaan waktu luang.

 Personal Hygiene

Di kaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan

tubuh terutama pada daerah genetalia.

g. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum

Ibu hamil terlihat lemah, lesu, tekanan darah menurun (sistolik <100

dan diastolik <90, nadi menurun, pernapasan lambat.

 Kepala

Rambut biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah.

 Mata

Pada Ibu hamil biasanya terjadi konjungtiva anemis dan skelera

tidak ikterik.

 Mulut

Pada membran mukosa mulut ibu post partum dengan anemia

biasanya tampak pucat dan kering.

 Dada

Mammae tampak membesar atau tidak, adanya pembekakan pada

mammae atau tidak, aeorolla tampak bersih atau tidak, puting susu

menonjol atau tidak, sudah keluar atau belum colostrum.

 Abdomen

14
Inspeksi : pembesaran perut tidak sesuai usia kehamilan

Palpasi : tidak teraba jelas bagian janinnya.

Auskultrasi : denyut jantung janin antara 120-130 kali/menit

 Genetalia

Perineum terdapat luka episiotomi atau tidak, Lochea berwarna

merah, segar dan amis (lochea rubra), adanya perdarahan atau tidak.

vesika urinaria terdapat nyeri tekan atau tidak. adanya tanda tanda

infeksi atau tidak pada daerah luka.

 Ektremitas (Integumen dan Muskuluskeletal)

Turgor kulit elastis atau tidak, warna kulitnya apa dan bersih atau

tidak, adanya kontraktur atau tidak pada persendian, tampak sulit

atau tidak ketika melakukan pergerakan.

h. Kesiapan dalam kehamilan dan persalinan

Dalam hal ini bagaimana ibu menyikapi kondisi kehamilannya, mulai

saat hamil hingga persalinan. Kesiapan ini juga berlaku bagaimana ibu

hamil mendapatkan dukungan dari keluarga baik secara mental dan

fisik.

i. Pemeriksaan Penunjang

Pada ibu hamil akan ditemukan penurunan konsentrasi hemoglobin

dan hematokrit pada hasil laboratorium.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Risiko syok dengan ditandai faktor risiko : Perdarahan.

15
2. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsetrasi hemoglobin.

3. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengasorbsi nutrien.

4. Intoleransi aktifitas b/d Ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan

oksigen.

5. Defisit pengetahuan tentang nutrisi selama kehamilan b/d kurang

minat dalam belajar

16
2.2.3 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan
1. Perfusi Perifer Tidak Setelah dilakukan intervensi 1) Monitor tanda tanda vital, 1) Untuk mencegah terjadinya
Efektif b/d keperawatan selama 3x24 warna kulit, membran komplikasi lain (misal : syok)
Penurunan jam maka diharapkan mukosa, suhu.
Konsentrasi perfusi perifer meningkat 2) Monitor pemeriksaan 2) Sebagai acuan dalam pemberian
Hemoglobin dengan kriteria hasil : laboratorium (hb) medikasi (tranfusi)
1. Warna kulit pucat 3) Berikan posisi yang 3) Posisi yang nyaman dapat
menurun nyaman (semi fowler) membuat pasien lebih rileks dan
2. Pengisian kapiler membaik dapat berisitirahat dengan baik
(CRT <2 detik) 4) Berikan oksigen 4) Penurunan Hb juga dapat
3. Akral membaik tambahan, jika perlu membuat pasokan oksigen yang
4. Tekanan darah membaik diangkut berkurang
5) Kolaborasi pemberian 5) Sebagai medikasi utama untuk
tranfusi darah meningkatkan Hb

2. Risiko syok d/d Setelah dilakukan intervensi 1. Observasi tanda dan gejala 1) Mencegah px mengalami syok,
Faktor risiko: selama 3x24 jam maka perdarahan masif. agar tidak sampai terjadi
kekurangan volume tingkat syok menurun penurunan kesadaran.

17
cairan dengan kriteria hasil : 2. Monitor hasil 2) Hb merupakan protein di dalam
1) Tekanan darah sistolik laboratorium Hb dan HCT sel darah merah yang bertugas
membaik sebelum dan setelah membawa oksigen ke seluruh
2) Tekanan darah diastolik persalinan. tubuh. Ketika jumlah Hb tidak
membaik cukup, maka sel darah merah
3) Frekuensi nadi membaik tidak dapat berfungsi dengan baik
4) Hb dalam batas normal dan hancur.
(12-16 gr/dl) 3. Identifikasi tanda-tanda 3) Deteksi dini terkait syok
5) HCT dalam batas hipovolemia (TD hipovolemi dapat memperlambat
normal (37-54%) menurun, nadi meningkat, prognosis yang semakin buruk .
nadi teraba lemah,
membran ukosa kering,
HCT meningkat, volume
urine menurun) .
4. Kolaborasi pemberian 4) Untuk mengembalikan serta
transfusi darah mempertahankan volume normal
peredaran darah mengganti
kekurangan komponen
selular darah meningkatkan
oksigenasi jaringan, serta

18
memperbaiki fungsi homeostasis
pada tubuh.
3. Defisit Nutrisi b/d Setelah dilakukan intervensi 1) Monitor tanda tanda vital 1) Untuk mengidentifikasi gejala
ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 yang dapat timbul akibat
mengasorbsi nutrien jam maka diharapkan status kurangnya nutrisi
nutrisi membaik dengan 2) Identifikasi status nutrisi 2) Sebagai acuan dalam pemberian
kriteria hasil : nutrisi yang dibutuhkan oleh
1. Porsi makan yang pasien
dihabiskan meningkat 3) Identifikasi makanan 3) Pemberian makanan yang disukai
2. Perasaan cepat kenyang yang disukai dapat meningkatkan selera
menurun makan pasien
3. Nafsu makan membaik 4) Identifikasi kebutuhan 4) Kebutuhan kalori dan nutrien
4. Membran mukosa kalori dan nutrien yang dibutuhkan dapat
membaik menambah energi dan
mempercepat pemulihan
5) Lakukan oral hygiene 5) Kotoran dan bau mulut juga
sebelum makan, jika dapat berpengaruh ketika
perlu seseorang hendak makan
6) Monitor hasil 6) Sebagai acuan dalam
pemeriksaan laboratorium peningkatan nutrisi pasien
7) Berikan Suplemen, jika 7) Suplemen yang diberikan agar

19
perlu pasien bertambah selera ketika
makan
8) Kolaborasi pemberian 8) Untuk mengurasi perasan mual
medikasi sebelum makan ketika sedang makan
(mis. Antiemetik), Jika
perlu

4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi 1) Jelaskan terkait 1) Kekurangan zat besi dalam tubuh
tentang nutrisi selama 2x24 jam maka pentingnya konsumsi bisa menyebabkan anemia
selama kehamilan tingkat pengetahuan tablet Fe selama defisiensi besi. Pasien akan
b/d kurang minat membaik dengan kriteria kehamilan dan masa nifas mengalami gejala-gejala, seperti
dalam belajar hasil: (Definisi, manfaat, cara letih, sesak napas, pusing atau
1) Perilaku membaik minum). sakit kepala, serta denyut jantung
2) Minat dalam belajar meningkat, akibat berkurangnya
meningkat pasokan oksigen ke seluruh
3) Pengetahuan meningkat tubuh. Sehingga berdasarkan hal
tersebut, pemberian obat
penambah darah pada ibu nifas
tidak dianjurkan kecuali ibu
mengalami keluhan yang
mengarah ke anemia.

20
2) Anemia pada masa nifas adalah
2) Jelaskan anemia yang persalinan dengan perdarahan,
terjadi pada ibu nifas ibu hamil dengan anemia, nutrisi
(Definisi, gejala dan yang kurang
penyebab). 3) Untuk mencukupi kebutuhan zat
3) Anjurkan pasien dan besi selain dari suplemen
keluarga memonitor
asupan makanan

5. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan intervensi 1) Observasi adanya mual 1) Adanya mual dan muntahakan
b/d selama 3x24 jam maka dan muntah. semakin memperaparah kondisi
Ketidakseimbangan toleransi aktivitas px karena nutrisi yang masuk
antar suplai dan meningkat dengan kriteria ketubuh tidak adekuat sehingga
kebutuhan oksigen hasil: tidak ada energi yang masuk
1) Perasaan lemah 2) Identifikasi kemampuan 2) Konjungtiva anemis menandakan
menurun makan px, kondisi kurangnya pasokan Hb kedalam
2) Tekanan darah konjungtiva px. tubuh, Hb berfungsi sebagai
membaik transport oksigen dan nutrisi
3) Kemudahan dalam untuk seluruh jaringan tubuh
melakukan aktivitas 3) Observasi TTV setiap 4 3) Untuk mengidentifikasi adanya

21
sehari-hari meningkat jam. tanda hipovolemia yang berat
4) Kolaborasi dengan ahli 4) Kalori diperlukan px untuk
gizi pemberian diit TKTP proses recovery dan sumber
energi sedangkan protein
bermanfaat untuk mempercepat
proses penyembuhan luka
hecting episiotomy

22
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Pengkajian
Identitas Pasien Kasus 2 Kasus 3
Nama Ny.A Ny. B
Umur 30 tahun 19 Tahun
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Jawa Betawi
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan IRT IRT
Alamat Surabaya Surabaya
Status pernikahan Menikah Menikah
Diagnosa Medik Post Partum spontan Post Partum spontan
P1001 usia kehamilan P1001 usia kehamilan
37/38 minggu dengan anemia 37/38 minggu
Anemia dengan Anemia

Keluhan utama Px mengatakan sangat Px mengeluh mual muntah


pusing dan badan terasa dan tidak nafsu, lemas
lemas
Riwayat Penyakit Ny.A mengatakan bahwa Klien nifas hari pertama,
Sekarang ini adalah kehamilannya kelahiran yang pertama
yang pertama, pada dan tidak pernah abortus,
tanggal 27 maret 2020 bayi klien di rawat gabung
Ny.A datang ke IGD jadi tidak dalam ruangan
RSPAL dengan keluhan perawatan dan Ny. B bisa
badan terasa sangat lemas memberikan ASI
dan kepala sangat pusing, semaunya tanpa harus
hasil dari pengukuran meminta bayinya kepada
tanda-tanda vital perawat dan bisa mengurus
didapatkan TD : 100/60 bayinya secara mandiri.
mmHg, N : 80x/mnt, S : Keadaan umum klien saat
37,3⁰C, RR : 19x/mnt. ini baik, kesadaran
Ny.A mengatakan tidak composmentis, BB 77 kg,

20
memiliki riwayat penyakit TB 160 cm, TD 120/80
anemia ataupun darah mmHg, nadi 91x/menit,
rendah sebelumnya, akan suhu 36oC, pernapasan 19
tetapi pada saat kehamilan x/menit.
trimester I Ny.A
merasakan pusing dan
mual muntah terus
menerus. Pada saat
pengkajian tanggal 01
april 2020 Ny.A
mengatakan bahwa masih
merasakan pusing dan
badan terasa lemas, Ny.A
juga mengatakan bahwa
nafsu makannya menurun
dan membuatnya merasa
cemas dan sedih jika ia
tidak bisa memberikan
produksi ASI yang baik
untuk anaknya.

Riwayat penyakit Ny.A mengatakan tidak Ny. B mengatakan


dahulu memiliki riwayat penyakit mempunyai anemia sejak
anemia sebelumnya dan kandungan 8 bulan. tidak
tidak memiliki riwayat punya riwayat penyakit
penyakit hipertensi ataupu HT, DM, Penyakit jantung
diabetes melitus. dan tidak pernah dirawat
di RS sebelumnya
Riwayat penyakit Ny.A mengatakan jika Ny. B mengatakan
keluarga keluarga tidak memiliki keluarga tidak memiliki
riwayat penyakit yang riwayat penyakit yang
sama ataupun penyakit sama ataupun penyakit
hipertensi, diabetes atau hipertensi, diabetes

21
penyakit jantung lainnya.
Riwayat Menarche : 12 tahun Menarche: umur 11
menstruasi Siklus : Teratur Siklus:teratur ( ) tidak (v )
Lamanya : 2-7 hari Banyaknya: 100cc
Keluhan : tidak ada Lamanya: 6-7 hari
HPHT : 20-06-18 Keluhan: tidak ada.
HPHT: 09 Mei 2018
Riwayat Anak ke-1, jenis kelamin Anak ke-1, jenis kelamin
persalinan laki-laki, persalinan laki-laki, persalinan
spontan, Penolong spontan, Penolong
persalinan bidan, BBL persalinan bidan, BBL
2800 gr, PB 48cm, 2900 gr, PB 48cm,
perdarahan 250cc perdarahan 250cc
Riwayat keluarga Px mengatakan jika tidak Px mengatakan jika tidak
berencana menggunakan KB dan menggunakan KB dan
tidak ada keluhan lain tidak ada keluhan lain
Riwayat Ny.A mengatakan jika Px mengatakan tinggal di
lingkungan rumahnya berada wilayah perumahan ramai
diperumahan yang jauh penduduk, kondisi
dari pabrik, jalan raya dan kebersihan rumah selalu
sungai ataupu gunung dijaga. Lingkungan rumah
yang berpotensi jauh dari industri pabrik
mengalami bencana alam. dan pembuangan limbah
Aspek psikososial Px mengatakan bahwa Kelahiran adalah sebuah
sakit yang dialaminya proses tuhan memberi
sekarang bisa rezeki. Ibu sangat
disembuhkan, Ny.A mengharapkan anaknya.
berharap ingin segera Sikap anggota keluarga
pulih dan dapat merawat terhadap keadaan saat ini
anaknya kembali. Ny.A Keluarga bahagia terhadap
mengatakan jika anaknya anaknya. Px mengatakan
yang terpenting bagi siap menjadi tetapi belum
dirinya. Ny.A mengatakan tau cara pemberian asi, Px
bahwa keluarga mengatakan yang

22
mendukung dan memberi terpenting saat ini adalah
perhatian cukup untuk anaknya.
dirinya
Pola nutrisi Frekuensi makan : 3 Frekwensi makan: 3 x
xsehari sehari
Nafsu makan : menurun Nafsu makan :
Jenis makanan rumah : ( V ) baik, ( ) tidak
saat dirumah pasien makan nafsu
bebas dan bergizi (TKTP). Jenis makanan rumah:
Makanan yang tidak Makanan sehat Makanan
disukai/ alergi/ pantangan : yang tidak disukai/ alergi/
tidak ada pantangan : sayur sayuran
dan ampela.
Pola eliminasi BAK BAK
Frekuensi : 4-5 kali Frekwensi : 7-10 kali
Warna : kuning jernih Warna : keruh
Keluhan : tidak ada Keluhan saat BAK : tidak
ada
BAB BAB
Frekuensi : 1 – 2 kali Frekwensi: 1 kali
Warna : kuning Warna:Kecoklatan
kecoklatan. Bau : khas
Bau : khas veces Konsistensi : Padat
Konsistensi : lembek padat Keluhan ..Tidak ada
Keluhan: tidak ada
Pola personal Ny.A mandi 2-3x/sehari. Mandi
hygiene Frekwensi : 3x /hari
Pola istirahat Lama tidur :6-8jam/hari Lama tidur : 6-8 jam /hari
tidur Kebiasaan sebelum tidur : Kebiasaan sebelum tidur :
sharing bersama suami dan Menyusui anaknya
keluarga sambil menonton Keluhan : tidak ada
TV
Keluhan: tidak ada
Pola aktivitas Ny.A mengatakan jika Aktivitas px selama di RS

23
aktifitas dibantu oleh dibantu oleh keluarga,
keluarga semenjak ia
merasakan pusing dan
lemas setelah melahirkan.
Pola kebiasaan Ny.A mengatakan jika Px mengatakan tidak
tidak pernah memiliki riwayat merokok,
mengkonsumsi alkohol, minuman keras dan
minuman keras ataupun kertergantungan obat
obat-obat terlarang

2. Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik


Observasi Kasus 1 Kasus 2
Keadaan Keadaan umum: Keadaanumum: Baik
umum, Px tampak baik, lemah. Kesadaran: Composmentis
tekanan TD: 100/60 Tekanan darah: 120/80
darah, nadi, N: 80x/mnt Nadi :91x/menit
suhu, RR: 19x/mnt Respirasi:19x/mnt
respirasi, TB, S: 37,30 C Suhu : 36C
BB TB: 158 cm Berat badan: 77kg
BB: 60 kg Tinggi badan : 165 cm
Kepala Bentuk kepala simetris, Bentuk Simetris
bulat. Telinga simetris, tidak Keluhan :Tidak ada
ada serumen berlebih
Keluhan : tidak ada
Mata Gerakan mata : pergerakan Kelopak mata : Simetris.Tidak
bola mata normal dan tidak bengkak
juling. Konjungtiva: anemis Gerakan mata : Simetris
(pucat). Konjungtiva : Anemis
Sklera : putih (un ikterik). Sklera : an ikterik
Pupil : bulat dan isokor Pupil: Reflek cahaya(+)-(+)
Akomodasi : lapang Isokor
pandang jelas, penglihatan Akomodasi: Normal tidak
normal, tidak menggunakan berkaca mata
alat bantu kacamata. tidak

24
ada keluhan
Hidung Reaksi alergi : tidak ada Reaksi alergi : Tidak alergi
reaksi alergi. Sinus : Tidak ada sinusitis
Sinus : tidak sinusitis.
Lainnya sebutkan : tidak ada
keluhan
Mulut dan Gigi geligi : gigi lengkap dan Gigi geligi: Tidak terdapat
Gigi tidak berlubang, tidak ada karies gigi
gigi palsu. Gigi lengkap
Kesulitan menelan : tidak Kesulitan menelan : .Tidak ada
mengalamkesulitan menelan.
Lainnya sebutkan : tidak ada
keluhan.
Dada dan Mammae : membesar (√) ya Mammae : membesar (v )
Axila ( ) tidak ya ( ) tidak
Areolla mammae : coklat Areolla mammae :
kehitaman, normal Hiperpigmentasi
Papila mammae : ada, bersih Papila mammae : Sejajar,
dan menonjol. Colostrum exverted
: sudah keluar Colostrum : Tidak ada
Pernafasan Jalan nafas : tidak ada Jalan nafas : Paten
sumbatan jalan nafas. Suara nafas . : Vesikular
Suara nafas : tidak ada Menggunakan otot-ototbantu
suara nafas tambahan. pernafasan : Tidak ada
Menggunakan otot-otot
bantu pernafasan : tidak ada
penggunaan otot bantu nafas.
Lainnya sebutkan : tidak ada
keluhan
Sirkulasi Tekanan darah:100/60mmHg Kecepatan denyut apical :
Jantung Kecepatan denyut apical: 91x/menit
80x/mnt Irama : Teratur / Sinus
Irama : reguler Kelainan bunyi jantung : Tidak
Timbul Sakit dada: Ny.R ada

25
mengatakan tidak merasakan Sakit dada : Tidak ada
nyeri dada Timbul .: Tidak ada
Lainnya sebutkan: tidak ada
keluhan.
Abdomen Tidak terdapat distensi Tinggifundus uterus:sepusat
abdomen, tidak ada DRA 7x2 cm
pembasaran hepar. Kontraksi: ya
Bising usus 14x/mnt
Perineum Perineum: Terdapat luka IntegritasVagina:Utuh, tidak
dan Genitalia episiotomi 3 cm edema
Perineum:Tampak adanya
lochea rubra: berwarna rupture
merah segar dan amis Tandainfeksi (REEDA)
R:Rednes : ya
Vesika Urinaria: normal, E:Edema : tidak
tidak ada nyeri tekan . E: Echimosis : tidak
D: Discharge : ya
Lainnya: tidak terdapat odem A:Approximate: baik
dan titik biru pada luka, tidak Lokia : jumlah 200cc
terdapat cairan atau pus warna/jenis merah bau
diluka. jahitan rapat. seperti menstruasi
Hemorrhoid : derajat
Ekstrimitas Turgor kulit: elastis, tidak Turgor kulit : Elastis
turun dan dapat kembali Warna kulit : Sawo matang
seperti semula Edema : Tidak ada
Warna kulit: sawo matang Kontraktur pada persendian
ekstrimitas : tidak ada
Kontraktur pada persendian Tanda Homan : -
ekstrimitas: tidak ada Kesulitan dalam pergerakan:
kelainan tidak ada

Kesulitan dalam pergerakan:


tidak ada

26
3. Hasil pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Kasus 1 Kasus 2
USG
Laboratorium 1. WBC : 8,35 103/L 1.Hemoglobin:8,5g/dl
2. Hb : 7 gr/dL 2. WBC:8,35 3.Eutrophils:61,4
3. HCT : 29,7 %
4.Limfosit:29,35 5.Monosit:7,38
4. Trombosit : 230
5. Albumin : 2,8 6.Basofil:0,64 RBC:5,36 7.Hematokrit:46,7
6. SGOT : 27 8.Albumin;3,5 Urea:14,6 9.Bun:6,8
7. SGPT : 21
Kreatin: 0,46 10.Glukosa sewaktu: 108
8. HbsAg : non-reaktif
9. Ureum : 23,5 mg/dL
10. Creatinin : 0,7 mg/dL
Rontgen -

4. Terapi
Identitas Pasien Obat Dosis
Kasus 1 Asam mafenamat 3x500mg
Amoxillin 3x500mg
Vit C 1x100mg
Solvitron 2x200mg
Tranfusi Darah 3 bag

Kasus 2 Clindamycin 3x1


Asam femenamat 3x1
Transfusi darah 2 bag

B. Analisa Masalah
Data Etiologi Masalah
KASUS 1
DS : Penurunan Perfusi perifer tidak
Ny.A mengatakan badan konsentrasi efektif
terasa lemas dan kepala terasa hemoglobin (SDKI, 2017)
pusing
DO :
 Px tampak pucat
 Konjungtiva anemis

27
 akral teraba dingin
 CRT >2 detik
 Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmH
N : 80x/mnt
Hb : 7 g/dL
DS : Faktor risiko : Risiko Syok
Ny.A mengatakan badan perdarahan
terasa lemas

DO :
 Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmH
N : 80x/mnt
 Hb : 7 g/dL
 Terdapat luka
Episiotomy 3 cm
 Perdarahan 250cc
DS : Kelemahan Intoleransi Aktfitas
(SDKI, 2017)
Ny.R mengatakan badan
terasa lemas dan Pusing. Px
juga mengatakan jika mau
melakukan suatu hal diantu
oleh keluarga

DO :
 Px tampak lemas dan
pucat
 Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmH
N : 80x/mnt
Hb : 7g/dL
KASUS 2 Penurunan Perubahan perfusi

28
DS : Klien mengatakan : komponen seluler jaringan

“sedikit pusing, sudah yang diperlukan

anemia sejak kandungan 8 untuk pengiriman

bulan dan meminum obat O2

penambah darah 2 x 1 sehari.

Klien jarang memakan sayur

sayuran selama hamil, lemas”

DO :

a) Konjungtiva anemis

b) Klien tampak sakit sedang

c) Pendarahan post partum

180cc

d) TD : 120/80 mmHg

Nadi : 91x/menit

RR : 19xmenit

Suhu : 360C

e) Pengisian kapila renfil : 1

detik

f) Hemoglobin post partum :

8,5 g/Dl
DS : Klien mengatakan : Involusi uterus dan Gangguan rasa nyaman
nyeri
‘klien mules pada perutnya Trauma jalan lahir,

semakin meningkat, terutama luka episotomi

saat menyusui, mules yang

dirasakan sedang, skala nyeri

29
4, nyeri hilang timbul, durasi

3 menit, nyeri pada perineum

karena ada bekas jahitan,

skala nyeri 7,durasi 5 menit,

intesitas sedang, nyerinya

seperti disayat – sayat, nyeri

saat duduk.

DO : : Post partum normal

nifas hari 1

a. Klien dengan PIAO post

partum hari pertama b. TTV :

TD : 120/80 mmHg ND : 91

x/menit Suhu : 36oC RR : 19

x/menit

c. Kesadaran : komposmentis

d. Keadaan umum baik

e. Klien tampak berhati – hati

saat berjalan

f. Klien tampak meringis saat

berubah posisi terutama

duduk, intesitas sedang

g. Abdomen :TFU sepusat,

kontraksi baik
DS : Klien mengatakan : Laserasi Episotomi Resiko Infeksi

“takut untuk BAK/BAB

30
karena ada jahitan”

DO : a) Keadaan luka di

perineum kering

b) Terdapat rupture grade II

diperineum

c) Reedness : ada Ecimosis :

tidak ada Edema : tidak ada

Discharge : darah sesuai

lochea rubra Approximatcly :

rapih dan rapat

C. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Kasus 1
Perfusi Perifer Tidak 1. monitor tanda tanda Dx I

Efektif b/d Penurunan vital, warna kulit, 1. untuk mencegah

Konsentrasi Hemoglobin membran mukosa, terjadinya

suhu. komplikasi lain

Setelah dilakukan 2. monitor pemeriksaan (misal : syok)

intervensi keperawatan laboratorium (Hb) 2. sebagai acuan

selama 3x24 jam maka 3. Berikan Posisi yang dalam pemberian

diharapkan perfusi nyaman (semi fowler) medikasi

perifer meningkat 4. Berikan Oksigen (tranfusi)

dengan kriteria hasil : tambahan, jika perlu 3. posisi yang

1. Warna kulit pucat 5. kolaborasi pemberian nyaman dapat

menurun tranfusi darah membuat pasien

2. pengisian kapiler lebih rileks dan

31
membaik (CRT <2 dapat berisitirahat

detik) dengan baik

3. Akral membaik 4. penurunan Hb

4. Tekanan darah juga dapat

membaik membuat pasokan

oksigen yang

diangkut

berkurang

5. sebagai medikasi

utama untuk

meningkatkan Hb

32
Defisit Nutrisi b/d Dx II

ketidakmampuan 1. monitor tanda tanda 1. untuk

mengasorbsi nutrien vital mengidentifikasi

2. identifikasi status gejala yang dapat

Setelah dilakukan nutrisi timbul akibat

intervensi keperawatan 3. identifikasi makanan kurangnya nutrisi

selama 3x24 jam maka yang disukai 2. sebagai acuan

diharapkan status nutrisi 4. identifikasi kebutuhan dalam pemberian

membaik dengan kriteria kalori dan nutrien nutrisi yang

hasil : 5. lakukan oral hygiene dibutuhkan oleh

1. Porsi makan yang sebelum makan, jika pasien

dihabiskan meningkat perlu 3. pemberian

2. Perasaan cepat 6. monitor hasil makanan yang

kenyang menurun pemeriksaan disukai dapat

3. nafsu makan membaik laboratorium meningkatkan

4. membran mukosa 7. Berikan Suplemen, selera makan

membaik jika perlu pasien

8. kolaborasi pemberian 4. kebutuhan kalori

medikasi sebelum dan nutrien yang

makan (mis. dibutuhkan dapat

antiemetik), Jika menambah energi

perlu dan mempercepat

pemulihan

5. kotoran dan bau

33
mulut juga dapat

berpengaruh

ketika seseorang

hendak makan

6. sebagai acuan

dalam peningkatan

nutrisi pasien

7. suplemen yang

diberikan agar

pasien bertambah

selera ketika

makan

8. untuk mengurasi

perasan mual

ketika sedang

makan
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda tanda Dx IV

intervensi keperawatan vital 1. Untuk mencegah

selama 3x24 jam maka 2. Anjurkan tirah baring terjadinya syok

diharapkan toleransi 3. Anjurkan melakukan pada pasien

aktifitas meningkat aktifitas secara 2. Kekurangan

dengan kriteria hasil : bertahap hemoglobin

1. Frekuensi nadi 4. Kolaborasi dengan berpengaruh

meningkat ahli gizi tentang terhadap pasokan

2. Keluhan lelah meningkatkan asupan oksigen yang

34
menurun makanan dibutuhkan pasien

3. Perasaan lemah 3. Untuk

menurun mengidentifikasi

4. Tekanan darah masalah syok yang

membaik dapat terjadi pada

5. Warna kulit membaik pasien

4. Pemeberian

tranfusi sebagai

medikasi yang

tepat untuk

mengembalikan

cairan yang telah

banyak keluar

akibat perdarahan

Kasus 2 1. Observasi TTV, kaji 1. Observasi TTV,

Diag 1 pengisian kapiler, warna kaji pengisian kapiler,

Perubahan perfusi kulit/membrane mukosa warna

jaringan b/d Penurunan 2. Kaji tingkat upaya kulit/membrane

komponen seluler yang pernapasan : auskultasi mukosa

diperlukan untuk bunyi napas 2. Kaji tingkat upaya

pengiriman o2 3. Kaji adanya keluhan pernapasan :

Setelah dilakukan nyeri dada, palpitasi auskultasi bunyi

tindakan keperawatan 4. Kaji untuk respon napas

kepada Ny. B selama 3 x verbal melambat, agitasi, 3. Kaji adanya

35
24 jam diharapkan gangguan memori, keluhan nyeri dada,

perubahan perfusi bingung palpitasi

jaringan teratasi dengan 4. Kaji untuk respon

kriteria hasil : verbal melambat,

a. menunjukan perfusi agitasi, gangguan

adekuat, seperti akral memori, bingung

hangat

b. TTV dalam batas

normal TD : 120/80

mmHg N : 80 – 100

x/menit RR : 12 – 20

X/menit Suhu : 36 –

37,5oC

c. membrane mukosa

merah muda

d. pengisian kapiler baik

Diag 2

Gangguan rasa nyaman 1. Kaji Karakteristik nyeri 1. Untuk Mengetahui

nyeri b/d Involusi uterus (lokasi, frekuensi, durasi, lokasi, frekuensi,

dan Trauma jalan lahir, intensitas dan skala nyeri) durasi, intensitas, dan

luka episotomi 2. Kaji kontraksi uterus skala nyeri

Setelah dilakukan klien 2. Untuk mengetahu

tindakan keperawatan 3. Observasi TFU setiap kontraksi uterus klien

36
kepada Ny. B selama 3 x hari baik

24 jam diharapkan nyeri 4. Ajarkan tehnik 3. Untuk mengetahui

hilang dengan kriteria relaksasi tinggi fundus

hasil : 5. Berikan kompres 4. Upaya mengurangi

a. Mengungkapkan nyeri hangat selama 20 menit nyeri pasien

di perineum berkurang b. selama 24 jam post 5. Terapi mengurangi

Skala nyeri 0 - 1 (dari 0 partum nyeri pasien

– 10) 6. Kolaborasi untuk 6. Terapi

c. Dapat melakukan pemberian analgetik : farmakologi untuk

tindakan untuk Asam mefenamat (3x1 mengurangi nyeri

mengurangi nyeri tablet) jam : 18.00, 06.00, pasien

12.00

Diag 3

Resiko infeksi b/d 1. Kaji suhu dan nadi 1. Untuk mengetahu

Laserasi episotomi secara rutin sesuai dengan tanda tanda infeksi

Setelah dilakukan indikasi : catat tanda – 2. Untuk mengetahui

tindakan tanda menggigil keadaan perineum

keperawatan kepada Ny. 2. Kaji jumlah dan bau pasien

B selama 3 x lochea atau perubahan 3. Untuk mengetahui

24 jam diharapkan tidak pada kemajuan normal kebersihan serta

terjadi dari rubra menjadi serosa adanya infeksi pada

infeksi dengan kriteria 3. Observasi luka genenital

hasil : episiotomi, perhatikan 4. Memperbaiki

37
a. Nadi 80 – 100 x/menit nyeri tekan berlebihan nutrisi pasien yang

b. Suhu : 36o C – 36o C dan tanda-tanda REEDA hilang selama post

c. Tidak ada tanda – 4. Anjurkan klien untuk partum

tanda makan – makan tinggi 5. Terapi antibiotik

REEDA protein

d. Luka episiotomi 5. Kolaborasi untuk

tampak pemeriksaan jumlah sel

kering darah putih dan

e. Pengeluaran lochea pemberian antibiotik :

sesuai dengan waktunya Clindamycin (3x1 tablet)

jam : 18.00, 06.00, 12.00

38
D. Tindakan keperawatan

Pelaksanaan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3


Implementasi Implementasi Implementasi
Kasu 08.00 2. timbang terima dengan dinas 08.00 1. timbang terima dengan 08.00 1. timbang terima dengan
s1 malam dinas malam dinas malam
08.00
3. Mengobservasi TTV 08.00 2. Mengobservasi TTV 08.00 2. Mengobservasi TTV
TD = 100/60mmHg TD = 110/70mmHg 3. TD = 110/70mmHg
N = 80x/menit N = 82x/menit N = 80x/menit
RR=19x/menit RR=20x/menit RR=19x/menit
09.15 S=370C S=370C S=370C
4. Pemberian obat : 3. Pemberian obat : 4. Pemberian obat :
09.15
 Asmef 500mg 09.00 Asmef 500mg 09.00 Asmef 500mg
 Amoxilin 500mg Amoxilin 500mg Amoxilin 500mg
10.00
 Sulvitron 200mg Sulvitron 200mg Sulvitron 200mg
10.00 4. Pemberian transfusi darah kolf I 09.15 4. Pemberian transfusi darah 09.15 5. Pemberian transfusi

5. Mengobservasi perdarahan yang kolf I darah kolf I

masih timbul 5. Mengobservasi 6. Mengobservasi

6. Memonitor hasil laboratorium Hb 09.30 perdarahan yang masih 09.30 perdarahan yang masih
10.30 timbul timbul
dan HCT
7. Membantu pasien untuk oral 6. Memonitor hasil 7. Memonitor hasil
hygiene sebelum dan sesudah laboratorium Hb dan HCT laboratorium Hb dan
10.45
makan 10.00 7. Membantu pasien untuk 10.00 HCT
11.00 8. Mengidentifikasi kemampuan oral hygiene sebelum dan 8. Membantu pasien
makan px dan makanan yang sesudah makan untuk oral hygiene
11.00 disukai pasien 8. Mengidentifikasi sebelum dan sesudah
9. Mengobservasi mual dan muntah kemampuan makan px makan
px dan makanan yang disukai 9. Mengidentifikasi
11.30
12.00 10. Memberikan posisi yang nyaman 10.30 pasien 10.30 kemampuan makan px
pada pasien (semi fowler) 9. Mengobservasi mual dan dan makanan yang
13.30
11. Mengedukasi Ny.R untuk 11.00 muntah px 11.00 disukai pasien
istirahat yang cukup 10. Memberikan posisi yang 10. Mengobservasi mual
11.30 11.30
12. Pemberian obat : nyaman pada pasien (semi dan muntah px
Asmef 500mg fowler) 11. Memberikan posisi
Amoxilin 500mg 11. Mengedukasi Ny.R untuk yang nyaman pada
13. Pemberian transfusi darah kolf II 11.30 istirahat yang cukup 11.30 pasien (semi fowler)
14. Melakukan kolaborasi pemberian 12. Pemberian obat : 12. Mengedukasi Ny.R
12.00 12.00
diit TKTP Asmef 500mg untuk istirahat yang
15. Timbang terima dengan dinas Amoxilin 500mg cukup.
siang 12.30 13. Pemberian transfusi darah 12.30 13. Pemberian obat :
kolf II Asmef 500mg
13.30 13.30
SOAP Amoxilin 500mg
Dx I : Risiko Syok 14. Melakukan kolaborasi
S : Ny.R mengatakan masih terasa pemberian diit TKTP
lemas dan pusing SOAP 15. Timbang terima
Dx I : Risiko Syok dengan dinas siang.
S : Ny.R mengatakan badan
O: masih terasa lemas SOAP
 Observasi TTV O: Dx I : Risiko Syok
TD = 100/60 mmHg  Observasi TTV S : Ny.R mengatakan
N = 72x/menit TD = 110/70 mmHg lemas dan pusing sudah
RR = 20x/menit N = 82x/menit berkurang
S = 3,70C RR = 20x/menit O:

 Hb = 7 gr/dL S = 370C  Observasi TTV

 HCT = 29,7%  Keluar perdarahan TD = 100/60

 Keluar perdarahan 100cc 100cc mmHg

A : masalah risiko syok belum A : masalah risiko syok belum N = 72x/menit

teratasi teratasi RR = 20x/menit


P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4 P : lanjutkan intervensi 1,2,3,4 S = 3,70C
 Hb = 9,7 gr/dL
Dx II : Perfusi Perifer Tidak Dx II : Perfusi Perifer Tidak
Efektif Efektif  HCT = 32,1%
 Keluar perdarahan
S : Px mengatakan masih lemas dan S : Px mengatakan masih
pusing lemas, akan tetapi pusing 100cc
sudah agak berkurang A : masalah teratasi
O:
 Px tampak pucat O: sebagian
 Konjungtiva tampak anemis  Px masih tampak P : lanjutkan intervensi
 Observasi TTV sedikit pucat
 Observasi TTV 1,2,3,4
TD = 100/60 mmHg
TD = 110/70 mmHg Dx II : Perfusi Perifer
N = 72x/menit
N = 82x/menit Tidak Efektif
RR = 20x/menit
RR = 20x/menit S : Px mengatakan lemas
S = 3,70C
S = 37 C 0 dan pusing berkurang
 Hb = 7 gr/dL
 HCT = 29,7% A : masalah teratasi sebagian O:
P : Intervensi dilanjutkan  Px tampak sedikit
A : masalah belum teratasi pucat
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5 1,2,3,4,5,6,7,8  Observasi TTV
TD = 110/70

Dx III : Defisit Nutrisi mmHg


N = 88x/menit
S : Px mengatakan masih
kurang nafsu makan RR = 20x/menit
Dx III : Defisit Nutrisi
S = 370C
O:
S : Px mengatakan masih tidak nafsu  Mukosa bibir pucat  Hb = 9,7 gr/dL
makan, perut terasa kenyang dan jika  Porsi makan tidak  HCT = 32,1%
dibuat makan terasa seperti mual habis A : masalah teratasi
 Observasi TTV
O: sebagian
TD = 100/60 mmHg
 Mukosa bibir pucat P : Intervensi dilanjutkan
 Porsi makan tidak habis N = 72x/menit
 Observasi TTV RR = 20x/menit
TD = 100/60 mmHg Dx III : Defisit Nutrisi
S = 3,70C S : Px mengatakan mulai
N = 72x/menit nafsu makan, meskipun
RR = 20x/menit terkadang agak mual
S = 3,70C O:
A : masalah belum teratasi  Porsi makan tidak
habis
P : Intervensi dilanjutkan
 Observasi TTV
1,2,3,4,5,6,7,8 TD = 110/70
mmHg
N = 88x/menit
RR = 20x/menit
S = 370C
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Pelaksanaan Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3
Implementasi Implementasi Implementasi
Kasu 08.00 1. Timbang terima dengan 08.00 1. timbang terima dengan 08.00 1. timbang terima dengan
s dinas malam dinas malam dinas malam
08.00
2 2. Mengobservasi TTV 08.00 2. Mengobservasi TTV 08.00 2. Mengobservasi TTV
TD = 100/60mmHg TD = 100/70mmHg 3. TD = 110/600mmHg
N = 89x/menit N = 82x/menit N = 80x/menit
RR=19x/menit RR=20x/menit RR=19x/menit
09.15 S=370C S=370C S=370C
3. Pemberian obat : 3. Pemberian obat : 4. Pemberian obat :
09.15
Asmef 500mg 09.15 Asmef 500mg 09.15 Asmef 500mg
Clindamycin 200mg Clindamycin 200mg Clindamycin 200mg
10.00
4. Pemberian transfusi darah 09.15 4. Pemberian transfusi darah 09.15 5. Pemberian transfusi
10.00 kolf I kolf I darah kolf I
5. Mengobservasi perdarahan 5. Mengobservasi 6. Mengobservasi
yang masih timbul 10.00 perdarahan yang masih 10.00 perdarahan yang masih
6. Memonitor hasil timbul timbul
10.30 laboratorium Hb dan HCT 10.00 6. Memonitor hasil 10.00 7. Memonitor hasil
10.45
7. Membantu pasien untuk laboratorium Hb dan HCT laboratorium Hb dan
11.00
oral hygiene sebelum dan 7. Membantu pasien untuk HCT
sesudah makan oral hygiene sebelum dan 8. Membantu pasien
11.00 8. Mengidentifikasi sesudah makan untuk oral hygiene
kemampuan makan px dan 10.30 8. Mengidentifikasi 10.30 sebelum dan sesudah
11.30 makanan yang disukai pasien 10.45 kemampuan makan px 10.45 makan
12.00 9. Mengobservasi mual dan dan makanan yang disukai 9. Mengidentifikasi
muntah px 11.00 pasien 11.00 kemampuan makan px
13.30
10. Memberikan posisi yang 9. Mengobservasi mual dan dan makanan yang
nyaman pada pasien (semi muntah px disukai pasien
fowler) 11.00 10. Memberikan posisi yang 11.00 10. Mengobservasi mual
11. Mengedukasi Ny.B untuk nyaman pada pasien (semi dan muntah px
istirahat yang cukup fowler) 11. Memberikan posisi
12. Pemberian obat : 11.30 11. Mengedukasi Ny.B untuk 11.30 yang nyaman pada
Asmef 500mg 12.00 istirahat yang cukup 12.00 pasien (semi fowler)
Amoxilin 500mg 12. Pemberian obat : 12. Mengedukasi Ny.S
13. Pemberian transfusi darah 13.30 Asmef 500mg 13.30 untuk istirahat yang
kolf II Amoxilin 500mg cukup.
14. Melakukan kolaborasi 13. Pemberian transfusi darah 13. Pemberian obat :
pemberian diit TKTP kolf II Asmef 500mg
16. Timbang terima dengan
dinas siang
SOAP
DX 1 DX PERUBAHAN PERFUSI DX PERUBAHAN
S : klien mengatakan “sedikit S : klien mengatakan “masih PERFUSI
pusing” dan nyeri perut pusing” nyeri perut S : klien mengatakan tidak
O : TD : 120/80 mmHg N : O : TD : 130/80 mmHg N : nyeri
91x/menit S : 36oC RR : 95x/menit S : 36oC RR : O : TD : 120/80 mmHg N :
19x/menit bunyi napas : 19x/menit bunyi napas : 90x/menit S : 36oC RR :
vesikuler, tidak ada bunyi vesikuler, tidak ada bunyi 20x/menit bunyi napas :
tambahan Membrane mukosa tambahan Membrane mukosa vesikuler, tidak ada bunyi
sedikit kering P: Nyeri kering P: Nyeri Q:Ditindih tambahan Membrane
Q:Ditindih R:Abdomen S: 4 R:Abdomen S: 4 T:Hilang mukosa lembab
T:Hilang timbul timbul A: Perubahan perfusi
A: Perubahan perfusi jaringan A: Perubahan perfusi jaringan jaringan
P: Masalah belum teratasi P: Masalah teratasi sebagian P: Masalah teratasi
Intervensi Dilanjutkan Intervensi Dilanjutkan Intervensi dihentikan
DX NYERI AKUT
S: Klien mengatakan nyeri DX NYERI AKUT DX NYERI AKUT
pada luka jahitan episotomi S: Klien mengatakan nyeri S: Klien mengatakan
O: TFU sepusat DRA 7 x 2 sedikit berkurang pada luka sudah tidak nyeri pada
cm Kontraksi baik jahitan episotomi luka jahitan episotomi
P: nyeri Q: Disayat R: O: TFU sepusat DRA 7 x 2 cm O: TFU sepusat DRA 7 x
Perineum S: 7 T: Terus Kontraksi baik 2 cm Kontraksi baik
menerus P: nyeri Q: Disayat R: P: nyeri Q: Disayat R:
A: Gangguan rasa nyaman Perineum S: 5 T: Terus Perineum S: 0 T: Terus
nyeri menerus menerus
P: Masalah belum teratasi A: Gangguan rasa nyaman A: Gangguan rasa nyaman
intervensi dilanjutkan nyeri nyeri

P: Masalah teratasi sebagian P: Masalah teratasi

intervensi dilanjutkan intervensi dihentikan

DX RESIKO INFEKSI DX RESIKO INFEKSI


S: Klien mengatakan takut DX RESIKO INFEKSI S: Klien mengatakan
membersihkan daerah sekitar S: Klien mengatakan takut sudah tidak takut
jahitan membersihkan daerah sekitar membersihkan daerah
O: R : ada E : ada E : tidak jahitan sekitar jahitan
ada D : darah sesuai dengan O: R : ada E : ada E : tidak ada O: Klien beraktifitas
lochea rubra A : rapih dan D : darah sesuai dengan lochea normal seperti biasa
rapat rubra A : rapih dan rapat R : ada E : tidak ada E :
Lochea 2 pembalut terisi Lochea 2 pembalut terisi tidak ada D : darah sesuai
penuh Bau seperti menstruasi penuh Bau seperti menstruasi dengan lochea rubra A :
Suhu: 37,8 Suhu: 37,8 rapih dan rapat
A: Resiko Infeksi A: Resiko Infeksi Lochea 2 pembalut terisi
P: Masalah belum teratasi P: Masalah belum teratasi penuh Bau seperti
intervensi dilanjutkan intervensi dilanjutkan menstruasi. Suhu: 36
A: Resiko Infeksi
P: Masalah teratasi
intervensi dihentikan
3.2 Pembahasan
Pada kasus 1 didapatkan hasil observasi badan lemas dan kepala terasa
sangat berat dan pusing, nafsu makan menurun dan terasa mual ketika makan
dengan hasil TD 100/60 mmHg dan hasil Hb 7gr/dL. Pada kasus 2 didapatkan
observasi pusing, lemas, dengan riwayat anemia sejak kandungan 8 bulan,
mengkonsumsi obat penambah darah dengan TD 120/80 mmHg dan hasil Hb
8gr/dL.
Pada kedua kasus diatas sejalan dengan kondisi anemia menurut (Aru,
2015) yaitu anemia adalah kondisi yang ditandai dengan adanya penurunan
kadar hemoglobin (Hb), yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkutan oksigen oleh darah. Anemia umumnya dpaat terjadi pada saat
masa kehamilan dan pasca persalinan. Pada kedua kasus diatas didapatkan
anemia terjadi pada ibu post partum, hal ini sesuai dengan pendapat menurut
Ayahbunda, (2013) yaitu anemia pada post partum merupakan komplikasi
yang sering dijumpai dan paling sering dialami dimasa masa persalinan
terutama bagi ibu bersalin yang mengalami perdarahan saat persalinan. Proses
persalinan berlangsung lama dan ibu biasanya menderita anemia sejak masa
kehamilan. Menurut pendapat tersebut ketiga kasus diatas masuk kedalam
kategori.
Terdapat beberapa perbedaan antara kasus 1 dan kasus 2 terkait terapi
yang diberikan. Untuk kasus 1 pasien mendapat terapi yang sama yaitu asam
mafenamat, amoxilin,, vitamin C, Solvitron dan transfusi darah. Sedangkan
untuk kasus 2 pasien hanya mendapat terapi asam mefenamat dan
Clindamycin.. Sedangkan untuk pasien 3 hasil Hb 8gr/dL. Menurut jurnal
penelitian (Rodiani & Bernolian, 2016) dijelaskan bahwa transfusi diberikan
untuk pasien dengan tanda-tanda adanya penurunan volume darah pada
keadaam perdarahan pasca persalinan. Sehingga pasien sudah tepat
mendapatkan terapi transfusi.
3.2.1 Pengkajian

Tahap pengumpulan data, penulis melakukan perkenalan dan menjelaskan


maksud dan tujuan untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
sehingga klien dan keluarga klien terbuka dan kooperatif.
Penulis menemukan pada pengkajian antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus tidak banyak kesenjangan yaitu pada tinjauan kasus
didapatkan hasil pekerjaan klien adalah ibu rumah tangga. Pada tinjauan
kasus klien Ny.A dan Ny.B didapatkan bahwa ketiga klien berstatus
sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja, penyebab anemia menurut
(Amallia, Afriyani, & Utami, 2017) tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pekerjaan dengan kejadian anemia, ibu hamil yang
berkerja dan tidak berkerja memiliki kecenderungan yang hampir sama
untuk menderita anemia pada kehamilan. Sebagian besar ibu yang berkerja
tidak menderita anemia pada kehamilan. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Fikriana, 2014) yang menjelaskan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dan kejadian anemia
pada ibu hamil dengan nilai p=0,777.
Pada tinjauan kasus Ny.A dan Ny.B penyebab dari terjadinya
Anemia menurut (Manuaba, 2013) adalah Kurang gizi (malnutrisi),
Kurang zat besi, Malabsorpsi, Kehilangan darah banyak seperti persalinan
yang lalu. Pada tinjauan kasus didapatkan data bahwa ketiga klien
mengalami perdarahan post partum. Perdarahan postpartum merupakan
salah satu penyebab terbesar pada kematian ibu, proporsinya berkisar
antara 10-60%. Walaupun perempuan bertahan hidup setelah mengalami
perdarahan postpartum , namun selanjutnya dapat mengalami kekurangan
darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan
yang berkepanjangan (Risnawati & Hanung, 2014).
Pada tinjauan kasus Ny.A dan Ny.B mengalami lemas, pusing dan
pada Ny.S didapatkan data tambahan nafsu makan menurun, hal ini sejalan
dengan (Soebroto, 2010) gejala klinis anemia Lemah, letih, lesu, mudah
lelah, wajah tampak pucat, nafsu makan berkurang dan ditunjang
pemeriksaan laboratorium nilai Hb yang dibawah nilai normal.
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada tinjauan pustaka diagnosa
keperawatan pada kasus ibu post partum dengan Anemia berdasarkan data
fokus adalah :
1. risiko syok d/d faktor risiko kehilanga volume cairan (perdarahan)
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan

Dari hasil pengkajian pasien dapat diagnosa yang dapat dimunculkan


adalah sebagai berikut :

1. Risiko syok d/d faktor risiko kehilanga volume cairan (perdarahan)


pada tinjauan kasus Ny. A dan Ny.B didapatkan masalah keperawatan
risiko syok d/d faktor risiko kehilangan volume cairan (perdarahan).
Klien mengalamai badan terasa lemah, adanya perdarahan saat
persalinan, vital sign dibawah nilai normal (CRT >2detik, TD sistole
<120mmHg, nilai Hb <10gr/dL).
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi Hemoglobin.
Pada tinjauan kasus Ny.A dan Ny.B didapatkan data bahwa (CRT
>2detik, TD sistole <120mmHg, nilai Hb <10gr/dL). Akan tetapi pada
tinjauan kasus Ny.S tidak timbul masalah keperawatan risiko syok
karena vital sign masih dalam batas normal, nilai Hb 8,5 yang masuk
kategori anemia ringan dengan tidak mengesampingkan risiko yang
mungkin timbul tetapi jika dibandingkan dengan tinjauan kasus Ny.A
dan Ny.B jumlah perdarahan yang keluar saat Ny.A persalinan
sebanyak 180cc. sehingga masalah keperawatan yang timbul pada
Ny.A adalah Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan Konsentrasi
Hemoglobin
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan. Pada tinjauan kasus Ny.A dan Ny.B
timbul masalah keperawatan intoleran aktivitas b/d kelemahan, karena
pada saat pengkajian klien mengalami lemas dan mengeluh pusing
setelah beraktivitas

Diagnosis Keperawatan pada penentuan masalah atau diagnosis keperawatan


prioritas dilakukan berdasarkan kondisi klien pada saat itu memerlukan tindakan
keperawatan segera. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua kasus ini
yaitu :
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin. Diagnosis ini muncul didapatkan dari data pasien yang
mengatakan bahwa badan terasa lemas dan pusing, pada pemeriksaan fisik
didapatkan hasil bahwa konjungtiva anemis, mukosa bibir tampak kering dan
pucat, CRT > 2 detik dan TD 100/60 mmHg, N: 80x/mnt RR: 19x/mnt, S:
37,30 C, perdarahan 200-250cc. Hal ini ditunjang dengan hasil dari data
pemeriksaan laboratorium jika Hb post partum adalah 7 mg/dL. Diagnosa
perfusi perifer tidak efektif ini bisa muncul dikarenakan perubahan fisiologis
selama kehamilan, jumlah plasma darah ibu meningkat 50% sekitar 1000cc.
Jumlah sel darah merah juga meningkat tapi hanya 25 % dan baru timbul
pada usia akhir kehamilan. Selain itu, perfusi perifer tidak efektif
berhubungan dengan anemia ini bisa terjadi dikarenakan kehilangan darah
pada saat persalinan. Sesuai dengan teori yang dijelaskan bahwa anemia
nifas didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 gr/dl, ini
merupakan masalah yang umum dalam bidang kebidanan meskipun wanita
hamil dengan kadar besi yang terjamin konsentrasi hemoglobin biasanya
berkisar 11-12 gr/dl sebelum hamil (Siviana, 2012). Anemia adalah suatu
keadaan dimana seseorang ibu sehabis melahirkan sampai dengan kira-kira 5
minggu dalam kondisi pucat, lemah dan kurang bertenaga (Proverawati,
2011). Sehingga menurut peneliti dalam pemberian pelayanan sudah sesuai
jika pasien diberikan tranfusi darah sesuai dengan kebutuhan pasien dalam
meningkatkan nilai konsentrasi hemoglobin, selain itu pemenuhan kebutuhan
nutrisi juga sangat diperlukan dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat besi, asam folat dan tinggi protein.
2. Risiko Syok ditandai dengan faktor risiko kehilangan volume cairan
(perdarahan). Diagnosa ini bisa muncul didapatkan dari data pasien
mengatakan badan terasa lemas dan terasa pusing, pada hasil pemeriksaan
fisik didapatkan bahwa konjungtiva anemis, mukosa bibir kering pucat, akral
teraba dingin pucat dan CRT >2 detik dan perdarahan 200-250cc. Pada hasil
laboratorium didapatkan hasil Hb yaitu 7 mg/dL. Hal tersebut ditunjang
dengan teori yang dijelaskan oleh Astriana, 2017 bahwa volume darah
meningkat sekitar 1.500 ml atau sekitar 40-45% di atas volume sebelum
hamil. Peningkatan ini terdiri dari 1.000 ml plasma dan 450 ml sel darah
merah (SDM). Rata-rata kehilangan darah persalinan normal pervagina
adalah 400 sampai 500 ml, untuk persalinan dengan seksio sesaria kehilangan
darah sering kali lebih dari 1.000 ml. Menurut penulis, bahwa diagnosa
keperawatan ini bisa muncul dikarenakan pasien mengalami perdarahan
persalinan 200-250cc dengan ditunjang dengan hasil laboratorium Hb 7
mg/dL dan juga dari hasil pemeriksaan fisik yang mengatakan jika badan
terasa lemas dan pusing. Sehingga menurut penulis penatalaksanaan yang
diberikan pada 3 kasus tersebut dalam pemberian tranfusi darah (PRC) sudah
benar dan sesuai kebutuhan pasien untuk meningkatkan konsentrasi
hemoglobin. Selain dalam pemberian tranfusi perlu juga meningkatkan
asupan gizi pasien dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung zat
besi seperti : daging sapi, kuning telur, sayuran yang berwarna hijau serta
makanan yang mengandung asam folat dan protein seperti : susu, tahu, tempe,
telur, dll.
3. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa ini bisa
muncul ditunjang dengan hasil data bahwa pasien mengatakan jika badan
terasa lemasa dan jika melakukan aktifitas dibantu oleh keluarga, pasien juga
masih dianjurkan untuk tirah baring. Pada hasil pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum pasien baik tapi lemah, konjungtiva anemis dan mukosa bibir
kering pucat. Penulis mengangkat diagnosa tersebut dikarenakan diagnosa
tersebut memerlukan tindakan mandiri perawat dengan pemberian pendidikan
edukasi kesehatan pada pasien supaya memahami tentang masalah yang di
alami. Di dalam kasus pasien mengatakan takut nyeri saat bergerak. Pasien
takut bergerak karena baru pertama kali melahirkan. Post partum melahirkan
anak pertama. Fungsi ADL berpakain, makan, mandi dibantu orang lain atau
keluarga.
Diagnosis keperawatan yang ada pada teori tapi tidak ada pada kasus:
1. Resiko perubahan pola eliminasi fekal: konstipasi berhubungan dengan
penurunan tonus otot
Diagnosa ini tidak di munculkan karena masalah konstipasi belum terjadi..
Pola eliminasi BAB 1x/hari, setelah melahirkan belum BAB karena takut dengan
jahitannya. Konstipasi atau sembelit adalah keadaan dimana sekresi dari sisa
metabolisme nutrisi tubuh dalam bentuk feces menjadi keras dan menimbulkan
kesulitan saat defekasi (Irianti, 2014). Pada wanita hamil masalah yang terjadi
adalah perubahan hormonal yang drastis yaitu terjadi peningkatan hormon
progesteron selama kehamilan yang akan menyebabkan otot menjadi relaksasi
untuk memberikan tempat janin yang terus berkembang (Ojieh, 2012). Sehingga
menurut penulis diagnosa ini tidak bisa di jadikan prioritas karena kurangnya data
yang menunjang untuk mengangkat diagnosa tersebut.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kelelahan/pendarahan
Diagnosa ini tidak dmunculkan karena tidak ada data – data yang sesuai
dengan diagnose tersebut. Didapatkan data pasien konjungtiva anemis, mukosa
mulut dan bibir lembap, CRT <2 detik, akral HKM. Hiperemesis gravidarum
adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang
menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan
kehilangan berat badan (Lowdermilk, 2004). Sedangkan anemia dalam kehamilan
adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dibawah 11 g/dl pada
usia kehamialn 4-7 bulan. Jadi anemia bukan penyakit kurang darah tapi,
kurangnya sel darah merah karena jumlah protein sel darah merah dan zat
pewarna merah pada sel darah yang rendah (Arisman, 2007:50). Sehingga
menurut penulis diagnosa ini tidak bisa di jadikan prioritas karena kurangnya data
yang menunjang untuk mengangkat diagnosa tersebut.
3. Perubahan eliminasi urine: retensio urine berhubungan dengan trauma
mekanis
Diagnose ini idak dimunculkan karena klien tidak ada data – data yang sesuai
dengan diagnose tersebut. Didapatkan data pasien pola eliminasi BAK 7 – 10
x/hari, BAK setelah melahirkan 5x/hari, tidak nyeri pada saat BAK. Perubahan
sistem urinaria dan ginjal cukup banyak terjadi pada ibu hamil, dimana kecepatan
filtrasi dari glomerolus dan aliran darah renal meningkat sampai 50% sebagai
akibat dari kenaikan cardiac output. Terjadi pula sedikit hidronefrosis atau
hidroureter, hal bisa dikarenakan menurunnya tonus otot atau adanya tekanan dari
uterus yang membesar pada kandung kemih. Fungsi ginjal ini berubah akibat
adanya hormon kehamilan, peningkatan volume darah, postur wanita, aktivitas
fisik dan asupan makanan (Verralls, 2003; Siswodarmo, 2008; Thadhani, 2012).
Perubahan fisiologis tersebut meliputi perubahan pada sistem reproduksi dan
payudara, dimana terdiri dari perubahan pada uterus, ovarium, vagina dan vulva,
serta payudara. Perubahan yang terjadi pada sistem tubuh secara umum yaitu
meliputi perubahan sistem kerdiovaskular, perubahan sistem endokrin, perubahan
sistem respiratori, perubahan sistem gastrointestinal, perubahan sistem skeletal,
serta perubahan sistem urinaria (Siswodarmo, 2008). Sehingga menurut penulis
diagnosa ini tidak bisa di jadikan prioritas karena kurangnya data yang menunjang
untuk mengangkat diagnosa tersebut.

4. Koping individu yang tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan


sistem pendukung
Diagnose ini tidak dimunculkan karena klien tidak ada data – data yang
sesuai dengan diagnose tersebut. Didapatkan data klien mengatakan merasa
senang dengan kelahiran anaknya yang berjenis kelamin perempuan dan akan
menjadi ibu yang seutuhnya untuk mengasuh anaknya. Terjadi perubahan sumber
stres ketika para subjek tersebut sudah menikah. Penyesuaian terhadap pasangan,
ketidaksiapan dan kekhawatiran menjadi seorang ibu, ketakutan menghadapi
persalinan, kondisi finansial dan tidak memiliki pandangan mengenai masa depan
merupakan beberapa hal yang menjadi pemicu stres pasca menikah. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Holub, Kershaw, Ethler, Lewis &
Ickovics 2007). Stres selama kehamilan menimbulkan konsekuensi negatif bagi
perkembangan fetus yang berhubungan dengan resiko kelahiran dengan berat bayi
rendah dan juga kelahiran prematur (Monk, 2001; Littleton, Bye, Buck, &
Amacker, 2010). Stres selama kehamilan juga menimbulkan dampak negatif bagi
ibu antara lain menyebabkan rendahnya maternal adjustment (meliputi rendahnya
perasaan positif mengenai peran sebagai ibu, rendahnya perawatan terhadap bayi,
dan rendahnya kompetensi kepengasuhan) serta tingginya distres emosional
pascamelahirkan (Holub, Kershaw, Ethler, Lewis, Ickovics, 2007). Sehingga
menurut penulis diagnosa ini tidak bisa di jadikan prioritas karena kurangnya data
yang menunjang untuk mengangkat diagnosa tersebut.
3.2.3 Perencanaan
Pada perumusan tujuan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus. Pada
tinjauan pustaka perencanaan menggunakan kriteria hasil yang mengacu pada
pencapaian tujuan. Pada tinjauan kasus perencanaan juga menggunakan kriteria
hasil yang mengacu pada pencapaian tujuan, akan tetapi penulis juga ingin
berupaya memandirikan pasien dalam pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatan melalui peningkatan pengetahuan (Kognitif), ketrampilan mengenai
masalah (Afektif) dan perubahan tingkah laku pasien (Psikomotor).
Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada
kasus nyata keadaan klien secara langsung. Intervensi diagnos keperawatan yang
ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesamaan namun
masing-masing intervensi mengacu pada sasaran, data dan kriteria hasil yang
ditetapkan.
Risiko syok dengan faktor risiko kehilangan volume cairan (perdarahan).
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan tujuan tingkat
syok menurun dengan kriteria hasil tekanan darah sistolik membaik, tekanan
darah diastolik membaik, frekuensi nadi membaik, Hb dalam batas normal (12-16
gr/dL) dan HCT dalam batas normal (37-54%). Klien mendapat terapi transufsi
PRC, 1 unit PRC dapat meningkatkan Hb sekitar 1 g/dL atau apabila yang
digunakan hematokrit sebagai indikator dapat meningkatkan 3-4%/kantong PRC.
Untuk itu pemantauan tidak bisa dilakukan cukup 1 hari. Sehingga penulis
memutuskan untuk pemberian intervensi risiko syok diberikan selama 3 hari
dengan observasi vital sign.
Risiko perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan
tujuan perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil warna kulit pucat menurun,
pengisian kapiler membaik (CRT <2 detik), akral membaik (hangat, kering,
merah), tekanan darah membaik (120/80mmHg). Intervensi untuk diagnosa
perifer tidak efektif dengan pemberian transfusi PRC sebagai upaya meningkatkan
kadar Hb pada klien. Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah
pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. hemoglobin
merupakan protein utama tubuh manusia yang berfungsi mengangkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan perifer dan mengangkut CO2 dari jaringan perifer ke paru-
paru (Irma, 2016).
Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan. Setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama 3x24jam dengan tujuan toleransi aktifitas meningkat
dengan kriteria hasil frekuensi nadi meningkat, keluhan lelah menurun, perasaan
lemah menurun, tekanan darah membaik, warna kulit membaik
3.2.4 Tindakan Keperawatan
Pelaksanaan adalah perwujudan atau realisasi dari perencanaan yang telah
disusun. Pelaksanaan pada tinjauan pustaka belum dapat direalisasikan semuanya
karena hanya membahas teori asuhan keperawatan. Sedangkan pada kasus nyata
pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada klien, pendokumentasian,
intervensi keperawatan.
Pelaksanaan rencana keperawatan dilakukan secara terkoordinasi dan
terintegrasi untuk pelaksanaan diagnosa pada kasus tidak semua sama pada
tinjauan pustaka, hal itu karena disesuaikan dengan keadaan pasien yang
sebenarnya.
Dalam melaksanakan implementasi ini ada faktor penunjang maupun
faktor penghambat yang penulis alami. Hal-hal yang menunjang dalam asuhan
keperawatan yaitu antara lain: adanya kerja sama yang baik dari perawat maupun
dokter ruangan dan tim kesehatan lainnya, tersedianya sarana dan prasarana
diruangan yang menunjang dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan
penerimaan adanya penulis.
Risiko syok dilakukan tindakan keperawatan mengobservasi tanda gejala
perdarahan masif. Pendarahan post-partum merupakan keadaan yang mengancam
nyawa dalam persalinan, yang ditandai dengan hilangnya darah >500 ml melalui
persalinan normal dan >1000 ml melalui seksio- caesarean. Observasi dilakukan
dengan menghitung jumlah darah yang hilang dan keadaan klinis pasien.
Observasi terkait tanda gejala perdarahan masif harus benar-benar dilakukan
untuk menghindari risiko tinggi kematian pada ibu setelah melahirkan. Karena
setiap wanita meninggal tiap menitnya saat melahirkan, dimana 24% disebabkan
oleh perdarahan (Sanjaya, 2013). Monitoring hasil lab terutama Hb dan HCT,
karena data laboratoirum ini menunjukkan kondisi hemodinamik pasien.
Mengidentifikasi tanda-tanda hipovolemia dan berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian transfusi darah.
Perfusi perifer tidak efektif dilakukan tindakan keperawatan monitor vital
sign pasien terutama TD, tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada
sistem sirkulasi. tekanan darah selalu diperlukan untuk membantu aliran darah di
dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran
darah yang menetap. Monitor hasil lab terutama Hb, memberikan oksigen jika
perlu dan kolaborasi pemberian transfusi darah. Salah satu fungsi darah adalah
membawa O2 ke seluruh organ tubuh. Sekitar 97-98,5% O2 ditransportasikan
dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/Oksihaemoglobin). Jika O2 yang
diangkut menurun, maka akan terjadi gangguan karena suplai O2 yang kurang ke
jaringan. Hal ini yang mengakibatkan gangguan perfusi jaringan, dan berdampak
pada organ yang mendapat suplai O2 sedikit, dan jika tidak segera diatasi akan
berbahaya terutama pada sirkulasi paru dan jantung (Triyani & Purbowati, 2016).
Intoleran aktivitas dilakukan tindakan keperawatan kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian diit, pada ibu post partum dengan anemia diit yang
diberikan TKTP. Kalori diperlukan pasien untuk proses recovery dan sumber
energi sedangkan protein bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan
luka hecting episiotomy. Pemberian diit TKTP harus diperhatikan dengan
kandungan Fe didalamnya (Husna, 2019).

3.2.5 Evaluasi
Pada saat dilakukan evaluasi risiko syok ditandai dengan faktor risiko
kehilangan volume cairan (perdarahan) tinjauan kasus Ny.A dan Ny.B masih
mengatakan badan lemas dan pusing pasca persalinan dan hari kedua keluhan
mulai berkurang, dan saat hari ketiga dilakukan tindakan keperawatan klien
mengatakan lemas dan pusing mulai berkurang. Berdasarkan tinjauan kasus
kondisi vital sign Ny.A dan Ny.B mengalami perbaikan tekanan darah sistole
>90mmHg.
Pada diagnosa kedua perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Hemoglobin saat dilakukan tindakan keperawatan
kolaborasi pemberian transfusi darah dapat meningkatkan kadar Hb sebanyak 1-
2gr/dL pada Ny.Adan Ny.B. Hal ini sesuai dengan (Indayanie & Rachmawati,
2015) pada pemberian transfusi darah untuk menaikkan tingkat Hb sebanyak 1
gr/dL diperlukan PRC 4 mL/ kgBB atau satu (1) unit dapat menaikkan kadar
hematokrit 3–%. Zat tersebut diberikan selama dua (2) sampai empat (4) jam
dengan kecepatan antara 1–2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh
yang diketahui.
Pada diagnosa ketiga intoleran aktifitas berhubungan dengan kelemahan
berdasarkan tinjauan kasus ketiga pasien Ny.A dan Ny.B mengatakan badan
terasa lemas, kegiatan masih dibantu keluarga dan sebagian besar dilakukan diatas
tempat tidur. Hal ini terjadi ketiga klien masih dalam kondisi post partum dengan
komplikasi anemia. Anemia mengakibatkan kadar Hb dalam darah berada
dibawah nilai normal, sedangkan fungsi Hb sebagai transport oksigen dan nutrisi
sangat penting. Dampak anemia yang paling jelas terlihat adalah menurunnya
kemampuan berfikir (konsentrasi dan kecerdasan berkurang) dan terganggunya
aktifitas fisik karena kondisi badan yang mudah lelah. Selain itu, anemia gizi
dapat mengganggu respons sistem kekebalan, terutama sel limfosit-T, sehingga
mempermudah terserang penyakit infeksi (Pramodya, Rahfiludin, & Fatimah,
2015).
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah kelompok melakukan pengamatan dan melaksanakan tindakan


keperawatan secara langsung pada 2 pasien dengan diagnosis medis Post Partum
dengan anemia Di Ruang F1 Rspal Dr. Ramelan Surabaya. Maka kelompok dapat
menarik beberapa kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam
meningkatkan mutu tindakan keperawatan pasien dengan diagnosis medis Post
Partum dengan Anemia.
1.1 Kesimpulan
Mengacu pada hasil uraian yang telah menguraikan tentang tindakan
keperawatan pada 2 pasien Post Partum dengan Anemia maka kelompok dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian didapatkan dari 2 pasien (Ny.A dan Ny.B) mengatakan jika
badan terasa lemas dan pusing pasca melahirkan.
2. Diagnosis keperawatan pada 3 pasien (Ny.A dan Ny.B) antara lain:
1) Risiko syok dengan ditandai faktor risiko : Perdarahan.
2) Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsetrasi hemoglobin.
3) Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengasorbsi nutrien.
4) Intoleransi aktifitas b/d Ketidakseimbangan antar suplai dan kebutuhan
oksigen.
5) Defisit pengetahuan tentang nutrisi selama kehamilan b/d kurang minat
dalam belajar.
3. Rencana tindakan keperawatan sudah disesuaikan dengan teori dan
kondisi. Pasien dengan menetapkan penyusunan rencana keperawatan.
Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien Post Partum dengan
Anemia harus melihat kondisi Ke-2 pasien secara keseluruhan dan target
waktu penyelesaiannya juga disesuaikan dengan kemampuan pasien.
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan secara kesinambungan 3x24
jam dengan bekerjasama secara kelompok.
5. Evaluasi keperawatan.
1.2 Saran
Bertolak dari kesimpulan diatas kelompok dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Rumah Sakit hendaknya meningkatkan kualitas pelayanan yaitu dengan
memberikan kesempatan perawat untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan
baik formal maupun informal.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan mampu meningkatkan mutu dan memberikan asuhan
keperawatan yang efektifitas sehingga menghasilkan perawat-perawat yang
profesional.
3. Bagi Keluarga
Keluarga agar dapat meingkatkan pengetahuan tentang Post Partum dengan
komplikasi lainnya.
4. Bagi Kelompok selanjutnya
Kelompok selanjutnya dapat menggunakan seminar kasus ini sebagai referensi
data untuk selanjutnya sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan sesuai dengan standart yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Amallia, S., Afriyani, R., & Utami, S. P. (2017). Faktor Risiko Kejadian Anemia
pada Ibu Hamil di Rumah Sakit BARI Palembang, 3(3), 389–395.

Aru, S. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda NICNOC. Yogyakarta: Medication Publishing.

Fikriana, U. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia pada


Ibu Hamil di Puskesmas Kasihan II Bantul. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Aisyiyah Yogyakarta.

Husna, A. A. (2019). Studi Kasus Anemi Pada Ibu Hamil dengan Pendekatan
Nutrition Care Process (NCP) di Wilayah Puskesmas Salewangeng
Kabupaten Wajo. Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar.

Indayanie, N., & Rachmawati, B. (2015). Packed Red Cell dengan Delta Hb dan
Jumlah Eritrosit Anemia Penyakit Kronis, 21(3).

Irma, K. (2016). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Anemia Berat.
Tasikmalaya.

Manuaba. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Pramodya, J., Rahfiludin, Z., & Fatimah, S. (2015). Perbedaan Aktivitas Fisik,
Kadar Hb, dan Kesegaran Jasmani (Studi Pada Siswi KEK dan Tidak KEK
di SMAN 1 Grogol Kabupaten Kediri). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(3).

Risnawati, I., & Hanung, A. (2014). Dampak Anemia Kehamilan Terhadap


Perdarahan Post Partum, 57–67.

Rodiani, & Bernolian. (2016). Transfusi Darah dalam Post Partum Haemorrhage
(PPH).

Saleha. (2014). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sanjaya, D. G. W. (2013). Tanda Bahaya Serta Penatalaksanaan Perdarahan Post-


Partum, 3(1), 9–18.

Soebroto. (2010). Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta: Bangkit.


Sulistyawati. (2013). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI.

Triyani, S., & Purbowati, N. (2016). Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Dalam


Mencegah Anemi Gizi Besi Pada Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Jakarta Pusat. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 3(2), 215–
229.
Wahyuningsih. (2014). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dengan Anemia Ringan.
Trobayan Kalijambe.

Waryana. (2013). Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Yani, N. H. D. P. (2015). Gambaran Hemoragic Postpartum Pada Ibu Bersalin.


Jurnal Edu Health, 5(2).

Anda mungkin juga menyukai