Disusun Oleh:
Kelompok 6
STIKES HAFSHAWATY
2020 – 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah dengan judul Konsep Medis dan Asuhan
Keperawatan Perdarahan Postpartum ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketuan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Ibu Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala Prodi
Sarjana Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo.
4. Ibu Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat elaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II.
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
semester V.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan. Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Probolinggo, 10 September 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu merupakan indikator kesejahteraan
perempuan, indikator kesejahteraan suatu bangsa sekaligus
menggambarkan hasil capaian pembangunan suatu negara. Informasi
mengenai angka kematian ibu akan sangat bermanfaat untuk
pengembangan program-program peningkatan kesehatan ibu, terutama
pelayanan kehamilan dan persalinan yang aman, program peningkatan
jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, manajemen sistem
rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan (Chalid, 2016).
Berdasarkan Laporan WHO (2017) secara global sebanyak 830
wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan dan
persalinan, di negara berkembang sebanyak 99% kematian ibu diakibatkan
oleh masalah kehamilan dan persalinan, sedangkan target SDGs
(Sustainable Development Goals) rasio Angka Kematian Ibu di Indonesia
adalah 70/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (WHO, 2017).
Kematian ibu dapat diakibatkan oleh adanya faktor keterlambatan
yang merupakan penyebab tidak langsung kematian pada ibu, terdapat tiga
risiko keterlambatan yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk
(terlambat mengenali tanda dan bahaya), terlambat sampai di fasilitas
kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan
yang memadai oleh tenaga kesehatan, untuk itu diperlukan pengetahuan
ibu hamil tentang deteksi dini risiko tinggi pada kehamilan yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu hamil terutama faktor resiko terjadinya
perdarahan post partum. Ada banyak faktor yang menyebabkan keadaan
tersebut yaitu minimnya tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan
postpartum yang dapat mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam upaya
pencegahan perdarahan post partum (Chalid, 2015).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang merangsang atau
menstimulasi terhadap sebuah perilaku kesehatan pada ibu hamil sehingga
dapat menentukan kemana akan berobat serta lebih aktif dalam mencari
informasi baik dari tenaga kesehatan maupun dari media elektronik. Ibu
hamil bisa merencanakan persalinan dengan aman sehingga perdarahan
post partum dapat dicegah selain itu ibu hamil harus memiliki perilaku
kesehatan dan pengetahuan yang baik agar terhindar dari berbagai akibat
atau risiko terjadinya perdarahan post partum. Pengetahuan merupakan
domain yang paling penting untuk terbentuknya perilaku seseorang oleh
karena itu perilaku yang di dasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan post partum sebagai salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya kematian ibu akibat perdarahan post partum yaitu dengan
pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) secara teratur. Ante Natal Care pada
ibu hamil mampu mendeteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi
yang sering terjadi pada ibu hamil dan hal ini penting untuk menjadi
penyebab utama kematian ibu di Indonesia (Aswar et al., 2019)
Perdarahan post partum merupakan salah satu menjamin bahwa proses
kehamilannya berjalan dengan normal (Zakaria, 2013).
Perdarahan post partum masih merupakan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian.
Meskipun kematian ibu telah menurun dari tahun ke tahun dengan adanya
pemeriksaan serta perawatan kehamilan, persalinan di Rumah Sakit dan
adanya transfusi darah, tetapi perdarahan masih menjadi faktor utama
penyebab kematian ibu. Meskipun seorang perempuan masih bertahan
hidup setelah mengalami perdarahan post partum, tetapi ibu akan
menderita akibat kekurangan darah yang berat atau anemia berat dan akan
mengalami masalah kesehatan berkepanjangan Pengetahuan dapat
memberikan kontribusi untuk merubah perilaku yang dapat mencegah
terjadinya perdarahan post partum (Aswar et al., 2019).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari perdarahan postpartum?
2. Apa saja pembagian dari perdarahan postpartum?
3. Apa saja etiologi dari perdarahan postpartum?
4. Apa saja manifestasi klinik dari perdarahan postpartum?
5. Bagaimana patofisiologi dari perdarahan postpartum?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari pedarahan postpartum?
7. Bagaimana penatalaksaan dari perdarahan postpartum?
8. Apa saja komplikasi dari perdarahan postpartum?
9. Bagaimana pengkajian perdarahan pada ibu postpartum?
10. Apa diagnosa keperawatan perdarahan pada ibu postpartum?
11. Bagaimana intervensi keperawatan perdarahan pada ibu postpartum?
12. Bagaimana implementasi keperawatan perdarahan pada ibu
postpartum?
13. Bagaimana evaluasi keperawatan perdarahan pada ibu postpartum?
PEMBAHASAN
1. Tonus
Atonia uteri
2. Trauma
Robekan jalan lahir
Ditandai dengan perdarahan aktif segera setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi dengan baik dan plasenta lengkap. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum dan trauma
forceps atau vakum ekstraksi. (Manuaba. 2008)
Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet,laserasi), luka episiotomi,
robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis
(sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina, forniks uteri,
serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra. (Manuaba. 2008)
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi
pada vulva, vagina, dan serviks dengan memakai spekulum untuk
mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah yang merah segar
dan pulsatif sesuai dengan denyut nadi. (Manuaba. 2008)
Inversion Uteri
1) Pengertian
Pengertian Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi
diluar saat melahirkan plasenta. (Nugroho, T. 2011)
2) Etiologi
a) Tarikan tali pusat
b) atonia uteri
c) tekanan dari fundus
d) tekanan intra abdominal yang tinggi ( mengejan dan batuk ).
(Bandiyyah, S. 2007)
3) Gejala klinis inversio uteri:
a) Syok karena kesakitan
b) perdarahan yang banyak
c) di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang melekat maka jepitan serviks yang mengecil akan
membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.
(Cunningham, G. 2006)
Robekan serviks
Robekan pada serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan
dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan
yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri. Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan
spekulum. (Sujiyatini, dkk. 2009)
Apabila ada robekan serviks perlu ditarik keluar dengan
beberapa cunam ovum, supaya batas antara robekan dapat dilihat
dengan baik. (Sujiyatini, dkk. 2009)
3. Tissue
Retensio plasenta
Sisa plasenta
Plasenta atau sebagian selaput tidak keluar secara lengkap
menyebabkan perdarahan aktif segera setelah bayi lahir.Untuk itu harus
dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara menual/digital atau
kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah
perdarahan dapat diberi transfusi darah sesuai dengan keperluan.
(Varney, H. 2006)
4. Thrombin
Faktor – faktor yang terdapat di dalam darah dan yang berperan dalam
proses pembekuan terdiri atas perotein yang sebagian besar dibuat di dalam
hepar. Hingga sekarang dikenal dengan 12 faktor yang ditandai dengan
angka romawi. (Bobak, Lowdermik & Jansen. 2005)
a. Faktor I – Fibrinogen
b. Faktor II – Protrombin
c. Faktor III - Tromboplastin jaringan
d. Faktor IV - Ion kalsium
e. Faktor V - Pro akselerin (Stabil factor )
f. Faktor VI – faktor ini sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama
dengan faktor V
g. Faktor VII - Prokon vertin
h. Faktor VIII - Faktor antihemofilik A ( globulin anti – hemofili A )
i. Faktor IX - Faktor antihemofilik B ( komponen tromboplastin plasma,
Chrismas factor ).
j. Faktor X - Faktor Stiart – power
k. Faktor XI - Antecedent tromboplastin plasma.
l. Faktor XII - Faktor Hagemen m. Faktor XIII - Faktor menstabilkan
fibrin
2. Golongan darah
1. Tonus
MNEMONIC
H Meminta pertolongan Langkah awal
A Akses vena dengan kateter
ukuran besar (18G) dan infus
kristaloid (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat) serta
transfuse
E Etiologi dan preparat
uterotonik
M Masase uterus
O Preparat uterotonik dan Obat-obatan
misoprostol
S Persiapan kamar operasi. Konsevatif non-bedah
Singkirkan faktor sisa
plasenta, robekan jalan lahir,
kompresi bimanual, dan
kompresi aorta abdominal
T Tampon uterus vagina,
kondom kateter
A Kompresi uterus (bedah), Konservatif bedah
teknik BLynch
T Devaskularisasi system
perdarahan pelvis:
Lasobudiman, a. Uterina, a.
Ovarika, a. Hipogastrika
I Embolisasi a. Uteri dengan
radiologi intervensi
S Histerektomi subtotal/total Last effort/langkah
akhir
2. Trauma
Pada keadaan trauma misalnya pada laserasi jalan lahir dapat
dilakukan penjahitan laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio
uteri dapat dilakukan reposisi uterus.
4. Tissue
Pada keadaan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta dengan
hati-hati. Sedangkan pada sisa bekuan darah, dapat dilakukan
eksplorasi digital atau aspirasi vakum manual dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan sisa.
5. Thrombin
Pada keadaan dengan gangguan faktor pembekuan darah dapat
diberikan transfusi darah lengkap untuk menggantikan faktor
pembekuan darah dan sel darah merah.
Anemia
Pusing saat sedang berdiri
Kelelahan
Gagal ginjal akut
Stres syndrome
Intravascular coagulation (DIC) atau penggumpalan kuat di
seleruhuh tubuh
Kematian
Syok
1. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah kondisi gawat darurat yang
mengakibatkan tubuh kehilangan lebih dari 20 persen darah atau
cairan. Hal ini membuat jantung tidak dapat memompa cukup
darah. Darah mengalirkan oksigen dan nutrisi penting lainnya ke
seluruh tubuh. Ketika ibu mengalami perdarahan berat, jumlah darah
beroksigen yang beredar dalam tubuh menjadi sangat berkurang. Di
sisi lain, jantung tidak bisa bekerja efektif untuk memompa darah
segar.Ketika penurunan volume darah lebih cepat daripada proses
penggantiannya, organ tubuh akan mulai mengalami penurunan fungsi
dan tekanan darah merosot. Akibatnya, gejala syok dapat timbul. Syok
hipovolemik ditandai dengan penurunan tekanan darah dan suhu
tubuh, serta denyut nadi yang cepat tapi lemah. Syok hipovolemik
dapat mengancam nyawa apabila tidak cepat ditangani dengan tepat.
2. Syok Septik
Perdarahan setelah melahirkan lewat operasi caesar memiliki risiko
komplikasi berupa syok septik yang cukup tinggi. Risiko ini datang dari
bekas luka operasi yang terinfeksi oleh bakteri.Syok septik adalah
kondisi darurat ketika infeksi bakteri menyebar di seluruh tubuh lewat
aliran darah sehingga menyebabkan peradangan dan penurunan tekanan
darah yang berbahaya.Infeksi bakteri penyebab sepsis dapat
menyebabkan kegagalan fungsi organ vital, seperti gagal pernapasan,
gagal jantung, gagal ginjal, gagal hati, hingga stroke.
2.9. PENGKAJIAN
1. Data Subjektif
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini
(2010), meliputi :
1) Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu
nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam post partum. Untuk respon nyeri, umur juga
mempengaruhi karena pada umur anak-anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, pada umur orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri
yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus di jalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri di
periksakan.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
seharihari. Orang belajar dari budayanya, bagaimana
seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti
suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
kesalahan, jadi mereka tidak megeluh jika ada nyeri.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
perawat dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya. Bila pasien memiliki pengetahuan yang baik
terhadap perawatan luka maka luka akan sembuh pada hari ke
tujuh setelah persalinan dan bila tidak dirawat dengan baik
maka akan terjadi infeksi pada pasien postpartum.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan
perdarahan postpartum adalah perdarahan dari jalan lahir,
badan lemah, keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing,
pandangan berkunang-kunang.
c. Riwayat Kesehatan
5. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita
penyakit yang bisa menyebabkan perdarahan postpartum
seperti aspek fisiologis dan psikologisnya.
6. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu pernah
menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa
memperburuk keadaan atau mempersulit penyembuhan.
Seperti penyakit diabetes mellitus dan jantung
7. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga
pasien ada yang mempunyai riwayat yang sama
8. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Gravida, partus, abortus
b. Lamanya gestasi
c. Riwayat persalinan : normal, SC, dengan bantuan
d. Tipe anatesi dan penyulit
e. Banyaknya perdarahan
f. BB lahir bayi
g. Komplikasi ibu selama kehamilan
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat
diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a. Status generalis
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik,
cukup atau kurang.Pada kasus keadaan umum ibu
baik.
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis (sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya),
apatis (tidak menanggapi rangsangan / acuh tak
acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh), spoor (keadaan yang menyerupai
tidur), koma (tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada
respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya). Pada kasus
kesadaran composmentis
3) Tanda- tanda Vital
a) Tekanan Darah: 120/80 mmHg
b) Nadi : Takikardi/Bakikardi
c) Suhu : normalnya 36,6°C-37,6°C
d) Respirasi : normalnya 20-30 x/menit
e) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien
f) LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien.
b. Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala dan wajah
a) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut,
dan kerontokan rambut.
b) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji
adanya flek hitam.
c) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya
anemia kerena perdarahan saat persalinan.
d) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu
menderita pilek atau sinusitis. Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
e) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu
mengalami stomatitis, atau gigi yang berlubang.
Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
f) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang
membesar dapat menunjukan adanya infeksi,
ditunjang dengan adanya data yang lain seperti
hipertermi, nyeri dan bengkak.
g) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada
peradangan pada telinga.
2. Pemeriksaan thorak
a) Inspeksi payudara
Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh
terhadap produksi asi, perlu diperhatikan
bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan
posisi kontur atau permukaan.
Kaji kondisi permukaan, permukaan yang
tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau
ada luka pada kulit payudara perlu
dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada
kulit yang dapat menunjukan adanya
peradangan.
b) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum
meliputi inspeksi ukuran bentuk, warna dan
kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan
guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2
hari pertama post partum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang
banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati
perubahan payudara, menginspeksi puting dan
areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan
pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri
tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan
menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
3. Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi Abdomen
Kaji adakah striae dan linea alba.
Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau
keras. Abdomen yang keras menunjukan
kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan
dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase
untuk merangsang kontraksi.
b) Palpasi Abdomen
Fundus uteri Tinggi : Segera setelah
persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam
kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan
menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah
pusat
Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah
pusat
Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan
pusat-symfisis
Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba
lagi.
Kontraksi, kontraksi lemah atau perut
teraba lunak menunjukan konteraksi uterus
kurang maksimal sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan.
Posisi, posisi fundus apakah sentral atau
lateral. Posisi lateral biasanya terdorong oleh
bladder yang penuh.
Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus
menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang
tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus
akan tetap sama selama 2 hari pertama
setelah pelahiran, namun kemudian secara
cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
(Martin, Reeder, G.,Koniak, 2014).
Diastasis rektus abdominis adalah
regangan pada otot rektus abdominis akibat
pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan
ini menyerupai belah memanjang dari
prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga
dapat diukur panjang dan lebarnya. Diastasis
ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan
memotivasi ibu untuk melakukan senam
nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah dengan meminta ibu untuk
tidur terlentang tanpa bantal dan
mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian
palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur
panjang dan lebar diastasis.
4. Keadaan kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung
kemih. Kandung kemih yang bulat dan lembut
menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan
hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus
dikeluarkan.
5. Vulva dan vagina
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan
perdarahan. Pada kasus episiotomy vulva kadang bisa
menjadi edema, perineum ruptur jika terjadi infeksi,
maka akan terlihat kemerahan, jahitan basah dan
mengeluarkan nanah serta bau busuk.
Tanda-tanda infeksi postpartum menurut Septiani
(2012): Rubor (Kemerahan), Kalor (Panas), Dolor
(Nyeri), Tumor (Pembengkakan), dan Fungsiolaesa
(Perubahan Fungsi).
6. Ekstremitas atas dan bawah
a) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau
tidak. Pemeriksaan varises sangat penting karena
ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan
untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh
darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan
hormonal.
b) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi
ke organ distal. Cara memeriksa tanda human
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai
ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan
apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri
maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi
untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar. Refleks
patella mintalah ibu duduk dengan tungkainya
tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella.
Dengan menggunakan hammer ketuklan rendon
pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek
lutut negative kemungkinan pasien mengalami
kekurangan vitamin B1. Bila gerakannya
berlebihan dan capat maka hal ini mungkin
merupakan tanda pre eklamsi.
Perineum, pengkajian daerah perineum dan
perineal dengan sering untuk mengidentifikasi
karakteristik normal atau deviasi dari normal
seperti hematoma, memar, edema, kemerahan,
dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka, kaji
keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda-
tanda infeksi (kemerahan,bengkak, dan nyeri
tekan).
REEDA
REEDA adalah singkatan yang sering
digunakan untuk menilai kondisi episiotomi atau
laserasi perinium.
Varises
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam
vagina dan vulva. Jika ada yang membuat
perdarahan yang sangat hebat .
Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid / tidak.
Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur
pada anus dan merupakan aumber yang paling
sering menimbulkan nyeri perineal. Hemoroid
disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar panggul
oleh bagian terendah janin selama kehamilan
akhir dan persalinan akibat mengejan selama
fase ekspulsi.
7. Pengkajian status nutrisi
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum
didasarkan pada data ibu saat sebelum hamil dan berat
badan saat hamil, bukti simpanan besi yang memadai
(misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau
penampilan. Perawat juga perlu mengkaji beberapa
faktor komplikasi yang memperburuk status nutrisi,
seperti kehilangan darah yang berlebih saat persalinan.
8. Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan
menanyakan apa yang dapat dilakukan ibu untuk
membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di
rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi
kesulitan tidur setelah persalinan.
9. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post
partum. Pasien post partum biasanya menunjukkan
gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues”
ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan
kadang-kadang insomnia. Postpartum blues disebabkan
oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah
bagian normal dari pengalaman post partum. Namun,
jika gejala ini berlangsung lebih lama dari beberapa
minggu atau jika pasien post partum menjadi
nonfungsional atau mengungkapkan keinginan untuk
menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus diajari
untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan
atau dokter.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendarahan adalah salah satu penyebab utama langsung kematian
maternal,terutama di negara yang kurang berkembang perdarahan
merupakan penyebab terbesar kematian maternal.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan 500cc atau lebih
yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi secara pasif dan
cepat,atau secara perlahan lahan tapi secara terus menurus, adapun
penyebab perdarahan postpartum atonia uteri (50-60%),sisa plasenta (23-
24%) retencia plasenta (16-17%),laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan
darah (0.5-.08%).
Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
earlipostpartum (terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir) dan
latepostpartum (terjadi lebih dari 24jam pertama setelah bayi lahir).
Perdarahan hanyalah gejala,harus dicari tahu penyebabnya untuk
memberikan pertolongan sesuai penyebabnya.
Pasien dengan perdarahan postpartum harus ditangani dalam 2
komponen,yaitu :
1. Resusitasi dan penanganan perdarahan obsterti serta
kemungkinan syok hipovolemik
2. Indetifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan
postpartum
3.2 SARAN
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya
dalam pemahaman tentang konsep medis dan asuhan keperawatan
perdarahan postpartum sehingga penulis menyarankan kepada para
pembaca khususnya mahasiswa keperawatan agar bisa mengaplikasikan
dengan tepat perihal tindakan atau asuhan keperawatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Oxorn, Harry, Dkk. (2010). Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : YEM (Yayasan Essentia Medica).