Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PERDARAHAN POSTPARTUM

Dosen Pengampu : Shinta Wahyusari, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Mutiara Anggraini (14201.11.19032)


2. Ummatus Salamah (14201.11.19048)
3. Zeynatus Zehro (14201.11.19051)
4. Lia Barkatul Rohmaniyah (14201.10.19018)

PRODI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN

2020 – 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah dengan judul Konsep Medis dan Asuhan
Keperawatan Perdarahan Postpartum ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad
SAW, juga segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pembina
Yayasan Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketuan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo.
3. Ibu Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala Prodi
Sarjana Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo.
4. Ibu Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat elaku Dosen
Pengampu Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II.
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan – rekan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
semester V.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan. Seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para pembaca
untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Probolinggo, 10 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu merupakan indikator kesejahteraan
perempuan, indikator kesejahteraan suatu bangsa sekaligus
menggambarkan hasil capaian pembangunan suatu negara. Informasi
mengenai angka kematian ibu akan sangat bermanfaat untuk
pengembangan program-program peningkatan kesehatan ibu, terutama
pelayanan kehamilan dan persalinan yang aman, program peningkatan
jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, manajemen sistem
rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan (Chalid, 2016).
Berdasarkan Laporan WHO (2017) secara global sebanyak 830
wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan dan
persalinan, di negara berkembang sebanyak 99% kematian ibu diakibatkan
oleh masalah kehamilan dan persalinan, sedangkan target SDGs
(Sustainable Development Goals) rasio Angka Kematian Ibu di Indonesia
adalah 70/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (WHO, 2017).
Kematian ibu dapat diakibatkan oleh adanya faktor keterlambatan
yang merupakan penyebab tidak langsung kematian pada ibu, terdapat tiga
risiko keterlambatan yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk
(terlambat mengenali tanda dan bahaya), terlambat sampai di fasilitas
kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan
yang memadai oleh tenaga kesehatan, untuk itu diperlukan pengetahuan
ibu hamil tentang deteksi dini risiko tinggi pada kehamilan yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu hamil terutama faktor resiko terjadinya
perdarahan post partum. Ada banyak faktor yang menyebabkan keadaan
tersebut yaitu minimnya tingkat pengetahuan ibu hamil tentang perdarahan
postpartum yang dapat mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam upaya
pencegahan perdarahan post partum (Chalid, 2015).
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang merangsang atau
menstimulasi terhadap sebuah perilaku kesehatan pada ibu hamil sehingga
dapat menentukan kemana akan berobat serta lebih aktif dalam mencari
informasi baik dari tenaga kesehatan maupun dari media elektronik. Ibu
hamil bisa merencanakan persalinan dengan aman sehingga perdarahan
post partum dapat dicegah selain itu ibu hamil harus memiliki perilaku
kesehatan dan pengetahuan yang baik agar terhindar dari berbagai akibat
atau risiko terjadinya perdarahan post partum. Pengetahuan merupakan
domain yang paling penting untuk terbentuknya perilaku seseorang oleh
karena itu perilaku yang di dasari pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2014).
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan post partum sebagai salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya kematian ibu akibat perdarahan post partum yaitu dengan
pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) secara teratur. Ante Natal Care pada
ibu hamil mampu mendeteksi dini kemungkinan terjadinya komplikasi
yang sering terjadi pada ibu hamil dan hal ini penting untuk menjadi
penyebab utama kematian ibu di Indonesia (Aswar et al., 2019)
Perdarahan post partum merupakan salah satu menjamin bahwa proses
kehamilannya berjalan dengan normal (Zakaria, 2013).
Perdarahan post partum masih merupakan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan ibu yang dapat menyebabkan kematian.
Meskipun kematian ibu telah menurun dari tahun ke tahun dengan adanya
pemeriksaan serta perawatan kehamilan, persalinan di Rumah Sakit dan
adanya transfusi darah, tetapi perdarahan masih menjadi faktor utama
penyebab kematian ibu. Meskipun seorang perempuan masih bertahan
hidup setelah mengalami perdarahan post partum, tetapi ibu akan
menderita akibat kekurangan darah yang berat atau anemia berat dan akan
mengalami masalah kesehatan berkepanjangan Pengetahuan dapat
memberikan kontribusi untuk merubah perilaku yang dapat mencegah
terjadinya perdarahan post partum (Aswar et al., 2019).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari perdarahan postpartum?
2. Apa saja pembagian dari perdarahan postpartum?
3. Apa saja etiologi dari perdarahan postpartum?
4. Apa saja manifestasi klinik dari perdarahan postpartum?
5. Bagaimana patofisiologi dari perdarahan postpartum?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari pedarahan postpartum?
7. Bagaimana penatalaksaan dari perdarahan postpartum?
8. Apa saja komplikasi dari perdarahan postpartum?
9. Bagaimana pengkajian perdarahan pada ibu postpartum?
10. Apa diagnosa keperawatan perdarahan pada ibu postpartum?
11. Bagaimana intervensi keperawatan perdarahan pada ibu postpartum?
12. Bagaimana implementasi keperawatan perdarahan pada ibu
postpartum?
13. Bagaimana evaluasi keperawatan perdarahan pada ibu postpartum?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


a. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka makalah ini memiliki
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari perdarahan postpartum
2. Untuk mengetahui pembagian dari perdarahan postpartum
3. Untuk mengetahui etiologi (penyebab) dari perdarahan
postpartum
4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari perdarahan
postpartum
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari perdarahan postpartum
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari perdarahan
postpartum
7. Untuk mengetahui penatalaksanan dari perdarahan postpartum
8. Untuk mengetahui komplikasi dari perdarahan postpartum
9. Untuk mengetahui cara melakukan pengkajian pada ibu yang
mengalami perdarahan postpartum
10. Untuk mengetahui apa saja diagnosa dari perdarahan postpartum
11. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada ibu yang
mengalami perdarahan postpartum
12. Untuk mengetahui implementasi keperawatan Untuk
mengetahui intervensi keperawatan pada ibu yang
mengalami perdarahan postpartum
13. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan Untuk mengetahui
intervensi keperawatan pada ibu yang mengalami perdarahan
postpartum
b. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami tentang konsep medis dan asuhan keperawatan
perdarahan postpartum. Serta sebagai bahan mata ajar dalam proses
belajar mengajar di Institusi.
2. Tenaga Kesehatan (Perawat)
Agar mengetahui tentang konsep medis dan asuhan keperawatan
perdarahan postpartum dapat dengan benar mengaplikasikannya
dalam dunia kerja, serta dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di masyarakat.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang konsep medis
dan asuhan keperawatan perdarahan postpartum sehingga nantinya
mereka dapat mengetahui bagaimana atau apa yang seharusnya
mereka lakukan ketika berjumpa dengan klien dengan kasus seperti
ini.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN PERDARAHAN POSTPARTUM

Istilah perdarahan postpartum dalam arti luas mencakup semua


perdarahan yang terjadi setelah kelahiran bayi: sebelum, selama dan
sesudah keluarnya placenta. menurut definisi, hilangnya darah lebih dari
500 ml selama 24 jam pertama merupakan perdarahan postpartum.
Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum lanjut
atau late postpartum hemorrhage. Insiden perdarahan postpartum sekitar
10 persen. (Human Labor, 2010)

Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak


kurang lebih 200 ml. Episiotomi meningkatkan angka ini sebesar 100 ml
dan kadang kadang lebih banyak lagi. Wanita hamil mengalami
peningkatan jumlah darah dan cairan sehingga kehilangan 500 ml darah
pada wanita sehat setelah melahirkan tidak mengakibatkan efek yang
serius. Akan tetapi kehilangan darah sekalipun dengan jumlah yang lebih
kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahya pada wanita yang anemis.
(Human Labor, 2010)

Sejak lama perdarahan postpartum diartikan sebagai kehilangan


darah 500 ml atau lebih setelah janin dan plasenta lahir (akhir kala III)
pada persalinan pervaginam atau 1000 ml atau lebih pada persalinan
seksio sesarea. Definisi ini dirasakan terlalu sederhana apabila dikaitkan
dengan adanya pertambahan volume plasma darah yang normal pada
kehamilan yaitu rata-rata sebesar 30 – 60% atau 1500 – 2000 ml selama
kehamilan. Oleh karena itu pengukuran kadar hematokrit sangat penting
menilai jumlah perdarahan yang terjadi selain pengukuran secara
kwantitatif. Secara umum diterima apabila kadar hematokrit turun
sebesar 3% itu berarti sudah terjadi kehilangan darah sebanyak
pertambahan volume darah kehamilan normal (30-60%) ditambah
dengan 500 ml. (Leo Simanjuntak, 2020)

2.2. PEMBAGIAN DARI PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau mayor


>1000 ml. Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-
2000 ml atau berat >2000 ml Pembagian lain menurut Sibai adalah
perdarahan ringan (mild) apabila jumlah perdarahan ≤ 1500 ml, berat
(severe) > 1500 ml, dan massif > 2500 ml.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang


terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1000 cc setelah
persalinan abdominal dalam 24 jam dan sebeleum 6 minggu setelah
persalinan. Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat
dibagi menjadi perdarahan primer dan perdarahan sekunder. Perdarahan
primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama dan
biasanya disebabkan oleh atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa sebagian
plasenta dan gangguan pembekuan darah. Perdarahan sekunder adalah
perdarahan yang terjadi setelah 24 jam persalinan. Penyebab utama
perdarahan post partum sekunder biasanya disebabkan sisa plasenta.

Klasifikasi Perdarahan Postpartum Berdasarkan Jumlah


Perdarahan

Klasifikasi Perkiraan Presentase Tanda dan


perdarahan perdarahan gejala klinis Tindakan
(ml) (%)
0 (normal) <500 <10 Tidak ada
Garis waspada
1 500-1000 <15 Nadi < 100 perlu
pengawasan
ketat dan
terapi cairan
infus
Garis bertindak
2 1200-1500 20-25 Frekuensi Terapi cairan
nadi halus infus dan
hipotensi uterotonika
postural
Takikardi
(100x/menit)
3 1800-2100 30-35 Takikardi Manajemen
Akral dingin aktif agresif
Takipnea
4 >2400 >40 Syok Manajemen
Takikardi aktif ktitikal
>120x/menit (risiko 50%
mortalitas
bila tidak
dilaksanakan
aktif

2.3. ETIOLOGI PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan postpartum bisa disebabkan karena :

1. Tonus
 Atonia uteri

Atonia uteri merupakan keadaan lemahnya tonus atau kontraksi


rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
lahir dan palasenta lahir. Pada atonia uteri, uterus tidak
mengadakan kontraksi dengan baik, dan ini merupakan sebab
utama dari perdarahan postpartum (Walyani, 2015)

2. Trauma
 Robekan jalan lahir
Ditandai dengan perdarahan aktif segera setelah bayi lahir, uterus
berkontraksi dengan baik dan plasenta lengkap. Robekan jalan lahir
biasanya akibat episiotomi, robekan spontan perineum dan trauma
forceps atau vakum ekstraksi. (Manuaba. 2008)
Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet,laserasi), luka episiotomi,
robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur perinei totalis
(sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina, forniks uteri,
serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra. (Manuaba. 2008)
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi
pada vulva, vagina, dan serviks dengan memakai spekulum untuk
mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah yang merah segar
dan pulsatif sesuai dengan denyut nadi. (Manuaba. 2008)
 Inversion Uteri
1) Pengertian
Pengertian Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri
terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi
diluar saat melahirkan plasenta. (Nugroho, T. 2011)
2) Etiologi
a) Tarikan tali pusat
b) atonia uteri
c) tekanan dari fundus
d) tekanan intra abdominal yang tinggi ( mengejan dan batuk ).
(Bandiyyah, S. 2007)
3) Gejala klinis inversio uteri:
a) Syok karena kesakitan
b) perdarahan yang banyak
c) di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang melekat maka jepitan serviks yang mengecil akan
membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis dan infeksi.
(Cunningham, G. 2006)

 Robekan serviks
Robekan pada serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan
dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan
yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya
robekan serviks uteri. Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan
spekulum. (Sujiyatini, dkk. 2009)
Apabila ada robekan serviks perlu ditarik keluar dengan
beberapa cunam ovum, supaya batas antara robekan dapat dilihat
dengan baik. (Sujiyatini, dkk. 2009)
3. Tissue
 Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau


melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Penyebabnya seperti :

a. His kurang kuat

b. Plasenta sukar terlepas

Terdapat jenis retensio plasenta antara lain :

a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion


plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.

b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga


memasuki sebagian lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang


menembus lapisan serosa dinding uterus.

d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang


menembus serosa dinding uterus.

e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum


uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

 Sisa plasenta
Plasenta atau sebagian selaput tidak keluar secara lengkap
menyebabkan perdarahan aktif segera setelah bayi lahir.Untuk itu harus
dilakukan eksplorasi kedalam rahim dengan cara menual/digital atau
kuret dan pemberian uterotonika. Anemia yang ditimbulkan setelah
perdarahan dapat diberi transfusi darah sesuai dengan keperluan.
(Varney, H. 2006)
4. Thrombin
Faktor – faktor yang terdapat di dalam darah dan yang berperan dalam
proses pembekuan terdiri atas perotein yang sebagian besar dibuat di dalam
hepar. Hingga sekarang dikenal dengan 12 faktor yang ditandai dengan
angka romawi. (Bobak, Lowdermik & Jansen. 2005)
a. Faktor I – Fibrinogen
b. Faktor II – Protrombin
c. Faktor III - Tromboplastin jaringan
d. Faktor IV - Ion kalsium
e. Faktor V - Pro akselerin (Stabil factor )
f. Faktor VI – faktor ini sudah tidak dipakai lagi karena fungsinya sama
dengan faktor V
g. Faktor VII - Prokon vertin
h. Faktor VIII - Faktor antihemofilik A ( globulin anti – hemofili A )
i. Faktor IX - Faktor antihemofilik B ( komponen tromboplastin plasma,
Chrismas factor ).
j. Faktor X - Faktor Stiart – power
k. Faktor XI - Antecedent tromboplastin plasma.
l. Faktor XII - Faktor Hagemen m. Faktor XIII - Faktor menstabilkan
fibrin

2.4. MANIFESTASI KLINIK PERDARAHAN POSTPARTUM

Gejala klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam


jumlah yang banyak (>500ml), nadi lemah, pucat, lochia berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, dan mual. Selain itu juga dijumpai gejala nyeri
yang hebat.
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum
hamil, derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia
saat persalinan. Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah
kegagalan nadi dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar
sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah
tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan
darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-
lain.

2.5. PATOFISIOLOGI PERDARAHAN POSTPARTUM

Setelah bayi lahir ibu akan mengalami ansietas yang dimana


terdapat anggota baru, pada saat post partum ibu akan involusi uteri yaitu
kembalinya rahim kesemula yang mengakibatkan kontraksi uterus lambat
sehingga terjadi atonia uteri setelah bayi dan plasenta lahir akan
mengalami robekan pada jalan lahir yang dapat menyebabkan perdarahan
dan nyeri yang timbul akan menyebabkan volume cairan turun sehingga
ketidakefektifan perfusi perifer. Volume cairan turun mentebabkan
anemia yang dimana oksigen dan hb menurun yang dapat timbul hipoksia
dimana keadaan kelemahan umum yang dapat menyebabkan defisit
perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktifitas. Hiposia
yang mengakibatkan penurunan nadi dan tekanan darah menyebakan
kekurangan volume cairan dan risiko syok yang diakibatkan
hipovolemia. Pada masa post partum ibu akan mengalami perdarahan,
jika serviks dan vagina tidak mendapatkan perawatan maka post de entry
kuman dimana kuman dapat masuk sehingga timbul risiko infeksi maka
perlu perawatab perineum secara teratus.

2.6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Darah perifer lengkap

Darah perifer lengkap dapat berupa Hemoglobin (Hb), Hematokrit


(Ht), Jumlah trombosit, Jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit
(differential count), Jumlah eritrosit, Nilai eritrosit rata rata (NER),
RDW, MPV

2. Golongan darah

Golongan darah merupakan pengklasifikasian darah dari suatu


kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada
permukaan membran sel darah merah.

3 .BT, CT, Fibrinogen

Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku


setelah adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi
dengan dinding pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Clotting
Time adalah waktu yang di perlukan darah untuk membeku atau
waktu yang di perlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya
pembekuan. Fibrinogen adalah sebuah protein terlarut, faktor
koagulasi, disintesis oleh hati dan dilepaskan ke dalam aliran darah.

2.7. PENATALAKSANAAN DARI PERDARAHAN POSTPARTUM

1. Tonus

Ada keadaan gangguan tonus, pemijatan uterus dapat dilakukan


untuk membantu memperbaiki tonus dan menghentikan perdarahan.
Selain itu, obat-obat uterotonika yang merangsang kontraksi uterus
juga dapat digunakan, seperti :

Oksitosin: Berfungsi untuk menstimulasi segmen atas dari


miometrium agar dapat berkontraksi dengan teratur dan dapat
mengkonstriksi arteri-arteri spiral serta menurunkan aliran darah ke
uterus. Dosis yang direkomendasikan 20 – 40 IU dalam 1 liter normal
saline, berikan secara intravena sebanyak 500 mL dalam 10 menit,
kemudian selanjutnya 250 mL setiap jam.

Misoprostol: Bekerja dengan menginduksi kontraksi uterus secara


menyeluruh. Dosis yang direkomendasikan adalah 800 – 1000 mcg
diberikan per rektal atau 600 – 800 mcg diberikan per sublingual atau
per oral. Misoprostol digunakan hanya jika tidak tersedia oksitosin.

Manajemen aktif persalinan kala tiga terbukti mencegah terjadinya


perdarahan postpartum. Manajemen aktif persalinan kala tiga terdiri
dari tiga tindakan yaitu injeksi oksitosin segera setelah bayi lahir,
penegangan tali pusat terkendali, dan masase uterus pasca kelahiran
plasenta.

Prosedur penanganan perdarahan postpartum dapat disingkat


dengan HAEMOSTASIS . Tatalaksana ini terdiri dari tatalaksana awal
diantaranya meminta bantuan, memasang jalur intravena dengan
kateter ukuran besar, mencari etiologi dan melakukan masase uterus.
Langkah selanjutnya yaitu memberikan obatobatan berupa preparat
uterotonika, diantaranya oksitosin, metilergometrin, dan misoprostol.
Oksitosin diberikan 10-20 unit dalam 500 mL NaCl 0,9% atau 10 unit
intramuskular. Misoprostol merupakan analog prostaglandin E1
diberikan dengan dosis 600-1000 mcg dengan rute pemberian per oral,
rektal atau vaginal.

Setelah memberikan obat-obatan, langkah selanjutnya adalah


memberikan tatalaksana konservatif non bedah, seperti menyingkirkan
faktor sisa plasenta atau robekan jalan lahir, melakukan kompresi
bimanual atau kompresi aorta abdominal, serta memasang tampon
uterus vagina dan kondom kateter. Langkah selanjutnya dari
tatalaksana perdarahan postpartum adalah melakukan tatalaksana
konservatif bedah, yakni metode kompresi uterus dengan teknik B-
Lynch, devaskularisasi sistem perdarahan pelvis, atau embolisasi
arteri uterina dengan radiologi intervensi. Langkah terakhir adalah
melakukan histerektomi subtotal atau total. WHO membuat
rekomendasi penanganan perdarahan postpartum yang kurang lebih
sama dengan langkah HAEMOSTASIS. Berikut penjabaran praktis
upaya tatalaksana perdarahan postpartum dan persiapan rujukan pada
berbagai kondisi :
Langkah HAEMOSTATIS untuk tatalaksana perdarahan
postpartum:

MNEMONIC
H Meminta pertolongan Langkah awal
A Akses vena dengan kateter
ukuran besar (18G) dan infus
kristaloid (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat) serta
transfuse
E Etiologi dan preparat
uterotonik
M Masase uterus
O Preparat uterotonik dan Obat-obatan
misoprostol
S Persiapan kamar operasi. Konsevatif non-bedah
Singkirkan faktor sisa
plasenta, robekan jalan lahir,
kompresi bimanual, dan
kompresi aorta abdominal
T Tampon uterus vagina,
kondom kateter
A Kompresi uterus (bedah), Konservatif bedah
teknik BLynch
T Devaskularisasi system
perdarahan pelvis:
Lasobudiman, a. Uterina, a.
Ovarika, a. Hipogastrika
I Embolisasi a. Uteri dengan
radiologi intervensi
S Histerektomi subtotal/total Last effort/langkah
akhir

2. Trauma
Pada keadaan trauma misalnya pada laserasi jalan lahir dapat
dilakukan penjahitan laserasi secara kontinu. Sedangkan pada inversio
uteri dapat dilakukan reposisi uterus.

4. Tissue
Pada keadaan sisa plasenta dapat dilakukan manual plasenta dengan
hati-hati. Sedangkan pada sisa bekuan darah, dapat dilakukan
eksplorasi digital atau aspirasi vakum manual dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan sisa.
5. Thrombin
Pada keadaan dengan gangguan faktor pembekuan darah dapat
diberikan transfusi darah lengkap untuk menggantikan faktor
pembekuan darah dan sel darah merah.

2.8. KOMPLIKASI DARI PERDARAHAN POSTPARTUM

Berikut beberapa komplikasi akibat dari perdarahan postpartum :

 Anemia
 Pusing saat sedang berdiri
 Kelelahan
 Gagal ginjal akut
 Stres syndrome
 Intravascular coagulation (DIC) atau penggumpalan kuat di
seleruhuh tubuh
 Kematian
 Syok

Akibat perdarahan setelah melahirkan atau perdarahan postpartum


juga dapat menyebabkan komplikasi berupa macam-macam jenis syok.
Setiap jenis syok ini meningkatkan risiko kematiann ibu pasca
melahirkan:

1. Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah kondisi gawat darurat yang
mengakibatkan tubuh kehilangan lebih dari 20 persen darah atau
cairan. Hal ini membuat jantung tidak dapat memompa cukup
darah. Darah mengalirkan oksigen dan nutrisi penting lainnya ke
seluruh tubuh. Ketika ibu mengalami perdarahan berat, jumlah darah
beroksigen yang beredar dalam tubuh menjadi sangat berkurang. Di
sisi lain, jantung tidak bisa bekerja efektif untuk memompa darah
segar.Ketika penurunan volume darah lebih cepat daripada proses
penggantiannya, organ tubuh akan mulai mengalami penurunan fungsi
dan tekanan darah merosot. Akibatnya, gejala syok dapat timbul. Syok
hipovolemik ditandai dengan penurunan tekanan darah dan suhu
tubuh, serta denyut nadi yang cepat tapi lemah. Syok hipovolemik
dapat mengancam nyawa apabila tidak cepat ditangani dengan tepat.
2. Syok Septik
Perdarahan setelah melahirkan lewat operasi caesar memiliki risiko
komplikasi berupa syok septik yang cukup tinggi. Risiko ini datang dari
bekas luka operasi yang terinfeksi oleh bakteri.Syok septik adalah
kondisi darurat ketika infeksi bakteri menyebar di seluruh tubuh lewat
aliran darah sehingga menyebabkan peradangan dan penurunan tekanan
darah yang berbahaya.Infeksi bakteri penyebab sepsis dapat
menyebabkan kegagalan fungsi organ vital, seperti gagal pernapasan,
gagal jantung, gagal ginjal, gagal hati, hingga stroke.

2.9. PENGKAJIAN

1. Data Subjektif
a. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini
(2010), meliputi :
1) Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu
nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam post partum. Untuk respon nyeri, umur juga
mempengaruhi karena pada umur anak-anak belum bisa
mengungkapkan nyeri, pada umur orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami
kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri
yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal
alamiah yang harus di jalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri di
periksakan.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
seharihari. Orang belajar dari budayanya, bagaimana
seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti
suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
kesalahan, jadi mereka tidak megeluh jika ada nyeri.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
perawat dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya. Bila pasien memiliki pengetahuan yang baik
terhadap perawatan luka maka luka akan sembuh pada hari ke
tujuh setelah persalinan dan bila tidak dirawat dengan baik
maka akan terjadi infeksi pada pasien postpartum.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering didapatkan dari klien dengan
perdarahan postpartum adalah perdarahan dari jalan lahir,
badan lemah, keluar keringat dingin, kesulitan nafas, pusing,
pandangan berkunang-kunang.
c. Riwayat Kesehatan
5. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita
penyakit yang bisa menyebabkan perdarahan postpartum
seperti aspek fisiologis dan psikologisnya.
6. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu pernah
menderita penyakit yang lain yang menyertai dan bisa
memperburuk keadaan atau mempersulit penyembuhan.
Seperti penyakit diabetes mellitus dan jantung
7. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga
pasien ada yang mempunyai riwayat yang sama
8. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Gravida, partus, abortus
b. Lamanya gestasi
c. Riwayat persalinan : normal, SC, dengan bantuan
d. Tipe anatesi dan penyulit
e. Banyaknya perdarahan
f. BB lahir bayi
g. Komplikasi ibu selama kehamilan

2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat
diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2008).
a. Status generalis
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik,
cukup atau kurang.Pada kasus keadaan umum ibu
baik.
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah
composmentis (sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya),
apatis (tidak menanggapi rangsangan / acuh tak
acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh), spoor (keadaan yang menyerupai
tidur), koma (tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada
respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga
tidak ada respon pupil terhadap cahaya). Pada kasus
kesadaran composmentis
3) Tanda- tanda Vital
a) Tekanan Darah: 120/80 mmHg
b) Nadi : Takikardi/Bakikardi
c) Suhu : normalnya 36,6°C-37,6°C
d) Respirasi : normalnya 20-30 x/menit
e) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien
f) LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien.

b. Pemeriksaan Sistematis
1. Kepala dan wajah
a) Rambut, melihat kebersihan rambut, warna rambut,
dan kerontokan rambut.
b) Wajah, adanya edema pada wajah atau tidak. Kaji
adanya flek hitam.
c) Mata, konjungtiva yang anemis menunjukan adanya
anemia kerena perdarahan saat persalinan.
d) Hidung, kaji dan tanyakan pada ibu, apakah ibu
menderita pilek atau sinusitis. Infeksi pada ibu
postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi.
e) Mulut dan gigi, tanyakan pada ibu apakah ibu
mengalami stomatitis, atau gigi yang berlubang.
Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi
mikroorganisme dan bisa beredar secara sistemik.
f) Leher, kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan
pembesaran kelenjar tiroid. Kelenjar limfe yang
membesar dapat menunjukan adanya infeksi,
ditunjang dengan adanya data yang lain seperti
hipertermi, nyeri dan bengkak.
g) Telinga, kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada
peradangan pada telinga.
2. Pemeriksaan thorak
a) Inspeksi payudara
 Kaji ukuran dan bentuk tidak berpengaruh
terhadap produksi asi, perlu diperhatikan
bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan
posisi kontur atau permukaan.
 Kaji kondisi permukaan, permukaan yang
tidak rata seperti adanya depresi,retraksi atau
ada luka pada kulit payudara perlu
dipikirkan kemungkinan adanya tumor.
 Warna kulit, kaji adanya kemerahan pada
kulit yang dapat menunjukan adanya
peradangan.
b) Palpasi Payudara
Pengkajian payudara selama masa post partum
meliputi inspeksi ukuran bentuk, warna dan
kesimetrisan serta palpasi apakah ada nyeri tekan
guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2
hari pertama post partum, payudara tidak banyak
berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang
banyak. Ketika menyusui, perawat mengamati
perubahan payudara, menginspeksi puting dan
areola apakah ada tanda tanda kemerahan dan
pecah, serta menanyakan ke ibu apakah ada nyeri
tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan
menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui.
3. Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi Abdomen
 Kaji adakah striae dan linea alba.
 Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau
keras. Abdomen yang keras menunjukan
kontraksi uterus bagus sehingga perdarahan
dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek
menunjukan sebaliknya dan dapat dimasase
untuk merangsang kontraksi.
b) Palpasi Abdomen
 Fundus uteri Tinggi : Segera setelah
persalinan TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam
kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan
menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
 Hari kedua post partum TFU 1 cm dibawah
pusat
 Hari ke 3 - 4 post partum TFU 2 cm dibawah
pusat
 Hari ke 5 - 7 post partum TFU pertengahan
pusat-symfisis
 Hari ke 10 post partum TFU tidak teraba
lagi.
 Kontraksi, kontraksi lemah atau perut
teraba lunak menunjukan konteraksi uterus
kurang maksimal sehingga memungkinkan
terjadinya perdarahan.
 Posisi, posisi fundus apakah sentral atau
lateral. Posisi lateral biasanya terdorong oleh
bladder yang penuh.
 Uterus, setelah kelahiran plasenta, uterus
menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang
tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus
akan tetap sama selama 2 hari pertama
setelah pelahiran, namun kemudian secara
cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
(Martin, Reeder, G.,Koniak, 2014).
 Diastasis rektus abdominis adalah
regangan pada otot rektus abdominis akibat
pembesaran uterus jika dipalpasi "regangan
ini menyerupai belah memanjang dari
prosessus xiphoideus ke umbilikus sehingga
dapat diukur panjang dan lebarnya. Diastasis
ini tidak dapat menyatu kembali seperti
sebelum hamil tetapi dapat mendekat dengan
memotivasi ibu untuk melakukan senam
nifas. Cara memeriksa diastasis rektus
abdominis adalah dengan meminta ibu untuk
tidur terlentang tanpa bantal dan
mengangkat kepala, tidak diganjal kemudian
palpasi abdomen dari bawah prosessus
xipoideus ke umbilikus kemudian ukur
panjang dan lebar diastasis.
4. Keadaan kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urine di kandung
kemih. Kandung kemih yang bulat dan lembut
menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan
hal ini dapat mengganggu involusi uteri, sehingga harus
dikeluarkan.
5. Vulva dan vagina
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda
infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartolini dan
perdarahan. Pada kasus episiotomy vulva kadang bisa
menjadi edema, perineum ruptur jika terjadi infeksi,
maka akan terlihat kemerahan, jahitan basah dan
mengeluarkan nanah serta bau busuk.
Tanda-tanda infeksi postpartum menurut Septiani
(2012): Rubor (Kemerahan), Kalor (Panas), Dolor
(Nyeri), Tumor (Pembengkakan), dan Fungsiolaesa
(Perubahan Fungsi).
6. Ekstremitas atas dan bawah
a) Varises, melihat apakah ibu mengalami varises atau
tidak. Pemeriksaan varises sangat penting karena
ibu setelah melahirkan mempunyai kecenderungan
untuk mengalami varises pada beberapa pembuluh
darahnya. Hal ini disebabkan oleh perubahan
hormonal.
b) Edema, Tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi
ke organ distal. Cara memeriksa tanda human
adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai
ekstensi, kemudian didorsofleksikan dan tanyakan
apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri
maka tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi
untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar. Refleks
patella mintalah ibu duduk dengan tungkainya
tergantung bebas dan jelaskan apa yang akan
dilakukan. Rabalah tendon dibawah lutut/ patella.
Dengan menggunakan hammer ketuklan rendon
pada lutut bagian depan. Tungkai bawah akan
bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila reflek
lutut negative kemungkinan pasien mengalami
kekurangan vitamin B1. Bila gerakannya
berlebihan dan capat maka hal ini mungkin
merupakan tanda pre eklamsi.
 Perineum, pengkajian daerah perineum dan
perineal dengan sering untuk mengidentifikasi
karakteristik normal atau deviasi dari normal
seperti hematoma, memar, edema, kemerahan,
dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka, kaji
keutuhan, hematoma, perdarahan dan tanda-
tanda infeksi (kemerahan,bengkak, dan nyeri
tekan).
 REEDA
REEDA adalah singkatan yang sering
digunakan untuk menilai kondisi episiotomi atau
laserasi perinium.

Tanda REEDA Tidak


Normal Normal
Rednees Tidak ada Tampak
kemerahan kemerahan
Echmosis Tidak ada Tambak
kebiruan kebiruan
Edema Tidak ada Terjadi
pembengkakan pembengka
kan
Dischargmet tidak ada Terdapat
cairan cairan
sekresi/pus sekresi/pus
yang keluar yang keluar
Approksimiy Jahitan luka Jahitan
tampak kuat luka
merekat tampak
meregang
 Lochea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lochea
pada ibu post partum. Perubahan warna harus
sesuai. Misalnya Ibu postpartum hari ke tujuh
harus memiliki lochea yang sudah berwarna
merah muda atau keputihan. Jika warna lokhia
masih merah maka ibu mengalami komplikasi
postpartum. Lochea yang berbau busuk yang
dinamankan Lochea purulenta menunjukan
adanya infeksi disaluran reproduksi dan harus
segera ditangani.

 Varises
Perhatikan apakah terjadinya varises di dalam
vagina dan vulva. Jika ada yang membuat
perdarahan yang sangat hebat .
 Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid / tidak.
Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur
pada anus dan merupakan aumber yang paling
sering menimbulkan nyeri perineal. Hemoroid
disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar panggul
oleh bagian terendah janin selama kehamilan
akhir dan persalinan akibat mengejan selama
fase ekspulsi.
7. Pengkajian status nutrisi
Pengkajian awal status nutrisi pada periode post partum
didasarkan pada data ibu saat sebelum hamil dan berat
badan saat hamil, bukti simpanan besi yang memadai
(misal : konjungtiva) dan riwayat diet yang adekuat atau
penampilan. Perawat juga perlu mengkaji beberapa
faktor komplikasi yang memperburuk status nutrisi,
seperti kehilangan darah yang berlebih saat persalinan.
8. Pengkajian tingkat energi dan kualitas istirahat
Perawat harus mengkaji jumlah istirahat dan tidur, dan
menanyakan apa yang dapat dilakukan ibu untuk
membantunya meningkatkan istirahat selama ibu di
rumah sakit. Ibu mungkin tidak bisa mengantisipasi
kesulitan tidur setelah persalinan.
9. Emosi
Emosi merupakan elemen penting dari penilaian post
partum. Pasien post partum biasanya menunjukkan
gejala dari ”baby blues” atau “postpartum blues”
ditunjukan oleh gejala menangis, lekas marah, dan
kadang-kadang insomnia. Postpartum blues disebabkan
oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal,
kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah
bagian normal dari pengalaman post partum. Namun,
jika gejala ini berlangsung lebih lama dari beberapa
minggu atau jika pasien post partum menjadi
nonfungsional atau mengungkapkan keinginan untuk
menyakiti bayinya atau diri sendiri, pasien harus diajari
untuk segera melaporkan hal ini pada perawat, bidan
atau dokter.

2.10. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, yaitu:


a) (D. 0009) Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume
cairan d.d. pengisian kapiler >3 detik, akral teraba dingin, warna
kulit pucat
b) (D.0039) Risiko syok b.d kekurangan volume cairan d.d
perdarahan
c) (D.0056) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah dan merasa
lemah
d) (D.0023) Hipovelemia b.d kehilangan cairan aktif d.d frekuensi
nadi meningkat, suhu tubuh meningkat
e) (D.0142) Risiko infeksi d.d peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan

2.11. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


Keperawatan hasil keperawatan
1. (D. 0009) Perfusi Tujuan: Setelah Perawatan Sirkulasi
perifer tidak dilakukan intervensi (I.02079)
efektif b.d dalam 1x24 jam, Observasi
kekurangan volume masalah perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi
cairan d.d. tidak efektif dengan perifer
pengisian kapiler kriteria hasil sebagai 2. Identifikasi faktor
>3 detik, akral berikut : resiko gangguan
teraba dingin, Perfusi perifer sirkulasi
warna kulit pucat (L.02011) 3. Monitor panas,
1. Denyut nadi perifer kemerahan, nyeri,
(meningkat) atau bengkak pada
2. Warna kulit pucat ekstremitas
(menurun) Terapeutik:
3. Akral (membaik) 1. Hindari
4. Turgor kulit pemasangan infus
(membaik) atau pengambilan
5. Tekanan darah darah di area
sitolik (membaik) keterbatasan
6. Tekanan darah perfusi
diastolik (membaik) 2. Hindari
pengukuran
tekanan darah
pada ekstremitas
dengan
keterbatasan
perfusi
3. Lakukan
pencegahan
infeksi
Edukasi
1. Anjurkan minum
obat pengontrol
tekanan darah
secara teratur
2. Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
3. Informasikan
tanda dan gejala
darurat yang harus
dilaporkan
2. (D.0039) Resiko Tujuan: Setelah Pemantauan Cairan
Syok b.d dilakukan intervensi (I.03121)
kekurangan volume dalam 1x24 jam, Observasi :
cairan d.d masalah resiko syok 1. Monitor
perdarahan dengan kriteria hasil frekuensi dan
sebagai berikut : kekuatan nadi
Tingkat syok 2. Monitor
(L.03032) frekuensi nafas
1. Kekuatan nadi 3. Monitor tekanan
(meningkat) darah
2. Tingkat Terapetik :
kesadaran 1. Atur interval
(meningkat) waktu
3. Akral dingin pemantauan
(meningkat) sesuai dengan
4. Pucat (menurun) kondisi pasien
5. Haus (menurun) 2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
3. (D.0056) Tujuan: Setelah Terapi Aktivitas
Intoleransi dilakukan intervensi (I.05186)
aktivitas b.d dalam 1x24 jam, Observasi
ketidakseimbangan masalah intoleransi 1. Identifikasi defisit
antara suplai dan aktivitas dengan kriteria tingkat aktivitas
kebutuhan oksigen hasil sebagai berikut : 2. Identifikasi
d.d mengeluh lelah Toleransi Aktivitas kemampuan
dan merasa lemah (L.05047) berpartisipasi
1. Frekuensi nadi dalam aktivitas
(meningkat) tertentu
2. Saturasi oksigen 3. Monitor respon
(meningkat) emosional, fisik,
3. Keluhan lelah sosial, dan
(menurun) spiritual terhadap
4. Perasaan lemah aktivitas
(menurun) Terapeutik
5. Frekuemsi napas 1. Fasilitasi fokus
(membaik) pada kemampuan,
bukan defisit yang
dialami
2. Fasilitasi memilih
aktifitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
sosial
3. Berikan
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik
sehari-hari, jika
perlu
2. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
terapis okupasi
dalam
merencanakan dan
memonitor
program aktivitas,
jika sesuai

2.12. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

2.13. EVALUASI KEPERAWATAN

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pendarahan adalah salah satu penyebab utama langsung kematian
maternal,terutama di negara yang kurang berkembang perdarahan
merupakan penyebab terbesar kematian maternal.
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan 500cc atau lebih
yang terjadi setelah anak lahir. Perdarahan dapat terjadi secara pasif dan
cepat,atau secara perlahan lahan tapi secara terus menurus, adapun
penyebab perdarahan postpartum atonia uteri (50-60%),sisa plasenta (23-
24%) retencia plasenta (16-17%),laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan
darah (0.5-.08%).
Perdarahan postpartum diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
earlipostpartum (terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir) dan
latepostpartum (terjadi lebih dari 24jam pertama setelah bayi lahir).
Perdarahan hanyalah gejala,harus dicari tahu penyebabnya untuk
memberikan pertolongan sesuai penyebabnya.
Pasien dengan perdarahan postpartum harus ditangani dalam 2
komponen,yaitu :
1. Resusitasi dan penanganan perdarahan obsterti serta
kemungkinan syok hipovolemik
2. Indetifikasi dan penanganan penyebab terjadinya perdarahan
postpartum

3.2 SARAN
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan khususnya
dalam pemahaman tentang konsep medis dan asuhan keperawatan
perdarahan postpartum sehingga penulis menyarankan kepada para
pembaca khususnya mahasiswa keperawatan agar bisa mengaplikasikan
dengan tepat perihal tindakan atau asuhan keperawatan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Oxorn, Harry, Dkk. (2010). Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : YEM (Yayasan Essentia Medica).

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi daan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi daan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi daan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Sukmawati, dkk. 2021. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perdarahan


Postpartum. Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA. Vol.4 No.1 ISSN 2615-
6563.

Simanjuntak, Leo. 2020. Perdarahan Postpartum (Perdarahan Paskasalin). Jurnal Visi


Eksakta (JVIEKS). Vol.1 No.1.

Satriyandari, Yekti. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Peradarahan


PostPartum. Journal of Health Studies. Vol.1 No.1.
Yulianti, Devi. (2005). Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan & Persalinan.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai