Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

KONSEP POST PARTUM


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu : Dr. Anita.,M.Kep.Sp.Mat

Disusun oleh : Kelompok 2

Tingkat II Reguler 1

1. Seli Oktapia 2114401014


2. Septy Meliza 2114401016
3. Indah Maharani Putri 2114401031
4. Aldofal Azzaqi Sandro 2114401045
5. Alfina Dwi Sovia 2114401046
6. Andi Rinaldo 2114401049

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

AssalamuAlaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidyah-Nya kepada kelompok kami untuk dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul “Konsep Persalinan Normal”. Yang mana ini disusun bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Keperawatan Maternitas” dalam menempuh pendidikan di D III
Keperawatan Tanjung Karang.

Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atas ilmu
baru yang kami dapatkan dari makalah ini yang merupakan salah satu ilmu yang belum
pernah kami dapatkan sebelumnya.

Semoga dalam penyusunan makalah ini, dapat memberi manfaat bagi peserta diskusi,
dan kami dari tim penulis memohon maaf, apabila terdapat kesalahan kata ataupun kalimat
yang tidak pantas untuk ditampilkan dalam sebuah diskusi, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Bandar Lampung,6 September 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………

1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Post Partum………………………………………………………….........

2.2 Tahapan Masa Post Partum…………………………………………………………..

2.3 Kebutuhan Dasar Perawatan Post Partum……………………………………………

2.4 Perubahan Fisiologis Masa Post Partum……………………………………………..

2.5 Fisiologi Post Partum…………………………………………………………………

2.6 Tanda tanda Bahaya Dan Komplikasi Pada Masa Post Partum………………………

2.7 Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum……………………………………….

2.8 WOC Post Partum…………………………………………………………………….

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Asuhan Keperawatan Post Partum Normal……………………………………………

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….

4.2 Saran……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Post partum Post partum atau masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya dengan 6
minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki pengetahuan dan
kesiapan untuk hamil, melahirkan dan menyusui anak. Breast caremerupakan salah satu
bagian  bagian penting penting yang harus diperhatikan diperhatikan sebagai sebagai
persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini dikarenakan payudara merupakan organ
esensial penghasil ASI yaitu makanan pokok bayi  baru lahir sehingga perawatannya
harus dilakukan sedini mungkin. Dalam meningkatkan pemberian ASI pada bayi, masalah
masalah utama dan prinsip prinsip yaitu bahwa ibu-ibu membutuhkan  bantuan dan
informasi serta dukungan agar merawat payudara pada saat menyusui bayinya.. Pada saat
melahirkan sehingga menambah keyakinan bahwa mereka dapat menyusui bayinya
dengan baik dan mengetahui fungsi dan manfaat breast care pada saat menyusui (Anwar,
2005 dalam Nur, 2012). Berdasarkan laporan dari Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI, 2007) diusia lebih dari 25 tahun seperti ) diusia lebih dari 25 tahun
sepertiga wanita di Dunia (38%) didapati tidak menyusui  bayinya   karena terjadi
pembengkakan payudara, dan di Indonesia angka cakupan ASI eksklusif mencapai
32,3%.. Di Provinsi Jawa Timur dalam indikator kinerja upaya perbaikan kinerja upaya
perbaikan gizi masyarakat tahun 2010-2014 disebutkan bahwa target cakupan pemberian
ASI secara eksklusif tahun 2011 adalah sebesar 67%. Dengan menyelenggarakan
program cakupan pemberian ASI secara eksklusif  diharapkan target ini berhasil. Dan dari
hasil wawancara dengan jumlah responden 10 ibu  postpartum, didapatkan 50% ibu
memiliki pengetahuan kurang dan 50% ibu memiliki pengetahuan baik. Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu
menyusui mengalami mastitis dan putting susu lecet. kemungkinan hal tersebut
disebabkan karena kurangnya perawatan selama masa nifas (Anwar, 2005 dalam Nur,
2012).
Berdasarkan penelitian di Surabaya pada tahun 2004 menunjukkan 46% ibu yang
memberikan ASI eksklusif pada anaknya dan yang melakukan perawatan payudara
sekitar  34% dan yang sisanya tidak melakukan perawatan payudara dikarenakan
pengetahuannya kurang mengenai fungsi dan manfaat breast care (Varney, H., Kriebs, J
& Gegor, Cdalam  Nur,201  Nur,2012). Oleh karena itu, breast care sangat penting
dilakukan bagi ibu yang telah melahirkan utuk mencegah masalah-masalah yang timbul
selama laktasi, seperti: pembengkakan  payudara, penyumbatan saluran ASI, radang
payudara dan sebagainya. Untuk mengatasi permasalahan diatas, lakukan breast care
selama menyusui.. Untuk mengurangi sakit pada  payudara maka lakukan pengurutan
payudara secara perlahan, kompres air hangat sebelum  bayi menyusui karena panas dapat
merangsang aliran ASI kemudian kompres air dingin setelah menyusui untuk mengurangi
rasa sakit dan pembengkakan. Sehingga dengan pengurutan payudara secara perlahan,
mengompres air hangat dan air dingin pada payudara, serta membersihkan puting secara
benar dan teratur diharapkan ASI dapat keluar lancar dan proses laktasi pun berjalan
lancar . Ibu yang menyusui tidak akan mengalami kesulitan dalam pemberian ASI bila
sejak awal telah mengetahui bagaimana  perawatan payudara (breast care) yang tepat dan
benar.. Apabila selama menyusui ibu tidak  melakukan perawatan payudara dan
perawatan tersebut hanya dilakukan sewaktu di rumah sakit, maka akan menimbulkan
beberapa permasalahan, seperti ASI tidak keluar atau ASI keluar setelah beberapa hari
kemudian, puting susu tidak menonjol sehingga bayi sulit menghisap, produksi ASI
sedikit, dan tidak cukup dikonsumsi bayi, infeksi pada payudara,  payudara bengkak,
bernanah, dan muncul benjolan di payudara. Dan akibatnya bayi tidak  mau menyusu atau
minum ASI ibunya, padahal pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi
yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain itu juga bermanfaat
bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk  memenuhi
seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12  bulan,  
ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60%
kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Jika bayi tidak mau minum ASI, maka kebutuhan gizi bayi
tidak  akan terpenuhi secara baik dan bayi akan mudah terkena penyakit (Saryono dan
Pramitasari, 2009 dalam Nur, 2012). Untuk mengatasi masalah tersebut salah satunya
adalah memberikan pengarahan tentang breast care kepada ibu menyusui sedini mungkin,
melakukan Health Education melalui penyuluhan-penyuluhan pada ibu hamil yang
disertai demonstrasi cara breast care sebelum dan setelah melahirkan dengan benar, serta
peragaan tentang breast care pada saat kontrol kehamilan dan kunjungan masa nifas,
dimana penyuluhan tepat pada waktu ibu mengembangkan kemampuan dalam mengambil
keputusan yang merupakan informasi keterpaduan menalar ilmiah dan sistematis (Nur
Anwar, 2005). Upaya ini dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam breast care secara
baik dan  benar sebagai upaya preventif terhadap masalah menyusui sehingga proses
menyusui dapat  berjalan dengan lancar dan merupakan upaya untuk meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan  bayi. (Saryono dan Pramitasari, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan postpartum ?

2. Bagaimana tahapan postpartum ?

3. Apa saja kebutuhan dasar perawatan postpartum ?

4. Bagaimana perubahan fisiologis masa postpartum ?

5. Bagaimana fisiologi masa postpartum ?

6. Apa saja tanda-tanda bahaya dan komplikasi pada masa postpartum ?

7. Bagaimana penatalaksanaan postpartum ?

8. Bagaimana perjalanan atau WOC dari posrpartum ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan masa postpartum ?

1.3 Tujuan

a. Tujuan umum

1) Sebagai acuan refrensi atas asuhan keperawatan pada postpartum

b. Tujuan khusus

1) Untuk menghetahui asuhan keperawatan pada postpartum

1.4 Manfaat

a. Manfaat Manfaat Teoritis eoritis

1) Mahasiswa mampu mengetahui postpartrum

2) Mahasiswa mampu mengetahui tahapan postpartum

3) Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan dasar perawatan postpartum

4) Mahasiswa mampu mengetahui perubahan fisiologis masa postpartum

5) Mahasiswa mampu mengetahui fisiologi pada masa postpartum


6) Mahasiswa mampu mengetahui apa saja tanda-tanda bahaya dan komplikasi pada masa
postpartum

7) Mahasiswa mampu mengetahui Bagaimana penatalaksanaan postpartum

8) Mahasiswa mampu mengetahui WOC dari postpartum

9) Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada postpartum

 b. Manfaat Praktis

1) Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan pada postpartum


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Post Partum

Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahir sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, , yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,2009). Pada masa
postpartum banyak  mengalami kejadian yang penting, Mulai dari perubahan fisik, masa
laktasi maupun  perubahan  perubahan psikologis psikologis menghadapi menghadapi
keluarga keluarga baru dengan kehadiran kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan
perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi
kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak  ditangani segera
dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu,
sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini,
2009).

2.2 Tahapan Masa Postpartum

Adapun tahapan-tahapan masa postpartum adalah :

a. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan
berjalan-  jalan
b. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital,
kirakira 6-8 minggu.
c. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
sehat apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni,
2009).

2.3 Kebutuhan Dasar Perawatan Postpartum

Nutrisi dan cairan pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi
kebutuhan akan gizi seperti mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, dan minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari. Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar 
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu
postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum
sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Eliminasi Dalam
6 jam ibu post partum harus sudah bisa BAK spontan. Jika dalam 8 jam postpartum  belum
dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi. Ibu
postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua postpartum. Bila lebih dari
tiga hari belum BAB bisaa diberikan obat laksantia. dan Ambulasi secara dini dan teratur
akan membantu dalam regulasi BAB. Asupan cairan yang adek dan tinggi serat sangat
dianjurkan. Personal higiene penting dilakukan Pada masa post partum, seorang ibu sangat
rentan terhadap. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan dan lingkungan
sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009). Ibu postpartum sangat membutuhkan
istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan
untuk  memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan
untuk  menyusui bayinya (Jannah, 2011). Secara fisik aman untuk melakukan hubungan
seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jariny kedalam
tanpa rasa nyeri. Banyaknya budaya dan agama yang melakukan hubungan seksual sampai
masa waktu 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tersebut tergantung pada
pasangan yang bersangkutan, (Jannah, 2011). Senam nifas dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk  mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam ibu. Senam nifas membantu
memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan,
memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan pasca melahirkan
(Suherni, 2009).

2.4 Perubahan Fisiologis Masa Postpartum

1. Perubahan Sistem Reproduksi


Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi keluar. Hal ini
menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site) sehingga jaringan
perlekatan antara plasenta dan dinding uterus, mengalami uterus, mengalami nekrosis dan
nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi
sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk gu masuk panggul, setelah ul, setelah 4 minggu
kembali pada 4 minggu kembali pada ukuran sebelum an sebelum hamil). Perubahan vagina
dan perineum Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau
kerutan atau kerutan-kerutan) kembali. T an) kembali. Terjadi robeka erjadi robekan
perineum pada hampir semua persalin eum pada hampir semua persalinan  pertama  pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan persalinan berikutnya. berikutnya. Bila ada laserasi
laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran  bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan b lakukanlah
penjahitan dan perawatan dengan baik (Su aik (Suherni, 2009). herni, 2009). 2. Perubahan
pada Sistem Pencernaan Sering terj Sering terjadi konsti adi konstipasi pada ibu setelah
melah pasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumn ini umumnya karena ya karena
makan  padat dan kurangnya berserat selama  padat dan kurangnya berserat selama
persalinan. Se persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan s orang wanita dapat
merasa lapar dan siap menyantap makanannya du menyantap makanannya dua jam setelah
persalinan. Ka a jam setelah persalinan. Kalsium sangat penting un lsium sangat penting
untuk gigi pada tuk gigi pada kehamilan dan m kehamilan dan masa nifas, dimana pada asa
nifas, dimana pada masa ini terjadi masa ini terjadi penurunan kon penurunan konsentrasi ion
kalsium sentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama
pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi
(Saleha, 2009). 3. Perubahan Perkemihan Saluran kencing kembali normal dalam Saluran
kencing kembali normal dalam waktu 2-8 ming waktu 2-8 minggu, tergantung pada : gu,
tergantung pada : a. keadaan/status sebelum persalinan  b. lamanya partus kala II dilalui c.
besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil
pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak  menunjukkan adanya edema dan
hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi yaitu keluarnya
darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam badan) kemukosa. (Suherni, 2009). 4.
Perubahan dalam Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut. Oksitosi.
diseklerasika erasikan dari kelenjer otak bagian belakan n dari kelenjer otak bagian belakang.
Selama tahap g. Selama tahap ketiga persalinan a persalinan, hormon , hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut
membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar
prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan. Pada wanita yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayin tidak menyusui
bayinya tingkat sirkulasi prolaktin ya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam menurun
dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang
mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi, dan  pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Sela
menstruasi. Selama hamil volume darah normal ma hamil volume darah normal meningkat
meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping itu,
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah. Hal ini sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul,  perineum dan vulva, serta vagina.

5. Perubahan Tanda- tanda Vital Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi
38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi
peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu
dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi
saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-
lain. Dalam periode waktu 6-7  jam sesudah sesudah melahirkan, melahirkan, sering
ditemukan ditemukan adanya bradikardia bradikardia 50-70 kali permenit permenit
(normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah
melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan
kehilangan darah dan proses persalinan yang lama. Selama beberapa jam setelah melahirkan,
ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanya pusing segera ing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama.
Hasil  pengukuran  pengukuran tekanan tekanan darah seharusnya seharusnya tetap stabil
setelah setelah melahirkan. melahirkan. Peningkatan Peningkatan tekanan tekanan sisitolik 30
mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan
penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih
lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil  pada bulan ke
enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).

Fisiologi Fisiologi Postpart Postpartum 1. Adaptasi Psikologi Postpartum Setelah persalinan


yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa nifas juga merupakan salah satu
akan salah satu fase yang memerlukan adapta fase yang memerlukan adaptasi psikologis.
Ikatan antara ibu dan Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran
akan semakin mendorong wanita untuk  menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingn
menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawa ya rawat gabung atau rooming in pada
ibu nifas t gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa
kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok
saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga kasih
sayang ibu dapat terus terjaga. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase-fase sebagai berikut : a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode
ini berlan ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedu sampai hari kedua setelah
melahirk a setelah melahirkan. Pada fase ini, an. Pada fase ini, ibu sedang berf ibu sedang
berfokus teruta okus terutama pada ma pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai dari awal sampai akhir.  b.
Fase taking Fase taking hold yaitu periode hold yaitu periode yang berlangsung antara3-10
yang berlangsung antara3-10 hari setelah hari setelah melahirkan. Pada melahirkan. Pada fase
ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnyadalam
merawat bayi. Ibu bayi. Ibu mempunyai perasaan nyai perasaan sangat sensitif sehingga
mudah tersin sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan ggun dan gampang marah. Kita
perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk
menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan  pendidikan kesehatan
yang diperlukan ibu  pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas. Fase letting goyaitu
periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini  berlangsung  berlangsung 10
hari setelah setelah melahirkan. melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap
terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
sudah meningkat bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran barunya. 2.
Adaptasi Fisiologi Postpartum a. Infolusi uterus Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelahcmelahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar
akibatckontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir  tahap ketiga persalinan,cuterus berada di
garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikuscdengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12  jam, tinggi fundus mencapai mencapai kurang lebih
1 cm di atas umbilikus. umbilikus. Fundus turun kira-kira kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24
jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara
umbilikus dan simpisis pubis. Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr
2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada
minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab  bertabggung jawab untuk pertumbuhan untuk pertumbuhan masif uterus
selama hamil. Pada masa pasca partum  penurunan  penurunan kadar hormon menyebapkan
menyebapkan terjadinya terjadinya autolisis, autolisis, perusakan perusakan secara langsung
langsung  jaringan  jaringan hipertrofi hipertrofi yang berlebihan. berlebihan. Sel-sel Sel-sel
tambahan tambahan yang terbentuk terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

Kontraksi 10 Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
homeostasis  pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen
yang dilepas dari kelenjar  hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa  berkurang  berkurang dan menjadi menjadi tidak eratur. eratur. Untuk
mempertahankan mempertahankan kontraksi kontraksi uterus, uterus, suntikan suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.

Tanda-Tanda Bahaya dan Komplikasi Pada Masa Postpartum Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Oleh karena itu, penting bagi
bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali
tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus diperhatikan. Tandatanda bahaya yang perlu
diperhatikan pada masa nifas ini adalah :
a. Demam tinggi hingga melebihi 38°C.
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila  perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggan
memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam seteng tian pembalut 2 kali dalam
setengah  jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
c.  Nyeri perut hebat/rasa hebat/rasa sakit dibagian dibagian bawah abdomen abdomen
atau punggung, punggung, serta nyeri ulu hati.
d. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi postpartum adalah
semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kedalam alat genetalia
pada waktu persalinan dan nifas. Sementara itu yang dimaksud dengan Febris
Puerperalis adalah demam sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca   pesalinan, kecuali kecuali pada hari pertama. pertama. Tempat-tempat
empat-tempat umum terjadinya terjadinya infeksi infeksi yaitu rongga pelvik: daerah
asal daerah asal yang paling umum yang paling umum terjadi infeksi, Payudara,
Saluran ara, Saluran kemih, Sistem vena. Perdarahan postpartum adalah perdarahan
pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Perdarahan nifas setelah bersalin.
Perdarahan nifas dibagi menjadi dibagi menjadi dua yaitu dua yaitu :
(1). Perdarahan dini, yai ahan dini, yaitu perdarahan yang terja ahan yang terjadi
setelah bayi lahir dan dala di setelah bayi lahir dan dalam 24 jam m 24 jam  pertama
persalinan.  pertama persalinan. Disebabkan oleh : atonia uteri Disebabkan oleh :
atonia uteri, traumdan laserasi, , traumdan laserasi, hematoma. hematoma.
(2). Perdarahan lambat/lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam. Faktor 
resiko : sisa plasenta, infeksi, sub-involusi.

2.7 Penatalaksanaan atau Perawatan Post Partum Penanganan


ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara melakukan  penjahitan
penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan memperhatikan jangan sampai
terjadi terjadi ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki
bekuan-bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
Selain itu dapat dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (Moctar,
1998).
Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:
1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa  perdarahan tersebut berasal dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak
lengkap.
2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan  perdarahan tersebut tersebut berasal berasal dari perlukaan perlukaan
pada jalan lahir, selanjutnya selanjutnya dilakukan dilakukan  penjahitan. Prinsip
melakukan jahitan pada robekan perineu perineum :
a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal ke arah
luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar.
b. Robekan perineum tingkat tingkat I : tidak perlu dijahit dijahit jika tidak ada
perdarahan perdarahan dan aposisi aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan
segera dijahit dengan menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara
angka delapan.
c. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan
robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan
penjahitan. Pertama otot dijahit otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir.
Vagina dijahit agina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak  robekan. Kulit perineum dijahit
robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgu dengan benang catgut secara
jelujur t secara jelujur.
d. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan
rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit
dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali.
e. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena
robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut
kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis
seperti menjahit robekan perineum tingkat I.
f. Meminimalkan Derajat Ruptur Perineum, Menurut Mochtar Derajat Ruptur
Perineum, Menurut Mochtar (1998) persali persalinan yang salah merupakan salah
satu sebab terjadinya ruptur perineum. Menurut Buku Acuan Asuhan Persalinan
Normal (2008) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat
dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk  mencegah
laserasi atau meminimalkan robekan pada perineum. Dalam menangani asuhan
keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan berbagai macam
penatalaksanaan, diantaranya :

1) Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.

2) Pemberian cairan intravena


Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan menjaga
agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang
vital, seperti tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer. Dextrose atau Ringer. 3)
Pemberian oksitosin Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan
dengan cairan infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus
dan mengurangi perdarahan post partum. 4) Obat nyeri Obat-obatan yang mengontrol rasa
sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan antagonis narkotik. Anastesi hilangnya
sensori, obat ini diberikan secara regional/ umum (Hamilton, 1995).
3.1 Asuhan Keperawatan Postpartum
1. Pengkajian

Pengkajian pada ibu post partum adalah sebagai berikut :

1) Pola persepsi dan pemeliharan Kesehatan

a. Bagaimana keadaan ibu saat in u saat ini ?  

b. Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?

2) Pola nutrisi dan metabolik 

a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?  

b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

d. apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan?

3) Pola aktivitas setelah melahirkan

a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan?

 b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?

c. Apakah ibu Apakah ibu tampak mengantuk?

4) Pola eliminasi

a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?

 b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

5) Neuro sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?  

b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?

d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?

e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?


6. Pola persepsi dan konsep diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

 b. Adakah permasalahan yang berhubung penampilan tubuhnya saat ini ?

7) Pemeriksaan fisik 

a. Keadaan Umum

a) Pemeriksaan TTV  

b) Pengkajian tanda-tanda anemia

c) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

d) Pemeriksaan reflek

e) Kaji adanya varises

f) Kaji f) Kaji CVAT ( cortical T ( cortical vertebra area vertebra area tenderness )
tenderness )  

b. Payudara

a) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

 b) Kaji adanya abses

c) Kaji adanya nyeri tekan

d) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti

e) Kaji pengeluaran ASI

c.Abdomen atau uterus

a) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri  

b) Kaji adnanya kontraksi uterus

c) Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva atau lva atau perineum perineum

a) Observasi pengeluaran lokhea  

b) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi


c) Kaji adanya pembengkakan

d) Kaji adnya luka

e) Kaji adanya hemoroid

8) Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai hemoglobin dan
hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada  partumuntuk mengkaji kehilangan darah
pada melahirkan.  

b. Pemeriksaan urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter dengan tehnik    pengambilan
bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk  dilakukan urinalisis rutin atau kultur
dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan
prenatal ibu harus di kaji untuk  menentukan status rubelle dan menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin

2. Diagnosa Keperawatan

a.  Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.  

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan.

c. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara  perawatan
payudara bagi ibu menyusui.

d. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi. konstipasi.

e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses  persalinan
dan proses melelahkan

3. Fokus Intervensi dan Rasional

a.  Nyeri berhubungan dengan  Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri se involusi
uterus, nyeri setelah melahirkan telah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang berkurang

Kriteria Hasil :

a) Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4  

b) Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman

c) Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37 derajat celcius , N 60-100 x/menit, RR
16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg

Intervensi :

1. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan pengurang nyeri,
Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang mengalami nyeri, S : skala nyeri, T :
waktu dan frekuensi ) Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri

2. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri Rasional : sebagai salah
satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien

3. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang Rasional :
membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri

4. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri

5. Kolaborasi pemberian analgetic

  Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri

 b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan
bertambah Kriteria hasil :

1. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya

2. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri

3. Perawatan pervagina berkurang

4. Vulva bersih ulva bersih dan tidak inveksi dan tidak inveksi

5. Tidak ada perawatan

6. Vital sign dalam ital sign dalam batas normal batas normal
Intervensi :

1. Pantau vital sign

Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi

2. Kaji daerah perineum dan vulva


Rasioal : menentukan menentukan adakah tanda peradangan peradangan di daerah
vulva dan perineum perineum
3. Kaji pengetahuan pengetahuan pasien mengenai mengenai cara perawatan perawatan
ibu post partum
Rasional : pasien mengetahui mengetahui cara perawatan perawatan vulva bagi
dirinya dirinya
4. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui mengetahui cara perawatan perawatan vulva bagi
dirinya
5. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya
Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
6. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi pasien
C.Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui
Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Kriteria hasil :
1. Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
2. Asi keluar
  3. Payudara bersih
4. Payudara tidak bengkak dan tidak
5. Bayi mau menetek 
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahu tahui tingkat pengetahuan pasien dan
pasien dan untuk menentu untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care
Rasional : meningkatkan pengetahuan pasien dana mencegah terjadinya bengkak
pada  payudara
3.Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui
Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai mengenai manfaat ASI
bagi bayi
4. Jelaskan cara menyusui yang benar 
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi
d. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi

Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi

Kriteria hasil :

1. Pasien mengatakan sudah BAB

2. Pasien mengatakan tidak konstipasi

3. Pasien mengatakan perasaan nyamannya

Intervensi :

1. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun


Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
2. Observasi adanya nyeri abdomen
Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB
3. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat
Rasional : makanan tinggi serat melancarkan BAB
4. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB
5. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan
Rasional : Penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang peristaltik usus
dengan perlahan atau evakuasi feses
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk memenuhi
kebutuhan cairan, seperti banyak minum kebutuhan cairan, dan pemberian cairan
lewat IV.
2. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran urine
adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik 
Intervensi :
1. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari
keadaan normal
2. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok 
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda- tanda
syok 
3. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program
Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami difisit
volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan IV langsung
masuk  ke pembuluh darah.
f. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan  persalinan dan proses melelahkan melelahkan Kemungkinan
Kemungkinan dibuktikan dibuktikan oleh mengungkapkan mengungkapkan laporan
kesulitan jatuh tidur / tidak merasa segera setelah istirahat, peka rangsang, lingkaran
gelap di bawah mata sering menguap.
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan
dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru. Melaporkan  peningkatan rasa
sejahtera istirahat
Intervensi :
1. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama persalinan
dan jenis kelahiran
Rasional : Persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi
malam meningkatkan tingkat kelelahan.
2. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan stiraharat, tidur menurunkan rangsang
3. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali ke
rumah
Rasional : rencana kreatif yang memper yang memperoleh untuk tidur oleh
untuk tidur dengan bayi an bayi lebih awal lebih awal serta tidur lebih siang
membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh serta menyadari kelelahan
berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi penilaian  psikologis, , suplai ASI
dan penurunan reflek secara psikologis.
g. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
mengenai sumber informasi
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi
Kriteria hasil :
1. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu
Intervensi : 1. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama
persalinan dan tingkat kelelahan klien
Rasional : Terdapat hubungan erdapat hubungan lama persalinan dan lama
persalinan dan kemampuan untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas
perawatan dari atau perawatan bayi
2. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan pasangan dalam
mengidentifikasi hubungan
Rasional : Periode post natal dapat merupakan pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan
ibu maturasi, dan kompetensi
3.Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum progresif 
Rasional : Latihan membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai, menghasilkan
tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera secara umum
3. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat, berkunjung
pelayanan kesehatan masyarakat

Rasional : Meningkatkan ke mandirian dan m ian dan memberikan dukunagan un


tuk  adaptasi pada perubahan multiple.

4. Implementasi Postpartum Mengubah kata perintah dari intervensi keperawatan


menjadi kata kerja.
5. 5. Evaluasi
S:
 Pasien mengatakan luka jahitan pada kemaluan sudah tidak terasa
sakit.
 Pasien mengatakan sakit juga tidak terasa apabila sedang cebok
setelah  berkemih dan buang air besar  berkemih dan buang air
besar.
 Pasien mengat Pasien mengatakan nyeri akan nyeri payudaranya
sudah berkurang dan air ASI aranya sudah berkurang dan air ASI
nya sudah nya sudah lancar.

O:

 Pasien meringis saat berpindah posisi


 Pasien postpartum hari ke 36 hari
 Riwayat persalinan pertama kali
 TD : 110/70 mmHg. N : 84 x/menit

A : Tujuan tercapai

P : Intervensi dihentikan.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN

A. Data Demografi

1. Nama klien : Ny. HELMIYATI

2. Umur klien : 31 Thn

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Nama suami : Tn. Wahyunta

5. Umur suami : 34 tahun

6. Alamat : Bandar Lampung

7. Status perkawinan : Kawin

8. A g a m a : Islam

9. S u k u : Jawa

10. Pendidikan : SLTA

11. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

12. Diagnosa medik : Post partum hari ke-0

13. Tanggal masuk RS : 03-07-2019

14. No. RM : 046622

15. Tgl Pengkajian Pengkajian : 03-07-2019 03-07-2019

B. Keluhan Keluhan Utama Saat Ini

Ibu menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk duduk dan berjalan.

C. Riwayat Riwayat Penyakit

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus ke rumah sakit.

D. Riwayat Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini

1. Lama persalinan: persalinan:


a. Kala I 4 jam 20 menit  

b. Kala II 5 menit Kala II 5 menit

c. Kala III 5 menit

Total waktu persalinan otal waktu persalinan 4 jam 30 menit.

2. Posisi fetus memanjang, memanjang, punggung kiri, dengan presentasi kepala.


3. Tipe kelahiran spontan.
4. Penggunaan analgesik dan anestesi, selama proses persalinan ibu tidak diberikan
analgesik dan anestesi.
5. Masalah selama persalinan tidak ada bayi lahir spontan, terjadi ruptur perineum
derajat I dengan jahitan dalam 1 luar 1. Jumlah perdarahan kala I 0 cc, kala II 0 cc,
kala III 100 cc, kala III 100 cc, kala IV 50 cc.

E. Data Bayi Saat Ini

1. Keadaan Keadaan umum bayi baru lahir (Jenis kelamin: kelamin: Laki-laki) Laki-
laki)

a. Berat badan : 3100 Gram.  

b. Panjang badan Panjang badan : 45 Cm. : 45 Cm.

c. Lingkar kepala : 32 Cm.

d. Lingkar dada : 33 Cm.

e. Lingkar perut : 31,5 Cm.

f. Lingkar lengan atas : 10,5 Cm.

2. apgar Score

no Tgl/jam karakteristik Menit 1 Menit 5


1. 03- 07- 2019 Denyut jantung 2 2
2. 07.30 WIB Pernafasan 2 2
3. Refleks 1 1
4. Tonus otot 1 2
5. Warna kulit 1 2
Total 7 9
Kesimpulan : bayi
normal tidak
mengalami asfiksia.

f. Keadaan Psikologis Ibu merasa baik-baik saja, senang bayinya lahir dengan
selamat tanpa masalah mengingat usia kehamilannya lebih dari 9 bulan (45
minggu).

G. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit hipertensi, gula, atau penyakit menurun lainnya.

H. Riwayat Ginekologi Ibu mengalami menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi
5 hari dengan siklus 30 hari. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, encer,
berwarna merah, dengan bau amis. Hari pertama menstruasi terakhir (HPHT) 22-10-
2018 dengan Hari perkiraan lahir (HPL) 29-07-2019.

Ibu merupakan akseptor IUD dan sudah dipakai selama 2 tahun.

I. Riwayat Obstetri 24 Ibu G1P1A0 , anak pertama laki-laki usia 3 tahun dengan BBL
3200 gram, lahir spontan, di RSUD Bengkalis

J. Review of System dan Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik 

1. Penampilan umum: Ibu tampak rapi, terlihat terlihat lelah, berjalan dengan bantuan
dan tertatih-tatih.

2. Berat badan : 60 Kg.

3. Tinggi badan : 151 Cm.

4. Tanda-tanda anda-tanda vital : TD: 110/80 mmHg , N: 84 kali/menit, kali/menit, R:


24 kali/menit, kali/menit, S: 36,5 oC.
No Komponen Review of system Pemeriksaan fisik
.
1. Kulit, rambut, Ibu mengatakan setelah Kulit bersih, turgor kulit

kuku melahirkan langsung baik, lembab, rambut bersih


dimandikan oleh bidan, tidak rontok, kuku rapi dan
kuku sudah dipotong pendek
sejak dari rumah.
Tidak ada keluhan
2. Kepala dan leher Ibu mengatakan tadi pagi Ekspresi wajah merintih
sudah mencuci muka Ketika bergerak atau duduk.
sekalian mandi, tidak ada Tampak lelah. Tidak ada
keluhan. edema konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik,
penglihatan normal, kelenjar
tiroid tidak membesar,
kelenjar limfe tidak teraba,
vena jugularis tidak
meningkat, tidak terdapat
bekas operasi.
3. Telinga Tidak ada keluhan Bersih, discharge tidak ada,
pendengaran normal.
4. Mulut, Tidak ada keluham Bersih, tidak terdapat karies
tenggorokan, gigi, tidak ada stomatitis,
hidung secret hidung bersih, tidak
memakai alat bantu, fungsi
baik.
5. Thoraks dan paru Tidak ada keluhan Simetris kanan-kiri, tidak ada
- paru ketinggalan gerak, paru dalam
batas normal, tidak terdengar
suara nafas tambahan
6. Payudara Ibu mengatkan air Lunak, putting susu menonjol
susu sudah keluar dan keluar, asi sudah keluar
akan menyusui
bayinya setelah
istirahat
7. Jantung Tidak ada keluhan Tidak membesar, ictus kordis
pada ICS ke 5, tidak ada bising
jantung.
8. Abdomen Ibu mengatakan perut Terdapat striae gravidarum,
terasa mual – mual tinggi fundus uteri 2 jari
dan seperti dipelintir dibawah pusat, teraba lunak,
peristaltic positif agak lemah.
9. Genetalia Ibu mengatakan nyeri Lochia jumlahnya sedang,
pada daerah kemaluan warna merah gelap, terdapat
terutama jika untuk bekuan kecil.
bergerak dan duduk,
nyeri tajam, perih,
lokasi pada daerah
perineum, nyeri
sedang skala 6. Ibu
mengatkan sudah
buang air kecil 1 kali.
10. Anus dan rektum Ibu mengatakan buang Terdapat ruptur perineum
air besar tadi malam dengan jahitan luar 1 jenis zide.
sebelum melahirkan, Luka tampak basah.
setelah melahirkan
sampai sekarang
belum.
11. musculoskeletal Tidak ada keluhan Refleks positif, tidak ada
varises, tidak terjadi edema,
tanda - tanda REEDA negatif,
kekuatan otot 5, ROM normal.

K. Riwayat Kesehatan
No Komponen Hasil
.
1. Pola persepsi Kesehatan – Ibu menyatakan bayi ini merupakan anak kedua,
pemeliharaan kesehatan anak pertamanya dulu juga dilahirkan di sardjito,
jadi ibu merasa yakin atas kemampuannya untuk
merawat bayinya ini. Selama ini ibu rajin
memeriksakan diri ke dokter kandungan, jika merasa
tidak enak badan juga langsung ke puskesmas atau
dokter prakter
2. Pola nutrsi - metabolisme Ibu makan 3 kali sehari, minum 6 – 8 gelas perhari,
selama hamil muda merasa mual muntah tapi
semakin bertambah usia kehamilan gejala semakin
hilang. Sekarang ibu sudah mulai makan makanan
kecil yang dibawah oleh suaminya.
3. Pola aktifitas-latihan Selama hamil ibu sering jalan-jalan Bersama suami
dan aktivitas sehari – hari dapat dilakukan sendiri,
sekarang ibu merasa lelah dan ingin tidur, juga
tampak berhati – hati Ketika bergerak ditempat tidur.
Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari kamar
mandi sehingga aktivitas kebersihan diri dibantu
oleh keluarga.
4. Pola eleminasi Biasanya ibu BAB 1-2 kali sehari dengan konsitensi
lunak dan BAK 6-8 kali sehari selama hamil. Setelah
melahirkan bab belum sedangkan bak 1 kali tadi pagi
5. Pola istirahat - tidur Selama hamil istirahat/tidur tidak ada gangguan,
tidur siang selama 2 jam dan malam tidur jam 21.00
WIB dan bangun pagi jam 04.30 WIB. Semalam ibu
tidak dapat tidur karena dalam proses persalinan,
baru setelah bayi lahir dan ibu dimandikan dapat
tidur sebentar.
6. Pola persepsi-kognitif Ibu mengatakan merasa sakit pada daerah kemaluan.
Ibu juga mengatakan bahwa kehamilan yang
sekarang ini tidak disengaja karena gagalnya IUD,
tetapi ibu dan suaminya merasa senang juga dengan
kehadiran anak yang kedua ini.
7. Pola persepsi terhadap diri Ibu sangat kooperatif terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan dan meyakini bahwa semua tindakan
itu adalah untuk mempercepat menolong diri dan
bayinya.
8. Pola hubungan - peran Orang dekat adalah suaminya dan ibunya yang selalu
mendampingi. Ibu mengatakan selama ini hubungan
antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar baik-
baik saja.
9. Pola seksualitas - reproduksi Selama hamil sudah ada kesepakatan dengan suami
untuk mengurangi frekuensi hubungan seksual.
Tidak ada gangguan dalam melakukan aktifitas
tersebut, juga tidak terjadi kontak bleeding.
10. Pola stress - koping Ibu berpenampilan rapi, berbicara pelan – pelan, dan
selalu minta pertimbangan suami atau ibunya jika
ada masalah atau harus mengambil keputusan.
11. Pola kepercayaan – nilai-nilai Ibu berasal dari suku jawa dan beragama islam
sehingga kebudanyaan yang umum dimasyarakat
masih dilakukan seperti tujuh bulanan dan
selamatan. ibu merasa sangat bersyukur bayinya
dapat lahir selamat mengingat usia kehamilan yang
mundur.

L. Profil Keluarga
1. Pendukung Pendukung

Ibu tinggal serumah dengan suami, satu anaknya, dan satu adiknya. Jika ada apa-apa  biasa
minta tolong kepada orang tuanya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik.

2.Jumlah anak 

Dua dengan anak yang sekarang.Anak pertama laki-laki, anak kedua perempuan.

3. Pekerjaan Ibu

tidak bekerja, di rumah saja mengurus anaknya, sedangkan suaminya adalah seorang honorer
(Guru).

4. Tingkat pendidikan Ibu

berpendidikan terakhir SLTA sedangkan suaminya A sarjana.

5. Tingkat sosial ekonomi ekonomi

Menengah dengan penghasilan perbulan ± Rp 1.750.000

M. Riwayat dan Rencana Keluarga Berencana

Ibu pernah menggunakan IUD selama 2 tahun


N. Pemeriksaan Laboratorium atau Hasil Pemeriksaan Diagnostik Lainnya

Tanggal dan jenis Hasil pemeriksaan dan interprestasi


pemeriksaan nilai normal
Tanggal 03-072019
Lab darah:
 HB 9,9 (11,5-16,5) Turun

 AL 13,3 (4-11) Naik


4.35 (3,8-5,8) Normal
 AE
152 (150-450) Normal
 AT
30 (37-47) Turun
 HCT
AB
Golongan darah

O. Terapi Medis yang Diberikan

Tanggal Jenis terapi Rute terapi Dosis Indikasi terapi


02-07- Amoxycllin Oral 3x500mg Antibiotic (mencegah
2019 Asam Oral 3x500mg infeksi)
mefenamat Analgetic(mengurangi
nyeri)
Emineton Oral 1x1tab Derivate besi(mengatasi
anemia)
03-03- Amoxycillin Oral 3x500mg Antibiotic (mencegah
2015 Asam Oral 3x500mg infeksi)
mefenamat Analgetic(mengurangi
emineton nyeri)
Oral 1x1tab Derivate besi(mengatasi
anemia)
P. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS: Post Natal Robekan Perineum Ketidaknyamanan
Ibu mengatakan nyeri ( Terputusnya continuitas  pasca partum
pada daerah kemaluan jaringan  perineum ) Pelepasan berhubungan dengan
terutama jika untuk Mediator kimia trauma perineum
bergerak dan duduk, (Bradikinin,histamin, selama persalinan
nyeri tajam, perih, lokasi prostaglandin dan kelahiran
pada daerah perineum, Merangsang saraf sensoris
nyeri sedang skala 6. Melalu proses:
Ibu mengatakan perut TransmisiTransduksi modulsi
terasa mual-mual dan Dipersepsikan sebagai  Nyeri di
seperti dan seperti CortekCerebri
dipelintir dipelintir.
DO:
Tampak berhati-hati
ketika bergerak di tempat
tidur.
Ekspresi wajah merintih
ketika bergerak atau
duduk.
Tanda-tanda vital : TD:
110/80 mmHg , N: 84
kali/menit, R: 24
kali/menit, S: 36,5 oC.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Sesuai dengan prioritas diagnosa yang muncul adalah:

1. Ketidaknyamanan pasca partum berhubungan dengan trauma perineum selama


persalinan dan kelahiran

III. RENCANA PENDIDIKAN KESEHATAN

Area Rencana tindakan


Kerja Memberikan informasi bahwa selama tiga minggu post partum belum
diperbolehkan bekerja keras, , seperti mengangkat ember, barang-
baran yang berat, dan memperbolehkan bekerja ringan seperti
menyapu, menyetrika, dan memasak
Istirahat Mengajarkan kepada ibu agar istirahat dengan cukup saat bayi tertidur,
hal ini sangat baik untuk memulihkan kondisi ibu walaupun ibu tidak
punya masalah dengan keadaan masalah dengan keadaan tidur.
Latihan Mengajarkan kepada ibu bahwa latihan pada awal minggu pertama
post  partum  partum seperti menaiki tangga, senam post partum
Hygiene Mengajarkan pada ibu un tuk se lalu membersihkan daerah vagina dan
perineum setelah bak atau bab dengan air sabun.
Koitus Mengajarkan pada ibu bahwa koitus bisa dimulai apabila lokhia
berubah menjadi putih dan luka perineum sudah sembuh sempurna
serta ibu merasa nyaman untuk melakukan hubungan.
Kontrasepsi Menjelaskan ke pada ibu bisa menggunakan ko ntrasepsi setelah tiga
30 minggu post partum dan apabila ibu menyusui secara penuh dan
tidak  memberikan makanan tambahan pada bayi bisa dipergunakan
untuk  kontrasepsi selama enam bulan post partum
Follow up Ibu bisa mengontrolkan diri seminggu setelah persalinan dan
selanjutnya kontrol sampai 42 hari post partum
Lain-lain -
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


O KRITERIA HASIL
1. Ketidaknyamanan  pasca Luaran utama Internsi utama
partum  berhubungan Status kenyamanan 1. Manajemen nyeri
dengan trauma pasca partum Observasi :
perineum selama Setelah dilakukan . indentifikasilokasi, karakteristik
persalinan dan kelahiran intervensi durasi, frekuensi, kualitas,
keperawatan selama intensitas nyeri
24 jam maka status . indetifikasi skala nyeri
kenyamanan pasca . Identifikasi respon nyeri non
partum meningkat verbal
dengan kriteria hasil . Identifikasi faktor yang
: memperberat dan memperingan
• Keluhan nyeri
tidak . Identifikasi pengetahuan dan
nyaman keyakinan tentang nyeri
menurun . Identifikasi pengaruh budaya
• Meringis terhadap respon nyeri
menurun . Monitor keberhasilan terapi
• Luka komplementer yang sudah
episiotomi diberikan
menurun . Monitor efek samping
• Kontraksi penggunaan analgetik 
uterus
menurun Terapeutik :
• Berkeringat . Berikan tekhnik nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa nyeri
• Menangis . Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
• Merintih . Fasilitasi istirahat dan tidur
menurun . Pertimbangkan jenis dan sumber
Kontraksi nyeri dalam pemilihan strategi
uterus meredakan nyeri
menurun Edukasi :
• Tekanan . Jelaskan penyebab,periode dan
darah pemincu nyeri
menurun . jelaskan startegi meredakan nyeri
• Frekuensi . Anjurkan memonitor nyeri secara
nadi mandiri
menurun . Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Terapi relaksasi
Observasi :
. Periksa ketegangan
otot,frekuensi nadi,tekanan darah
dan suhu sebelum dan
Sesudah Latihan
. Monitor respon terhadap terapi
relaksasi
Terapeutik :
. Ciptakan lingkungan yang tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman,jika memungkinkan
. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan  prosedur tekhnik
relaksasi
. Gunakan pakaian longgar
. gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medislain, jika sesuai
Edukasi :
. Jelaskan tujuan,manfaat,batasan
dan  jenis relaksasi yang
tersedia(mis:musik,meditasi,na  pas
dalam,relaksasi otot  progresif)
. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi rileksasi
. Anjurkan sering mengulangi atau
melatih tekhnik yang dipilih
. Demonstrasi dan latih tekhnik
relaksasi (mis:napas
dalam,peregangan atau imajinasi
terbimbing)
V. IMPELEMENTASI DAN EVALUASI

NO. Diagnosa Keperawatan implementasi Evaluasi


1. Ketidaknyamanan Rabu, 3-07-2019 Selasa, 3-07-2019 Jam21.30 WIB
pasca partum Jam 09.45 WIB S: Ibu mengatakan masih merasa
berhubungan dengan Mengkaji nyeri nyeri  pada daerah sekitar
trauma  perineum klien: PQRST. kemaluan meskipun sudah
selama  persalinan dan Mengukur berkurang dibanding tadi pagi.
kelahiran. Mengukur TTV. Nyeri tajam, perih, nyeri sedang
Menganjurkan klien skala
untuk melakukan 5, waktu ketika melakukan
mobilisasi bertahap. mobilisasi/ambulasi.
Membatasi Ibu mengatakan sudah mencoba
pengunjung. turun dari tempat tidur dengan
bantuan kursi dan posisi tidur
Rabu, 3-07-2019 berubah-ubah.
Jam 21.10 WIB O: Ekspresi wajah ketika
Mengkaji nyeri melakukan ambulasi tampak
klien: PQRST. menahan nyeri.
Menyarankan klien Posisi tidur miring ke kanan. Ibu
untuk mengubah mampu mempraktekkan teknik
posisi tidur secara te napas dalam dan masase.
tidur secara teratur. Penunggu 1 orang ibu klien.
Mengajarkan klien A: Tujuan belum berhasil.
tehnik napas dalam P: Lanjutkan intervensi.
dan masase pada
daerah ekstremitas
dan  punggung.
Membatasi
pengunjung.
BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Postpartum adalah masa atau waktu sejak atau bayi dilahirkan dilahirkan dan
plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang  berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan(Suherni,2009).adapun tahapan-tahapan masa postpartum yaitu
postpartum dini, intermedial dan puerperium. Sedangkan bperubahan pada
postpartum terjadi pada reproduksinya, dll. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam menangani perineum adalah apabila seorang ibu bersalin mengalami
perdarahan setelah anak  lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal
dari retensio plasenta atau plasenta lahir  tidak lengkap. Diagnosa
Keperawatan dalam postpartum yaitu artu. Nyeri berhubung dengan involusi
uterus, nyeri setelah melahirkan. , Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
laserasi dan  proses  proses persalinan. Resiko menyusui efektif berhubungan
dengan kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.,
Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit  berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
respon hormonal psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan.

3.2 SARAN
Belajar asuhan keperawatan tentang postpartum sangatlah penting bagi dunia
keperawatan. Selain asuhan keperawatannya yang harus kita pahami, kita
sebagai perawat  juga harus tahu bahwa suatu saat kita pasti akan
berkolaborasi dengan seorang bidan baik itu di dunia praktek ataupun di
lapangan nyata. Oleh karena itu belajar asuhan keperawatan tentang
postpartum ini sangatlah membantu kita suatu hari ini.
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Dr Lyndon, 2014. Asuhan Kebidanan   Masa Nifas Fisiologis dan Fisiologis dan
Ptologis.

Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher, Publisher,


http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=8251

PPNI. 2005. Standar Praktik Keperawatan Indonesia.

http://www.inna- ppni.or.id/index.php/standar praktek. diunduh diunduh

06 September  September  2022.

Anda mungkin juga menyukai