Tingkat II Reguler 1
AssalamuAlaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidyah-Nya kepada kelompok kami untuk dapat menyelesaikan sebuah makalah yang
berjudul “Konsep Persalinan Normal”. Yang mana ini disusun bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Keperawatan Maternitas” dalam menempuh pendidikan di D III
Keperawatan Tanjung Karang.
Kami sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing atas ilmu
baru yang kami dapatkan dari makalah ini yang merupakan salah satu ilmu yang belum
pernah kami dapatkan sebelumnya.
Semoga dalam penyusunan makalah ini, dapat memberi manfaat bagi peserta diskusi,
dan kami dari tim penulis memohon maaf, apabila terdapat kesalahan kata ataupun kalimat
yang tidak pantas untuk ditampilkan dalam sebuah diskusi, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
2.6 Tanda tanda Bahaya Dan Komplikasi Pada Masa Post Partum………………………
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………….
4.2 Saran……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahir sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali
organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, , yang mengalami perubahan seperti
perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni,2009). Pada masa
postpartum banyak mengalami kejadian yang penting, Mulai dari perubahan fisik, masa
laktasi maupun perubahan perubahan psikologis psikologis menghadapi menghadapi
keluarga keluarga baru dengan kehadiran kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan
perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi
kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila tidak ditangani segera
dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau mendatangkan kematian bagi ibu,
sehingga masa postpartum ini sangat penting dipantau oleh bidan (Syafrudin & Fratidhini,
2009).
a. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan
berjalan- jalan
b. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital,
kirakira 6-8 minggu.
c. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
sehat apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Suherni,
2009).
Nutrisi dan cairan pada masa postpartum masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,
karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup
kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi
kebutuhan akan gizi seperti mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup, dan minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari. Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkin bidan membimbing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan
membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu
postpartum telentang ditempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum
sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Eliminasi Dalam
6 jam ibu post partum harus sudah bisa BAK spontan. Jika dalam 8 jam postpartum belum
dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi.
Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu 8 jam untuk kateterisasi. Ibu
postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua postpartum. Bila lebih dari
tiga hari belum BAB bisaa diberikan obat laksantia. dan Ambulasi secara dini dan teratur
akan membantu dalam regulasi BAB. Asupan cairan yang adek dan tinggi serat sangat
dianjurkan. Personal higiene penting dilakukan Pada masa post partum, seorang ibu sangat
rentan terhadap. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya
infeksi. Kebersihan tubuh, Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan dan lingkungan
sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009). Ibu postpartum sangat membutuhkan
istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan
untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan
untuk menyusui bayinya (Jannah, 2011). Secara fisik aman untuk melakukan hubungan
seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jariny kedalam
tanpa rasa nyeri. Banyaknya budaya dan agama yang melakukan hubungan seksual sampai
masa waktu 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tersebut tergantung pada
pasangan yang bersangkutan, (Jannah, 2011). Senam nifas dilakukan sejak hari pertama
melahirkan setiap hari sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang
dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu. Senam ibu. Senam nifas membantu
memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan,
memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih rileks dan pasca melahirkan
(Suherni, 2009).
5. Perubahan Tanda- tanda Vital Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi
38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi
peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu
dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama post partum), infeksi
saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan lain-
lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah sesudah melahirkan, melahirkan, sering
ditemukan ditemukan adanya bradikardia bradikardia 50-70 kali permenit permenit
(normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari setelah
melahirkan. Takhikardia kurang sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan
kehilangan darah dan proses persalinan yang lama. Selama beberapa jam setelah melahirkan,
ibu dapat mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan
adanya pusing segera ing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama.
Hasil pengukuran pengukuran tekanan tekanan darah seharusnya seharusnya tetap stabil
setelah setelah melahirkan. melahirkan. Peningkatan Peningkatan tekanan tekanan sisitolik 30
mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan
penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih
lanjut. Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke
enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).
Kontraksi 10 Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar.
homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang berkurang dan menjadi menjadi tidak eratur. eratur. Untuk
mempertahankan mempertahankan kontraksi kontraksi uterus, uterus, suntikan suntikan
oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah
lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
Tanda-Tanda Bahaya dan Komplikasi Pada Masa Postpartum Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Oleh karena itu, penting bagi
bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali
tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus diperhatikan. Tandatanda bahaya yang perlu
diperhatikan pada masa nifas ini adalah :
a. Demam tinggi hingga melebihi 38°C.
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggan
memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam seteng tian pembalut 2 kali dalam
setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
c. Nyeri perut hebat/rasa hebat/rasa sakit dibagian dibagian bawah abdomen abdomen
atau punggung, punggung, serta nyeri ulu hati.
d. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi postpartum adalah
semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kedalam alat genetalia
pada waktu persalinan dan nifas. Sementara itu yang dimaksud dengan Febris
Puerperalis adalah demam sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca pesalinan, kecuali kecuali pada hari pertama. pertama. Tempat-tempat
empat-tempat umum terjadinya terjadinya infeksi infeksi yaitu rongga pelvik: daerah
asal daerah asal yang paling umum yang paling umum terjadi infeksi, Payudara,
Saluran ara, Saluran kemih, Sistem vena. Perdarahan postpartum adalah perdarahan
pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin. Perdarahan nifas setelah bersalin.
Perdarahan nifas dibagi menjadi dibagi menjadi dua yaitu dua yaitu :
(1). Perdarahan dini, yai ahan dini, yaitu perdarahan yang terja ahan yang terjadi
setelah bayi lahir dan dala di setelah bayi lahir dan dalam 24 jam m 24 jam pertama
persalinan. pertama persalinan. Disebabkan oleh : atonia uteri Disebabkan oleh :
atonia uteri, traumdan laserasi, , traumdan laserasi, hematoma. hematoma.
(2). Perdarahan lambat/lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam. Faktor
resiko : sisa plasenta, infeksi, sub-involusi.
1) Monitor TTV Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan
preeklamsi suhu tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
4) Pola eliminasi
5) Neuro sensori
7) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
a) Pemeriksaan TTV
d) Pemeriksaan reflek
f) Kaji f) Kaji CVAT ( cortical T ( cortical vertebra area vertebra area tenderness )
tenderness )
b. Payudara
8) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai hemoglobin dan
hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah
pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter dengan tehnik pengambilan
bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur
dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan
prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan menentukan status rubelle dan
rhesus dan kebutuhan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin
2. Diagnosa Keperawatan
c. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan
a. Nyeri berhubungan dengan Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri se involusi
uterus, nyeri setelah melahirkan telah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang berkurang
Kriteria Hasil :
b) Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman
c) Tanda-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-37 derajat celcius , N 60-100 x/menit, RR
16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg
Intervensi :
1. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan pengurang nyeri,
Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang mengalami nyeri, S : skala nyeri, T :
waktu dan frekuensi ) Rasional : untuk menentukan jenis skala dan tempat terasa nyeri
2. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri Rasional : sebagai salah
satu dasar untuk memberikan tindakan atau asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
3. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang Rasional :
membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
4. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi, pengetahuan
bertambah Kriteria hasil :
4. Vulva bersih ulva bersih dan tidak inveksi dan tidak inveksi
6. Vital sign dalam ital sign dalam batas normal batas normal
Intervensi :
Kriteria hasil :
Intervensi :
O:
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
8. A g a m a : Islam
9. S u k u : Jawa
Ibu menyatakan nyeri pada daerah kemaluan terutama jika untuk duduk dan berjalan.
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit berat hingga harus ke rumah sakit.
1. Keadaan Keadaan umum bayi baru lahir (Jenis kelamin: kelamin: Laki-laki) Laki-
laki)
2. apgar Score
f. Keadaan Psikologis Ibu merasa baik-baik saja, senang bayinya lahir dengan
selamat tanpa masalah mengingat usia kehamilannya lebih dari 9 bulan (45
minggu).
G. Riwayat Penyakit Keluarga Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit hipertensi, gula, atau penyakit menurun lainnya.
H. Riwayat Ginekologi Ibu mengalami menarche pada usia 14 tahun, lama menstruasi
5 hari dengan siklus 30 hari. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, encer,
berwarna merah, dengan bau amis. Hari pertama menstruasi terakhir (HPHT) 22-10-
2018 dengan Hari perkiraan lahir (HPL) 29-07-2019.
I. Riwayat Obstetri 24 Ibu G1P1A0 , anak pertama laki-laki usia 3 tahun dengan BBL
3200 gram, lahir spontan, di RSUD Bengkalis
1. Penampilan umum: Ibu tampak rapi, terlihat terlihat lelah, berjalan dengan bantuan
dan tertatih-tatih.
K. Riwayat Kesehatan
No Komponen Hasil
.
1. Pola persepsi Kesehatan – Ibu menyatakan bayi ini merupakan anak kedua,
pemeliharaan kesehatan anak pertamanya dulu juga dilahirkan di sardjito,
jadi ibu merasa yakin atas kemampuannya untuk
merawat bayinya ini. Selama ini ibu rajin
memeriksakan diri ke dokter kandungan, jika merasa
tidak enak badan juga langsung ke puskesmas atau
dokter prakter
2. Pola nutrsi - metabolisme Ibu makan 3 kali sehari, minum 6 – 8 gelas perhari,
selama hamil muda merasa mual muntah tapi
semakin bertambah usia kehamilan gejala semakin
hilang. Sekarang ibu sudah mulai makan makanan
kecil yang dibawah oleh suaminya.
3. Pola aktifitas-latihan Selama hamil ibu sering jalan-jalan Bersama suami
dan aktivitas sehari – hari dapat dilakukan sendiri,
sekarang ibu merasa lelah dan ingin tidur, juga
tampak berhati – hati Ketika bergerak ditempat tidur.
Ibu tidak mampu masuk dan keluar dari kamar
mandi sehingga aktivitas kebersihan diri dibantu
oleh keluarga.
4. Pola eleminasi Biasanya ibu BAB 1-2 kali sehari dengan konsitensi
lunak dan BAK 6-8 kali sehari selama hamil. Setelah
melahirkan bab belum sedangkan bak 1 kali tadi pagi
5. Pola istirahat - tidur Selama hamil istirahat/tidur tidak ada gangguan,
tidur siang selama 2 jam dan malam tidur jam 21.00
WIB dan bangun pagi jam 04.30 WIB. Semalam ibu
tidak dapat tidur karena dalam proses persalinan,
baru setelah bayi lahir dan ibu dimandikan dapat
tidur sebentar.
6. Pola persepsi-kognitif Ibu mengatakan merasa sakit pada daerah kemaluan.
Ibu juga mengatakan bahwa kehamilan yang
sekarang ini tidak disengaja karena gagalnya IUD,
tetapi ibu dan suaminya merasa senang juga dengan
kehadiran anak yang kedua ini.
7. Pola persepsi terhadap diri Ibu sangat kooperatif terhadap tindakan keperawatan
yang diberikan dan meyakini bahwa semua tindakan
itu adalah untuk mempercepat menolong diri dan
bayinya.
8. Pola hubungan - peran Orang dekat adalah suaminya dan ibunya yang selalu
mendampingi. Ibu mengatakan selama ini hubungan
antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar baik-
baik saja.
9. Pola seksualitas - reproduksi Selama hamil sudah ada kesepakatan dengan suami
untuk mengurangi frekuensi hubungan seksual.
Tidak ada gangguan dalam melakukan aktifitas
tersebut, juga tidak terjadi kontak bleeding.
10. Pola stress - koping Ibu berpenampilan rapi, berbicara pelan – pelan, dan
selalu minta pertimbangan suami atau ibunya jika
ada masalah atau harus mengambil keputusan.
11. Pola kepercayaan – nilai-nilai Ibu berasal dari suku jawa dan beragama islam
sehingga kebudanyaan yang umum dimasyarakat
masih dilakukan seperti tujuh bulanan dan
selamatan. ibu merasa sangat bersyukur bayinya
dapat lahir selamat mengingat usia kehamilan yang
mundur.
L. Profil Keluarga
1. Pendukung Pendukung
Ibu tinggal serumah dengan suami, satu anaknya, dan satu adiknya. Jika ada apa-apa biasa
minta tolong kepada orang tuanya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik.
2.Jumlah anak
Dua dengan anak yang sekarang.Anak pertama laki-laki, anak kedua perempuan.
3. Pekerjaan Ibu
tidak bekerja, di rumah saja mengurus anaknya, sedangkan suaminya adalah seorang honorer
(Guru).
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Postpartum adalah masa atau waktu sejak atau bayi dilahirkan dilahirkan dan
plasenta keluar dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan(Suherni,2009).adapun tahapan-tahapan masa postpartum yaitu
postpartum dini, intermedial dan puerperium. Sedangkan bperubahan pada
postpartum terjadi pada reproduksinya, dll. Prinsip yang harus diperhatikan
dalam menangani perineum adalah apabila seorang ibu bersalin mengalami
perdarahan setelah anak lahir, segera memeriksa perdarahan tersebut berasal
dari retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap. Diagnosa
Keperawatan dalam postpartum yaitu artu. Nyeri berhubung dengan involusi
uterus, nyeri setelah melahirkan. , Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
laserasi dan proses proses persalinan. Resiko menyusui efektif berhubungan
dengan kurang pengetahuan cara perawatan payudara bagi ibu menyusui.
Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi.,
Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
respon hormonal psikologis, proses persalinan dan proses melelahkan.
3.2 SARAN
Belajar asuhan keperawatan tentang postpartum sangatlah penting bagi dunia
keperawatan. Selain asuhan keperawatannya yang harus kita pahami, kita
sebagai perawat juga harus tahu bahwa suatu saat kita pasti akan
berkolaborasi dengan seorang bidan baik itu di dunia praktek ataupun di
lapangan nyata. Oleh karena itu belajar asuhan keperawatan tentang
postpartum ini sangatlah membantu kita suatu hari ini.
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, Dr Lyndon, 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Fisiologis dan Fisiologis dan
Ptologis.