Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TEKNIK MENYUSUI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan

DISUSUN OLEH:

RANI KANIO MULYONO


21082041

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS
WIYATA HUSADA SAMARINDA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
bimbinganNya saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan Teknik Menyusui di
RSUD Ratu Aji Putri Botung.
Dalam penyusunan laporan praktik ini saya menyadari adanya kekurangan dan
kesulitan, namun karena adanya bantuan dari berbagai pihak semua ini dapat
terselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak H. Mujito Hadi, MM, selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda
2. Bapak Assoc. Prof. Dr.Eka Ananta Sidharta, CA.,CfrA, selaku Rektor Institut Teknologi
Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda
3. Ibu Hestri Norhapifah, S.ST, M.Keb selaku Ketua Program Studi Kebidanan Institut
Teknologi Kesehatan dan Sains Wiyata Husada Samarinda
4. Mamik Hidayati, S.ST selaku pembimbing yang telah menyediakan fasilitas praktik dan
ilmu selama tiga minggu.
5. Heni Purwanti, S.ST, M.Keb Selaku Pembimbing Akademik Yang Telah berkenan waktu
untuk memberikan bimbingan hingga penyusunan laporan ini selesai.
6. Dosen yang telah memberikan bekal ilmu.
7. Pasien RSU Ratu Aji Putri Botung yang bersedia dilakukan pengkajian.

Saya menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini dan
laporan selanjutnya. Akhirnya saya berharap semoga laporan asuhan keperawatan ini
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca sekalian.

Penajam, Agustus 2022


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyusui adalah proses yang alami dan bayi menghisap secara alamiah, akan tetapi bisa
timbul kesulitan pada awalnya karena itu diperlukan cara menyusui yang baik dan benar yaitu
suatu cara atau metode yang diterapkan dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan
dengan baik dan benar. Dengan menyusui sendiri bayi anda telah menjalin hubungan yang
sangat penting antar ibu dan bayi (Syafrudin, 2011: 105). Menyusui adalah proses alamiah yang
merupakan suatu seni yang harus dipelajari kembali. Keberhasilan dalam menyusui
membutuhkan dukungan baik dari orang yang telah mengalaminya atau dari seseorang yang
profesional (Ramaiah, 2007:57)
Ketidakmampuan cara menyusui yang baik dan benar itu terjadi bukan hanya karena ibu
masih mempunyai anak pertama atau lebih dikenal dengan ibu primipara. Tetapi ternyata ibu
multipara yang sudah mempunyai anak lebih dari satu dan sudah mempunyai pengalaman juga
masih banyak yang belum tahu tentang cara menyusui yang baik dan benar dan mereka sering
salah memposisikan bayi. Teknik menyusui merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
produksi ASI, bila teknik menyusui tidak dengan baik dan benar dapat menyebabkan puting lecet
dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi akan jarang menyusu. Bila bayi jarang menyusu
karena bayi enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Namun seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan
informasi tentang manfaat ASI dan tentang teknik menyusui yang baik dan benar (Roesli,
2005:93)
Pada generasi terdahulu, keterampilan dan teknik menyusui diwariskan secara turun
temurun dari satu generasi ke generasi wanita lainnya. Anak perempuan tumbuh mengamati
tetangga dan kerabatnya wanita yang menyusui. Sayangnya keterampilan menyusui menjadi
salah arah, samar, dan menyimpang (Karin Cadwell, 2008:29). Ibu-ibu menyusui mungkin akan
mengalami berbagai masalah hanya karena tidak mengetahui cara menyusui yang baik dan benar
yang sebenarnya sangat sederhana. Misalnya seperti cara meletakkan payudara ketika menyusui,
isapan bayi yang mengakibatkan putting terasa nyeri dan masih banyak lagi masalah yang lain,
seperti terjadinya sindrom ASI kurang dan bayi menolak menyusu terutama pada minggu
pertama setelah persalinan (Vivian Nanny Lia Dewi, 2011:31).
Berdasarkan fenomena dan data di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul gambaran perilaku ibu menyusui tentang teknik menyusui yang baik dan benar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Teknik menyusui ?
2. Bagaimana cara melakukan Teknik menyusui?
3. Apa dampaknya dapat menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dan
ketidaknyamanan?
4. Apakah ketidaknyamanan dan kepuasan pelaksanaan Teknik menyusui?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Teknik menyusui.
2. Untuk mengetahui cara melakukan Teknik menyusui.
3. Untuk mengetahui dampaknya dapat menurunkan angka kesakitan, kematian, kecacatan dan
ketidaknyamanan.
4. Untuk mengetahui ketidaknyamanan dan kepuasan pelaksanaan Teknik menyusui.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Menyusui adalah keterampilan yang dipelajari oleh ibu dan bayi, dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi selama 6 bulan
(Mulyani, 2013). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Rini dan Kumala, 2017). Manfaat dari teknik
menyusui yang benar yaitu putting susu tidak lecet, perlekatan menyusu pada bayi kuat, bayi
menjadi tenang dan tidak terjadi gumoh (Wahyuningsih, 2019).

B. Teknik menyusui yang benar


Teknik menyusui yang benar yang diungkapkan Banowati (2019) yaitu :
1. Sebelum mulai menyusui putting dan areola mammae dibersihkan terlebih dahulu dengan
kapas basah atau ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan sekitar
kalang payudara.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu / payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, jika duduk akan lebih baik menggunakan
kursi yang rendah (hal ini bertujuan supaya kaki ibu tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan menggunakan satu lengan, kepala
bayi terletak pada siku ibu (kepala tidak 6 boleh menengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satunya di depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, posisi kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya menoleh atau membelokkan kepala bayi).
e. Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan
terlalu menekan putting susu atau kalang payudara saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (roting refleks) dengan cara menyentuh pipi
dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan
putting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi.
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk kedalam mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang
payudara.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga.
c. Melepas isapan bayi Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong,
sebaiknya diganti dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi yaitu
jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi
ditekan ke bawah
d. Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah untuk mengeluarkan
udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara
menyendawakan bayi adalah bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu
ibu kemudian punggungnya ditepuk secara perlahan atau dengan cara bayi tidur
tengkurap dipangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

C. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui


Roslina dan Sindi (2018) menyatakan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di pengaruhi
oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal meliputi
pengetahuan, pendidikan, sikap ibu dan keadaan payudara. Sedangkan faktor eksternal meliputi
sosial budaya, ekonomi, pelayanan kesehatan, industri susu formula serta pengaruh dan peran
keluarga serta masyarakat. Selain itu, menurut Mulawati dan Susilowati (2016) mengatakan ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyusui, antara lain faktor ibu
(39,7%), faktor bayi (36,7%), teknik menyusui (22,1%), dan faktor anatomis payudara (1,5%).

D. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Asi


Mulyani (2013) menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi ASI, antara
lain :
1. Makanan
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI.
Apabila makanan yang ibu konsumsi cukup gizi dan pola makan yang teratur, maka
produksi ASI akan berjalan lancar.
2. Ketenangan jiwa dan fikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, kondisi kejiwaan dan fikiran ibu harus tenang.
Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume
ASI.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui perlu diperhatikan supaya
tidak mengurangi produksi ASI. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan untuk
ibu menyusui adalah kondom, IUD, pil khusus ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
4. Perawatan payudara
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofisis
untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
5. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu
diperhatikan juga bentuk anatomis papilla atau putting susu.
6. Faktor fisiologis
ASI terbentuk karena pengaruh hormon prolaktin yang menentukan produksi ASI
dan mempertahankan sekresi air susu.
7. Pola istirahat
Faktor istirahat dapat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Jika kondisi ibu
terlalu capek ataupun kurang istirahat maka ASI juga akan berkurang.
8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran
ASI akan semakin banyak.
9. Berat lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang
lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat normal
(BBL>2500gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi
frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat
lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin
dalam memproduksi ASI.
10. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir juga mempengaruhi produksi ASI, karena bayi yang
lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak
mampu menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi
yang lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi prematur
disebabkan karena berat badan lahir yang rendah dan belum sempurnanya fungsi
organ.
11. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan menggangu hormon prolaktin
dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin
dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin. Meskipun minuman
alkohol dosis rendah, disatu sisi dapat membuat ibu merasa lebih rileks sehingga
membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain etanol dapat menghambat
pelepasan oksitosin.
Roesli dalam Alam dan Syahrir (2016) menyebutkan teknik menyusui adalah
salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ASI, jika teknik menyusui tidak
benar dapat menyebabakan putting susu ibu lecet dan menjadikan ibu enggan untuk
menyusui dan bayi jarang menyusu karena bayi enggan menyusu akan berakibat
kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI
selanjutnya.

E. Lama dan Frekuensi Menyusui


Banowati (2019) menyebutkan lama menyusui tiap payudara adalah sekitar 10-15 menit
untuk bayi usia 1-12 bulan. Ibu menyusui sebaiknya sesuai dengan keinginan bayi, tanpa
dijadwal karena kadar protein ASI rendah sehingga bayi akan menyusu sering, biasanya antara
1,5-2 jam sekali dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Sehingga
frekuensi menyusui kira-kira 8-12 kali/24 jam, setiap kali menyusui kedua payudara harus
digunakan dan usahakan sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik. Mulyani
(2013) menyebutkan lama menyusu berbeda-beda setiap periode menyusui. Bayi menyusu rata-
rata selama 5-15 menit, walaupun terkadang ada yang lebih
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketika menyusui bayi sebaiknya tidak
dijadwal, karena bayi biasanya menyusu antara 1,5-2 jam sekali. Bayi rata-rata menyusu sekitar
5-15 menit, walaupun terkadang ada yang lebih. Frekuensi menyusui bayi kira-kira 8-12 kali/24
jam, sebaiknya setiap kali menyusui kedua payudara harus digunakan dan usahakan menyusui
sampai payudara terasa kosong.

F. Dampak yang Timbul Jika Tidak Menyusui dengan Benar


Wahyuningsih (2019) menyebutkan dampak yang sering terjadi pada ibu dan bayi jika
ibu tidak menyusui dengan benar yaitu putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara
optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI, bayi enggan menyusu, bayi menjadi kembung.
Meihartati dan Sari (2018) menyebutkan teknik menyusui yang tidak benar dapat menyebabkan
putting susu ibu lecet dan ASI tidak keluar secara optimal. Hal ini dapat menimbulkan gangguan
dalam proses menyusui sehingga pemberian ASI tidak adekuat, pemberian asi yang tidak
adekuat dapat mengakibatkan payudara bengkak karena sisa-sisa ASI pada duktus
Hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan dampak yang timbul jika tidak menyusui
dengan benar adalah putting susu ibu menjadi lecet, ASI tidak keluar secara maksimal sehingga
akan berpengaruh terhadap produksi ASI, bayi akan enggan menyusu, perut bayi menjadi
kembung, pemberian ASI tidak adekuat, payudara bengkak.
DAFTAR TILIK PIJAT OKSITOSIN

Nama mahasiswa :
Nim :
Tanggal penilaian :
Nilai setiap kinerja yang diamati menggunakan skala sbb :
0 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan
1 : Langkah kerja atau kegiatan tidak dilakukan dengan benar atau
tidak sesuai urutan (apabila harus berurutan)
2 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar tetapi ragu-
ragu
3 : Langkah kerja atau kegiatan dilakukan dengan benar dan percaya
Diri
PENILAIAN
NO UNIT KOMPETENSI Peserta
1 2 3 4 5
TAHAP PERSIAPAN
1. Beritahu ibu tindakkan yang akan dilakukan.
2. Mencuci tangan yang efektif dengan
menggunakan sabun dan membilasnya dengan
air yang mengalir serta mengeringkan tangan
dengan handuk pribadi.
TAHAP PELAKSANAAN
Posisi badan ibu dan badan bayi
3. Ibu duduk atau berbaring dengan posisi santai.
4. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan
satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkungan siku ibu.
5. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan
ibu dan yang satu di depan.
6. Telinga bayi akan berada dalam satu garis lurus
dengan leher dan lengan bayi
(Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap
ke ibu, Rapatkan dada bayi dengan dada ibu
atau bagian bawah payudara ibu, Tempelkan
dagu bayi pada payudara ibu)
7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan
cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu
bagian dalam
Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
8. Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu
dan areola
9. Pegang payudara dengan pegangan seperti
membentuk huruf C payudara dipegang dengan
ibu jari dibagian atas dan jari yang lain
menopang dibawah atau dengan pegangan
seperti gunting (puting susu dan areola dijepit
oleh jari telunjuk dan jari tengah seperti gunting)
dibelakang areola
10. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut
(menyentuh bayi dengan puting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi).
11. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan
lidah menjulur kebawah
12. Dekatkan kepala bayi pada payudara ibu dengan
menekan bahu belakang bayi, puting susu dan
areola dimasukan ke mulut bayi.
(Setelah bayi menyusu atau menghisap
payudara dengan baik, payudara tidak perlu
dipegang atau disangga lagi)

13. Anjurkan tangan ibu yang bebas untuk


mengelus-elus bayi
TAHAP PENYELESAIAN
14. Jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi
melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke
bawah.
15. ASI dikeluarkan sedikit untuk dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya.
16. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada
bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan atau bayi ditengkurapkan di
pangkuan ibu kemudian punggungnya di
tepuk
perlahan-lahan.
SKOR NILAI = ∑ NILAI X 100 =
141
DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz. 2006. Periode kritis dalam rentang kehamilan, persalinan dan nifas
dan penyediaan berbagai jenjang pelayanan bagi upaya penurunan
kematian ibu, bayi dan anak. (http://www.pkmi-online.com. Di peroleh
tanggal 12 November 2015).
Bobak., et al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Maternity
Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah (penterjemah).
Jakarta: EGC.
Bobak, 2005. Buku Ajar Keperwatan Maternitas,Jakarta: EGC.
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Cameron., et al. 2007. Evidence based post partum haemorrhage policy into
practice. (Online). (http://web.ebscohost.com/ehost. diperoleh tanggal
13 november 2015).

Cunningham. 2006. Obsietri Williams. Edisi 21.Volume 1. Jakarta: EGC.


Cunningham. 2006. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Sagung seto.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Panduan Menejemen Laktasi : Dit Gizi
Masyarakat Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Manajemen Laktasi, Jakarta: EGC.

Depkes RI. 2011. Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan 2005-


2025. (Online). (http://www.depkes.go.id/downloads/newdownloads
rancangan_RPJPK_2005-2025.pdf . diakses tanggal 12 November 2015).
Hamrani, S. 2010. Pengaruh pijat pksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
postpartum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah
Kabupaten Klaten. Tesis. Universitas Indonesia : tidak dipublikasikan.
Hartono., et.al. 2008. Profil kesehatan di Indonesia.(Online). (http://www.pkmi-
online.com. Diperoleh tanggal 13 November 2015).
Hermrarani, S . 2010. Pengaruh pijat oksitosin terhadap involusi uterus pada ibu
post partum yang mengalami persalinan lama di rumah sakit wilayah
kabupaten klaten. Tesis. Universitas Indonesia.

Jordan.2004. Breastfedding A Guide For The Medical Profession. St Louis : Cv


Mosby.

Khairani., et al. 2012. Pengaruh pijat oksitosis terhadap involusi uterus pada ibu
post partum. Skripsi Universitas Padjajaran: tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai